#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

DON'T SAY NO



CHAPTER SIX

Seohyun memoleskan riasan wajahnya dengan seksama, berusaha mengingat semua intruksi yang di pelajarinya. Seohyun berharap suatu hari nanti dia bisa melakukan semua hal tersebut secara otomatis – kalau saja dia bisa hidup pada saat tersebut.
Seohyun menatap sederetan lipstik yang tergeletak di atas meja rias. Seohyun mengenakan kacamata untuk membaca tulisan kecil pada lispstik tersebut mendapati kemudian bahwa tulisan di lipstik tersebut tepat sesuai apa yang dia rasakan – Hint of Pink. Lupakan warna merah membara yang berkesan menggoda, warna merah tua yang berkilauan membuat bibirnya tampak seksi harus di singkirkannya jauh-jauh bersama dengan warna-warna mencolok lainnya. Dia hanya butuh Pink, sesuai dengan warna bibirnya – warna polos tanpa gairah di baliknya.
Warna pink pucat memang cocok untuk dirinya, Seohyun kemudian mengolekan lipstik tersebut ke bibirnya dengan hati-hati, lalu dia berdiri dan menatap penampilan akhirnya. Tersenyum sedih Seohyun lalu memasukkan kedua kakinya ke dalam sepasang sepatu high heels tebal berwarrna hitam hasil perburuannya siang tadi yang berusaha keras mencari sepatu yang cocok untuk dirinya kenakan malam ini.
Gaun suede berwarna hitam semata kaki dengan lekukan di pinggang dan leher sedikit lebar hingga ke bahunya yang mulus dengan potongan sebatas paha hingga ke kaki jujur membuat Seohyun merasa bersalah karena akhirnya dia memberanikan dirinya mamakai gaun rancangan tersebut. Seohyun tahu Yonghwa tidak akan merasa nyaman dengan penampilannya tersebut, tapi sisi feminimnya ingin menunjukkan sesuatu yang setidaknya pernah membuat mata Yonghwa berbinar bagai ingin menerkam tubuhnya.
Sekali ini saja, Seohyun, sekali ini saja, bisiknya dalam hati sambil menatap dirinya sekali lagi. Setidaknya sekali ini izinkan dirimu untuk jadi istimewa.
Walaupun perkataan Yonghwa pagi tadi sedikit membuatnya merasa baikan, tapi Seohyun tidak ingin melakukan apa yang membuat Yonghwa merasa tidak nyaman. Bukankah Yonghwa melamarnya karena dia merasa nyaman di dekatnya ? jadi jika itu peluangnya maka dia harus mempertahankan hal tersebut bukan ?
Kalau saja demikian……….
Tapi mengenakan gaun yang akan membuat suaminya tersebut memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan hasrat yang walaupun dengan tegas di katakan Yonghwa tidak akan menindaklanjuti godaan tersebut sama sekali  - sungguh suatu godaan yang tak dapat Seohyun acuhkan. Dan jika ingin hubungan mereka berkembang, maka dibutuhkan lebih dari sekedar animal insting sebagai dasarnya.
Seohyun mengeleng-gelengkan kepalanya mengusir semua pikiran negatif yang tiba-tiba merasuki otaknya. Menatap tampilan dirinya di cermin Seohyun bertanya dalam hati, apakah kau sedang bercanda ? jangan pernah berharap Yonghwa akan jatuh cinta padamu………
Walaupun Yonghwa mengatakan dirinya cantik dan sangat menggoda tapi itu bukan berarti Yonghwa akan melihat dirinya seperti dia melihat ratusan wanita cantik yang bersiap mengikat dirinya dan Yonghwa bahkan tidak pernah jatuh cinta pada salah satu dari mereka.
Kecuali tentu saja Jessie. Yonghwa pernah melamarnya menjadi istrinya dan bertunangan walaupun pada akhirnya Jessie memilih untuk mempermalukan dirinya dengan membeberkan perihal putusnya hubungan pertunangan mereka, mungkin secara tidak langsung Yonghwa menyangkalnya dengan mengatakan dia melamar Jessie semata-mata karena dia hanya membutuhkan ‘istri’ dan bukan wanita yang akan di cintainya dan akan menjadi ibu dari anak-anaknya dan akan menghabiskan hidup hingga kakek nenek. Jessie memenuhi semua persyaratan yang di tetapkan Yonghwa untuk menjadi istrinya. Cantik, berasal dari keluarga terhormat. Tapi sayangnya Seohyun tidak percaya kalau Yonghwa tidak pernah mencintai Jessie. Dia pasti sangat mencintai Jessie hingga perasaan sakit hati yang di rasakannya dengan perbuatan Jessie sangat melukai harga dirinya.
Jadi bagaimana mungkin Yonghwa melupakan perasaan cintanya pada Jessie dan beralih mencintai Seohyun ?
Itu adalah hal yang tidak masuk akal dan sangat mustahil, jadi sebaiknya Seohyun harus meyakinkan dirinya sendiri untuk berhenti memikirkan segala kemungkinan itu. Paling tidak Yonghwa tidak akan melihatnya terlihat seksi dengan gaun ini. Gaun ini sangat cocok dengan dirinya walaupun tidak akan menghadirkan decapan kagum dari siapapun ataupun sebuah pujian. Semua yang di beli Seohyun hari ini adalah warna-warna gelap dan kelabu, warna berkabung. Tidak ada yang menarik. Kata menarik sudah dia hapus dari kamusnya sendiri.
Tetapi mengapa pemikiran tersebut tetap menghadirkan perasaan bersalah karena mengenakan gaun yang membalut tubuhnya saat ini ?
Seohyun lalu menyisir rambutnya, merapikannya menjadi sebuah gelungan yang justru mempertegas jenjang lehernya. Memakai kacamatanya, karena itu membuatnya menjadi terlihat pintar, seperti yang di harapkan Yonghwa , pintar, lugu dan tidak mempesona. 

♥ ♥ ♥

“ Apakah kau benar-benar merasa perlu memakai kacamatamu itu ? “, tanya Yonghwa lembut sambil mengulurkan tangannya menyelamatkan istrinya tersebut sebelum tertabrak wanita bertubuh besar yang memakai selendang bulu dan gaun yang terlihat sangat mutakhir untuk ukuran wanita dengan berat badan berlebih.
“ Tentu saja, aku kan harus membaca susunan acara dan sinopsis drama musicalnya, dan tanpa kacamata ini aku tidak akan bisa melakukan hal tersebut “, jawab Seohyun sambil berusaha menahan getaran tubuhnya akibat tangan Yonghwa yang kuat dan hangat membuat napasnya sedikit tersengal.
“ Kalau kau memakai kacamata itu kau tidak akan melihat panggung dengan jelas, semuanya akan terlihat kabur dan kau tidak akan bisa menikmatinya “, kata Yonghwa dengan nada menggoda sementara jari tangannya semakin erat mengcengkeram lengan Seohyun.
“ Kau boleh melepaskan tanganmu, aku akan baik-baik saja “, nada suara Seohyun terdengar sedikit keras dan Seohyun merasa dia memang harus melakukan hal tersebut. Sekali lagi kontak phisik antara dirinya dan Yonghwa, Seohyun mungkin tidak akan bisa menahan dirinya untuk bersandar ke tubuh Yonghwa dan bergayut manja. Seohyun yakin itu pasti akan terjadi karena dirinya tidak terbuat dari batu. “ Aku tidak akan jatuh tersandung kok “.
“ Dengan sepatu yang kau kenakan itu, aku tidak yakin “, nada geli terdengar jelas dari ucapan Yonghwa.
Seohyun berusaha mengabaikan nada geli tersebut. Seohyun tahu Yonghwa sedang menyindir sepatu yang di kenakannya. Seohyun tahu, Yonghwa pasti diam-diam menertaakan dirinya saat dia bergegas turun dan menemui Yonghwa yang sedang menunggunya sambil membaca koran bisnis sore. Seohyun dapat melihat binar geli di mata Yonghwa.
Well, tertawa lebih baik daripada berhasrat bukan ?.
“ Bagaimana jika kita segera mencari tempat duduk “, ucap Seohyun sambil menatap kesekeliling serambi teater yang nampak padat dan penuh sesak dengan orang-orang yang berpakaian kelas atas, pria-pria berpakaian rapi dengan jas hasil buatan penjahit terkenal sementara para wanita nampak sibuk memparadekan pakaian designer terkenal yang mereka kenakan. Seohyun tidak terlalu nyaman dengan situasi tersebut tapi dalam hati bersyukur bahwa dia bersikeras mengenakan gaun brandednya yang membuatnya tidak menjadi pusat perhatian karena pakaian murahan yang di kenakannya.
Sudah lama Seohyun penonton pertunjukan musical drama sejak terakhir dia menyaksikan drama musical anak-anak Sekolah Dasar di Daegu karena undangan salah seorang guru yang kebetulan menjadi klien Seohyun. Tapi tentu saja pertunjukan tersebut tidak di penuhi dengan orang-orang terkenal dan dari kalangan high class. Tapi setidaknya suasananya lebih menyenangkan.
Anehnya satu sisi Seohyun justru menantikan hal ini. Kesempatan untuk memperluas lingkup sosialnya, lingkungan di mana Yonghwa sering berada di dalamnya. Ataukah karena mereka akan duduk berdekatan, cukup dekat sehingga Seohyun bisa menikmati wangi menggoda tubuh jantan Yonghwa, untuk merasakan kehangatan pria tersebut, merasakan sentuhan lengan mereka.
Sayangnya, yang ada Seohyun merasa begitu putus asa akan dirinya sendiri !

♥ ♥ ♥

Seohyun terlanjur menolak melepaskan kacamatanya, tapi dia memasangnya jauh di ujung hidungnya sehingga dia tetap bisa menikmati pertunjukan dari atas kacamatanya. Yonghwa sama sekali tidak tertarik dengan pertunjukan yang sedang berlangsung di atas panggung, Yonghwa lebih tertarik menatap raiu wajah Seohyun. Buku mata Seohyun yang panjang, tebal dan lentik tampak berbayang dalam penerangan reman-remang dalam teater tersebut.
Garis hidungnya yang mungil tanpak jelas, bentuk bibirnya yang menggoda, garis rahangnya yang di hiasi oleh seuntai rambut nampak sangat jenjang dan indah. Usaha yang di lakukan Seohyun untuk menyembunyikan daya tarik feminimnya yang sangat besar yang baru di sadarinya memang di milikinya dibawah gaun sederhana hitam, sepatu tebalnya serta kacamata bacanya benar-benar membuat Yonghwa merasa geli.
Semua itu justru membuat hati Yonghwa bergejolak dahsyat, hatinya tiba-tiba di penuhi kelebutan yang teramat sangat yang belum pernah di rasakannya sebelum ini. Seohyun sepertinya benar-benar memasukkan peringatannya tentang hal-hal itu di dalam hati walaupun Yonghwa telah berusaha mengoreksinya tadi pagi. Apakah Seohyun benar-benar takut kepadanya ? Apakah Seohyun tahu bahwa Yonghwa tidak akan berbuat apapun yang akan melukai perasaannya ?
Dalam diam Yonghwa mengutuk dirinya sendiri karena kehilangan kendali dirinya malam itu. Yonghwa merasa malu bukan hanya pada satu hal tapi banyak hal yang lainnya. Yonghwa yang merasa berhak bangga atas kemampuannya mengendalikandirinya ternyata telah kehilangan kendali itu. Penampilan Seohyun membuatnya kacau balau, membuatnya mengeluarkan semua peringatan gila tersebut.
Yonghwa tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Bukankah seharusnya setelah pertunangannya yang berantakan, Yonghwa seharusnya membenci para wanita dan semua komplikasi seputar seks yang kacau untuk selamanya !
Malam itu setelah makan malam mereka sebagai suami istri. Yonghwa terjaga sampai larut malam. Yongha memikirkan hal itu hingga mencapai kesimpulan yang sangat sempurna bahwa meruapakan suatu kesalahan – sebenarnya lebih tepat di katakan sebuah kejahatan – memaksa Seohyun untuk tidak menampilkan potensi dirinya sebagai wanita yang cantik dan tentu saja mempesona dan seksi, walaupun jujur Yonghwa masih trauma dengan segala konsekuensi yang akan di hadapinya.
Dan melihat Seohyun yang sama sekali menolak untuk mendengarkan semua pembatalan instruksi yang dia berikan adalah satu bukti yang jelas bahwa Yonghwa harus belajar lebih keras untuk menenangkan hati orang lain. Meyakinkan Seohyun bahwa tidak ada yang perlu dia takutkan pada dirinya.
Tapi satu pemikiran tba-tiba terlintas dalam pemikiran Yonghwa. Bagaimana jika Seohyun terbujuk dan membuang tambahan baju-baju berkabung yang di belinya hari ini dan kembali mengenakan pakaian-pakaian yang provokatif, maka tidak akan mungkin dapat di hindari akan ada pria lain yang akan menyukai Seohyun, datang dan membawa Seohyun pergi darinnya.
Dan Yonghwa tahu, Seohyun akan pergi. Bagaikan matahari yang terbit di sisi timur, Seohyun pasti akan pergi. Seohyun akan menyadari potensi dirinya lebih dalam dari polesan rias wajahnya, gaun-gaunnya yang emnggoda, tatanan rambutnya yang baru. Hal – hal yang akan membuat Seohyun menginginkan hal yang tak pernah di minatinya sebelum ini : seorang pria di tempat tidurnya !
Yonghwa tiba-tiba merasa marah. Dan ekspresi kemarahannya tersebut di tunjukkan dengan menggandeng tangan Seohyun dan menuntunnya keluar tepat saat pertunjukan telah berakhir, terus menuntunnya hingga  mereka berdiri di halaman depan tetaer dan menghirup dalam-dalam udara malam yang terasa dingin.
Yonghwa ingin memiliki Seohyun untuk dirinya sendiri. Dia harus bicara dengan Seohyun, memutuskan apakah ide yang telah mencengkeram otaknya dengan ganas itu nyata atau tidak. Walaupun pada awalnya Yonghwa yakin bahwa dia akan sanggup menguasai rasa ketertarikan seksualnya kepada Seohyun, dia bahkan menarik perintahnya agar Seohyun kembali menjadi Seohyun yang dia kenal dan kembali mengenakan semua pakaian yang di bawanya saat pindah ke rumahnya, baju-baju yang begitu menggoda hasratnya sebagai seorang pria normal.
Sialnya, dia tidak mampu mengatasinya.
Apakah sekarang Yonghwa harus merayu Seohyun ? memastikan bahwa ‘istrinya’ tersebut tidak akan di bawa pergi oleh pria lain ?
Hal itu tentu saja bukan hal yang sulit untuk Yonghwa lakukan. Walaupun dia pernah merasa jemu dan benci dengan para wanita, toh Seohyun bukan salah satu dari “para wanita” tersebut. Seohyun berbeda. Mereka adalah ‘para wanita’ tapi Seohyun adalah istrinya. Istrinya !.
“ Restoran hanya berjarak kira-kira lima menit dari sini, jadi bagaimana kalau kita jalan kaki dan menikmati malam ini sekaligus melancarkan peredaran darah kita “. Yonghwa meraih siku Seohyun, jemarinya menusuk kulit lembut di bawah kain tebal yang menutupi lengan Seohyun, dan itu membuat seluruh ototnya menegang.
“ Yonghwa “, nada suara Seohyun terdengar sedikit kecewa. Seohyun menatap wajah Yonghwa. Ada sesuatu yang telah membuat pria di depannya tersebut sangat marah. Apakah dia telah melakukan sesuatu yang salah ? Atau mungkin Yonghwa bosan dengan pertunjukan yang tadi mereka tonton. Atau mungkin Yonghwa hanya merasa jengkel hingga dia terus menggertakkan giginya menahan kekesalannya. Mungkin Yonghwa kesal harus tampil di depan umum bersama Seohyun, menyia-nyiakan waktunya yang berharga.
“ Kita bisa pulang ke rumah, tidak perlu makan malam di luar “, kata Seohyun. “ kau benar, kita tidak perlu berpura-pura, apapun yang terjadi atau yang bahkan tidak terjadi di dalam pernikahan kita biarlah menjadi urusan kita berdua “< lanjut Seohyun sambil berusaha meyakinkan Yonghwa sambil berlari-lari kecil berusaha mengimbangi langkah kaki Yonghwa sementara sepatunya berdetak-detak menimbulkan suara seperti palu yang sedang di ketuk-ketukkan ke trotoar jalan.
“ Tapi kita sudah sampai “, kata Yonghwa membuat Seohyun menghentikan langkahnya dan menatapnya. Dengan penuh kesabaran Yonghwa berusaha untuk tetap tenang dan merasa ada sesuatu yang melelah saat tersenyum sambil memandangi wajah Seohyun yang gelisah. Yonghwa tak ingin Seohyun merasa gelisah, dia hanya ingin gadis malang itu merasa bahagia.
Tapi Seohyun bukan gadis yang malang kan ?
Kenyataannya hanya dengan waktu yang singkat Seohyun telah dapat merias pipinya dengan warna merah mawar. Udara malam yang dingin membuat matanya berbinar. Bahkan gaun panjang yang di kenakannya yang sejujurnya nampak sangat membosankan sama sekali tidak mengurangi kecantikannya.
Yonghwa sadar, dia kini menginginkan Seohyun, seutuhnya. Tapi apakah hanya rasa ingin itu cukup untuk Seohyun ? Entahlah. Tapi malam ini Yonghwa akan mencari jawabannya. Berusaha meletakkan dasar bagi masa depan mereka berdua yang akan mereka jalani bersama, yang Yonghwa bisa pastikan akan berbeda dengan dasar yang mereka tetapkan di awal hubungan mereka.
Tangan Yonghwa meluncur turun dan meraih jemari Seohyun. “ Ayo kita makan. Aku sangat lapar “, kata Yonghwa terdengar parau. Aku sangat lapar tepatnya lapar akan Seohyun. Tapi apakah Seohyun juga merasakan rasa lapar yang sama terhadap dirinya ?
Jika Seohyun juga merasakakannya, maka hal itu akan menjadi pemanis dalam pernikahan mereka. Dan tidak ada hal yang lebih pasti dari hal tersebut. Yonghwa merasa jemari Seohyun yang ramping balas melingkar di jemarinya sendiri dan sesuatu yang bersifat protektif terasa meremas isi tubuhnya. Apapun yang terjadi Yonghwa tak akan memaksakan Seohyun melakukan hal yang tidak ingin di lakukannya.
Memasuki restoran tersebut mereka lalu di antar menuju ke sebuah ruangan kecil terpisah dari beberapa tamu yang terlihat memenuhi hampir sebagian meja di restoran tersebut. Harum semerbak pepohonan melati menyambut mereka.
Tempat ini terlalu sempurna untuk makan malam, desah Seohyun dalam hati, perasaan tak karuan melanda pikirannya. Dipandanginya tempat tersebut sekali lagi. Ada beberapa mawar merah yang di letakkan dalam vas kristal tepat di tengah-tengah meja, cahaya lilin yang berkelap kelip, serta sebotol sampanye di dalam mangkok perak berisi es batu. Yonghwa pasti telah memesan semua ini saat mereka memesan meja. Sampanye. Seohyun tidak yakin apakah dia akan tetap bersikap sebagai seorang Seohyun yang seharusnya bila dia meminumnya. Mungkin saja dia akan menjadi Seohyun yang bodoh dan Seohyun tidak sanggup menghadapi resiko apa yang akan terjadi saat dia berubah menjadi orang tolol.
Seohyun merasa Yonghwa tidak perlu melakukan ini semua untuknya. Buat apa ? Semua ini sama sekali tidak perlu dan Seohyun harus mengatakannya kepada Yonghwa. Apakah semua perkataan Yonghwa kemarin malam hanyalah bohong semata ? Berpura-pura menjadi suami istri yang saling mencintai, menikmati makan malam romantis dengan cahaya lilin, ini semua merupakan sebuah penderitaan yang sangat dalam bagi Seohyun. Karena jauh, jauh di lubuk hatinya yang terdalam, Seohyun benar-benar sangat mengharapkan hal tersebut menjadi kenyataan.
Saat pelayan membuka sumbat botol sampanye, Seohyun menarik dirinya dan meraih daftar menu yang di letakkan di depannya. Menatap menu tersebut dengan kacamata bacanya, memilih menu pertama yang di bacanya, kemudian menatap Yonghwa dengan tatapan tegas dari balik kacamatanya.
“ Santailah Seohyun “, ucap Yonghwa sambil menyodorkan gelas berisi minuman berbuih ke arah Seohyun, nada suaranya terdengar seperti sebuah perintah tapi bernada lembut.
“ Akan aku usahakan “, janji Seohyun sama sekali tidak merasa yakin apakah dia akan bisa memenuhi janji tersebut.
Pelayan tersebut kemudian meninggalkan mereka berdua. Meninggalkan mereka berdua dalam cahaya remang-remang, berdua dalam ruangan yang di penuhi dengan wangi melati yang menggoda. Seohyun berusaha menahan desakan untuk mengulurkan tangannya dan menyentuh Yonghwa. Seohyun menarik kedua tangannya ke bawah meja dan mengepalkannya erat-erat sehingga sedikit sengatan perih akibat kuku yang menancap di kulit tangannya membuatnya menggertakkan giginya pelan.
Seohyun lalu berdehem dan meletakkan kembali kacamata bacanya yang melorot ke atas batang hidungnya. “ kau tak perlu melakukan ini semua. Kau tak perlu memaksakan diri bersandiwara. Aku yakin kau pasti sangat tidak menyukainya. Kau benar, akulah yang salah. Kita tidak perlu berpura-pura “.
“ Sama sekali tidak ada kepura-puraan, aku benar-benar menikmatinya “. Jemari Yonghwa melingkar pada tangkai gelas sampanye, kedua matanya tampak kelabu, bentuk bibirnya memancarkan sensualitas yang membara. Pasti karenan pengaruh cahaya lilin, Seohyun menduga-duga. Dan apaka kata menikmatinya benar-benar untuk dirinya ?
Sedikit melamun Seohyun meneguk sampanyenya, teringat perkataannya semalam yang mengatakan bahwa dia tidak intgin dirinya di jadikan bahan ejekan karena menikahi pria yang sama sekali tidak memujanya.
Apakah itu sebabnya Yonghwa sekarang berpura-pura menikmati saat ini ? Hanya demi dirinya. Hati Seohyun tersentak dan terpilin sedih. Usaha yang di lakukan Yonghwa hanya membuatnya semakin mencintai pria tersebut dan seberapa dalam kau sanggup mencintai seorang pria yang takkan membalas cintamu, sementara kau harus tetap mempertahankan kewarsanmu ?
“ Dan aku ingin kau juga menikmatinya “, kata Yonghwa sambil sedikit mencondongkan tubuhnya. “ Nikmatilah pengalamanmu berjalan-jalan di kota Seoul bersama suamimu “.
Tapi Yonghwa bukanlah suami yang sesungguhnya walaupun Seohyun sangat menginginkan Yonghwa benar-benar menjadi suaminya, Tenggorokannya terasa kering. Dan tatapan Yonghwa. Mengapa Yonghwa menatapnya dengan tatapan seakan-akan bagi Yonghwa , Seohyun adalah satu-satunya wanita di dunia. Seohyun medesah pelan.
“ Ini bukan suasana yang aku sukai, aku merasa aneh “ kata Seohyun dengan suara tertahan.
“ Sshhh “. Yonghwa meletakkan jari telunjuknya di bibir Seohyun yang lembut sehingga membungkamnya. Yonghwa menarik napas dalam-dalam saat merasakan kelembutan bibir Seohyun yang bergetar di bawah sentuhan jarinya. Dengan geram Yonghwa berusaha menenangkan dirinya sendiri. Tidak boleh terburu-buru, tidak boleh sama sekali. Itu yang di ucapkan otaknya tetapi tubuhnya seakan mempunyai bahasa sendiri dan memiliki banyak ide yang lain.
Tubuhnya harus belajar untuk bersabar dan menunggu. Apa yang Yonghwa inginkan untuk dirinya dan Seohyun adalah sesuatu yang bisa berjalan dengan normal dan mengalir seperti seharusnya.
“ kau dapat menyesuaikan diri dengan semua suasana yang kau inginkan “, kata Yonghwa sambil kembali meraih gelas yang berisi sampanye lalu menatap mata Seohyun yang indah dalam-dalam. “ Dan tidak seorangpun di anatra kita berdua perlu tergesa-gesa menetapkan semua peraturan. Bagaimana jika kita melihat hubungan kita ini sebagai sebuah pelayaran untuk menemukan sesuatu yang baru, jadi santai sajadan kita akan melihat kemana kita akan di bawa “.
Inilah usaha terbaik yang bisa Yonghwa lakukan untuk menaburkan benih-benih keintiman antara dirinya dan Seohyun. Dengan Seohyun, Yonghwa harus melangkah dengan hati-hati karena Seohyun bukanlah wanitayang berpengalaman dalam hal-hal duniawi , Seohyun akan menjadi seorang gadis yang bodoh yang ketakutan jika Yonghwa berkata bahwa dia telah berubah pikiran. Bahwa Yonghwa menginginkan seks dalam kehidupan pernikahan mereka melebihi apapun juga.
Yonghwa menangkap pancaran aneh dari mata Seohyun, keningnya mengerut tipis, melihat pertanyaan yang terpancar dari kedua matanya. Seohyun pasti bertanya-tanya dan Yonghwa sedang berpikir apakah yang harus dia katakan saat Seohyun mengeluarkan suara dan mengubah pertanyaan di matanya menjadi sebuah kalimat tanya yang keluar dari bibirnya. Tapi pikirannya terhenti ketika seorang pelayan tiba dan menghidangkan makanan yang telah mereka pesan.
Sayang, aku samar-samar menangkap bayang dirimu tadi di teater dan seperti dugaanku kau akan mampir kemari seperti yang sering kita lakukan setiap kali kita menonton pertunjukan teater, restoran ini sudah menjadi tempat favorit kita, dasar kau ini ! “.
Sebuah suara tiba-tiba memecah kesunyian diantara mereka dan seraut wajah yang mereka kenal muncul seiring perkataannya tadi.
Jessie !
Seohyun tiba-tiba merasa perutnya mual !


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Chapter Five        Chapter Seven
Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
1 Mei 2017 pukul 08.16 delete

NEXT kak zee maaf baru komentar sekarang hehe suka salam kenal

Reply
avatar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥