Chapter Five
Dengan malas Seohyun membuka matanya yang terasa
berat. Di liriknya jam digital kecil di meja nakas samping tempat tidurnya.
Tertera angka 09:38 am. Dengan perasaan enggan Seohyun bangkit dan berjalan
menuju ke kamar mandi.
Rasanya tidak pantas jika Seohyun bangun selambat ini,
tapi semalam Seohyun tak bisa memejamkan matanya mengingat semua percakapan
antara dirinya dan Yonghwa di meja makan. Berbagai macam perasaan bercampur
aduk di dalam hatinya. Dan semua itu hanya membuatnya tidur dan bermimpi buruk.
Apakah Yonghwa sudah berangkat kerja ? pikir Seohyun
sambil membasuh wajahnya dengan air dingin sambil menatap bayangan dirinya di
cermin. Ada bayangan hitam samar-samar di bawah matanya, bersyukur bahwa
setidaknya Yonghwa tidak akan melihatnya dengan keadaan seperti itu.
Seohyun memutuskan untuk segera mandi namun
berlama-lama di bawah shower, mendinginkan segala keresahan dan menguatkan
dirinya untuk hari ini. Tertegun di depan lemari pakaiannya yang terbuka,
Seohyun tak tahu harus memakai baju apa pagi ini. Tak ada satupun baju yang
biasa di pakainya di lemarinya. Semua pakaian itu dia tinggalkan untuk di
sumbangkan dan sekarang Seohyun menyesalinya.
Seharusnya Seohyun tahu, Yonghwa tidak menyukai
perubahan dirinya. Seharusnya dia tidak mengikuti saran Hyoyeon dan kesalahan
terbesarnya adalah, seharusnya malam itu dia menguatkan hatinya untuk
membatalkan pernikahan mereka bukannya merasa bahagia melihat bagaimana Yonghwa
menatapnya.
Seojuhyun kau yang memilih untuk berada di situasi
ini, terlibat dalam pernikahan ini jadi tegakkan wajahmu dan jalanilah apa yang
telah kau pilih, bisik Seohyun pada dirinya sendiri. Sekali lagi di pandanginya
satu persatu pakaian yang ada di lemarinya, mencoba mencari setidaknya satu yang
bisa membuatnya terlihat sangat biasa seperti dirinya yang sebenarnya.
Seohyun memutuskan hari ini akan pergi keluar membeli
beberapa pakaian berkabung untuk di pakainya. Sedikit mendesah Seohyun menarik
gaun dengan potongan sederhana yang rasanya tidak akan terlalu membuatnya
terlihat wah. Setelah itu di sapukannya make ringan ke wajahnya demikian juga
dengan lipstiknya. Seohyun menatap tampilannya dan tersenyum kecil, setidaknya
Bibi Kim – pelayan rumah Yonghwa – tidak akan menatapnya dengan pandangan curiga.
Yonghwa benar bagaimana kehidupan pernikahan mereka,
orang lain tak perlu tahu. Cukup dia dan Yonghwa yang tahu dan menjalaninya.
Setelah menarik napas panjang Seohyun berjalan keluar kamar dan menuruni tangga
berjalan ke arah dapur.
Dan rasanya bangun kesiangannya menghadirkan pemikiran
tersendiri di kepala Bibi Kim karena saat Seohyun melangkah masuk, tatapan
matanya terlihat bersinar bahagia. Yah, pasti Bibi Kim beranggapan bahwa
semalam dia tidak tidur karena sibuk bermesraan dengan suaminya. Well apalagi
yang pengantin baru lakukan.
“ Selamat pagi Bibi Kim, kelihatannya sarapan pagi ini
sangat enak “, sapa Seohyun sambil menampilkan wajah sedikit malu – lebih
tepatnya malu karena bangun terlambat dan bukan sama sekali malu karena apapun
yang sedang di pikirkan Bibi Kim.
“ Sarapan yang spesial tentu saja Nyonya “, jawab Bibi
Kim dengan senyum yang merekah. “ Saya akan segera menyiapkannya di meja makan.
Tuan Jung masih ada di ruang kerja, dia pesan kalau Nyonya sudah bangun dan
siap sarapan , dia minta di panggil “.
Jadi Yonghwa belum ke kantor ? Apa yang dia pikirkan.
Tentu saja Yonghwa tidak akan pergi ke kantor sebelum sarapan dengan istri
barunya. Bodohnya dirinya, rutuk Seohyun.
“ Baiklah Bibi Kim, biar saya yang akan memanggilnya
“, ucap Seohyun sambil melangkah keluar dapur dan berhenti sejenak di depan
pintu dapur untuk menenangkan pikirannya serta debaran jantungnya. Merapikan
dirinya berharap Yonghwa tidak akan mengkritiknya karena gaun yang di pakainya.
Kemarin malam Seohyun mengatakan kepada Yonghwa bahwa
mereka harus menghentikan dari awal semua spekulasi dan gosip seputar
pernikahan mereka, dan di depan umum mereka harus tampil layaknya sepasang
pengantin baru yang sedang di mabuk cinta.
Seohyun merasa tubuhnya gemetar. Dia merasa malu akan
perkataannya semalam. Jika memang mereka akan menjalni hidup dengan
kepura-puraan dan Seohyun sama sekali tidak menyukai ide tersebut, tidak lebih
dari tidak menyukai , Seohyun sangat membenci ide tersebut.
Seohyun harus jujur – walaupun mungkin tidak
sepenuhnya jujur bahwa dia mencintai Yonghwa – tapi dia akan mengatakan bahwa
apa yang di katakan Yonghwa memang benar adanya. Pernikahan mereka adalah
urusan mereka bukan orang lain. Jadi bukankah seharusnya mereka tidak usah
berpura-pura karena apa yang di pikirkan orang lain itu tidak penting bagi
mereka ?
Setidaknya semalam bukan dirinya yang berbicara, tapi
sekarang Seohyun sudah menjadi dirinya sendiri, yang sederhana, pintar dan
bukan tipe penggoda. Seohyun yang hanya sekedar Seohyun, tidak lebih tidak
kurang.
Seohyun menarik napas panjang saat langkahnya terhenti
di depan ruang kerja Yonghwa. Semalam dia sudah memikirkan semuanya. Memutuskan
bahwa dia akan menjadi istri pelengkap dari pria yang selama ini di cintainya,
di kaguminya. Dia pasti sanggup melakukan hal tersebut karena sebenarnya dia
tidak memiliki pilihan lain.
Seohyun mengetuk pintu ruang kerja Yonghwa dengan
pelan lalu perlahan memutar gerendel pintu dan mendorong pintu tersebut hingga
terbuka. Semua keyakinan yang di milikinya sirna bersamaan dengan tatapan mata
Yonghwa yang menyapu seluruh tubuhnya dari balik meja kerjanya dengan gagang
telepon di telinganya.
Yonghwa tidak pernah terlihat begitu jantan dan begitu
mempesona daripada apa yang di lihatnya sekarang. Mengenakan setelah berwarna
biru gelap dengan dasi berwarna senada, Yonghwa nampak begitu berkharisma. Demi
Tuhan bagaimana dia bisa menjalani hari-harinya ke depan dengan godaan seperti
ini ? Seohyun mendesah dalam hati sambil melangkah memasuki ruangan tersebut.
“ Bibi Kim memanggil kita untuk sarapan “, ucap
Seohyun yang kemudian di balas dengan anggukan kepala dari Yonghwa. Sesaat
kemudian Yonghwa mengucapkan selamat pagi kemudian menutup teleponnya.
“ Maaf aku terlambat bangun pagi ini, dan aku pikir
kau sudah berangkat kerja “, ucap Seohyun lagi merasa tidak enak.
“ Dan melewatkan sarapan pagi dengan istriku ? Seohyun
kau kan yang bilang kita harus memperlihatkan kepada orang lain bahwa kita
adalah pasangan pengantin baru yang sedang bahagia “, Yonghwa tersenyum kecil
lalu membereskan beberapa catatan di depannya. “ Aku akan ke ruang makan
sebentar lagi “.
“ Dan .. “, lanjut Yonghwa saat melihat Seohyun
berbalik dan melangkah keluar.
Seohyun menghentikan langkahnya dan berpaling.
“ Aku berhasil mendapat tiket VIP untuk sebuah
pertunjukan musical drama malam ini, jadi katakan pada Bibi Kim bahwa kita
tidak akan makan malam di rumah “.
Seohyun mengernyit menatap Yonghwa. “ Drama musical ?
malam ini ? “, tanyanya.
“ Iya, dan cepat atau lambat kita harus memperlihatkan
kepada semua orang bukan kalau kita sudah menikah “, jawab Yonghwa enteng
sambil menandatangani beberapa kertas yang ada di depannya.
“ Dan kau ingin aku mengenakan pakaian apa ? “.
“ Aku yakin kau tahu pakaian apa yang harus kau
kenakan “.
“ Tapi kau bilang aku harus…… “.
“ Aku bilang kalau kita di rumah kembalilah menjadi
Seohyun yang aku kenal, tapi bila kita harus keluar rumah dan bertemu dengan
relasi atau orang umum, aku ingin kau berdandan dan mengenakan pakaian yang membuatmu
pantas menjadi istriku “.
Pantas menjadi istriku. Perkataan Yonghwa terasa
begitu menyakitkan di telinga Seohyun. Jadi Seohyun yang lugu, pintar dan
berdandan ala wanita berkabung bukanlah istri yang pantas bagi Yonghwa tapi
Seohyun yang berbeda, yang seksi dan menawan.
Demi Tuhan, Seohyun merasa dia bisa terkena krisis
identitas diri.
“ Jam berapa kita akan berangkat ? “.
“ Aku akan pulang jam 6 sore dan kita berangkat sejam
kemudian “.
Seohyun menganggukkan kepalanya. “ Ada lagi ? “, tanyanya
dan saat melihat Yonghwa menggelengkan kepalanya Seohyun kembali melanjutkan
langkahnya keluar dari ruang kerja Yonghwa.
Beberapa langkah meninggalkan ruang kerja Yonghwa,
Seohyun mendengar langkah kaki mengikutinya dari belakang. Dan hampir bersamaan
dirinya dan Yonghwa memasuki ruang makan di mana Bibi Kim nampak sibuk mengatur
sarapan untuk mereka berdua.
Saat melihat keduanya berjalan masuk ke ruang makan,
mata Bibi Kim berbinar menatap keduanya, nampak jelas bahwa segala keraguan
yang Seohyun liat di matanya kemarin kini telah sirna. Untuk sesaat Seohyun
bersyukur Yonghwa menunggnya untuk sarapan bersama pagi ini.
“ Sarapan siap “, kata Bibi Kim ceria. “ Daging asap,
tomat, jamur, jus , roti panggang dan kopi “, ucapnya lagi sambil menjabarkan
apa yang ada di meja makan. “ Apakah kalian berdua akan berada di rumah untuk
makan siang ? “, tanya Bibi Kim saat Yonghwa dan Seohyun sudah duduk di kursi
masing-masing.
Yonghwa menggelengkan kepalanya. “ Hari ini ada
beberapa pertemuan penting yang harus aku hadiri, jadi sepertinya aku tidak
akan pulang untuk makan siang. Bagaimana denganmu , sayang ? “.
Seohyun menatap piring yang berisi makanan yang di
letakkan Yonghwa di hadapannya dengan tatapan tidak suka dan merasakan wajhnya
memanas. Apakah Yonghwa sadar, kalau dengan memanggilnya “sayang” berarti
mereka akan terbawa dalam masalah yang lebih rumit lagi. Seohyun tahu, Yonghwa
tidak bersungguh-sungguh mengatakannya dan hal itu sama sekali tidak perlua dia
lakukan. Sebaiknya Seohyun harus secepatnya memberitahukan Yonghwa bahwa ia
berubah pikiran dengan semua yang di katakannya tadi malam.
“ Saya juga akan keluar Bibi Kim “, kata Seohyun
dengan suara sedikit melengking yang dia sendiri tidak tahu mengapa di
lakukannya. “ Untuk berbelanja “. Membeli sesuatu yang pantas untuk dia
kenakan, setelah semalaman mengutuk dirinya yang tidak membawa koleksi pakaian “
apa adanya “ yang di milikinya.
“ Dan kami juga tidak akan berada di rumah untuk makan
malam. Aku akan mengajak istriku ke sebuah pertunjukan drama musical yang
sedang banyak di bicarakan orang dan kami akan malam setelahnya di restoran “,
kata Yonghwa sambil menuangkan kopi untuk dirinya lalu menyisipnya sebentar. “
Jadi aku sarankan, Bibi Kim untuk bersantai dan beristirahat “, kata Yonghwa
lagi dengan senyum yang terlihat sangat menawan di mata Seohyun. “ Dan Bibi Kim
boleh pergi sekarang, kami berdua bisa mengurus diri kami sendiri “.
Seohyun menggigit bbirnya saat di lihatnya raut wajah
Bibi Kim yang bahagia. Apakah Yonghwa tahu betapa mudahnya dirinya mempesona
wanita tidak peduli berapapun usianya ? Apakah Yonghwa selalu menggunakan
senyum mautnya itu untuk mendapatkan apapun yang di inginkannya ?
Apapun itu, Seohyun tahu bahwa pagi ini suasana hati
Yonghwa sudah kembali nornal, berbudi bahasa halus, sopan dan benar-benar tanpa
emosi. Sangat berbeda dengan sosok pria tegang dan gelisah yang di lihat
Seohyun semalam, yang memintanya kembali mengenakan pakaian kebesarannya dan
berhenti bersikap sebagai wanita penggoda
Tapi Seohyun tak dapat melupakan tatapan mata Yonghwa
yang seakan ingin melahap dirinya semalam dan untuk beberapa saat Seohyun
merasa bahagia karena ternyata perubahan dirinya membuat Yonghwa merasa tidak
nyaman. Apakah itu sesuatu yang baik ?
“ Seohyun tentang apa yang aku katakan tadi malam “,
ucap Yonghwa saat Bibi Kim sudah meninggalkan mereka berdua.
“ Umm “, ucap Seohyun sambil menatap keluar jendela,
tak berani menatap ke arah Yonghwa.
Yonghwa menautkan alisnya menatap Seohyun dengan
tatapan tajam. “ Aku merasa bersalah karena telah mengatakan apa yang boleh dan
tidak boleh kau kenakan. Aku sama sekali tidak berha melakukan hal tersebut “,
ucap Yonghwa dengan suara yang dalam.
Kalau ada hal-hal yang ingin di dengarkan Seohyun dari
Yonghwa, maka apa yang baru saja di katakan Yonghwa adalah hal terakhir yang
ingin di dengarnya, lebih tepatnya Seohyun harapkan Yonghwa mengatakannya.
“ Tidak masalah “, potong Seohyun cepat-cepat. Seohyun
tidak ingin memikirkan tentang mengapa Yonghwa memintanya kembali memakai
baju-baju berkabungnya yang kelabu, Seohyun juga tidak ingin Yonghwa
memikirkannya. Bagi mereka berdua , memikirkan tentang seks, dalam konteks
hubungan yang sedang mereka jalani, merupakan sesuatu yang teramat intim. Dan
itu akan membuat Seohyun semakin sulit mengatasi situasi yang sedang mereka
hadapi.
“ Tidak apa – apa “, kata Yonghwa sambil mulai
memasukkan potongan daging asap ke dalam mulutnya. “ Dari apa yang aku ketahui,
kau tidak pernah memperdulikan penampilan dirimu, kau adalah tipe orang yang
akan memakai pakaian pertama yang kau temukan di pagi hari, mengelung rambutmu
dan langsung menyongsong hari “.
Yonghwa kembali tersenyum sambil menatap Seohyun yang
hanya duduk terdiam menatap apapun di ruangan tersebut selain dirinya. Senyum
yang merubah wajah Yonghwa yang terlihat dingin menjadi terlihat penuh
perhatian.
Seohyun perlahan meraih roti panggang dan
mengoleskannya dengan mentega lalu mencoba mengunyahnya dan menelannya dengan
susah payah, lalu dia meraih jus dan meneguknya. Semuanya akan lebih mudah jika
saja Yonghwa memperlakukan dirinya seperti orang asing yang kebetulan tinggal
seatap dengannya. Atau mungkin seharusnya Seohyun mengatakan hal tersebut
kepada Yonghwa ?
Tapi baru saja Seohyun ingin berucap, Yonghwa sudah
mendahuluinya dengan gaya santai bersandar di kursi dan memandanginya. “ Aku
tidak boleh mengatakan kepadamu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh kau
kenaan, Seohyun. Kau sepenuhnya berhak memamerkan dirimu sebagai wanita yang
cantik, mempesona dan seksi “.
Yonghwa kembali tersenyum. Dan Seohyun mengutuk senyum
itu. “ Lupakan apa yang aku katakan semalam. Lupakan saja perasaanmu tentang
reputasiku nantinya. Aku tidak punya dorongan gila untuk mendapatkan setiap
wanita cantik yang kutemui. Kau cukup aman dari semua sorotan dan perhatian
yang tak kau inginkan “, tambah Yonghwa dengan suara yang terdengar kering.
Beberapa saat Seohyun tak bisa memikirkan apapun.
Otaknya berputar terlalu cepat untuk dapat menyusun kata-kata yang dapat
membuat kemustahilan menjadi sesuatu yang masuk akal.
Cantik, seksi dan mempesona – kata-kata Yonghwa
tersebut sudah mengacaukan pikirannya. Apakah Yonghwa benar-benar merasa
demikian ? Tetapi aman dari semua sorotan dan perhatian yang tidak
diinginkannya , itulah yang ada di dalam pemikiran Yonghwa. Pria di depannya
itu dapat memilikinya ataupun meninggalkannya , itukah sebenarnya yang ingin di
sampaikan Yonghwa secara tidak langsung kepadanya. Tapi jika Seohyun mengatakan
kepada Yonghwa bahwa perhatian pria itulah yang sangat di inginkannya,apakah
Yonghwa akan ……….
“ Ohh “, hanya itu yang bisa Seohyun katakan. Kembali
Seohyun meneguk jus yang tinggal separuh di depannya, mencoba menenangkan
dirinya. Setelahnya Seohyun menarik napas dalam-dalam cukup untuk membuat
paru-parunya membengkak hingga rasanya mau meledak.
Jadi sebelum terlambat sebaiknya Seohyun berkata
jujur. “ Dengar. Semua pakaian dengan gaya designer bukanlah gayaku, demikian
juga dengan dengan semua riasan dan make up itupun bukan gayaku. Jika mau
jujur, aku memang tidak terlalu peduli pada apa yang akan aku kenakan . Saat Hyoyeon
mengusulkan agar aku mengubah penampilanku, mulanya aku menolaknya. Tapi
kemudian aku memutuskan ubntuk melakukannya. Aku penasaran,apakah hal itu akan
mungkin untuk… “, Seohyun melirik sekilas ke arah Yonghwa dengan meranan,
menunjukkan rasa sakit hatinya di masa lampau. “ … membuatku tampil lebih
menarik, bukan cantik karena aku tahu aku takkan pernah terlihat cantik, tapi
lebih … femini. Aku sudah lama membuang jauh-jauh hal itu, kau tahu “.
“ Sejak kapan ? “. Kedua mata tajam Yonghwa nampak
melembut dan tatapan penuh rasa persaudaraan yang sudah bertahun-tahun ada
diantara mereka.
Seohyun terharu, Yonghwa bagaimanapun adalah
sahabatnya diatas semua hal lain, itulah Yonghwa, ia dapat bicara dengan
Yonghwa setiap waktu. Tapi sekarang Seohyun merasa dia tidak bisa lagi seperti
dulu. Menceritakan semua rahasia dan kesedihannya kepada Yonghwa.
“ Sejak aku masih kecil. Dengan wajah pucat tak
menarik, tubuh yang kurus yang selalu mendapat cemohon dari tamu-tamu yang
datang ke pesta-pesta yang diadakan orang tuaku. Aku bisa melihat betapa putus
asanya Ibuku dengan segala kekuranganku tersebut. Dia bahkan mengatakannya
dengan jelas kepadaku, mengapa dia begitu sial memiliki anak yang sangat biasa
tidak seperti dirinya. Jadi sejak kecil aku sudah tahu bahwa kata cantik tidak
akan pernah cocok untuk diriku. Terkadang aku berharap aku ini cantik, sehingga
Ibuku bisa mencintaiku dan memperlakukan diriku seperti layaknya seorang putri
yang di cintainya “, Seohyun bercerita dengan sungguh-sungguh berusaha membuat
Yonghwa mengerti. “ Jadi saat Hyo mendorongkan untuk merubah penampilanku, aku
berpikir – hanya berpikir – siapa tahu, aku mungkin bisa membuktikan bahwa
ibuku salah. Membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku bukanlah gadis buruk
rupa yang tak punya harapan, seperti yang selalu di katakan Ibuku dan yang
selama ini aku percayai “.
“ Kau sama sekali bukan gadis buruk rupa ataupun tanpa
harapan “, kata Yonghwa sambil nerusaha menyembunyikan nada kemarahan di
suaranya. “ kau cantik. Dan itulah sebabnya mengapa…… “
“ Kau pikir aku harus tetap mengenakan…… “.
“ Tepat sekali ! “. Hati Yonghwa tersentak emosi kuat
yang tidak pernah di duganya. Kalau saja Ibu Seohyun masih hidup saat ini,
Yonghwa sangat ingin menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya tentang wanita
itu. Dengan sangat berhasil wanita itu telah membunuh rasa percaya diri pada
putrinya sendiri sebagai seorang wanita. Kekejaman yang terkadang di lakukan
orang tua kepada anak-anak mereka dan terkadang sangat tidak masuk akal.
Yonghwa mendorong kursinya dan berdiri lalu berjalan
dan berdiri di samping Seohyun. “ Aku harus pergi sekarang. Bersiaplah untuk
pergi jam tujuh malam ini “. Yonghwa lalu membungkuk dan menyapukan ciuman
sekilas di pipi Seohyun. Suaranya terdengar lebih lembut dari yang pernah di
dengar Seohyun. “ Dan habiskan sarapanmu, Seohyun “.
Lima belas menit kemudian Seohyun masih terpaku. Ujung
jarinya menyentuh pipinya tepat di bagian yang tersentuh bibir Yonghwa. Pria
itu sebelumnya tidak pernah menciumnya. Walauun ciuman tadi bukanlah ciuman
yang sesungguhnya tapi Yonghwa juga tidak sedang bersandiwara. Kasih sayang.
Bukankah itu awal yang baik, iya kan ?
Seohyun tersadar bahwa dirinya belum sempat
memberitahukan Yonghwa bahwa dirinya salah kemarin malam. Bahwa mereka tidak
perlu pura-pura menjalani pernikahan ini seperti layaknya pernikahan sesungguhnya
hanya demi kepentingan orang lain. Seohyun berjanji, malam ini dia akan
mengatakan hal tersebut kepada Yonghwa.
Dia akan dan harus mengatakannya….
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
1 komentar:
Write komentarsemangat buat next chapter ..
Replycan't wait 😊😊
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon