Dingin.
Tak bisa bergerak......
Sepi, disini begitu sepi, hanya ada rasa dingin dan gelap. Mengapa aku berdiri disini sementara tubuhku tergeletak disana ? Dimanakah aku berada.......
Dingin, disini begitu dingin tidak adakah selimut yang bisa membuatku merasa hangat. Tapi tak ada siapapun disini, mengapa hanya ada aku, kemana yang lainnya.
Ada apa ini ? Apa yang sedang terjadi ? Cahaya, ada cahaya di ujung sana. Seohyun berlari menuju ke arah cahaya tersebut, tubuhnya serasa begitu ringan bagaikan kapas. Dia merasa dia tidak sedang berlari tapi terbang.
Cahaya, aku harus kesana, mungkin disana ada kehangatan. Terlalu bahaya berada di cuaca dingin seperti ini, cuaca seperti ini bisa membunuh. Aku harus ke arah datangnya cahaya itu. Tapi mengapa cahayanya semakin meredup ?
Seohyun berlari semakin kencang dengan segenap kekuatan dan tenaga yang dia miliki, tapi mengapa cahaya itu semakin menjauh. Seohyun berhenti. Sepertinya hal yang sia-sia untuk berusaha ke sana. Dia terjebak di sini, di alam yang begitu dingin dan gelap tanpa seseorang.
Mengapa disini begitu dingin, gelap dan hening ? mengapa begitu menyeramkan. Seohyun tiba-tiba merasa tubuhnya berputar tanpa da kehendaki. Setiap perputarannya kilasan kehidupannya bermain seperti sebuah film. Terus dan terus berputar membuat Seohyun merasa terseret ke dalam lorong waktu yang gelap, gelap dan terasa sangat membuatnya pusing.
Seohyun berdiri di sebuah taman yang sangat indah, begitu banyak bunga bermekaran beraneka warna. Dia melihat Jungshin dan Minhyuk yang sedang berkejaran, Jonghyun yang sedang asyik membaca buku komik, Fanny dan Hyo unnies yang sedang bermain boneka dan Yonghwa Oppa yang sedang asyik bermain gameboy dan dirinya yang sedang duduk tepat di samping Yonghwa berusaha menarik perhatian Yonghwa dari game yang sedang dimainkannya.
" Seohyun aahh, tidak bisakah kau tidak menggangguku kali ini saja ".
" Yonghwa Oppa, tapi aku hanya duduk disini ".
" Tapi kau mengganggu konsentrasiku, Seohyunie. mengapa kau tak bermain bersama Fanny dan Hyo. Berhentilah terus menerus mengikutiku, itu membuatku jengkel ".
" Tapi aku hanya ingin main denganmu ".
" Seohyun ahh kau sangat menyebalkan !! ".
Seohyun menatap dirinya sendiri. Sebuah pemikiran tiba-tiba hadir dalam benaknya. Oh apakah waktu itu aku begitu sangat menyebalkan ? Ahh aku bahkan tidak memberi Yonghwa Oppa ruang untuk dirinya sendiri. Seohyun terpaku. Mengapa dia dibawa kemasa ini ? Apakah hanya untuk membuatnya menyadari betapa menyebalkannya dirinya waktu kecil ?
Tiba-tiba Seohyun kembali berputar dan kembali masuk ke dalam lorong waktu yang gelap, terus berputar-putar hingga membuatnya menutup kedua matanya. Dan saat dia membuka matanya kini dia berada di sebuah halaman dengan rumput yang hijau dengan gasebo mungil. Seohyun mengenal dengan baik dimana dia sekarang. Ini adalah halaman belakang rumahnya. Seohyun melayangkan pandangannya dan kembali melihat dirinya dan yang lainnya sedang duduk mengelilingi sebuah kotak kaleng di bawah pohon belakang rumahnya. Sebuah gundukan tanah dan lobang yang sudah di gali tidak jauh dari mereka.
" Fanny unnie, apa yang harus aku tuliskan di kertas ini ? "
" Apa saja yang menjadi keinginanmu sepuluh tahun mendatang ".
" Ehh Seohyunie tulis saja kalau sepuluh tahun mendatang kau akan menikah dengan Yonghwa :.
" Yak, Jungshinie !! Aku tidak mau menikah dengan Seohyun, sekarang saja dia sudah sangat menyebalkan apalagi sepuluh tahun kemudian ".
" Yonghwa Oppa tapi aku mau menjadi istrimu sepuluh tahun ke depan ".
" Yak Seohyun, lebih baik kau menulis cita-citamu disitu. Jadilah dokter agar kau bisa membantu semua orang, bukankah kau suka melakukan hal tersebut. Tulislah kalau 10 tahun kedepan kau akan menjadi dokter ".
Seohyun kembali terpaku. Jadi disinilah awal mengapa dia mau menjadi seorang dokter. Bukan karena ayahnya yang menjadi pemilik sebuah rumah sakit terbesar di Seoul tapi karena mengikuti perkataan Yonghwa. Yonghwalah yang menjadi alasan mengapa dia begitu ingin menjadi seorang dokter. Seohyun mencoba mengingat kapan hal ini terjadi. Oh, bukankah waktu itu dia berusia 13 Tahun ? berarti sudah 13 tahun kotak kaleng itu terkubur disana. Dan apakah sebuah kebetulan bahwa tepat saat dia berusia 23 tahun dia berhasil menjadi seorang dokter ?
Seohyun berjalan mendekat, dia ingin tahu apa yang Yonghwa tuliskan di secarik kertas miliknya, tapi baru selangkah kembali Seohyun tertarik masuk ke dalam pusaran lorong waktu. Seohyun menjerit protes, dia ingin tahu apa yang Yonghwa tuliskan, dia sangat ingin tahu. Tapi teriakan protesnya hanyalah sia-sia belaka. Seohyun kembali berputar-putar dan terus berputar. Seohyun tak tahu dimana lagikah sang waktu akan membawanya. Dan hal apa lagikah yang akan dia temukan.
Seohyun merasa tubuhnya berhenti berputar. Seohyun membuka matanya dan sepertinya sekarang dia sedang berada di sebuah ruang yang sangat besar dengan deretan kursi dan sebuah panggung. Seohyun mencoba mengingat di ruangan apakah dia sekarang dan saat itu dia melihat dirinya sedang berdiri diatas panggung tersebut. Oh, ini adalah ruang pertunjukan di Hannyoung High School, sekolahnya.
Seohyun kembali mencoba mengingat kejadian hari itu. Ya, hari itu dia ingat Guru Teaternya menegurnya karena dia kurang menghayati peran yang dia mainkan, Seohyun tidak bisa merasakan jiwa dari tokoh Scarlet yang dia perankan. Maka saat sekolah berakhir Seohyun memutuskan untuk berlatih seorang diri dan berusaha untuk menjiwai perannya sebagai Scarlet O'Hara. Seohyun ingat hari itu dia berhasil menjiwai peran tersebut. Dan dia terus menerus mengulang dialognya.
Sebuah suara derik pintu yang dibuka perlahan menarik perhatian Seohyun, segera dia membalikkan tubuhnya ke arah datangnya suara tersebut. Seohyun melihat Yonghwa sedang menutup pintu dengan perlahan lalu duduk di deretan kursi paling belakang dan menonton Seohyun yang sedang berlatih diatas panggung. Tapi apa yang sedang Yonghwa lakukan disini ?
Seohyun kembali melayangkan padangannya ke arah panggung, disana dia masih terus berusaha untuk menghapalkan setiap dialog dan menjiwai dialog tersebut. Seohyun tidak menyadari kalau Yonghwa sedang menontonnya dan dia memang tidak tahu kalau saat itu dia tidak sedang sendiri di ruang pertunjukan itu.
Suara lonceng jam sekolah terdengar bergema dan Seohyun menghitung bunyi lonceng tersebut, 18 kali. Apa ? jadi dia berlatih hingga jam 6 sore ? dan saat itu sekolah bahkan sudah berakhir sejak jam 4 sore. Bukankah saat itu sekolah sudah sepi ? tak ada lagi kegiatan belajar palagi di akhir pekan ? Apakah Yonghwa sedang menemaninya dan menjaganya diam-diam ? Seohyun merasa ada desiran aneh yang hadir di dalam dadanya, Seohyun tak tahu apakah itu, tapi dia seperti mendapat pencerahan. Jadi selama ini Yonghwa selalu memperhatikan dirinya di sekolah ?
Seohyun menatap ke panggung, dia melihat dirinya yang tersadar akan waktu dan bergegas membereskan semua perlengkapannya dan berlari turun dari panggung dan keluar dari pintu yang lain. Seohyun berpaling ke arah Yonghwa tapi Ohh tidak tolong jangan sekarang, jerit Seohyun saat dirinya kembali tertarik ke dalam lorong waktu, berputar dan terus berputar dan jeritannya tenggelam dalam pusaran waktu yang terus menariknya dan memutar-mutar tubuhnya.
Tubuh Seohyun berhenti berputar dan dia membuka matanya. Sekarang dia berada di sebuah aula yang berisi begitu banyak orang yang memakai toga serta jubah hitam. Ini adalah masa dimana dia di wisuda dan mendapatkan gelar dokternya. Seohyun melihat senyum bahagia terpancar dari wajah kedua orang tuanya. Wajah ayahnya yang begitu bangga karena dia menjadi lulusan termuda dengan peringkat yang sangat memuaskan serta wajah Ibunya yang terus menerus menatapnya dengan pandangan yang seolah berkata , inilah anakku yang sangat aku sayangi yang telah membuat kedua orang tuanya bangga.
Tapi mengapa dia kembali ke masa ini. Hal apakah yang harus dia ketahui di masa ini. Seohyun melihat di jajaran kursi tamu ada Minhyuk, Jungshin dan Hyo. Saat itu memang hanya merekalah yang hadir di hari wisudanya. Fanny unnie masih di USA sementara Jonghyun Oppa sedang berada di Jepang, Seohyun lupa dalam rangka apa dia ke Jepang. Seohyun tidak pernah mengharapkan ke datangan Yonghwa di sana karena dia tidak mengundangnya untuk hadir. Tapi bukankah itu Yonghwa ? Seohyun menangkap bayangan seseorang yang datang terlambat dan langsung duduk di kursi paling belakang. Di tangannya nampak memegang sebuket bunga yang cantik. Tunggu sebentar, Seohyun merasa mengenal buket bunga tersebut. Ya, buket bunga itu diserahkan oleh seseorang padanya saat acara wisuda telah selesai, dan sepanjang sesi pemotretan bersama kedua orang tuanya maupun bersama Jungshin, Minhyuk dan Hyo unnie dia terus memegang buket bunga tersebut.
Jadi buket bunga itu dari Yonghwa ? Orang yang memberikannya buket tersebut tidak menyebutkan siapa yang memberikan buket tersebut untuknya, dia hanya mengatakan seseorang menitipkan bunga ini dan menyuruhnya memberikannya kepada dirinya. Bodohnya Seohyun tidak berusaha bertanya siapa orang yang telah menyuruhnya karena Seohyun terlalu larut dengan kebahagiaannya. Ternyata hari itu Yonghwa hadir disana walaupun dia tidak mengundangnya.
Mungkinkah seseorang memberitahukan hal tersebut padanya, ataukah........... ataukah selama ini dia terus memperhatikan dirinya ?
Sebuah pemikiran yang kembali mengejutkan Seohyun, apakah selama ini Yonghwa Oppa selalu mengikuti semua aktifitasnya ? Haruskah dia bahagia ? Haruskah di kembali berharap ? Tapi apa maksud semua ini ? mengapa dia harus terhempas ke waktu dimana ada hal yang tersirat yang dia temukan ? Tapi Seohyun kembali merasa tubuhnya tertarik ke dalam lorong waktu dan kemali berputar-putar. Tapi kali ini Seohyun hanya membiarkan tubuhnya melayang dan berputar mengikuti arah perputaran lorong waktu.
" Bagaimana Yonghwa, apakah kau setuju ? "
Sebuah suara menyadarkan Seohyun dan dia segera membuka matanya. Di depannya duduk Yonghwa dan kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Yonghwa. Tapi kemanakah dirinya ? Bukankah setiap perhentian waktu selalu ada dirinya ? Mengapa Seohyun dibawa ke masa ini ? Bukankah ini runah Yonghwa ? Apa yang dilakukan orang tuanya di sini ? Dan apa yang mereka bicarakan ? Mengapa harus meminta persetujuan Yonghwa ?
Tak bisa bergerak......
Sepi, disini begitu sepi, hanya ada rasa dingin dan gelap. Mengapa aku berdiri disini sementara tubuhku tergeletak disana ? Dimanakah aku berada.......
Dingin, disini begitu dingin tidak adakah selimut yang bisa membuatku merasa hangat. Tapi tak ada siapapun disini, mengapa hanya ada aku, kemana yang lainnya.
Ada apa ini ? Apa yang sedang terjadi ? Cahaya, ada cahaya di ujung sana. Seohyun berlari menuju ke arah cahaya tersebut, tubuhnya serasa begitu ringan bagaikan kapas. Dia merasa dia tidak sedang berlari tapi terbang.
Cahaya, aku harus kesana, mungkin disana ada kehangatan. Terlalu bahaya berada di cuaca dingin seperti ini, cuaca seperti ini bisa membunuh. Aku harus ke arah datangnya cahaya itu. Tapi mengapa cahayanya semakin meredup ?
Seohyun berlari semakin kencang dengan segenap kekuatan dan tenaga yang dia miliki, tapi mengapa cahaya itu semakin menjauh. Seohyun berhenti. Sepertinya hal yang sia-sia untuk berusaha ke sana. Dia terjebak di sini, di alam yang begitu dingin dan gelap tanpa seseorang.
Mengapa disini begitu dingin, gelap dan hening ? mengapa begitu menyeramkan. Seohyun tiba-tiba merasa tubuhnya berputar tanpa da kehendaki. Setiap perputarannya kilasan kehidupannya bermain seperti sebuah film. Terus dan terus berputar membuat Seohyun merasa terseret ke dalam lorong waktu yang gelap, gelap dan terasa sangat membuatnya pusing.
Seohyun berdiri di sebuah taman yang sangat indah, begitu banyak bunga bermekaran beraneka warna. Dia melihat Jungshin dan Minhyuk yang sedang berkejaran, Jonghyun yang sedang asyik membaca buku komik, Fanny dan Hyo unnies yang sedang bermain boneka dan Yonghwa Oppa yang sedang asyik bermain gameboy dan dirinya yang sedang duduk tepat di samping Yonghwa berusaha menarik perhatian Yonghwa dari game yang sedang dimainkannya.
" Seohyun aahh, tidak bisakah kau tidak menggangguku kali ini saja ".
" Yonghwa Oppa, tapi aku hanya duduk disini ".
" Tapi kau mengganggu konsentrasiku, Seohyunie. mengapa kau tak bermain bersama Fanny dan Hyo. Berhentilah terus menerus mengikutiku, itu membuatku jengkel ".
" Tapi aku hanya ingin main denganmu ".
" Seohyun ahh kau sangat menyebalkan !! ".
Seohyun menatap dirinya sendiri. Sebuah pemikiran tiba-tiba hadir dalam benaknya. Oh apakah waktu itu aku begitu sangat menyebalkan ? Ahh aku bahkan tidak memberi Yonghwa Oppa ruang untuk dirinya sendiri. Seohyun terpaku. Mengapa dia dibawa kemasa ini ? Apakah hanya untuk membuatnya menyadari betapa menyebalkannya dirinya waktu kecil ?
Tiba-tiba Seohyun kembali berputar dan kembali masuk ke dalam lorong waktu yang gelap, terus berputar-putar hingga membuatnya menutup kedua matanya. Dan saat dia membuka matanya kini dia berada di sebuah halaman dengan rumput yang hijau dengan gasebo mungil. Seohyun mengenal dengan baik dimana dia sekarang. Ini adalah halaman belakang rumahnya. Seohyun melayangkan pandangannya dan kembali melihat dirinya dan yang lainnya sedang duduk mengelilingi sebuah kotak kaleng di bawah pohon belakang rumahnya. Sebuah gundukan tanah dan lobang yang sudah di gali tidak jauh dari mereka.
" Fanny unnie, apa yang harus aku tuliskan di kertas ini ? "
" Apa saja yang menjadi keinginanmu sepuluh tahun mendatang ".
" Ehh Seohyunie tulis saja kalau sepuluh tahun mendatang kau akan menikah dengan Yonghwa :.
" Yak, Jungshinie !! Aku tidak mau menikah dengan Seohyun, sekarang saja dia sudah sangat menyebalkan apalagi sepuluh tahun kemudian ".
" Yonghwa Oppa tapi aku mau menjadi istrimu sepuluh tahun ke depan ".
" Yak Seohyun, lebih baik kau menulis cita-citamu disitu. Jadilah dokter agar kau bisa membantu semua orang, bukankah kau suka melakukan hal tersebut. Tulislah kalau 10 tahun kedepan kau akan menjadi dokter ".
Seohyun kembali terpaku. Jadi disinilah awal mengapa dia mau menjadi seorang dokter. Bukan karena ayahnya yang menjadi pemilik sebuah rumah sakit terbesar di Seoul tapi karena mengikuti perkataan Yonghwa. Yonghwalah yang menjadi alasan mengapa dia begitu ingin menjadi seorang dokter. Seohyun mencoba mengingat kapan hal ini terjadi. Oh, bukankah waktu itu dia berusia 13 Tahun ? berarti sudah 13 tahun kotak kaleng itu terkubur disana. Dan apakah sebuah kebetulan bahwa tepat saat dia berusia 23 tahun dia berhasil menjadi seorang dokter ?
Seohyun berjalan mendekat, dia ingin tahu apa yang Yonghwa tuliskan di secarik kertas miliknya, tapi baru selangkah kembali Seohyun tertarik masuk ke dalam pusaran lorong waktu. Seohyun menjerit protes, dia ingin tahu apa yang Yonghwa tuliskan, dia sangat ingin tahu. Tapi teriakan protesnya hanyalah sia-sia belaka. Seohyun kembali berputar-putar dan terus berputar. Seohyun tak tahu dimana lagikah sang waktu akan membawanya. Dan hal apa lagikah yang akan dia temukan.
Seohyun merasa tubuhnya berhenti berputar. Seohyun membuka matanya dan sepertinya sekarang dia sedang berada di sebuah ruang yang sangat besar dengan deretan kursi dan sebuah panggung. Seohyun mencoba mengingat di ruangan apakah dia sekarang dan saat itu dia melihat dirinya sedang berdiri diatas panggung tersebut. Oh, ini adalah ruang pertunjukan di Hannyoung High School, sekolahnya.
Seohyun kembali mencoba mengingat kejadian hari itu. Ya, hari itu dia ingat Guru Teaternya menegurnya karena dia kurang menghayati peran yang dia mainkan, Seohyun tidak bisa merasakan jiwa dari tokoh Scarlet yang dia perankan. Maka saat sekolah berakhir Seohyun memutuskan untuk berlatih seorang diri dan berusaha untuk menjiwai perannya sebagai Scarlet O'Hara. Seohyun ingat hari itu dia berhasil menjiwai peran tersebut. Dan dia terus menerus mengulang dialognya.
Sebuah suara derik pintu yang dibuka perlahan menarik perhatian Seohyun, segera dia membalikkan tubuhnya ke arah datangnya suara tersebut. Seohyun melihat Yonghwa sedang menutup pintu dengan perlahan lalu duduk di deretan kursi paling belakang dan menonton Seohyun yang sedang berlatih diatas panggung. Tapi apa yang sedang Yonghwa lakukan disini ?
Seohyun kembali melayangkan padangannya ke arah panggung, disana dia masih terus berusaha untuk menghapalkan setiap dialog dan menjiwai dialog tersebut. Seohyun tidak menyadari kalau Yonghwa sedang menontonnya dan dia memang tidak tahu kalau saat itu dia tidak sedang sendiri di ruang pertunjukan itu.
Suara lonceng jam sekolah terdengar bergema dan Seohyun menghitung bunyi lonceng tersebut, 18 kali. Apa ? jadi dia berlatih hingga jam 6 sore ? dan saat itu sekolah bahkan sudah berakhir sejak jam 4 sore. Bukankah saat itu sekolah sudah sepi ? tak ada lagi kegiatan belajar palagi di akhir pekan ? Apakah Yonghwa sedang menemaninya dan menjaganya diam-diam ? Seohyun merasa ada desiran aneh yang hadir di dalam dadanya, Seohyun tak tahu apakah itu, tapi dia seperti mendapat pencerahan. Jadi selama ini Yonghwa selalu memperhatikan dirinya di sekolah ?
Seohyun menatap ke panggung, dia melihat dirinya yang tersadar akan waktu dan bergegas membereskan semua perlengkapannya dan berlari turun dari panggung dan keluar dari pintu yang lain. Seohyun berpaling ke arah Yonghwa tapi Ohh tidak tolong jangan sekarang, jerit Seohyun saat dirinya kembali tertarik ke dalam lorong waktu, berputar dan terus berputar dan jeritannya tenggelam dalam pusaran waktu yang terus menariknya dan memutar-mutar tubuhnya.
Tubuh Seohyun berhenti berputar dan dia membuka matanya. Sekarang dia berada di sebuah aula yang berisi begitu banyak orang yang memakai toga serta jubah hitam. Ini adalah masa dimana dia di wisuda dan mendapatkan gelar dokternya. Seohyun melihat senyum bahagia terpancar dari wajah kedua orang tuanya. Wajah ayahnya yang begitu bangga karena dia menjadi lulusan termuda dengan peringkat yang sangat memuaskan serta wajah Ibunya yang terus menerus menatapnya dengan pandangan yang seolah berkata , inilah anakku yang sangat aku sayangi yang telah membuat kedua orang tuanya bangga.
Tapi mengapa dia kembali ke masa ini. Hal apakah yang harus dia ketahui di masa ini. Seohyun melihat di jajaran kursi tamu ada Minhyuk, Jungshin dan Hyo. Saat itu memang hanya merekalah yang hadir di hari wisudanya. Fanny unnie masih di USA sementara Jonghyun Oppa sedang berada di Jepang, Seohyun lupa dalam rangka apa dia ke Jepang. Seohyun tidak pernah mengharapkan ke datangan Yonghwa di sana karena dia tidak mengundangnya untuk hadir. Tapi bukankah itu Yonghwa ? Seohyun menangkap bayangan seseorang yang datang terlambat dan langsung duduk di kursi paling belakang. Di tangannya nampak memegang sebuket bunga yang cantik. Tunggu sebentar, Seohyun merasa mengenal buket bunga tersebut. Ya, buket bunga itu diserahkan oleh seseorang padanya saat acara wisuda telah selesai, dan sepanjang sesi pemotretan bersama kedua orang tuanya maupun bersama Jungshin, Minhyuk dan Hyo unnie dia terus memegang buket bunga tersebut.
Jadi buket bunga itu dari Yonghwa ? Orang yang memberikannya buket tersebut tidak menyebutkan siapa yang memberikan buket tersebut untuknya, dia hanya mengatakan seseorang menitipkan bunga ini dan menyuruhnya memberikannya kepada dirinya. Bodohnya Seohyun tidak berusaha bertanya siapa orang yang telah menyuruhnya karena Seohyun terlalu larut dengan kebahagiaannya. Ternyata hari itu Yonghwa hadir disana walaupun dia tidak mengundangnya.
Mungkinkah seseorang memberitahukan hal tersebut padanya, ataukah........... ataukah selama ini dia terus memperhatikan dirinya ?
Sebuah pemikiran yang kembali mengejutkan Seohyun, apakah selama ini Yonghwa Oppa selalu mengikuti semua aktifitasnya ? Haruskah dia bahagia ? Haruskah di kembali berharap ? Tapi apa maksud semua ini ? mengapa dia harus terhempas ke waktu dimana ada hal yang tersirat yang dia temukan ? Tapi Seohyun kembali merasa tubuhnya tertarik ke dalam lorong waktu dan kemali berputar-putar. Tapi kali ini Seohyun hanya membiarkan tubuhnya melayang dan berputar mengikuti arah perputaran lorong waktu.
" Bagaimana Yonghwa, apakah kau setuju ? "
Sebuah suara menyadarkan Seohyun dan dia segera membuka matanya. Di depannya duduk Yonghwa dan kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Yonghwa. Tapi kemanakah dirinya ? Bukankah setiap perhentian waktu selalu ada dirinya ? Mengapa Seohyun dibawa ke masa ini ? Bukankah ini runah Yonghwa ? Apa yang dilakukan orang tuanya di sini ? Dan apa yang mereka bicarakan ? Mengapa harus meminta persetujuan Yonghwa ?
" Yonghwa ini adalah permintaan terakhir kakek Seohyun. Dia bercerita bahwa ia dan nenekmu pernah berjanji bahwa cucu merekalah yang akan berjodoh sebagai ganti dari perjodohan mereka. Kakek Seohyun tidak banyak bercerita tentang apa yang terjadi antara mereka. Tapi kami sudah berjanji akan menjalankan apa yang dia amanatkan pada kami, aku dan ibu Seohyun ".
Oh jadi mereka sedang membicarakan perjodohan itu, pikir Seohyun. Tapi mengapa dia harus diperlihatkan pada hal ini ? Apa yang harus dia ketahui disini ? Apakah alam bawah sadarnya benar-benar ingin mengetahui hal ini ? Tapi untuk apa bila dia tahu bahwa sejak dulu bagi Yonghwa dirinya hanyalah sosok yang menyebalkan yang selalu mengikutinya seperti anak anjing. Tanpa harus mendengarnya sendiri, Seohyun tahu Yonghwa akan menolak perjodohan ini.
" Om dan Tante, perjodohan ini bukanlah masalah bagiku. Tapi bukankah sebaiknya kalian menayakan hal ini pada Seohyun ? "
Ahh, ya mengapa tidak kalian tanyakan kepada Seohyun, kata Seohyun sambil memutar bola matanya, sementara bibirnya hanya bisa meringis. Yeah, bukankah itu cara yang bagus untuk sebuah penolakan yang halus ?
" Kami akan menanyakan hal sama kepada Seohyun, tapi kami butuh jawaban darimu :.
Oh Mom, stop it, dont push it, kata Seohyun sambil mendekati ibunya, Seohyun lalu menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah ibunya seakan ingin memberitahukannya untuk berhenti mempermalukan dirinya sendiri.
" Tante tahu kan bagaimana perasaanku kepada Seohyun ? ". Seohyun kembali menatap ke ibunya, dilihatnya Ibunya mengangguk sambil tersenyum membuat Seohyun bertanya-tanya ada apa dengan Yonghwa dan Ibunya.
" Tentu saja Tante tahu, kau sudah mengatakannya sejak 6 tahun yang lalu pada tante. Tapi apakah itu tidak berubah sedikitpun ? ". Seohyun menatap Yonghwa yang terlihat mengangguk sambil tersenyum. Seohyun semakin ingin tahu. Wahai waktu tidak bisakah kita berhenti di masa 6 tahun yang lalu saat Yonghwa berbicara dengan ibunya ? Seohyun sangat ingin tahu perasaan Yonghwa.
" Tapi aku takut, Seohyunlah yang berubah ? Aku sudah membuatnya merasa tersakiti waktu itu ".
Sangat ! Seohyun memandang Yonghwa dengan perasaan yang sangat terluka. Sangat sangat menyakitkan apa yang kau lakukan padaku, aku tidak peduli dengan kata-katamu tapi yang menyakitkan adalah saat kau bahkan tidak berkata apapun saat gadis sialan itu mendorongku hingga hampir terjatuh. Kau selalu menjadi pahlawanku, but that day you make me lost my hero.
" Om dan Tante, apapun keputusan Seohyun aku akan menghormatinya, tapi kalian tahu jawabanku akan tetap sama dengan 6 tahun yang lalu dan tak ada yang berubah dengan itu. Seohyun akan selalu menjadi satu-satunya di dalam hatiku, dia akan selalu menjadi sosok yang akan aku sayangi dan lindungi, tidak perduli apakah dia tahu atau tidak. Jadi yang tante dan om butuhkan saat ini hanyalah keputusan dari Seohyun ".
Tunggu ! tunggu sebentar, apakah tadi Seohyun tidak salah mendengar ? benarkah tadi Yonghwa mengatakan aku lah satu-satunya wanita yang ada dalam hatinya ? Oh Please, apakah aku harus percaya ? Seohyun kembali teringat setiap kejadian di setiap masa yang di singgahi. Dan kejadian di saat dia latihan di ruang pertunjukan kembali terbayang. Ya Tuhan ? benarkah ? Ohhhh tunggu dulu tunggu dulu, jangan jangan sekarang tolong jangan sekarang, jerit Seohyun tapi tubuhnya kembali tertarik ke dalam lorong waktu dan mulai berputar-putar menenggelamkan jeritan protes Seohyun. Please bawa aku ke masa 6 tahun yang lalu...
Suara isakan tangis itu sangat Seohyun kenal. Itu suara tangisan ibunya. Seohyun melihat ibunya sedang menangis dan nampak rapuh dalam pelukan Ibu Yonghwa, Seohyun melihat di sana ada Ibu Minhyuk, Jungshin dan juga orang tua dari Hyo. Tapi mengapa hanya para orang tua ? kemana yang lainnya.
Seohyun melangkah mendekati ibunya dan berlutut didepannya. Dipandanginya wajah sedih sang ibu, air mata tanpa dia sadari mengalir di pipinya. Apa yang telah dia lakukan? mengapa dia membuat orang yang sangat dia cintai menangis ? Seohyun menyentuh tangan ibunya dan berkata, Mom, look I am here, cant you feel me ? Tapi Seohyun tahu itu semua percuma. Ibunya saat ini pasti sedang sangat bersedih, Seohyun ingat ayahnya sedang berada di Canada untuk sebuah pertemuan ? Ya Tuhan, Ibu pasti saat ini sangat sangat khawatir akan keselamatannya.
Tiba-tiba Seohyun merasa seseorang berlutut di sampingnya, dan Seohyun berpaling dan mendapati wajah Yonghwa tepat di depan matanya. Dan tangan Yonghwa yang menggenggam tangan ibu Seohyun tepat di tempat yang sama dengan Seohyun meletakkan tangannya. Sebuah perasaan aneh menjalar menghadirkan sengatan yang membuat Seohyun menarik tangannya.
" Auntie, saya akan berangkat ke China, sekarang saya sedang menunggu Jonghyun yang sedang mencarikan tiket untuk saya. Auntie nanti akan diantar oleh Jungshin untuk mengambil sampel dna. Dan auntie juga bisa terbang ke China dengan fasilitas dari.pemerintah China. Bila perlu Minhyuk, Jungshin dan Jonghyun akan ikut bersama auntie ". Seohyun menatap Yonghwa dengan pandangan tak percaya. Yonghwa akan ke China untuk mencarinya ?
" Auntie, teruslah berdoa dan jangan berpikir macam-macam, saya yakin Seohyun pasti selamat dan akan kembali berkumpul dengan kita semua ".
" Eomma, kalau begitu saya akan pulang untuk bersiap- siap. Eomma disini saja menemani auntie bersama yang lain. Biar nanti Saya telepon Appa di Busan untuk pamit "
" Pergilah, mama akan disini menemani ibu Seohyun. Tolong kau bawa pulang Seohyun ya ". Seohyun melihat kepala Yonghwa mengangguk dan perlahan berdiri dan melangkah keluar. Seohyun berdiri dengan cepat dan mengikuti Yonghwa yang berjalan keluar.
" Minhyuk tolong kau urus semuanya. Nanti kau, Jonghyun dan Jungshin temanilah ibu Seohyun terbang ke China malam nanti. Jangan lupa Jungshin antar auntie ke rumah sakit. Aku berangkat dulu ".
" Hyung tidak usah khawatir, kami akan mengurus semuanya disini, safe flight and sampai ketemu nanti di China ".
Seohyun tertegun. Kembali air matanya mengalir membasahi pipinya yang pucat. Dingin, bahkan airmatanya pun terasa begitu dingin. Ya Tuhan lihatlah betapa aku telah membuat semua orang merasa sedih dan merepotkan semua sahabat-sahabatnya. Apakah keputusannya berangkat ke China dalam misi kemanusiaan itu adalah hal yang egois ? Ya Tuhan, mengapa hal ini harus terjadi. Tidak seharusnya Seohyun membuat ibunya menangis, sahabat-sahabatnya bersedih.
Seohyun kembali ke waktu dimana dia saat ini berada, dalam reruntuhan pesawat. Seohyun menatap tubuhnya yang tak bergerak. Ya Tuhan apakah ini adalah saat terakhirnya di dunia ? Apakah dia akan berakhir seperti ini ? Tidak, aku mohon Ya Tuhan, jangan ambil nyawaku saat ini. Aku masih ingin bertemu ibu dan ayah, meminta maaf atas keegoisannya, dan menghabiskan seratus tahun hidupnya untuk membahagiakan mereka.
Tuhan, jangan ambil nyawaku, aku masih ingin bertemu dengan Yonghwa Oppa. Aku masih harus bertemu dan menanyakan semua hal padanya. Tolong Tuhan, izinkan aku sekali ini saja, jangan ambil nyawaku. Selamatkanlah aku. jangan kau ambil nyawaku saat masih ada beban yang menghimpit dada ini. Please, aku mohon ya Tuhan, berbelas kasihlah padaku. Selamatkanlah aku, selamatkanlah aku...........
Seohyun berlutut dalam kegelapan dan dingin yang menderanya. Yonghwa Oppa, tolong untuk kali ini jadilah pahlawanku yang hilang, bawalah aku pulang seperti dulu saat kau menggendongku pulang ke rumah ketika aku jatuh dari pohon dan terluka. Yonghwa Oppa, please take me home, please take me home..................
Hening.
" Om dan Tante, perjodohan ini bukanlah masalah bagiku. Tapi bukankah sebaiknya kalian menayakan hal ini pada Seohyun ? "
Ahh, ya mengapa tidak kalian tanyakan kepada Seohyun, kata Seohyun sambil memutar bola matanya, sementara bibirnya hanya bisa meringis. Yeah, bukankah itu cara yang bagus untuk sebuah penolakan yang halus ?
" Kami akan menanyakan hal sama kepada Seohyun, tapi kami butuh jawaban darimu :.
Oh Mom, stop it, dont push it, kata Seohyun sambil mendekati ibunya, Seohyun lalu menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah ibunya seakan ingin memberitahukannya untuk berhenti mempermalukan dirinya sendiri.
" Tante tahu kan bagaimana perasaanku kepada Seohyun ? ". Seohyun kembali menatap ke ibunya, dilihatnya Ibunya mengangguk sambil tersenyum membuat Seohyun bertanya-tanya ada apa dengan Yonghwa dan Ibunya.
" Tentu saja Tante tahu, kau sudah mengatakannya sejak 6 tahun yang lalu pada tante. Tapi apakah itu tidak berubah sedikitpun ? ". Seohyun menatap Yonghwa yang terlihat mengangguk sambil tersenyum. Seohyun semakin ingin tahu. Wahai waktu tidak bisakah kita berhenti di masa 6 tahun yang lalu saat Yonghwa berbicara dengan ibunya ? Seohyun sangat ingin tahu perasaan Yonghwa.
" Tapi aku takut, Seohyunlah yang berubah ? Aku sudah membuatnya merasa tersakiti waktu itu ".
Sangat ! Seohyun memandang Yonghwa dengan perasaan yang sangat terluka. Sangat sangat menyakitkan apa yang kau lakukan padaku, aku tidak peduli dengan kata-katamu tapi yang menyakitkan adalah saat kau bahkan tidak berkata apapun saat gadis sialan itu mendorongku hingga hampir terjatuh. Kau selalu menjadi pahlawanku, but that day you make me lost my hero.
" Om dan Tante, apapun keputusan Seohyun aku akan menghormatinya, tapi kalian tahu jawabanku akan tetap sama dengan 6 tahun yang lalu dan tak ada yang berubah dengan itu. Seohyun akan selalu menjadi satu-satunya di dalam hatiku, dia akan selalu menjadi sosok yang akan aku sayangi dan lindungi, tidak perduli apakah dia tahu atau tidak. Jadi yang tante dan om butuhkan saat ini hanyalah keputusan dari Seohyun ".
Tunggu ! tunggu sebentar, apakah tadi Seohyun tidak salah mendengar ? benarkah tadi Yonghwa mengatakan aku lah satu-satunya wanita yang ada dalam hatinya ? Oh Please, apakah aku harus percaya ? Seohyun kembali teringat setiap kejadian di setiap masa yang di singgahi. Dan kejadian di saat dia latihan di ruang pertunjukan kembali terbayang. Ya Tuhan ? benarkah ? Ohhhh tunggu dulu tunggu dulu, jangan jangan sekarang tolong jangan sekarang, jerit Seohyun tapi tubuhnya kembali tertarik ke dalam lorong waktu dan mulai berputar-putar menenggelamkan jeritan protes Seohyun. Please bawa aku ke masa 6 tahun yang lalu...
Suara isakan tangis itu sangat Seohyun kenal. Itu suara tangisan ibunya. Seohyun melihat ibunya sedang menangis dan nampak rapuh dalam pelukan Ibu Yonghwa, Seohyun melihat di sana ada Ibu Minhyuk, Jungshin dan juga orang tua dari Hyo. Tapi mengapa hanya para orang tua ? kemana yang lainnya.
Seohyun melangkah mendekati ibunya dan berlutut didepannya. Dipandanginya wajah sedih sang ibu, air mata tanpa dia sadari mengalir di pipinya. Apa yang telah dia lakukan? mengapa dia membuat orang yang sangat dia cintai menangis ? Seohyun menyentuh tangan ibunya dan berkata, Mom, look I am here, cant you feel me ? Tapi Seohyun tahu itu semua percuma. Ibunya saat ini pasti sedang sangat bersedih, Seohyun ingat ayahnya sedang berada di Canada untuk sebuah pertemuan ? Ya Tuhan, Ibu pasti saat ini sangat sangat khawatir akan keselamatannya.
Tiba-tiba Seohyun merasa seseorang berlutut di sampingnya, dan Seohyun berpaling dan mendapati wajah Yonghwa tepat di depan matanya. Dan tangan Yonghwa yang menggenggam tangan ibu Seohyun tepat di tempat yang sama dengan Seohyun meletakkan tangannya. Sebuah perasaan aneh menjalar menghadirkan sengatan yang membuat Seohyun menarik tangannya.
" Auntie, saya akan berangkat ke China, sekarang saya sedang menunggu Jonghyun yang sedang mencarikan tiket untuk saya. Auntie nanti akan diantar oleh Jungshin untuk mengambil sampel dna. Dan auntie juga bisa terbang ke China dengan fasilitas dari.pemerintah China. Bila perlu Minhyuk, Jungshin dan Jonghyun akan ikut bersama auntie ". Seohyun menatap Yonghwa dengan pandangan tak percaya. Yonghwa akan ke China untuk mencarinya ?
" Auntie, teruslah berdoa dan jangan berpikir macam-macam, saya yakin Seohyun pasti selamat dan akan kembali berkumpul dengan kita semua ".
" Eomma, kalau begitu saya akan pulang untuk bersiap- siap. Eomma disini saja menemani auntie bersama yang lain. Biar nanti Saya telepon Appa di Busan untuk pamit "
" Pergilah, mama akan disini menemani ibu Seohyun. Tolong kau bawa pulang Seohyun ya ". Seohyun melihat kepala Yonghwa mengangguk dan perlahan berdiri dan melangkah keluar. Seohyun berdiri dengan cepat dan mengikuti Yonghwa yang berjalan keluar.
" Minhyuk tolong kau urus semuanya. Nanti kau, Jonghyun dan Jungshin temanilah ibu Seohyun terbang ke China malam nanti. Jangan lupa Jungshin antar auntie ke rumah sakit. Aku berangkat dulu ".
" Hyung tidak usah khawatir, kami akan mengurus semuanya disini, safe flight and sampai ketemu nanti di China ".
Seohyun tertegun. Kembali air matanya mengalir membasahi pipinya yang pucat. Dingin, bahkan airmatanya pun terasa begitu dingin. Ya Tuhan lihatlah betapa aku telah membuat semua orang merasa sedih dan merepotkan semua sahabat-sahabatnya. Apakah keputusannya berangkat ke China dalam misi kemanusiaan itu adalah hal yang egois ? Ya Tuhan, mengapa hal ini harus terjadi. Tidak seharusnya Seohyun membuat ibunya menangis, sahabat-sahabatnya bersedih.
Seohyun kembali ke waktu dimana dia saat ini berada, dalam reruntuhan pesawat. Seohyun menatap tubuhnya yang tak bergerak. Ya Tuhan apakah ini adalah saat terakhirnya di dunia ? Apakah dia akan berakhir seperti ini ? Tidak, aku mohon Ya Tuhan, jangan ambil nyawaku saat ini. Aku masih ingin bertemu ibu dan ayah, meminta maaf atas keegoisannya, dan menghabiskan seratus tahun hidupnya untuk membahagiakan mereka.
Tuhan, jangan ambil nyawaku, aku masih ingin bertemu dengan Yonghwa Oppa. Aku masih harus bertemu dan menanyakan semua hal padanya. Tolong Tuhan, izinkan aku sekali ini saja, jangan ambil nyawaku. Selamatkanlah aku. jangan kau ambil nyawaku saat masih ada beban yang menghimpit dada ini. Please, aku mohon ya Tuhan, berbelas kasihlah padaku. Selamatkanlah aku, selamatkanlah aku...........
Seohyun berlutut dalam kegelapan dan dingin yang menderanya. Yonghwa Oppa, tolong untuk kali ini jadilah pahlawanku yang hilang, bawalah aku pulang seperti dulu saat kau menggendongku pulang ke rumah ketika aku jatuh dari pohon dan terluka. Yonghwa Oppa, please take me home, please take me home..................
Hening.
* * * * *
Yonghwa tersentak dan terbangun dari tidurnya dengan tiba-tiba. Dia seakan mendengar sebuah rintihan yang memanggil namanya. Seohyun, kau kah itu ? tanya Yonghwa dalam hati. Yonghwa melayangkan pandangannya ke sekelilingnya lalu menarik napas panjang. Sepertinya dia sedang bermimpi saat tertidur tadi.
Yonghwa menatap jam tangan di pergelangannya, sudah hampir dua jam penerbangannya ke China. Tapi mengapa rasanya begitu lambat. Yonghwa berharap bisa segera tiba dan mulai bisa berusaha mencari Seohyun beserta dengan tim SAR. Setiap detik begitu berharga. Seohyun mungkin sedang berjuang di sana dalam kedinginan, bertahan dalam kesakitan dan Yonghwa bahkan tidak berani membayangkan seperti apa disana.
Kembali Yonghwa mendengar sebuah rintihan dan panggilan minta tolong, begitu lirih tapi sangat jelas di telinganya, Seohyun sedang memanggilnya dari sana, Yonghwa percaya itu, mungkin alam bawah sadarnya berusaha memanggil Yonghwa. Bukankah Seohyun selalu menganggapnya sebagai pahlawannya ? Dan Seohyun sedang meminta pertolongannya.
Ya Tuhan !! Tolong jagalah dia sampai aku menemukannya, jangan ambil dia dari kami, dariku, tidak sampai semua masalah diantara kami terluruskan. Seohyun sayang, bertahanlah. Aku akan datang dan membawamu pulang, bertahanlah. Bukankah kau adalah wanita yang hebat ?
Yonghwa terus memanggil Seohyun dalam hatinya berharap panggilannya bisa sampai ke Seohyun. Berharap wanita yang disayanginya itu bisa mendengar panggilannya dan berusaha bertahan disana, dan menunggunya.
Seohyun, jangan pergi sebelum aku sempat membisikkan padamu betapa aku sangat mencintaimu........ please bertahanlah........
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon