Welcome to Busan.
Salah satu kota industry di Korea Selatan. Kota yang mempunya pantai yang indah dan tentu saja seafood yang lezat.
Seohyun menatap keramaian jalan di kota Busan. Rasa lelah yang dia rasakan akhir-akhir ini sepertinya hilang. Ternyata dia memang butuh penyegaran. Seohyun butuh keluar dari Seoul untuk menenangkan pikiran dan hatinya. Dan dia senang trip kali ini bukanlah trip dalam rangka tugas menemani sang ayah.
Dua puluh menit kurang lebih perjalanan dari bandara ke rumah keluarga Mr. Jung. Rumah besar yang sangat asri. Halaman yang luas dengan pohon maple yang mulai menguning sangat kontras dengan bangunan putih besar tersebut. Suasana dan udara yang sejuk menyapanya saat keluar dari mobil yang menjemput mereka di bandara.
Seohyun melihat Mrs. Jung berjalan mendekati mereka. Wajah ramahnya tersenyum bahagia melihat kedatangan mereka. Dibelakangnya Mr. Jung berjalan mengikuti istrinya jua menghampiri mereka.
" Selamat datang di Busan my dear Seohyun ", kata Ny, Jung sambil memeluk Seohyun. " Bagaimana perjalanannya ? ". Seohyun hanya bisa tersenyum sambil menganggukkan kepalanya memberi salam kepada Mr. Jung yang menatapnya dari balik punggung isitrinya. Sedikit basa basi lalu mereka mulai melangkah maemasuki rumah putih yang sangat indah tersebut.
Sama seperti megahnya bangunan tersebut dari luar, isi rumahpun tak kalah indahnya, itu yang pertama-tama bisa Seohyun tangkap saat melangkah masuk ke dalam rumah. Ny. Jung mengajak mereka masuk ke sebuah ruangan yang sangat nyaman dan hangat, interior ruangan dengan perapian nampak klasik.
Mereka pun lalu terlibat perbincangan dari A sampai Z, Seohyun tidak terlalu banyak terlibat dengan perbincangan mereka, hanya kadang-kadang menjawab kalau dia ditanya, tertawa mendengar celoteh lucu mereka atau tersipu malu mendengar pujian mereka. Selebihnya dia hanya memandang sekeliling dan menatap jauh keluar jendela. Mungkin karena terlalu asyik dengan pikirannya Seohyun tidak menyadari seseorang memasuki ruangan tersebut.
" Ahh, akhirnya kamu turun juga. Ayo sini sapa tamu kita ". Seohyun tersadar bahwa ada orang lain yang telah bergabung dengan mereka saat dia mendengar suara Ny. Jung bernada sedikit lebih keras. Perlahan di palingkannya wajahnya dan mata indahnya terbelalak mendapati siapa dia. Memakai sweater turtleneck berwarna abu-abu dan celana jeans biru pudar dengan rambut yang basah Yonghwa terlihat begitu gagah, dan Seohyun harus menggigit lidahnya untuk meyakinkan dirinya tidak sedang bermimpi. Sakit. Jadi bukan mimpi dan Yonghwa benar-benar ada di sini.
Ya Tuhan, dunia ini begitu luas tapi memgapa tiba-tiab menjadi begitu kecil sehingga dia harus bertemu dengan Yonghwa. Rasanya liburan indah yang dia bayangkan terbang jauh ke awan tinggi. Aigooo....
Saat ini Seohyun rasanya ingin mengambil skop dan menggali lubang paling dalam dan masuk ke dalamnya. Dan diam disana selamanya. Pikirannya berkecamuk hingga dia tidak mendengar Yonghwa menyapanya hingga ibunya menyentuh lengannya. Buru-buru dia tersenyum dan membalas sapaan Yonghwa.
Selanjutnya Seohyun benar-benar merasa berada di tempat yang benar tapi waktu yang salah.............
* * * * *
Setelah makan siang Seohyun lebih memilih untuk tinggal di kamarnya. Walaupun sebenarnya dia berharap bisa keluar dan menikmati pemandangan pantai Haeunde yang terkenal dengan burung camarnya itu. Tapi dengan begitu artinya dia akan diantar oleh Yonghwa dan berada bersama Yonghwa bukan hal yang dia inginkan saat ini.
Perkataan Yonghwa di ruang kantornya beberapa hari yang lalu masih bisa membuat hatinya sakit. Gaun pengantin untuk calon istrinya. Dan dia menginginkan gaun rancangan Seohyun.
Seohyun merebahkan tubuhnya ke kasur. Dia ingin tertidur dan melupakan semuanya saat terbangun. Tapi bisakah ? Sudahlah Seohyun buat apa memikirkan dia, pertama dia seorang diplomat, kedua kau sangat membenci profesi itu, ketiga dia sudah punya calon istri. Itu sudah cukup bagimu untuk berhenti memikirkannya. Buang saja bayangannya jauh-jauh ke dasar laut, bisik hatinya
Seohyun membenarkan perkataan batinnya sendiri. Dia memang tidak sepantasnya memikirkan Yonghwa. Walaupun dia bisa membuat hati Seohyun berdebar tidak karuan tapi dia tidak bisa membiarkan dirinya menyukai Yonghwa lebih dalam lagi.
Baru saja Seohyun ingin memejamkan matanya tiba-tiba dia mendengar dentingan suara gitar mengalun dari arah balkom. Seseorang sedang memainkan gitar. Siapa gerangan ? Perlahan seohyun bangkit dan berjalan ke arah balkom kamarnya. Dari atas balkom Seohyum melihat Yonghwa sedang memainkan gitar, terlihat begitu santai hingga siapapun yang melihatnya tidak akan berpikiran kalau dia seorang duta besar. Mr. Ambassador Jung Yong Hwa.
Seohyun menimati alunan gitar tersebut. Nadanya sangat indah. Begitu penuh perasaan. Nada ceria namun indah. Tiba- tiba alunan gitar tersebut terhenti. Penasaran Seohyun mengintip ke bawah, Yonghwa nampaknya sedang menerima telepon dari seseorang. Mungkin saja dari sang kekasih. Dan kembali Seohyun merasakan dadanya sesak.
Mungkin sebaiknya dia pergi berjalan-jalan. Mungkin dengan begitu dia bisa lebih merasa tenang. Seohyun lalu mengeluarkan cardigan dari kopernya. Memakainya dan memperbaiki penampilannya di cermin. Tak lupa dia meraih tas dan berjalan keluar kamarnya.
* * * * *
Yonghwa mendengar kegaduhan dari dalam rumah. Penasaran Yonghwa masuk dan mencari tahu ada apa gerangan. Dia melihat kepanikan di wajah Ibu Seohyun. Sementara Ayab Seohyun sedang berusaha menelpon seseorang tapi tampaknya tidak diangkat.
" Seohyun tidak menjawab telponnya ". Mendengar perkataan ayab Seohyun Yonghwa sadar kalau Seohyun tidak berada di sini. Lalu dimanakah gadis itu ?
" Ada apa Ibu ? ", tanya Yonghwa kepada Ibunya.
" Seohyun tidak ada di kamarnya. Ibu sudah menyuruh orang-orang mencarinya ke seluruh rumah tapi dia tidak ada dimana-mana ", jawab Ibunya yang sedang berusaha menenangkan Ibu Seohyun.
" Mungkin dia keluar jalan-jalan ?", kata Yonghwa
" Tapi dia tidak tahu apa-apa tentang Busan ", kata Ibu Seohyun dengan nada panik.
" Seohyun sudah dewasa, dia tidak akan hilang di Busan. Tenang, biar saya pergi mencarinya, saya tidak akan pulang tanpa Seohyun ", kata Yonghwa di sambut anggukan dari ayahnya.
" Pergilah dan jangan lupa kabari kami bila kau bertemu dengannya ".
" Yonghwa, tolong cari dia ya ", pinta Ibu Seohyun dan Yonghwa mengangguk pasti. Dia lalu berlalu meraih jaket dan kunci mobil lalu bergegas keluar menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah.
Sambil mengendarai mobilnya Yonghwa mulai menerka-nerka kemana Seohyun kira-kira berada. Dan satu-satunya tempat yang Yonghwa bisa yakini adalah Pantai Haeunde. Seohyun pernah bilang kalau dia sangat suka dengan suasana pantai. Dia selalu suka berjalan dipasir pantai yang basah..
Yonghwa memarkirkan mobilnya. Pantai Haeunde hari ini sangat berangin, Yonghwa berharap Seohyun memakai jaket hangat bila dia memang ada di pantai ini. Yonghwa lalu mengedarkan pandangannya ke penjuru pantai. Dan dia menemukan wanita yang sangat di cintainya itu berdiri disana dan sedang memandang hamparan laut luas dihadapannya. Yonghwa menarik napas lega.
Mungkin ini waktu yang tepat untuknya berbicara dari hati ke hati dengan Seohyun. Yonghwa lalu melangkahkan kakinya memasuki supermarket kecil dan keluar sambil memegang sekantong sereal udang. Dia akan mengajak Seohyun memberi makan burung-burung camar yang menjadi salah satu daya tarik Haeunde. Sekedar mencairkan suasana yang mungkin akan terasa sedikit kaku. Mungkin...
.
.
* * * * *
Seohyun menikmati hembusan angin pantai yang menyapu wajahnya. Dipejamkannya matanya untuk lebih merasakan sejuknya angin. Akhirnya dia bisa melihat juga keindahan pantai yang terkenal di Busan tersebut. Pantai dengan pasir putih serta burung-burung camar yang terlihat jinak. Ahh seharusnya tadi dia membeli sekantong snack rasa udang. Menurut yang dia baca burung-burung camar itu sangat menyukainya .
Seohyun lalu melangkah menyusuri pasir pantai yang basah oleh gelombang laut. Seohyun selalu suka berjalan dipantai yang basah. Tangannya memegang kedua sepatunya sementara kaki telanjangnya mulai bermain-main dipasir.
Seohyun merasakan seseorang sedang berjalan mendekatinya. Dan Seohyun mulai merasa panik. Tapi dia berusaha tenang mungkin saja itu salah satu pengunjung pantai katanya dalam hati.
" Mau memberi makan burung camar ? ", tanpa Seohyun sadari Yonghwa sudah berada di sampingnya dan kali ini dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya.
" Hoahh ", jeritnya kaget " You !! What are you doing here ?", tanya Seohyun setelah bisa menguasai rasa kagetnya. Yonghwa tertawa melihat ekspresinya.
" Well someone going secretly without telling everyone and make us panic ".
Seohyun terdiam. Tadi dia bermaksud menelpon ayahnya tapi ternyata ponselnya lowbatt dan dia tidak membawa power bank.
" Maaf, ponselnya mati, baterainya habis. Tadi lupa ngecas ", kata Seohyun lirih. Mengapa tiba-tiba dia merasa bersalah.
" Sudahlah toh saya sudah menemukanmu. Bagaimana, berani memberi makan burung-burung camar itu ", kata Yonghwa sambil menunjuk sekumpulan burung camar yang berada di pantai. Dia lalu merobek plastik segel snack udang yang tadi di belinya.
Seohyun memandang sekumpulan burung yang sedang berjemur dipantai. Kira-kira ada sekitar 30 atau lebih burung camar disana. Apakah dia berani? Tentu saja dia berani.
" Siapa takut ", jawab Seohyun menerima tantangan Yonghwa. Yonghwa tersenyum dan.menyodorkan snack tersebut kepada Seohyun.
Seohyun lalu mengambil satu snack yang agak panjang. Tapi dia bingung bagaimana caranya ? Lalu dia menatap Yonghwa .
" Caranya ? " , tanyanya kemudian.
Yonghwa melangkahkan kakinya dan tidak menjawab pertanyaan Seohyun.Dia berjalan ke arah kumpulan burung camar lalu mulai memanggil mereka dengan menggoyang-goyangkan snack tersebut di tangannya sambil diacungkan keatas. Beberapa ekor terbang ke arah Yonghwa dan satu diantaranya memakan snack yang ada ditangan Yonghwa. Seohyun terdengar berteriak senang dibelakangnya . Dia.lalu mulai melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Yonghwa dan berteriak senang saat salah seekor burung tersebut memakannya.
Beberapa saat keduanya lalu asyik berlari kesana kemari menghindari serbuan burung-burung tersebut. Sesekali Seohyun menjerit lalu berlari menjauh atau bersembunyi dibalik punggung Yonghwa. Sementara Yonghwa menikmati setiap detiknya keceriaan yang terpancar di wajah Seohyun.
Karena lelah Seohyun lalu menjatuhkan dirinya ke pasir. Snack mereka sudah habis dan anehnya burung-burung tersebut sepertinya tau dan terbang menjauhi mereka. Yonghwa lalu duduk disamping Seohyun. Keduanya kini duduk berdampingan sambil memandang gelombang laut yang bergulung.
" Kok tahu kalau aku ada disini ? ", tanya Seohyun setelah beberapa saat mereka hanya terdiam.
" Feeling ?", jawab Yonghwa singkat. Seohyun hanya berucap ooo mendengar jawaban Yonghwa. Keduanya kembali terdiam.
" Seohyun, boleh aku bertanya satu hal ? ", tanya Yonghwa dan di jawab dengan anggukan oleh Seohyun.
" Mengapa kau sangat membenci pekerjaan sebagai diplomat ? ".
" Karena ayahku seorang diplomat. Pekerjaan itu membuatnya melupakan perannya sebagai ayah bagiku. Dia begitu sibuk sehingga tidak bisa menghadiri event sekolah, bahkan dia tidak datang di acara wisudaku karena harus menghadiri rapat penting kenegaraan. Beribu kali aku harus menahan kecewa dan menangis karena sedih. Tapi anehnya saya tidak pernah bisa protes karena saya sangat menyayanginya ".
Seohyun lalu terdiam. Sebutir airmata menetes di pipinya. Seohyun segera menghapusnya. Dia tidak ingin Yonghwa melihatnya menangis.
Yonghwa memandang wanita yang duduk disampingnya. Yonghwa bisa merasakan kekecewaan dan kesedihan Seohyun. Tentulah masa kecilnya tidak sebahagia anak-anak lainnya.
" Saya selalu senang melihat ayahku memimpin sidang. Terkadang dia suka mengajakku bersamanya. Bagiku pekerjaan ayah sangat mulia dan hebat sehingga dari kecil aku terpacu untuk bisa menjadi seperti dirinya. Dan saat kesempatan itu datang aku tidak melewatkannya. Setelah lulus kuliah aku.mulai merintis karierku dipemerintahan. Dengan bimbingan ayah akhirnya aku berhasil menjadi salah seorang diplomat yang diperhitungkan dan termuda. Ayah sangat bangga saat mengetahui kalau aku mendapat promosi sebagai duta besar di Indonesia ' Yonghwa menceritakan bagaimana dia bisa menjadi seorang diplomat.
Seohyun mendengarnya sambil memandang hamparan laut biru dihadapannya. Dia merasa sebagai anak seorang diplomat Yonghwa cukup beruntung tetap bisa mendapatkan cinta dan perhatian dari ayahnya. Somehow Seohyun wish ayahnya seperti ayah Yonghwa.
" Apakah kebencianmu itu tidak bisa berubah ? ", tanya Yonghwa. Seohyun masih terdiam. " Apakah seorang diplomat sepertiku tidak bisa memilikimu ? ".
Seohyun tersentak. Tak percaya dipandanginya Yonghwa yang sedang menatapnya pula. Sesaat pandangan mereka bertemu.
" Sejak melihatmu di pesawat waktu itu, aku sudah mulai menyukaimu. Kau terlihat sangat unik dengan dandananmu dan penuh percaya diri. Menemanimu bertualang di kota Jakarta membuatku semakin mencintaimu. Hingga saat kau berkata kalau kau tidak ingin berhubungan dengan pria manapun yang berprofesi sebagai diplomat. Kau membuatku tidak bisa tidur semalaman memikirkan bagaimana harus berterus terang padamu ".
"Apakah itu sebabnya kau tidak mengangkat telponku ? ".
" Aku ada disana Seohyun, mengantarmu tanpa sepengetahuan dirimu. Aku hanya menatapmu dari jauh aku terlalu takut bertemu denganmu dan harus menerima tatapan kebencian darimu saat aku berterus terang tentang siapa diriku ".
Yonghwa lalu terdiam. Senja mulai jatuh dan udara semakin dingin. Yonghwa lalu membuka jaketnya dan memakaikannya di pundak Seohyun. Seohyun tersenyum sambil berucap terima kasih.
" Hingga akhirnya kita bertemu di pesta itu. Aku tidak pernah menduga kau ada disana. Terus terang aku sangat kaget. Dan melihatmu meninggalkan pesta dengan tergesa-gesa membuatku sedih ".
" Mengapa kau tidak menelponku hari itu, Oppa ? Andai kau tahu aku menunggu kau menelponku dan.menjelaskannya semua padaku ".
" Kau tak tahu betapa aku ingin menelponmu ".
Keduanya lalu kembali terdiam. Keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Hanya deru ombak dan sesekali jeritan burung camar yang terdengar diantara mereka.
" Tapi toh semua tidak ada gunanya lagi", kata Seohyun tak dapat menyembunyikan nada bergetar di suaranya.
" Maksudnya ? ".
" Bukankah kau sudah menemukan calon istri, seharusnya kau sekarang lebih memikirkan dia ", jawab Seohyun lirih.
" Maksudnya ? ".
" Bukankah kau sudah menemukan calon istri, seharusnya kau sekarang lebih memikirkan dia ", jawab Seohyun lirih.
" Yah, aku akan segera menikah ", guman Yonghwa. Seohyun tertunduk mendengarnya.
" Tapi itu kalau kau setuju menikah denganku " kata Yonghwa sambil menatap Seohyun dalam. Seohyun terkejut dan otomatis berpaling ke arah Yonghwa.
Apakah Yonghwa sedang melamarnya menjadi istrinya ?, bisik Seohyun dalam hati. Seohyun kembali memandang hamparan laut di depannya. Langit mulai gelap. Bintang-bintang satu persatu mulai menghiasi langit. Hati Seohyun berkecamuk. Satu sisi dia merasa sangat senang dan bahagia tapi di satu sisi dia merasa dia tidak berani mengambil resiko untuk berhubungan dengan seorang diplomat. Bayangan masa kecilnya kembali membayang di benaknya.Ottokeyo ?
Yonghwa menikmati keheningan di antara mereka. Seohyun terdiam itu pertanda bagus untuknya, berarti dia sedang mempertimbangkan sesuatu.
" Sejak pertama melihatku, entah mengapa aku merasa yakin bahwa kaulah yang selama ini aku tunggu ", Yonghwa memecah kesunyian diantara mereka. " Aku sendiri tidak tahu mengapa aku bisa begitu yakin, sementara aku tidak mengetahui apakah kau juga menyukaiku atau tidak. Hanya satu yang membuatku kadang merasa ragu, bahwa kau membenci profesi yang aku jalani. Setiap malam aku berpikir bagaimana caranya membuatmu menjadi milikku. Setiap malam aku bahkan membayangkan bagaimana nanti bila aku telah memilikimu dan tiap malam aku merasa bahwa diriku seorang pencinta gila ", lanjut Yonghwa sambil meringis mengingat malam-malam yang dilaluinya selama ini.
Seohyun tetap terdiam, tatapannya tetap terpaku ke hamparan laut dihadapannya. Begitu luas dan tampak terlihat tenang. Seohyun mencoba menyelami kata-kata yang diucapkan Yonghwa, mencoba berdamai dengan hatinya.
Jujur Seohyun mencintai pria yang duduk disampingnya. Melihatnya kembali setelah begitu lama tetap menghadirkan getaran yang sama seperti saat dia pertama jatuh hati padanya. Dia tahu saat ini adalah saat seharusnya dia merasa bahagia dan senang. Tapi disisi lain dia merasa sedang mengkhianati janji masa kecilnya.
Tiba-tiba Seohyun merasa Yonghwa memegang kedua tangannya. Tangan itu begitu hangat. Seohyun berpaling dan menatap Yonghwa. Wajah tampan itu memandangnya dengan wajah yang sangat serius. Dan baru kali ini Seohyun melihat Yonghwa seperti itu.
Yonghwa menggenggam kedua tangan Seohyun, " Dingin ? ", tanyanya. Seohyun menggeleng. Yonghwa menatap Seohyun menikmati binar indah dimatanya bagaikan bintang yang begitu terang dilangit. Mata yang membuat Yonghwa jatuh cinta.
" Seohyun ", kata Yonghwa sambil berbisik pelan. " Aku bukan manusia sempurna. Aku mungkin tidak bisa menjanjikan masa depan yang selalu bahagia dan tanpa kesedihan. Aku mungkin tidak akan selalu bisa ada saat kau membutuhkan diriku. Tapi aku bisa berjanji bahwa aku akan selalu berusaha ada saat kau membutuhkan diriku. Selalu akan ada disini memelukmu saat kau membutuhkannya. Mungkin nanti aku tidak akan menjadi ayah yang baik buat anak-anak kita, tapi aku akan berusaha untuk selalu ada buat mereka. Aku belajar banyak dari kedua orang tua kita, aku menjadi tahu apa yang akan aku sesali dan apa yang akan tidak akan aku sesali. Tegurlah aku bila aku melewai batasanku. Aku mencintaimu dan aku akan melakukan apapun untuk membuktikan hal itu kepadamu, walaupun mungkin aku harus merelakan diriku untuk berhenti menjadi seorang diplomat bila itu yang kau inginkan agar kau percaya bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu ".
" Aku mungkin akan kehilangan cita-cita dan inmpianku tapi aku mendapatkan masa depan bersamamu dan aku ikhlas untuk kehilangan itu. Katakan padaku, apakah itu yang kau inginkan, Seohyun ? " tanya Yonghwa sambil menatap mata Seohyun dalam.
Seohyun memejamkan matanya. Dia tidak mampu menatap mata Yonghwa lebih lama. Seohyun merasa betapa egoisnya dirinya bila dia harus meminta hal itu pada Yonghwa. Merenggut impian dan cita-citanya apakah itu tidak sama dengan yang ayahnya lakukan padanya ? Tidak dia tidak seegois itu. Dia mencintai Yonghwa dan Yonghwa mencintainya bahkan lebih daripada cinta yang bisa dia berikan. Bukankah itu cukup ?
" Seohyun... ". Seohyun mendengar Yonghwa memanggil namanya pelan. Seohyun membuka matanya.
" Oppa, aku tidak akan memintamu melakukan hal seperti itu. Aku mungkin sangat membenci pekerjaan sebagai seorang diplomat karena pengalaman masa kecilku tapi bukan berarti aku harus egois dan membuatmu melupakan impian dan cita-citamu sejak kecil. aku tidak ingin kau menjanjikan apapun padaku karena aku takut dengan janji ", kata Seohyun pelan.
" Katakan padaku Seohyun, apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu yakin padaku ?". Seohyun menggelengkan kepalanya. Dia lalu memberikan Yonghwa senyum termanis yang dia miliki.
" Kau tidak perlu melakukan apapun Oppa. Kau mencintaiku itu sudah cukup bagiku ". Mendengar perkataan Seohyun, Yonghwa merasa sangat bahagia sehingga dia ingin berteriak dan memeluk wanita yang sangat di cintainya itu tapi dia berusaha menahannya. Yonghwa hanya menatap Seohyun dengan tatapan tak percaya, tak percaya dengan apa yang didengarnya.
" Apakah itu artinya kau juga mencintaiku Seohyun ? ", tanya Yonghwa menyakinkan dirinya. Seohyun mengangguk pasti sambil tersenyum tersipu. Dan kali ini Yonghwa tak dapat lagi menahan hasratnya untuk memeluk Seohyun. Ditariknya Seohyun berdiri dan memeluknya erat lalu kemudian menggendongnya sambil berputar, membuat Seohyun histeris tapi Yonghwa tak juga menghentikan apa yang dia lakukan. Hingga akhirnya dia menurunkan Seohyun saat wanita tersebut mulai memukul pundaknya minta diturunkan.
Tapi Yonghwa tidak melepaskan pelukannya. Dia ingin terus bisa memeluk Seohyun seperti ini selamanya. Menatap wajahnya lebih dekat bahkan bisa merasakan hembusan napasnya. Oh betapa dia sangat mencintai wanita tersebut.
Seohyun merasa tiba-tiba dunia begitu indah walaupun dia merasa sedikit pusing. Dan Seohyun merasa nyaman berada dalam pelukan Yonghwa. Dia merasakan kehangatan dan perasaan damai serta merasa aman berada dalam dekapan itu. Tiba-tiba Seohyun tersadar satu hal. bagaimana dengan karirnya dan butiknya ?
Seohyun berusaha melepaskan diri dari pelukan Yonghwa. Dia harus memastikan satu hal tersebut. Setelah terlepas dari pelaukan Yonghwa, Seohyun lalu berkata,
" Oppa aku tidak bisa menikah denganmu sekarang ",
Mendengar perkataan Seohyun tersebut Yonghwa menjadi terkejut. " kau tidak sungguh-sungguh mencintaiku kan ?", tanyanya kemudian terdengar penuh kekhawatiran. Seohyun menggeleng sambil tersenyum menenangkannya.
" Aku tidak bisa menikah sekarang. Oppa kau tahu kan aku baru saja merintis karirku, baru saja membuka butikku, kalau aku menikah sekarang maka aku harus mengikutimu, terus bagaimana dengan butikku, karyawanku dan klienku ? Andwei kita tidak bisa menikah sekarang ", kata Seohyun sambil terus menggelengkan kepalanya. Melihatnya seperti itu Yonghwa menjadi gemas dan kembali memeluknya.
" Ssshhhhh.... ", kata Yonghwa berusaha menenangkan Seohyun. " Kita tidak akan menikah sekarang bila itu maumu. Tahun depan atau dua tahun lagi, mungkin aku masih bisa menunggu. But please my love, jangan lebih dari itu ".
" Dua tahun ? ", ucap Seohyun. Dia mencoba membayangkan apa saja yang bisa terjadi pada mereka selama jangka dua tahun kedepan. Mungkin saja mereka bisa berpisah. Andwei...........
" Saat ini kita akan menjadi a Future Married Couple ".
" Future Married Couple ? ".
" Tapi entahlah dua tahun bisa terjadi apa saja, mungkin aku akan bertemu seseorang yang............. ".
" Oppa !!! ", Seohyun menghentikan ucapan Yonghwa dan menatap Yonghwa dengan pandangan tidak percaya. Yonghwa tertawa melihatnya dan sibuk menghindari cubitan Seohyun di tubuhnya. Keduanya lalu tertawa bahagia.
" Seohyun walaupun kita menikah sekarang, aku tidak akan memaksamu meninggalkan apa yang sedang kau jalani saat ini, kalau kau bisa berdamai dengan kekecewaan masa kecilmu dan mau menerimaku maka aku juga harus berdamai dengan keegoisanku dan membiarkan impian masa kecilmu terwujud. I love you with all my heart, Seohyun. Forever till dead do us part. Thats my promise to you ". Setelah berkata seperti itu kepada Seohyun. Yonghwa lalu berlutut dan memegang tangan Seohyun sambil berkata " Seo Ju Hyun, Will You Marry Me ? ".
Dan dengan senyum bahagia dan airmata yang tiba-tiba menetes di pipinya Seohyun berucap " I Do ".
Geudaeneun lovely
Jeo haneul haetsal boda nuni busyeoyo
Nae mamsok eodun gotkkaji balkke bichuneun
Namaneui sarang bit
Geudaereul saranghaeyo lovely
du nuneul gamabwado geudae boyeoyo
Ireohge barabogo
Barabwado nuni busyeoyo
Geudaen naeui sarang bit
MR. AMBASSADOR AND ME
Chapter 9 ANOTHER SURPRISE
Apakah Yonghwa sedang melamarnya menjadi istrinya ?, bisik Seohyun dalam hati. Seohyun kembali memandang hamparan laut di depannya. Langit mulai gelap. Bintang-bintang satu persatu mulai menghiasi langit. Hati Seohyun berkecamuk. Satu sisi dia merasa sangat senang dan bahagia tapi di satu sisi dia merasa dia tidak berani mengambil resiko untuk berhubungan dengan seorang diplomat. Bayangan masa kecilnya kembali membayang di benaknya.Ottokeyo ?
Yonghwa menikmati keheningan di antara mereka. Seohyun terdiam itu pertanda bagus untuknya, berarti dia sedang mempertimbangkan sesuatu.
" Sejak pertama melihatku, entah mengapa aku merasa yakin bahwa kaulah yang selama ini aku tunggu ", Yonghwa memecah kesunyian diantara mereka. " Aku sendiri tidak tahu mengapa aku bisa begitu yakin, sementara aku tidak mengetahui apakah kau juga menyukaiku atau tidak. Hanya satu yang membuatku kadang merasa ragu, bahwa kau membenci profesi yang aku jalani. Setiap malam aku berpikir bagaimana caranya membuatmu menjadi milikku. Setiap malam aku bahkan membayangkan bagaimana nanti bila aku telah memilikimu dan tiap malam aku merasa bahwa diriku seorang pencinta gila ", lanjut Yonghwa sambil meringis mengingat malam-malam yang dilaluinya selama ini.
Seohyun tetap terdiam, tatapannya tetap terpaku ke hamparan laut dihadapannya. Begitu luas dan tampak terlihat tenang. Seohyun mencoba menyelami kata-kata yang diucapkan Yonghwa, mencoba berdamai dengan hatinya.
Jujur Seohyun mencintai pria yang duduk disampingnya. Melihatnya kembali setelah begitu lama tetap menghadirkan getaran yang sama seperti saat dia pertama jatuh hati padanya. Dia tahu saat ini adalah saat seharusnya dia merasa bahagia dan senang. Tapi disisi lain dia merasa sedang mengkhianati janji masa kecilnya.
Tiba-tiba Seohyun merasa Yonghwa memegang kedua tangannya. Tangan itu begitu hangat. Seohyun berpaling dan menatap Yonghwa. Wajah tampan itu memandangnya dengan wajah yang sangat serius. Dan baru kali ini Seohyun melihat Yonghwa seperti itu.
Yonghwa menggenggam kedua tangan Seohyun, " Dingin ? ", tanyanya. Seohyun menggeleng. Yonghwa menatap Seohyun menikmati binar indah dimatanya bagaikan bintang yang begitu terang dilangit. Mata yang membuat Yonghwa jatuh cinta.
" Seohyun ", kata Yonghwa sambil berbisik pelan. " Aku bukan manusia sempurna. Aku mungkin tidak bisa menjanjikan masa depan yang selalu bahagia dan tanpa kesedihan. Aku mungkin tidak akan selalu bisa ada saat kau membutuhkan diriku. Tapi aku bisa berjanji bahwa aku akan selalu berusaha ada saat kau membutuhkan diriku. Selalu akan ada disini memelukmu saat kau membutuhkannya. Mungkin nanti aku tidak akan menjadi ayah yang baik buat anak-anak kita, tapi aku akan berusaha untuk selalu ada buat mereka. Aku belajar banyak dari kedua orang tua kita, aku menjadi tahu apa yang akan aku sesali dan apa yang akan tidak akan aku sesali. Tegurlah aku bila aku melewai batasanku. Aku mencintaimu dan aku akan melakukan apapun untuk membuktikan hal itu kepadamu, walaupun mungkin aku harus merelakan diriku untuk berhenti menjadi seorang diplomat bila itu yang kau inginkan agar kau percaya bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu ".
" Aku mungkin akan kehilangan cita-cita dan inmpianku tapi aku mendapatkan masa depan bersamamu dan aku ikhlas untuk kehilangan itu. Katakan padaku, apakah itu yang kau inginkan, Seohyun ? " tanya Yonghwa sambil menatap mata Seohyun dalam.
Seohyun memejamkan matanya. Dia tidak mampu menatap mata Yonghwa lebih lama. Seohyun merasa betapa egoisnya dirinya bila dia harus meminta hal itu pada Yonghwa. Merenggut impian dan cita-citanya apakah itu tidak sama dengan yang ayahnya lakukan padanya ? Tidak dia tidak seegois itu. Dia mencintai Yonghwa dan Yonghwa mencintainya bahkan lebih daripada cinta yang bisa dia berikan. Bukankah itu cukup ?
" Seohyun... ". Seohyun mendengar Yonghwa memanggil namanya pelan. Seohyun membuka matanya.
" Oppa, aku tidak akan memintamu melakukan hal seperti itu. Aku mungkin sangat membenci pekerjaan sebagai seorang diplomat karena pengalaman masa kecilku tapi bukan berarti aku harus egois dan membuatmu melupakan impian dan cita-citamu sejak kecil. aku tidak ingin kau menjanjikan apapun padaku karena aku takut dengan janji ", kata Seohyun pelan.
" Katakan padaku Seohyun, apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu yakin padaku ?". Seohyun menggelengkan kepalanya. Dia lalu memberikan Yonghwa senyum termanis yang dia miliki.
" Kau tidak perlu melakukan apapun Oppa. Kau mencintaiku itu sudah cukup bagiku ". Mendengar perkataan Seohyun, Yonghwa merasa sangat bahagia sehingga dia ingin berteriak dan memeluk wanita yang sangat di cintainya itu tapi dia berusaha menahannya. Yonghwa hanya menatap Seohyun dengan tatapan tak percaya, tak percaya dengan apa yang didengarnya.
" Apakah itu artinya kau juga mencintaiku Seohyun ? ", tanya Yonghwa menyakinkan dirinya. Seohyun mengangguk pasti sambil tersenyum tersipu. Dan kali ini Yonghwa tak dapat lagi menahan hasratnya untuk memeluk Seohyun. Ditariknya Seohyun berdiri dan memeluknya erat lalu kemudian menggendongnya sambil berputar, membuat Seohyun histeris tapi Yonghwa tak juga menghentikan apa yang dia lakukan. Hingga akhirnya dia menurunkan Seohyun saat wanita tersebut mulai memukul pundaknya minta diturunkan.
Tapi Yonghwa tidak melepaskan pelukannya. Dia ingin terus bisa memeluk Seohyun seperti ini selamanya. Menatap wajahnya lebih dekat bahkan bisa merasakan hembusan napasnya. Oh betapa dia sangat mencintai wanita tersebut.
Seohyun merasa tiba-tiba dunia begitu indah walaupun dia merasa sedikit pusing. Dan Seohyun merasa nyaman berada dalam pelukan Yonghwa. Dia merasakan kehangatan dan perasaan damai serta merasa aman berada dalam dekapan itu. Tiba-tiba Seohyun tersadar satu hal. bagaimana dengan karirnya dan butiknya ?
Seohyun berusaha melepaskan diri dari pelukan Yonghwa. Dia harus memastikan satu hal tersebut. Setelah terlepas dari pelaukan Yonghwa, Seohyun lalu berkata,
" Oppa aku tidak bisa menikah denganmu sekarang ",
Mendengar perkataan Seohyun tersebut Yonghwa menjadi terkejut. " kau tidak sungguh-sungguh mencintaiku kan ?", tanyanya kemudian terdengar penuh kekhawatiran. Seohyun menggeleng sambil tersenyum menenangkannya.
" Aku tidak bisa menikah sekarang. Oppa kau tahu kan aku baru saja merintis karirku, baru saja membuka butikku, kalau aku menikah sekarang maka aku harus mengikutimu, terus bagaimana dengan butikku, karyawanku dan klienku ? Andwei kita tidak bisa menikah sekarang ", kata Seohyun sambil terus menggelengkan kepalanya. Melihatnya seperti itu Yonghwa menjadi gemas dan kembali memeluknya.
" Ssshhhhh.... ", kata Yonghwa berusaha menenangkan Seohyun. " Kita tidak akan menikah sekarang bila itu maumu. Tahun depan atau dua tahun lagi, mungkin aku masih bisa menunggu. But please my love, jangan lebih dari itu ".
" Dua tahun ? ", ucap Seohyun. Dia mencoba membayangkan apa saja yang bisa terjadi pada mereka selama jangka dua tahun kedepan. Mungkin saja mereka bisa berpisah. Andwei...........
" Saat ini kita akan menjadi a Future Married Couple ".
" Future Married Couple ? ".
" Tapi entahlah dua tahun bisa terjadi apa saja, mungkin aku akan bertemu seseorang yang............. ".
" Oppa !!! ", Seohyun menghentikan ucapan Yonghwa dan menatap Yonghwa dengan pandangan tidak percaya. Yonghwa tertawa melihatnya dan sibuk menghindari cubitan Seohyun di tubuhnya. Keduanya lalu tertawa bahagia.
" Seohyun walaupun kita menikah sekarang, aku tidak akan memaksamu meninggalkan apa yang sedang kau jalani saat ini, kalau kau bisa berdamai dengan kekecewaan masa kecilmu dan mau menerimaku maka aku juga harus berdamai dengan keegoisanku dan membiarkan impian masa kecilmu terwujud. I love you with all my heart, Seohyun. Forever till dead do us part. Thats my promise to you ". Setelah berkata seperti itu kepada Seohyun. Yonghwa lalu berlutut dan memegang tangan Seohyun sambil berkata " Seo Ju Hyun, Will You Marry Me ? ".
Dan dengan senyum bahagia dan airmata yang tiba-tiba menetes di pipinya Seohyun berucap " I Do ".
Geudaeneun lovely
Jeo haneul haetsal boda nuni busyeoyo
Nae mamsok eodun gotkkaji balkke bichuneun
Namaneui sarang bit
Geudaereul saranghaeyo lovely
du nuneul gamabwado geudae boyeoyo
Ireohge barabogo
Barabwado nuni busyeoyo
Geudaen naeui sarang bit
--------------- END ---------------
MR. AMBASSADOR AND ME
Chapter 9 ANOTHER SURPRISE
2 komentar
Write komentarHyaaaaaa~
ReplyFinally..
Gomawoyo~ng..
Zee Eonnie,kasi special chapter dong..
Lumayan,kan,nambah sikit..
Satu Chapter saja tak apelhaaa..
Kekeke.. ;D
What ?? Special chapter ? Hahah
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon