#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

DON'T SAY NO



Chapter Five

Dengan malas Seohyun membuka matanya yang terasa berat. Di liriknya jam digital kecil di meja nakas samping tempat tidurnya. Tertera angka 09:38 am. Dengan perasaan enggan Seohyun bangkit dan berjalan menuju ke kamar mandi.
Rasanya tidak pantas jika Seohyun bangun selambat ini, tapi semalam Seohyun tak bisa memejamkan matanya mengingat semua percakapan antara dirinya dan Yonghwa di meja makan. Berbagai macam perasaan bercampur aduk di dalam hatinya. Dan semua itu hanya membuatnya tidur dan bermimpi buruk.
Apakah Yonghwa sudah berangkat kerja ? pikir Seohyun sambil membasuh wajahnya dengan air dingin sambil menatap bayangan dirinya di cermin. Ada bayangan hitam samar-samar di bawah matanya, bersyukur bahwa setidaknya Yonghwa tidak akan melihatnya dengan keadaan seperti itu.
Seohyun memutuskan untuk segera mandi namun berlama-lama di bawah shower, mendinginkan segala keresahan dan menguatkan dirinya untuk hari ini. Tertegun di depan lemari pakaiannya yang terbuka, Seohyun tak tahu harus memakai baju apa pagi ini. Tak ada satupun baju yang biasa di pakainya di lemarinya. Semua pakaian itu dia tinggalkan untuk di sumbangkan dan sekarang Seohyun menyesalinya.
Seharusnya Seohyun tahu, Yonghwa tidak menyukai perubahan dirinya. Seharusnya dia tidak mengikuti saran Hyoyeon dan kesalahan terbesarnya adalah, seharusnya malam itu dia menguatkan hatinya untuk membatalkan pernikahan mereka bukannya merasa bahagia melihat bagaimana Yonghwa menatapnya.
Seojuhyun kau yang memilih untuk berada di situasi ini, terlibat dalam pernikahan ini jadi tegakkan wajahmu dan jalanilah apa yang telah kau pilih, bisik Seohyun pada dirinya sendiri. Sekali lagi di pandanginya satu persatu pakaian yang ada di lemarinya, mencoba mencari setidaknya satu yang bisa membuatnya terlihat sangat biasa seperti dirinya yang sebenarnya.
Seohyun memutuskan hari ini akan pergi keluar membeli beberapa pakaian berkabung untuk di pakainya. Sedikit mendesah Seohyun menarik gaun dengan potongan sederhana yang rasanya tidak akan terlalu membuatnya terlihat wah. Setelah itu di sapukannya make ringan ke wajahnya demikian juga dengan lipstiknya. Seohyun menatap tampilannya dan tersenyum kecil, setidaknya Bibi Kim – pelayan rumah Yonghwa – tidak akan menatapnya dengan pandangan curiga.
Yonghwa benar bagaimana kehidupan pernikahan mereka, orang lain tak perlu tahu. Cukup dia dan Yonghwa yang tahu dan menjalaninya. Setelah menarik napas panjang Seohyun berjalan keluar kamar dan menuruni tangga berjalan ke arah dapur.
Dan rasanya bangun kesiangannya menghadirkan pemikiran tersendiri di kepala Bibi Kim karena saat Seohyun melangkah masuk, tatapan matanya terlihat bersinar bahagia. Yah, pasti Bibi Kim beranggapan bahwa semalam dia tidak tidur karena sibuk bermesraan dengan suaminya. Well apalagi yang pengantin baru lakukan.
“ Selamat pagi Bibi Kim, kelihatannya sarapan pagi ini sangat enak “, sapa Seohyun sambil menampilkan wajah sedikit malu – lebih tepatnya malu karena bangun terlambat dan bukan sama sekali malu karena apapun yang sedang di pikirkan Bibi Kim.
“ Sarapan yang spesial tentu saja Nyonya “, jawab Bibi Kim dengan senyum yang merekah. “ Saya akan segera menyiapkannya di meja makan. Tuan Jung masih ada di ruang kerja, dia pesan kalau Nyonya sudah bangun dan siap sarapan , dia minta di panggil “.
Jadi Yonghwa belum ke kantor ? Apa yang dia pikirkan. Tentu saja Yonghwa tidak akan pergi ke kantor sebelum sarapan dengan istri barunya. Bodohnya dirinya, rutuk Seohyun.
“ Baiklah Bibi Kim, biar saya yang akan memanggilnya “, ucap Seohyun sambil melangkah keluar dapur dan berhenti sejenak di depan pintu dapur untuk menenangkan pikirannya serta debaran jantungnya. Merapikan dirinya berharap Yonghwa tidak akan mengkritiknya karena gaun yang di pakainya.
Kemarin malam Seohyun mengatakan kepada Yonghwa bahwa mereka harus menghentikan dari awal semua spekulasi dan gosip seputar pernikahan mereka, dan di depan umum mereka harus tampil layaknya sepasang pengantin baru yang sedang di mabuk cinta.
Seohyun merasa tubuhnya gemetar. Dia merasa malu akan perkataannya semalam. Jika memang mereka akan menjalni hidup dengan kepura-puraan dan Seohyun sama sekali tidak menyukai ide tersebut, tidak lebih dari tidak menyukai , Seohyun sangat membenci ide tersebut.
Seohyun harus jujur – walaupun mungkin tidak sepenuhnya jujur bahwa dia mencintai Yonghwa – tapi dia akan mengatakan bahwa apa yang di katakan Yonghwa memang benar adanya. Pernikahan mereka adalah urusan mereka bukan orang lain. Jadi bukankah seharusnya mereka tidak usah berpura-pura karena apa yang di pikirkan orang lain itu tidak penting bagi mereka ?
Setidaknya semalam bukan dirinya yang berbicara, tapi sekarang Seohyun sudah menjadi dirinya sendiri, yang sederhana, pintar dan bukan tipe penggoda. Seohyun yang hanya sekedar Seohyun, tidak lebih tidak kurang.
Seohyun menarik napas panjang saat langkahnya terhenti di depan ruang kerja Yonghwa. Semalam dia sudah memikirkan semuanya. Memutuskan bahwa dia akan menjadi istri pelengkap dari pria yang selama ini di cintainya, di kaguminya. Dia pasti sanggup melakukan hal tersebut karena sebenarnya dia tidak memiliki pilihan lain.
Seohyun mengetuk pintu ruang kerja Yonghwa dengan pelan lalu perlahan memutar gerendel pintu dan mendorong pintu tersebut hingga terbuka. Semua keyakinan yang di milikinya sirna bersamaan dengan tatapan mata Yonghwa yang menyapu seluruh tubuhnya dari balik meja kerjanya dengan gagang telepon di telinganya.
Yonghwa tidak pernah terlihat begitu jantan dan begitu mempesona daripada apa yang di lihatnya sekarang. Mengenakan setelah berwarna biru gelap dengan dasi berwarna senada, Yonghwa nampak begitu berkharisma. Demi Tuhan bagaimana dia bisa menjalani hari-harinya ke depan dengan godaan seperti ini ? Seohyun mendesah dalam hati sambil melangkah memasuki ruangan tersebut.
“ Bibi Kim memanggil kita untuk sarapan “, ucap Seohyun yang kemudian di balas dengan anggukan kepala dari Yonghwa. Sesaat kemudian Yonghwa mengucapkan selamat pagi kemudian menutup teleponnya.
“ Maaf aku terlambat bangun pagi ini, dan aku pikir kau sudah berangkat kerja “, ucap Seohyun lagi merasa tidak enak.
“ Dan melewatkan sarapan pagi dengan istriku ? Seohyun kau kan yang bilang kita harus memperlihatkan kepada orang lain bahwa kita adalah pasangan pengantin baru yang sedang bahagia “, Yonghwa tersenyum kecil lalu membereskan beberapa catatan di depannya. “ Aku akan ke ruang makan sebentar lagi “.
“ Dan .. “, lanjut Yonghwa saat melihat Seohyun berbalik dan melangkah keluar.
Seohyun menghentikan langkahnya dan berpaling.
“ Aku berhasil mendapat tiket VIP untuk sebuah pertunjukan musical drama malam ini, jadi katakan pada Bibi Kim bahwa kita tidak akan makan malam di rumah “.
Seohyun mengernyit menatap Yonghwa. “ Drama musical ? malam ini ? “, tanyanya.
“ Iya, dan cepat atau lambat kita harus memperlihatkan kepada semua orang bukan kalau kita sudah menikah “, jawab Yonghwa enteng sambil menandatangani beberapa kertas yang ada di depannya.
“ Dan kau ingin aku mengenakan pakaian apa ? “.
“ Aku yakin kau tahu pakaian apa yang harus kau kenakan “.
“ Tapi kau bilang aku harus…… “.
“ Aku bilang kalau kita di rumah kembalilah menjadi Seohyun yang aku kenal, tapi bila kita harus keluar rumah dan bertemu dengan relasi atau orang umum, aku ingin kau berdandan dan mengenakan pakaian yang membuatmu pantas menjadi istriku “.
Pantas menjadi istriku. Perkataan Yonghwa terasa begitu menyakitkan di telinga Seohyun. Jadi Seohyun yang lugu, pintar dan berdandan ala wanita berkabung bukanlah istri yang pantas bagi Yonghwa tapi Seohyun yang berbeda, yang seksi dan menawan.
Demi Tuhan, Seohyun merasa dia bisa terkena krisis identitas diri.
“ Jam berapa kita akan berangkat ? “.
“ Aku akan pulang jam 6 sore dan kita berangkat sejam kemudian “.
Seohyun menganggukkan kepalanya. “ Ada lagi ? “, tanyanya dan saat melihat Yonghwa menggelengkan kepalanya Seohyun kembali melanjutkan langkahnya keluar dari ruang kerja Yonghwa.
Beberapa langkah meninggalkan ruang kerja Yonghwa, Seohyun mendengar langkah kaki mengikutinya dari belakang. Dan hampir bersamaan dirinya dan Yonghwa memasuki ruang makan di mana Bibi Kim nampak sibuk mengatur sarapan untuk mereka berdua.
Saat melihat keduanya berjalan masuk ke ruang makan, mata Bibi Kim berbinar menatap keduanya, nampak jelas bahwa segala keraguan yang Seohyun liat di matanya kemarin kini telah sirna. Untuk sesaat Seohyun bersyukur Yonghwa menunggnya untuk sarapan bersama pagi ini.
“ Sarapan siap “, kata Bibi Kim ceria. “ Daging asap, tomat, jamur, jus , roti panggang dan kopi “, ucapnya lagi sambil menjabarkan apa yang ada di meja makan. “ Apakah kalian berdua akan berada di rumah untuk makan siang ? “, tanya Bibi Kim saat Yonghwa dan Seohyun sudah duduk di kursi masing-masing.
Yonghwa menggelengkan kepalanya. “ Hari ini ada beberapa pertemuan penting yang harus aku hadiri, jadi sepertinya aku tidak akan pulang untuk makan siang. Bagaimana denganmu , sayang ? “.
Seohyun menatap piring yang berisi makanan yang di letakkan Yonghwa di hadapannya dengan tatapan tidak suka dan merasakan wajhnya memanas. Apakah Yonghwa sadar, kalau dengan memanggilnya “sayang” berarti mereka akan terbawa dalam masalah yang lebih rumit lagi. Seohyun tahu, Yonghwa tidak bersungguh-sungguh mengatakannya dan hal itu sama sekali tidak perlua dia lakukan. Sebaiknya Seohyun harus secepatnya memberitahukan Yonghwa bahwa ia berubah pikiran dengan semua yang di katakannya tadi malam.
“ Saya juga akan keluar Bibi Kim “, kata Seohyun dengan suara sedikit melengking yang dia sendiri tidak tahu mengapa di lakukannya. “ Untuk berbelanja “. Membeli sesuatu yang pantas untuk dia kenakan, setelah semalaman mengutuk dirinya yang tidak membawa koleksi pakaian “ apa adanya “ yang di milikinya.
“ Dan kami juga tidak akan berada di rumah untuk makan malam. Aku akan mengajak istriku ke sebuah pertunjukan drama musical yang sedang banyak di bicarakan orang dan kami akan malam setelahnya di restoran “, kata Yonghwa sambil menuangkan kopi untuk dirinya lalu menyisipnya sebentar. “ Jadi aku sarankan, Bibi Kim untuk bersantai dan beristirahat “, kata Yonghwa lagi dengan senyum yang terlihat sangat menawan di mata Seohyun. “ Dan Bibi Kim boleh pergi sekarang, kami berdua bisa mengurus diri kami sendiri “.
Seohyun menggigit bbirnya saat di lihatnya raut wajah Bibi Kim yang bahagia. Apakah Yonghwa tahu betapa mudahnya dirinya mempesona wanita tidak peduli berapapun usianya ? Apakah Yonghwa selalu menggunakan senyum mautnya itu untuk mendapatkan apapun yang di inginkannya ?
Apapun itu, Seohyun tahu bahwa pagi ini suasana hati Yonghwa sudah kembali nornal, berbudi bahasa halus, sopan dan benar-benar tanpa emosi. Sangat berbeda dengan sosok pria tegang dan gelisah yang di lihat Seohyun semalam, yang memintanya kembali mengenakan pakaian kebesarannya dan berhenti bersikap sebagai wanita penggoda
Tapi Seohyun tak dapat melupakan tatapan mata Yonghwa yang seakan ingin melahap dirinya semalam dan untuk beberapa saat Seohyun merasa bahagia karena ternyata perubahan dirinya membuat Yonghwa merasa tidak nyaman. Apakah itu sesuatu yang baik ?
“ Seohyun tentang apa yang aku katakan tadi malam “, ucap Yonghwa saat Bibi Kim sudah meninggalkan mereka berdua.
“ Umm “, ucap Seohyun sambil menatap keluar jendela, tak berani menatap ke arah Yonghwa.
Yonghwa menautkan alisnya menatap Seohyun dengan tatapan tajam. “ Aku merasa bersalah karena telah mengatakan apa yang boleh dan tidak boleh kau kenakan. Aku sama sekali tidak berha melakukan hal tersebut “, ucap Yonghwa dengan suara yang dalam.
Kalau ada hal-hal yang ingin di dengarkan Seohyun dari Yonghwa, maka apa yang baru saja di katakan Yonghwa adalah hal terakhir yang ingin di dengarnya, lebih tepatnya Seohyun harapkan Yonghwa mengatakannya.
“ Tidak masalah “, potong Seohyun cepat-cepat. Seohyun tidak ingin memikirkan tentang mengapa Yonghwa memintanya kembali memakai baju-baju berkabungnya yang kelabu, Seohyun juga tidak ingin Yonghwa memikirkannya. Bagi mereka berdua , memikirkan tentang seks, dalam konteks hubungan yang sedang mereka jalani, merupakan sesuatu yang teramat intim. Dan itu akan membuat Seohyun semakin sulit mengatasi situasi yang sedang mereka hadapi.
“ Tidak apa – apa “, kata Yonghwa sambil mulai memasukkan potongan daging asap ke dalam mulutnya. “ Dari apa yang aku ketahui, kau tidak pernah memperdulikan penampilan dirimu, kau adalah tipe orang yang akan memakai pakaian pertama yang kau temukan di pagi hari, mengelung rambutmu dan langsung menyongsong hari “.
Yonghwa kembali tersenyum sambil menatap Seohyun yang hanya duduk terdiam menatap apapun di ruangan tersebut selain dirinya. Senyum yang merubah wajah Yonghwa yang terlihat dingin menjadi terlihat penuh perhatian.
Seohyun perlahan meraih roti panggang dan mengoleskannya dengan mentega lalu mencoba mengunyahnya dan menelannya dengan susah payah, lalu dia meraih jus dan meneguknya. Semuanya akan lebih mudah jika saja Yonghwa memperlakukan dirinya seperti orang asing yang kebetulan tinggal seatap dengannya. Atau mungkin seharusnya Seohyun mengatakan hal tersebut kepada Yonghwa ?
Tapi baru saja Seohyun ingin berucap, Yonghwa sudah mendahuluinya dengan gaya santai bersandar di kursi dan memandanginya. “ Aku tidak boleh mengatakan kepadamu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh kau kenaan, Seohyun. Kau sepenuhnya berhak memamerkan dirimu sebagai wanita yang cantik, mempesona dan seksi “.
Yonghwa kembali tersenyum. Dan Seohyun mengutuk senyum itu. “ Lupakan apa yang aku katakan semalam. Lupakan saja perasaanmu tentang reputasiku nantinya. Aku tidak punya dorongan gila untuk mendapatkan setiap wanita cantik yang kutemui. Kau cukup aman dari semua sorotan dan perhatian yang tak kau inginkan “, tambah Yonghwa dengan suara yang terdengar kering.
Beberapa saat Seohyun tak bisa memikirkan apapun. Otaknya berputar terlalu cepat untuk dapat menyusun kata-kata yang dapat membuat kemustahilan menjadi sesuatu yang masuk akal.
Cantik, seksi dan mempesona – kata-kata Yonghwa tersebut sudah mengacaukan pikirannya. Apakah Yonghwa benar-benar merasa demikian ? Tetapi aman dari semua sorotan dan perhatian yang tidak diinginkannya , itulah yang ada di dalam pemikiran Yonghwa. Pria di depannya itu dapat memilikinya ataupun meninggalkannya , itukah sebenarnya yang ingin di sampaikan Yonghwa secara tidak langsung kepadanya. Tapi jika Seohyun mengatakan kepada Yonghwa bahwa perhatian pria itulah yang sangat di inginkannya,apakah Yonghwa akan ……….
“ Ohh “, hanya itu yang bisa Seohyun katakan. Kembali Seohyun meneguk jus yang tinggal separuh di depannya, mencoba menenangkan dirinya. Setelahnya Seohyun menarik napas dalam-dalam cukup untuk membuat paru-parunya membengkak hingga rasanya mau meledak.
Jadi sebelum terlambat sebaiknya Seohyun berkata jujur. “ Dengar. Semua pakaian dengan gaya designer bukanlah gayaku, demikian juga dengan dengan semua riasan dan make up itupun bukan gayaku. Jika mau jujur, aku memang tidak terlalu peduli pada apa yang akan aku kenakan . Saat Hyoyeon mengusulkan agar aku mengubah penampilanku, mulanya aku menolaknya. Tapi kemudian aku memutuskan ubntuk melakukannya. Aku penasaran,apakah hal itu akan mungkin untuk… “, Seohyun melirik sekilas ke arah Yonghwa dengan meranan, menunjukkan rasa sakit hatinya di masa lampau. “ … membuatku tampil lebih menarik, bukan cantik karena aku tahu aku takkan pernah terlihat cantik, tapi lebih … femini. Aku sudah lama membuang jauh-jauh hal itu, kau tahu “.
“ Sejak kapan ? “. Kedua mata tajam Yonghwa nampak melembut dan tatapan penuh rasa persaudaraan yang sudah bertahun-tahun ada diantara mereka.
Seohyun terharu, Yonghwa bagaimanapun adalah sahabatnya diatas semua hal lain, itulah Yonghwa, ia dapat bicara dengan Yonghwa setiap waktu. Tapi sekarang Seohyun merasa dia tidak bisa lagi seperti dulu. Menceritakan semua rahasia dan kesedihannya kepada Yonghwa.
“ Sejak aku masih kecil. Dengan wajah pucat tak menarik, tubuh yang kurus yang selalu mendapat cemohon dari tamu-tamu yang datang ke pesta-pesta yang diadakan orang tuaku. Aku bisa melihat betapa putus asanya Ibuku dengan segala kekuranganku tersebut. Dia bahkan mengatakannya dengan jelas kepadaku, mengapa dia begitu sial memiliki anak yang sangat biasa tidak seperti dirinya. Jadi sejak kecil aku sudah tahu bahwa kata cantik tidak akan pernah cocok untuk diriku. Terkadang aku berharap aku ini cantik, sehingga Ibuku bisa mencintaiku dan memperlakukan diriku seperti layaknya seorang putri yang di cintainya “, Seohyun bercerita dengan sungguh-sungguh berusaha membuat Yonghwa mengerti. “ Jadi saat Hyo mendorongkan untuk merubah penampilanku, aku berpikir – hanya berpikir – siapa tahu, aku mungkin bisa membuktikan bahwa ibuku salah. Membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku bukanlah gadis buruk rupa yang tak punya harapan, seperti yang selalu di katakan Ibuku dan yang selama ini aku percayai “.
“ Kau sama sekali bukan gadis buruk rupa ataupun tanpa harapan “, kata Yonghwa sambil nerusaha menyembunyikan nada kemarahan di suaranya. “ kau cantik. Dan itulah sebabnya mengapa…… “
“ Kau pikir aku harus tetap mengenakan…… “.
“ Tepat sekali ! “. Hati Yonghwa tersentak emosi kuat yang tidak pernah di duganya. Kalau saja Ibu Seohyun masih hidup saat ini, Yonghwa sangat ingin menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya tentang wanita itu. Dengan sangat berhasil wanita itu telah membunuh rasa percaya diri pada putrinya sendiri sebagai seorang wanita. Kekejaman yang terkadang di lakukan orang tua kepada anak-anak mereka dan terkadang sangat tidak masuk akal.
Yonghwa mendorong kursinya dan berdiri lalu berjalan dan berdiri di samping Seohyun. “ Aku harus pergi sekarang. Bersiaplah untuk pergi jam tujuh malam ini “. Yonghwa lalu membungkuk dan menyapukan ciuman sekilas di pipi Seohyun. Suaranya terdengar lebih lembut dari yang pernah di dengar Seohyun. “ Dan habiskan sarapanmu, Seohyun “.
Lima belas menit kemudian Seohyun masih terpaku. Ujung jarinya menyentuh pipinya tepat di bagian yang tersentuh bibir Yonghwa. Pria itu sebelumnya tidak pernah menciumnya. Walauun ciuman tadi bukanlah ciuman yang sesungguhnya tapi Yonghwa juga tidak sedang bersandiwara. Kasih sayang. Bukankah itu awal yang baik, iya kan ?
Seohyun tersadar bahwa dirinya belum sempat memberitahukan Yonghwa bahwa dirinya salah kemarin malam. Bahwa mereka tidak perlu pura-pura menjalani pernikahan ini seperti layaknya pernikahan sesungguhnya hanya demi kepentingan orang lain. Seohyun berjanji, malam ini dia akan mengatakan hal tersebut kepada Yonghwa.
Dia akan dan harus mengatakannya….


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Chapter 4       Chapter 6 
Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
MARWA
AUTHOR
11 Maret 2017 pukul 01.09 delete

semangat buat next chapter ..

can't wait 😊😊

Reply
avatar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥