CHAPTER
FOUR
YongHwa menatap layar komputernya dengan pikiran yang melayang. Di meja ada
beberapa surat yang harus di pelajarinya, karena KwangHee masih berbulan madu,
jadi otomatis beberapa tugasnya di bebankan ke YongHwa tapi malah tak di
gubrisnya sejak sekretaris KwangHee meletakkan berkas-berkas tersebut di
mejanya. Dan itu sudah sejak tiga jam yang lalu.
Semalam hanya satu dan pagi ini ada dua. Gadis seperti apa sebenarnya
Seohyun itu. Dua laki-laki dalam semalam ? Seohyun bukan wanita seperti itu kan
? YongHwa memukul kepalanya yang tiba-tiba berpikiran aneh tentang Seohyun.
Tidak mungkin Seohyun seorang wanita penggoda. Tidak mungkin !
Tapi ada dua laki-laki tampan di apartemennya pagi ini, satunya malah
sedang memeluk Seohyun dengan mesra saat tadi YongHwa memutuskan singgah di
apartemennya setelah menghukum dirinya melakukan jogging sejak subuh karena tak
bisa tidur gara-gara memikirkan apa yang Seohyun lakukan di sebelah dengan
laki-laki bernama JungShin.
Dan demi Tuhan, penampilan Seohyun saat baru bangun di pagi hari
benar-benar menggoda untuk di peluk. Itukah alasan laki-laki tadi memeluknya ?
bahkan saat dandanan Seohyun begitu kacau dengan rambut yang berantakan
laki-laki tersebut masih memeluknya dengan hangat.
YongHwa jengkel, karena seharusnya dialah yang memeluk Seohyun mesra
seperti itu.
Yah Jung Yong Hwa !!
Pusing karena memikirkan siapa gerangan dua laki-laki di apartemen Seohyun,
YongHwa mencoba membuka satu berkas di depannya. Berkonsentrasi menelusuri
huruf demi huruf dengan memicingkan matanya. Merasa sia-sia YongHwa membanting
berkas tersebut ke meja.
“ Apa yang kau lakukan ? “, tanya DongHue yang tiba-tiba masuk ke dalam
ruangannya. YongHwa tak menjawab hanya mengedipkan bahunya. Kesal dengan
dirinya sendiri.
DongHue mendekat dan mengambil berkas yang tadi di banting oleh YongHwa,
membacanya sejenak lalu menatap YongHwa dengan pandangan menyelidik. Pandangan
yang YongHwa tahu dengan pasti akan berujung pertanyaan-pertanyaan yang hanya
akan merepotkan dirinya.
“ Ada apa bung ? nampak kesal sendiri ? bangun dari sisi yang salah pagi
ini ? “, DongHue memulai sesi tanya jawabnya sambil menarik kursi yang ada di
depan meja YongHwa pertanda dia tidak ada niat untuk meninggalkan YongHwa
sendiri dan menuntut jawaban atas pertanyaannya.
“ Hyung , apakah kau tidak punya pekerjaan lain yang harus kau lakukan ? “,
YongHwa balik bertanya mencoba mengubah topik. Di mainkannya mouse yang ada di
depannya dengan tangannya.
“ Sayangnya tidak “, jawab DongHue singkat.
“ Mungkin kau mau menghandle semua urusan KwangHee ? “.
“ Setahuku kau bukan tipe orang yang suka lari dari tanggung jawab, YongHwa
? “.
Yonghwa seharusnya tahu dia tidak akan bisa lari dari DongHue. DongHue
terlalu mengenalnya dan untuk beberapa alasan YongHwa berharap DongHue tidak
tahu apa-apa tentang dirinya. Benar-benar menjadi orang asing saja saat ini.
“ Aku baru akan memeriksa semua ini “, YongHwa mencoba mengelak sambil
meraih satu lagi berkas yang belum di bukanya. Mencoba terlihat fokus membaca
apapun yang tertulis di kertas-kertas tersebut.
DongHue menatapnya dengan senyum tertahan. Sorot matanya terlihat prihatin
sekaligus mengejek. Sebentar lagi senyuman itu akan segera merekah. Atau
mungkin dia akan tertawa terbahak-bahak menertawakan kenaifan YongHwa saat ini.
“ Baiklah, siapa namanya ? “, tanya DongHue setelah akhirnya memutuskan
bertanya langsung ke inti masalah.
“ Siapa ? “, tanya Yonghwa balik sambil tetap menatap kertas yang ada di
depannya, tidak sanggup menatap wajah DongHue.
“ Yang pasti bukan nama siapapun yang tercantum di berkas yang kau coba
simak itu “, goda DongHue. “ Atau kau ingin aku menebaknya ? “. Kali ini sebuah
senyuman mereka di wajahnya. Bolehkah YongHwa menonjok wajahnya ?
“ Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan, Hyung “.
“ Apakah Seohyun yang telah membuatmu kehilangan konsentrasi ? “.
Sialan ! Kenapa harus setelak itu. Apakah di wajahnya tertulis, berputus
asa karena seorang gadis bernama Seohyun ? Mungkin sebaiknya YongHwa mencari
cermin dan berkaca.
“ Ada apa dengan Seohyun ? “, tanya YongHwa pura-pura acuh tak acuh
menanggapi perkataan DongHue.
“ Entahlah “, DongHue menatap YongHwa masih dengan senyum di bibirnya. “
Kau yang harus menjelaskan ada apa dengan Seohyun ? “.
“ Memangnya apa yang kau harapkan ? “.
“ Yang aku tahu, semalam ada yang meninggalkan pesta lebih awal karena
seorang gadis yang seharusnya menjadi pendampingnya di acara pesta tiba-tiba
memilih meninggalkannya di tengah pesta “.
“ Kau tahu kan Hyung, bagaimana perasaanku tentang pernikahan “.
“ Dan aku rasa perasaan itu hanyalah sesuatu yang tidak seharusnya kau
miliki “.
“ Ah aku lupa ‘, desah YongHwa. “ Semenjak bertemu dengan Yuri, kau lupa
kan prinsip dasarmu sebagai laki-laki bujangan “, sindir YongHwa.
DongHue tertawa kecil, dia tahu YongHwa sedang berusaha mengalihkan
pembicaraan. Tapi mungkin inilah saatnya dia harus membuat YongHwa mengerti.
Dia tahu YongHwa mungkin merasa dia dan KwangHee sudah mengkhianatinya.
“ Itu karena saat itu aku belum menemukan seseorang yang akan bisa mengerti
apa adanya diriku. Yuri datang di saat yang tepat, walaupun aku mencoba
menghindarinya tapi kita tak bisa lari dari cinta. Kau tahu kan bagaimana sikap
Yuri di awal-awal kami bertemu. Dingin dan angkuh. Tapi kami menemukan kesamaan
bahwa kami saling mencintai setelah semua yang terjadi “.
YongHwa terdiam tidak menanggapi. Mencoba terus menatap berkas di tangannya
dengan sekuat tenaganya walaupun sebenarnya dia sangat ingin melemparnya
jauh-jauh.
“ Apa yang terjadi dengan KwangHee tak jauh berbeda. Kita berdua tahu
bagaimana kehidupan KwangHee setelah Jessica mengkhianatinya. Dan Ailee datang
sebagai tali penolong di saat dia sedang tenggelam. KwangHee dengan rela
mengikatkan dirinya pada tali tersebut agar dia selamat dan keputusan itu
sangat tepat. Ailee adalah wanita yang paling cocok untuknya. Dan aku sangat
bahagia dengan pernikahan mereka “.
“ Aku sama sekali tidak mengerti mengapa kau harus menceritakan hal ini,
aku tahu semua yang terjadi pada kalian tak perlu di ingatkan lagi “, sungut
YongHwa akhirnya menutup berkas tersebut. Menyerah. Dan menatap DongHue
lekat-lekat.
“ Aku pun tak tahu mengapa “, kata DongHue sambil menertawai dirinya. “
Tapi yang aku tahu KwangHee bertemu Ailee saat pernikahanku dan mereka akhirnya
menikah. Apakah hal yang sama akan terjadi padamu, YongHwa ‘, kali ini nada
suara DongHue benar-benar mengganggu ketenangan YongHwa.
“ Maaf ? “.
“ Bukankah kau mengundang Seohyun ke pesta pernikahan KwangHee sebagai
pendampingmu yang sayangnya malah kau tidak memedulikannya sepanjang pesta
berlangsung hingga dia memutuskan meninggalkanmu ? “.
“ Aku bukannya tidak memperdulikannya “, YongHwa membela diri.
“ Hanya tidak mengacuhkannya “.
Sayangnya itu benar adanya. Dan hal tersebut sudah membuat YongHwa merasa
bersalah dan meninggalkan pesta lebih awal bermaksud singgah ke sebelah
apartemennya dan meminta maaf pada Seohyun. Semuanya berjalan baik hingga
kedatangan JungShin.
Dan ngomong-ngomong siapa gerangan nama laki-laki kedua ?
“ Apakah kau sudah meminta maaf padanya ? “, tuntut DongHue. “ Aku tidak
membesarkanmu untuk menjadi laki-laki pengecut YongHwa “, DongHue mengingatkan
sambil menatap YongHwa tajam.
“ Aku sudah melakukannya semalam. Aku pulang dan membawa sebotol sampanye
dengan dua gelas yang aku ambil dari apartemenku, mengetuk pintunya dan dia
walaupun sedikit ragu-ragu akhirnya membiarkanku masuk ke dalam apartemnnya dan
menerima tawaranku untuk menikmati segelas ampanye karena dia melewatkan itu
saat meninggalkan pesta “.
“ Dan ? “.
“ Tidak ada ‘Dan’ ! “.
“ Setidaknya kau bisa mengajaknya makan malam sebagai pengganti rasa
bersalahmu “.
“ Well, aku melakukan hal yang lain “.
“ Hal yang lain ? menciumnya ? “, goda DongHue. YongHwa mengerutkan
bibirnya.
“ Aku memintanya menata apartemenku “, jawab YongHwa.
DongHue mengerutkan keningnya. “ Menata apartemenmu ? “.
YongHwa menarik napas panjang. “ Saat memasuki apartemennya aku terpesona “.
“ Seohyun memang bisa membuat orang terpesona “.
“ Bukan Seohyun “, walaupun itu benar aku YongHwa dalam hati. “ Apartemen
Seohyunlah yang membuatku terpesona “.
“ Dan ? “.
“ Aku bilang kalau Seohyun harus memperkenalkan aku dengan siapapun yang
menata apartemennya sehingga begitu terasa nyaman dan hangat dan ternyata
Seohyun adalah lulusan terbaik fakultas design interior di salah satu
universitas terkenal di London dan dialah yang mendesign apartemennya. Jadi aku
menawarkan pekerjaan untuk menata apartemenku tentusaja dengan harga yang
sesuai “.
“ Wah Yuri pasti akan senang mendengar akan hal tersebut “, ucap DongHue.
“ Apa hubungannya dengan Yuri ? “.
“ Beberapa hari yang lalu, Yuri sempat mengungkapkan kalau dia ingin
mengubah kamar Luna menjadi lebih cantik, dan kalau Seohyun ternyata adalah
seorang penata ruangan yang handal, Yuri pasti akan dengan senang hati meminta
Seohyun mau menata kamar Luna “.
Sayangnya YongHwa tidak suka mendengarnya. Yuri akan mulai menjalankan
perannya sebagai makcomblang seperti
yang di lakukannya pada KwangHee dan Ailee. Terlalu beresiko membiarkan Seohyun
dan Yuri bertemu berduaan. Jangan sampai
!
“ Yang pasti Seohyun mungkin akan sibuk menata apartemenku, jadi kurasa
sebaiknya kau boleh memakai design interior yang sering kita pakai untuk
mendesign ruangan hotel-hotel kita “, YongHwa berdalih.
“ Jangan bilang kau mau menguasai Seohyun seorang diri ? “.
“ Tentu saja tidak, tapi kan kita harus melihat dulu hasil yang di buatnya
di apartemenku sebelum menawarkan pekerjaan baru pada seohyun “, kembali
YongHwa berdalih.
“ Rasanya aku tidak pernah meragukan pandanganmu akan hal apapun. Dan kalau
kau mengatakan bahwa apartemen Seohyun membuatmu terpesona, maka aku akan
menganggap pekerjaan Seohyun sangat bagus. Jadi apa masalahnya ? “.
Masalahnya aku tak mau Yuri dekat-dekat dengan Seohyun, umpat YongHwa dalam
hati.
“ Terserah sajalah ! “.
“ Baguslah kalau begitu, sekarang berkonsentrasilah pada pekerjaanmu. Kita
akan mengadakan pertemuan siang ini dengan salah satu pemilik tanah yang akan
kita beli, jadi sebaiknya kau sudah siap saat kita akan berangkat “, kata
DongHue sambil berdiri dan meletakkan berkas yang sedari tadi dipegangnya tepat
di depan YongHwa, lalu berjalan keluar meninggalkan YongHwa. Berbalik sebentar
dan tersenyum lalu menutup pintu.
Baiklah aku butuh kopi. Dan YongHwa pun menekan nomor ekstension yang
langsung menghubungi sekretarisnya.
“ Bawakan aku kopi sekarang juga “.
♥ ♥ ♥
Seohyun kesal melihat bagaimana santainya kedua kakaknya duduk di sofanya
sambil menonton pertandingan bola dengan suara yang berisik sementara dia harus
berkonsentrasi dengan laptopnya di meja dapur mencoba memikirkan design yang
cocok untuk apartemen YongHwa. Dan kedua kakaknya sama sekali tidak membantunya
sedikitpun walaupun hanya sekedar bertanya.
“ Tidak bisakah kalian tidak terlalu berisik “, teriak Seohyun mencoba
mengalahkan suara TV yang cukup besar. “ Aku si pemilik apartemen ini, sedang
berusaha konsentrasi untuk mencari uang sementara kalian para tamu yang tidak
diundang seenaknya saja membuat aku kehilangan konsentrasi ! “.
JungShin dan MinHyuk hanya berpaling menatap Seohyun sesaat lalu kembali
konsentrasi pada pertandingan bola yang sedang mereka tonton. Tak bersuara, tak
bergerak apalagi untuk mengecilkan volume TV.
Kesal Seohyun berdiri dan melangkah ke arah TV lalu menarik stok kontak TV.
Terdengar suara protesan keduanya sesaat setelah Seohyun melakukan hal
tersebut. Puas, kemudian Seohyun menepuk-nepukkan kedua tangannya lalu berjalan
kembali ke meja makan melanjutkan apapun yang sedang di kerjakannya. Tentu saja
dengan tatapan tajam dari kedua kakakknya.
“ Tak bisakah kau melakukan apapun itu di dalam kamarmu, sehingga kami
masih bisa menikmati pertandingan ? “, sahut JungShin protes.
“ Lagi pula mana ada orang nonton bola dengan membisu dan berbisik-bisik,
Seohyun ah ! “. MinHyuk melanjutkan protes JungShin.
“ Masa bodo ! “, sahut Seohyun tak peduli. “ Aku yang punya apartemen,
kalian harus mematuhi peraturanku. Kalau kalian tidak mau, aku akan dengan
senang hati mengantar kalian ke hotel manapun di mana kalian akan tinggal “.
“ Sayangnya tak ada hotel senyaman apartemen di mana adik kecilku tinggal “,
desah JungShin dan di iyakan dengan anggukan kepala MinHyuk. Keduanya menatap
Seohyun dengan pandangan syahdu.
“ Tidak akan mempan padaku tatapan syahdu kalian “, kata Seohyun sambil
mencibirkan bibirnya dan menjulingkan kedua matanya mengejek keduanya.
“ Seohyun nampak lebih cantik dengan wajah seperti itu kan ? “, komentar
MinHyuk sambil menatap JungShin. “ Mata yang juling dan bibir yang mencibir.
Bisakah kita meminta dia terus melakukan hal tersebut ? “.
“ Betul sekali. Tugas kita pasti akan lebih mudah jika dia berwajah seperti
itu “, kata JungShin menganggukkan kepalanya.
“ Lucu sekali kalian berdua ! “. Komentar Seohyun sambil kembali
mencibirkan bibirnya. MinHyuk dan JungShin tertawa berbarengan.
“ Baiklah, aku lapar. Ada yang mau pesan pizza ? “, tawar JungShin sambil
meraih ponselnya yang ada di atas meja.
“ Pizza ? di Korea ? “, cibir Seohyun. “ Seharusnya kalian memesan
Jjangmyun atau ttubokki atau apalah makanan Korea. Kalian di Seoul bukan di
London ! “.
“ Saat seperti ini aku berharap JongHyun Hyung ada di sini “, guman
JungShin.
Please, jangan ! jangan JongHyun ! teriak Seohyun dalam hati.
“ Hyung, selalu bisa menyiapkan makan siang dan makan malam yang enak untuk
kita semua. Tidak peduli masakan Korea ataupun masakan barat. Mungkin sebaiknya
aku menelponnya “.
“ Pizza mungkin bagus juga ! “, teriak Seohyun saaat melihat JungShin mulai
menekan nomor di ponselnya. “ Lagi pula aku sudah lama tidak makan pizza.
Tolong pesankan pizza pepperoni dengan keju yang banyak “.
JungShin tersenyum mengejek, tahu bahwa Seohyun takut bila dia benar-benar
menelpon JongHyun. Padahal tadi dia sedang browsing delivery makanan Korea yang
bisa di pesan di ponselnya. Hal yang sama di lakukan MinHyuk, menyikut pinggang
JungShin tahu sama tahu.
“ Baiklah, menu makan siang kita adalah pizza pepperoni dengan keju yang
banyak. Apakah kau punya nomornya sehingga aku bisa memesannya untuk kita ? “,
tanya JungShin sambil menatap Seohyun.
Seohyun kemudian berdiri dan melangkah ke depan kulkas mencari nomor delivery
piza yang kadang-kadang di pesannya. Dan menyebutkan nomornya setelah itu
membuka kulkas dan mengeluarkan kotak jus orange dan menuangkannya ke gelas
lalu membawanya ke meja dapur di mana dia masih juga berusaha berkonsentrasi
mencari ide yang tepat untuk apartemen YongHwa. Sementara waktu perlahan berlalu, jam di
dinding sudah menunjukkan angka satu siang kurang seperempat.
Tidak lama kemudian pizza pesanan mereka pun datang. MinHyuk membawanya ke
meja sofa, JungShin bergerak mengambil beberapa kaleng soft drink dari kulkas
serta sebotol minuman mineral. Seohyun bergabung dengan keduanya setelah
memutuskan berhenti mencari ide untuk apartemen sebelah. Seohyun memilih biar
YongHwa dulu yang mengeluarkan ide apapun yang dia inginkan untuk apartemennya.
JungShin memasang kembali stok kontak TV, kali ini mereka menonton music
show di salah satu chanel TV. MinHyuk dan Seohyun duduk melantai sambil
menikmati potongan pertama pizza yang hangat dan menggiurkan.
“ Senangnya bisa menikmati lagi pizza seperti ini. Alangkah lebih
menyenangkan lagi bila hyung juga ada di sini “, JungShin. Kali ini Seohyun
setuju. Dulu mereka terbiasa menghabiskan malam dengan menyantap pizza di ruang
keluarga saat kedua orang tua mereka keluar memenuhi undangan dari rekan bisnis
merea. Mereka akan berselonjoran di lantai dan berlomba siapa yang paling cepat
menghabiskan sepotong pizza dan jungShin selalu keluar sebagai pemenang,
walaupun Seohyun berulang kali protes bahwa dia tidak bisa menang melawan
mereka karena mereka adalah laki-laki yang rakus. Tiga lawan satu, Seohyun tak
pernah bisa menang berdebat dengan kakak-kakaknya. Dan sebagai hukumannya dia
harus pasrah menjadi human remote control, duduk di dekat TV bersiap memindahkan
chanel ke saluran yang di minta oleh ketiganya yang benar-benar sangat
menjengkelkan.
Terkadang Seohyun memang merindukan saat-saat tersebut. Hingga saat ibunya
meninggal ketiga kakaknya menjadi begitu posesif melindunginya. Sayangnya
Seohyun tidak menyukai semua itu. Dia tak bisa melakukan apapun tanpa
persetujuan ketiga kakaknya khususnya JongHyun.
Apa yang sedang JongHyun lakukan saat ini ? Apakah dia merasa kesepian di
tinggal sendiri di London oleh ketiga adik-adiknya ?
Seohyun mendesah. Bagaimanapun ketiganya sangat menyayanginya. Seohyun
mensyukurinya. Benar-benar mensyukurinya. Tanpa mereka bertiga Seohyun tidak
tahu apa yang akan di lakukannya saat ibu mereka meninggal. Seohyunlah yang
paling terpukul. Tapi ketiga kakaknya berusaha keras mengembalikan keadaan
seperti sedia kala, hanya bedanya tak ada lagi sosok ibu yang selalu melerai
pertengkaran mereka.
♥ ♥ ♥
Seohyun meregangkan tubuhnya dan menatap jam digital di samping ranjangnya.
Sudah jam lima sore. Dia sudah tertidur kurang lebih tiga jam, setelah
kekenyangan menghabiskan dua potongan besar pizza.
Sebuah ketukan di pintu kamarnya lalu kemudian pintu terbuka perlahan,
kepala Minhyuk melongok masuk.
“ Apakah kau sudah bangun ? “, tanyanya.
“ Baru saja ‘, jawab Seohyun sambil turun dari ranjangnya. “ Ada apa ? “.
“ Aku dan Jungshin mau keluar sebentar membeli sesuatu “.
Bagaimana kalau mencari hotel dan pergi dari apartemenku, guman Seohyun
pelan.
“ Kau mengatakan sesuatu ? “, tanya Minhyuk Seohyun menggeleng. “ Kau mau
titip di belikan sesuatu ? “. Seohyun kembali menggelengkan kepalanya.
Berjalan keluar kamar di lihatnya JungShin sudah mengenakan jaketnya.
Seperti biasa JungShin selalu tampil modis, tentu saja, bukankah dia salah satu
model pria yang sedang populer di London ? Pengaruh Asia sedang melanda dunia
fashion dan dengan wajah orientalnya JungShin tentu saja menjadi pilihan
beberapa perancang dan brand terkenal untuk di jadikan sebagai modelnya.
Sejujurnya ketiga kakaknya adalah orang-orang terkenal kecuali dirinya yang
hanya selalu menjadi bayang-bayang ketiganya. Orang akan lebih mengenalnya
sebagai adik Jonghyun yang memiliki kerajaan bisnis besar, MinHyuk CEO dari
salah satu anak bisnis milik JongHyun dan JungShin yang walaupun ikut serta
berperan dalam pengembangan bisnis JongHyun juga di kenal sebagai model
terkenal.
Dan dia hanyalah Seohyun tanpa embel-embel apapun yang hebat yang akan menyertai
namanya.
“ Kalian tidak mau membawa kunci atau sudah tahu kan kode pin pintu, siapa
tahu kalian pulang aku tidak ada di rumah “, ucap Seohyun mengingatkan
keduanya.
“ Tenang saja “, jawab Minhyuk sambil mengecup kening Seohyun lalu
melangkah keluar menyusul JungShin.
“ Hati-hati di jalan ! “, sahut Seohyun sebelum pintu tertutup.
Seohyun menarik napas panjang sambil merentangkan kedua tangannya. Kedamaian
dan ketenangan yang sejak kemarin hilang dari hidupnya rasanya kembali lagi.
Bersenandung kecil Seohyun mulai merapikan apartemennya.
Bel intern berbunyi. Seohyun melongok ke arah pintu. Apakah kedua kakaknya
sudah pulang ataukah mereka batal keluar ? Rasanya baru beberapa menit yang
lalu mereka meninggalkan apartemennya.
Padahal mereka bilang tenang saja waktu Seohyun mengingatkan agar mereka membawa
kunci. Seohyun menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tapi ternyata yang membunyikan bel pintunya adalah YongHwa. Dan sekali lagi
Seohyun mengutuk dirinya karena tidak menyempatkan menata penampilannya sebelum
membuka pintu.
“ YongHwa ! “, ucap Seohyun terkejut. “ Bukankah baru malam nanti kita akan
bertemu di apartemenmu ? “.
“ Aku cuma mau bilang jam delapan saja kau datang ke apartemenku, ada
sedikit pekerjaan yang harus ku selesaikan “, kata YongHwa sambil mencuri
pandang ke dalam apartemen Seohyun. Kemana perginya kedua orang tersebut ?
“ Oh “, ucap Seohyun tersenyum. “ Baiklah terserah apa katamu saja “.
“ Ok, kalau begitu sampai ketemu nanti “, YongHwa tersenyum tapi masih juga
mencoba mencuri pandang ke dalam apartemen Seohyun, penasaran kemana perginya
dua pria tampan yang tinggal di apartemen Seohyun.
“ Mereka berdua sedang keluar “, ucap Seohyun dan YongHwa terbelalak dan
tersenyum kikuk salah tingkah karena Seohyun mengetahui apa yang di lakukannya.
“ Baiklah, aku ke sebelah dulu. Jangan lupa jam delapan “, sahut Yonghwa
sambil mundur beberapa langkah sambil melambaikan tangannya kepada Seohyun lalu
berbalik dan berjalan menyusuri koridor menuju pintu apartemennya. Di
belakangnya Seohyun menutup pintu dengan senyuman geli tersungging di bibirnya.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon