#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

THE SEASONS CHAPT.4 - COLD WINTER WITHOUT YOU


Salju pertama mulai jatuh, Seohyun menatap butiran-butiran putih kecil yang perlahan jatuh ke tanah dari balik jendela tokonya. Sebuah doa singkat dia bisikkan dalam hatinya, berharap dia bisa melalui hari-hari kedepan dengan lebih baik lagi.
Hari ini toko lebih sepi dari biasanya, membuat Seohyun lebih banyak merenung membuat Yuri yang berada di sampingnya menatap dengan tatapan sedih. Yuri tahu bukan hal mudah bagi Seohyun menjalani hari-hari seminggu belakangan ini sejak kejadian malam itu. Seohyun lebih banyak melamun, terkadang Yuri harus menegurnya karena Seohyun tak membalas sapaan ataupun teguran pelanggan. Dalam seminggu ini saja mereka harus beberapa kali mengorder bahan kue karena kue yang Seohyun buat selalu berakhir dengan gosong dan tak layak jual.
" Seohyun ?? " ,tegur Yuri pelan tapi Seohyun tak bergeming, hingga Yuri harus menyentuh  bahu Seohyun. Dan Seohyun tersentak oleh sentuhan tersebut dan berpaling ke arah Yuri.
" Ada apa unnie ? " tanya. Seohyun 
" Seharusnya aku yang bertanya hal itu padamu ", jawab Yuri tersenyum. " Sebaiknya kau istrahat, kau terlihat pucat, biar aku yang akan menutup toko malam ini ".
Seohyun menggelengkan kepalanya , " Tidak unnie, aku baik-baik saja ".
" Apanya yang baik-baik saja, Seohyun. Belakangan ini aku melihat kau kurang fokus dan lebih banyak termenung. Aku yakin kau bahkan tidak tidur nyenyak setiap malam. Pergilah istrahat, aku memaksamu, tubuhmu butuh istrahat ", kata Yuri memaksa sambil menarik tangan Seohyun menuju ke tangga.
" Tapi, unnie..... ".
" Jangan membantahku Seohyun, kamu butuh istrahat ", Yuri memaksa dengan mendorong tubuh Seohyun menaiki beberapa anak tangga yang mau tak mau membuat Seohyun melangkah menaiki tangga tersebut menuju ke lantai atas.
Seohyun benci berada di lantai atas ini, setiap sudutnya melukis jelas semua kenangan bersama sosok yang sangat di cintainya tapi kini mungkin dia sudah sangat membenci dirinya. Sofa itu, dimana mereka sering menghabiskan malam setelah hari yang melelahkan dengan canda dan tawa. Dapur kecil itupun menjadi saksi bagaimana mereka menyiapkan makan malam untuk mereka berdua, terkadang Yonghwa hanya duduk sambil menghiburnya dengan petikan gitar mini yang di belikannya untuk Seohyun.
Gitar ? Seohyun mengitari ruangan dengan pandangannya. Gitar mini yang di belikan Yonghwa tak ada dimanapun. Seohyun lalu melangkah ke dalam bilik kecil kamarnya juga tak ada disana. Seohyun kemudian mengingat-ingat kapan terakhir dia melihat gitar tersebut. Di hari kepulangannya dari rumah ayahnya, yah, itulah terakhir Seohyun melihat gitar tersebut. Sekarang kemana gitar tersebut ?
Seohyun berlari menuruni tangga, mencoba mencarinya di lantai bawah, siapa tahu dia menyimpannya di sana. Satu persatu sudut ruang Seohyun mencarinya tapi tetap tidak berada di sana. Lalu dimana gitar mini miliknya ? tanya Seohyun dalam hati dengan wajah kebingungan.
Yuri memperhatikan Seohyun yang sedang terlihat bingung. Di tinggalkannya counter tempatnya berdiri dan berjalan ke arah pantry dapur lalu menepuk pundak Seohyun.
" Sedang mencari sesuatu ? ", tanyanya.
" Unnie, apakah kau melihat gitar mini yang di belikan Yonghwa untukku ? Aku mencarinya kemana-mana tapi tak ketemu juga ? ", tanya Seohyun dan Yuri menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Seohyun.
" Memangnya kau tidak ingat menyimpannya dimana ? ", tanya Yuri yang langsung mendapat tatapan mata tak percaya dari Seohyun.
" Unnie, kalau aku ingat aku tidak akan mencarinya ", jawab Seihyun sedikit kesal. Yuri tersenyum sedikit meringis.
" Kalau kau mencarinya di sini, maka gitar mini itu tidak ada di sini, seminggu ini aku hanya melihat bahan kue, pelanggan dan dirimu ", ucap Yuri sambil meninggalkan Seohyun dan kembali ke counternya.
Apakah Yonghwa mengambilnya kembali ? tanya Seohyun dalam hati. Apakah dia begitu marah sehingga mengambil satu-satunya benda yang dia hadiahkan kepada dirinya, Seohyun mendesah sedih lalu melangkah kembali menaiki tangga menuju lantai tempat tinggalnya, lalu sesampainya diatas dia menjatuhkan dirinya di sofa dan menumpahkan semua kesedihannya dan kerisauan hatinya dengan tangisnya hingga membuatnya terisak
Lama Seohyun larut dalam tangisannya, hingga akhirnya Seohyun merasa air matanya sudah tak bisa lagi mengalir. Setiap malam semenjak kejadian itu dia menghabiskan malam dengan menangis dan menyalahkan dirinya yang tak berdaya, tak mau berjuang demi cintanya. Seohyun menyeka tetesan air mata terakhir dari matanya, meraih tisue dan menggosokkannya ke hidungnya yang memerah.
Seohyun, sudah saatnya kau kembali menata hidupmu. Kau masih ada impian yang ingin kau raih. Masa depan masih panjang, sebaiknya jangan terkurung di saat ini. Its time to move on, lupakan semua kenangan jadikan sesuatu yang tak layak untuk di kenang, Seohyun mencoba memotivasi dirinya sendiri. Dia lalu berdiri dan melangkah ke kamar mandi dan membasuh wajahnya yang kusut masai karena menangis. Dipandanginya wajahnya di cermin sambil kembali menetapkan hati untuk melupakan semuanya dan memulai kembali dari awal. Seohyunie, Fighting !!

* * * * * * * 

Natal tinggal menghitung hari. Seohyun di sibukkan dengan pesanan dari beberapa pelanggan untuk kue natal. Bulan ini terasa berjalan begitu cepat. Kuliah yang sudah mulai menyusun tugas akhir, di tambah tokonya yang pelanggannya kian hari kian bertambah, dia bahkan sekarang bisa menggaji pegawai baru untuk membantunya bersama Yuri, sedikit banyak pekerjaan mereka berdua menjadi lebih ringan. 
Kesibukannya telah membuat Seohyun bahkan tidak sempat berpikir apapun tentang Yonghwa, setiap malam dia tertidur dengan tubuh yang lelah, setelah seharian beraktifitas antara toko dan kampus serta kesibukan bolak-balik perpustakaan untuk tugas akhirnya, yang setiap malam berusaha di selesaikannya sebelum tidur
Pagi ini Seohyun harus berangkat ke kampus, kemarin dia di suruh menghadap dosen pembimbingnya pagi-pagi. Setelah berberes dan menyiapkan kue-kue untuk di jual sedari subuh hari, Seohyun merapikan penampilannya lalu meraih tas kuliahnya, kembali melihat kecermin mengecek dandanannya, setelah semuanya terlihat sempurna, Seohyun melangkah turun ke bawah.
Suasana pagi ini sedikit dingin, salju turun sejak subuh hari walaupun tidak begitu lebat, Yuri baru saja memasuki toko saat Seohyun tiba di bawah. 
" Pagi, uhh dingin sekali pagi ini ", sapa Yuri sambil melepaskan jaket tebalnya dan menggantungkannya dalam lemari loker. " Pagi-pagi sudah begitu rapi, mau kemana ? ", tanyanya sambil mengganti pakaian seragam toko mereka.
" Aku harus menghadap dosen pembimbingku pagi ini, entah ada masalah apa, kemungkinan aku akan langsung mengikuti kelas siang nanti ", jawab Seohyun 
" Semoga ada kabar baik dari dosen pembimbingmu, siapa tahu jadwal ujian akhirmu sudah keluar ", ujar Yuri sambil melangkah menuju counter dan mulai merapikan beberapa hal di sana. 
" Semoga saja unnie ", ucap Seohyun sambil memakai jaket tebalnya. " Aku berangkat dulu, sampai ketemu nanti sore unnie ", pamit Seohyun sambil melangkah menuju ke arah pintu.
" Hati-hati di jalan, dan jangan lupa rapatkan jaketmu, diluar sangat dingin ", kata Yuri dan Seohyun menganggukkan kepalanya dan merapatkan jaketnya seperti yang di sarankan Yuri.
Benar, udara pagi ini sangatlah dingin, telinga Seohyun terasa menderu. Seohyun lalu mengenakan topi jaketnya lalu mulai berjalan ke arah halte bus, beberapa pelanggannya memberi salam dan Seohyun dengan gembira membalas sapaan mereka. Halte masih sedikit lengang, Seohyun mengecek jam kecil yang tergeletak di pergelangan tangannya, jam 8 pagi dan bus akan tiba 5 menit lagi. Sambil menunggu Seohyun menngosok-gosokkan kedua tangannya mencoba menghangatkan kedua tangannya yang dingin, tiba-tiba sepasang sarung tangan berwarna biru bergoyang-goyang di depan matanya membuat Seohyun kaget dan memalingkan wajahnya dan mendapati sosok jangkung sedang tersenyum ke arahnya. 
" Pakailah sarung tangan itu biar tanganmu hangat ", ucapnya tapi Seohyun tak bergeming hanya memandangnya lalu kembali memandang ke depan sambil terus menggosokkan kedua tangannya sambil sesekali meniupkan udara hangat dari mulutnya.
" Cuaca begitu dingin, seharusnya kau memakai sarung tangan, kau ini gadis yang bodoh ", katanya lagi sambil kali ini menyelipkan sepasang sarung tangan tersebut ke kantong jaket Seohyun sebelum dia naik ke bus yang singgah di depan mereka, dan sebelum Seohyun sempat berucap bus tersebut sudah berlalu dan sebuah tangan keluar dari jendela busa dan melambai. Seohyun menggelengkan kepalanya dan meraih sarung tangan yang tadi diselipkan pria tersebut di kantong jaketnya. Sarung tangan berwarna biru dengan ukuran yang melebihi ukuran tangannya, ada inisial kecil di salah satunya , KMH. Seohyun mengedipkan kedua bahunya lalu memakai sarung tangan tersebut, dan tangannya langsung terasa hangat, lumayanlah, pikir Seohyun dan bus yang di tunggunya pun tiba.

* * * * * * * 

" Beasiswa ? Ke Praha ? ", tanya Seohyun tak percaya saat dosen pembimbingnya menyerahkan secarik amplop bertuliskan Atelier Culinery The culinary school of Vladislav Stuparič Praha.
" Iya, waktu itu Bapak mengajukan namamu ke mereka dan setelah beberapa bulan, dua hari yang lalu bapak mendapat kepastian dan kemarin sore surat bieasiswanya telah tiba. Apakah kau akan menerimanya ? ", tanya dosen pembimbing Seohyun.
Seohyun terdiam sambil terus menatap amplop yang berada di tangannya. Dia tidak pernah sedikitpun berpikiran bahwa dia akan melanglang buana ke negara asing untuk memantapkan study kulinerinya. Perlahan Seohyun membuka amplop tersebut dan membaca isi suratnya : Cooking Course.
" Cooking course ? ", tanya Seohyun.
" Kau mendapat beasiswa mengikuti semua kelas cooking mereka, setiap kelasnya akan di mulai saat sore hari hingga sekitar jam 11 malam. Jadi pagi harinya kau bisa bekerja paruh waktu untuk membiayai hidupmu di sana. Kau akan tinggal di asrama mereka dan bertemu dengan beberapa mahasiswa dari beberapa negara lainnya, kau bisa berbagi pengetahuan dengan mereka. Ini adalah kesempatan once in a lifetime, Seohyun. Bapak harap kau tidak menolaknya ".
Seohyun tersenyum dan menganggukkan kepalanya, " Terima kasih pak, tapi bisakah saya di beri waktu sehari untuk memikirkan tawaran beasiswa ini. Semua ini begitu mendadak dan saya sama sekali tidak pernah menyangka akan mendapat beasiswa keluar negeri ".
" Tentu saja, batas konfirmasi masih ada 4 hari lagi, Bapak sarankan kau menerimanya, apalagi kau adalah salah satu mahasiswa yang kami rasa akan mempunyai masa depan cerah di bidang kuliner ".
" Terima kasih sekali lagi pak, dan saya merasa tersanjung. Secepatnya saya akan memberi jawaban saya. Oh iya, apakah jadwal ujian akhir saya sudah keluar ? ", tanya Seohyun
" Ujian akhirmu di tetapkan tanggal 29 Desember ini, jadi bersiaplah tidak lama lagi, berikan yang terbaik ".
Wow, Seohyun tidak menyangka secepat itu.
" Baiklah pak, kalau begitu saya pamit dulu ", kata Seohyun sambil berdiri, setelah memberi hormat, Seohyun lalu melangkah keluar dari ruangan dosen pembimbingnya. Beasiswa, Praha. kedua kata tersebut bolak balik muncul di pikirannya. Siapa sangka dia akan mendapat beasiswa ke Praha ? Seohyun bahkan tidak pernah bermimpi setinggi itu. Tapi apakah dia mampu ? Praha adalah negara yang asing baginya, hidup seorang diri tentu tidak segampang membalikkan telapak tangannya. Apakah dirinya cukup percaya diri untuk itu ?
Seohyun lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ayahnya, beberapa saat akhirnya ayahnya menerima panggilannya.
" Seohyun ah, ada apa sepagi ini kau menelpon ayah ? ", ujar ayahnya dari seberang.
" Ayah, aku mendapat beasiswa ke Praha ", ucap Seohyun
" Apa ? Praha ? ".
" Pagi ini dosen pembimbingku mengabarkan kalau aku mendapat beasiswa ke Praha, apakah aku harus menerimanya ? ", tanya Seohyun.
" Beasiswa ke Praha ? wah itu kabar yang sangat menggembirakan, kau tentu akan lebih hebat nantinya ", ujar ayah Seohyun terdengar terkejut dan girang secara bersamaan, Seohyun tersenyum.
" Tapi Ayah, apakah aku mampu ? Praha adalah negara asing bagiku, aku tidak yakin aku akan bisa beradptasi dengan lingkungan di sana ", ucap Seohyun ragu-ragu.
" Ayolah Seohyun, mana jiwa petualanganmu !? Ayah yakin kau akan bisa beradaptasi di sana, kau akan bertemu teman-teman baru dan siapa tahu diantaranya ada orang Korea seperti dirimu. Ayah benar-benar sangat bangga putri tercinta ayah akan melebarkan sayap kecilnya ke negeri yang jauh. Ayah sangat-sangat bahagia mendengarnya, seperti mendapat kado natal sebelum waktunya ", seru ayah Seohyun dari seberang.
Benar juga, bukankah waktu kecil Seohyun di gelari bocah petualang karena kegemarannya bertualang bersama grup pramuka sekolahnya ? Yap, Seohyun pasti akan bisa beradptasi dengan lingkungan dimanapun dia berada.
" Ayah, benar juga, ini adalah kesempatan langka yang belum tentu akan datang lagi, bersiaplah ayah, putri kecilmu akan terbang tinggi hahaha ", kata Seohyun penuh antusias. " Ngomong-ngomong Ayah, aku akan kembali sehari sebelum natal. pesanan kue di toko sangat banyak menjelang natal dan ujian akhirkupun sudah di tentukan di tanggal 29 Desember ini, jadi kemungkinan aku tidak akan bisa lama dan harus segera kembali ke Seoul ".
" Bagaimana kalau kita merayakan natal di Seoul ? ".
" Apa ? maksud ayah ? ".
" Ayah akan ke Seoul merayakan natal tahun ini bersamamu, jadi kau masih bisa menyiapkan semua dan tidak kelelahan dengan perjalanan bolak balik, lagi pula sudah lama ayah tidak merayakan natal di Seoul. Ayah merindukan suasananya ", ujar ayah Seohyun
" Oh ayah, aku sangat mencintaimu, aku akan sangat senang sekali merayakan natal bersama ayah di sini. Baiklah ayah, aku harus ke perpustakaan, ada beberapa buku yang harus aku cari guna mencukupkan data yang tersisa. jaga kesehatan ya, sarangheyo appa ji ", ucap Seohyun dan di balas dengan ucapan yang sama dari atahnya di seberang. Seohyun lalu memutuskan panggilan dan berjalan menuju perpustakaan kampus. Semangat, Semangat !! Seohyun melangkah dengan langkah yang pasti. Benar kata Ibu, hidup itu penuh dengan misteri dan apapun itu hidup ini harus di nikmati, di syukuri karena life is beautiful, indeed.

* * * * * * *  
Natal tinggal sehari, dan Seohyun menutup tokonya hari ini. Dia ingin menyiapkan natal untuk dirinya dan ayah. Yuri akan pulang ke rumah orang tuanya untuk meraakan natal dengan keluarganya demikian juga pegawai mereka. Jadi hari ini Seohyun akan melakukan bersih-bersih dan menyiapkan kado untuk ayahnya tercinta.
Seohyun mengikat rambutnya dan memasang syal kecil di kepalanya, di tangannya sudah tergenggam gagang sapu dan kemoceng untuk membersihkan tempat tinggalnya yang kecil. Seohyun mulai dengan membersihkan debu di semua tempat mulai dari jendela, meja, sofa, semua sudut. lalu mulai menyapu dan menggeser sofa untuk membersihkan debu di belakanng, saat tiba-tiba sebuah kotak kecil berlapis beludru berwarna merah tersapu keluar dari bawah sofa. 
Seohyun memungut kotak mungil tersebut dan membukanya, sebuah cincin perak polos dengan permata kecil terselip di dalam kotak kecil tersebut. Cincin siapakah gerangan ? Apakah cincin pemilik toko ? tanya Seohyun sambil memandang cincin tersebut lebih dekat, cahaya lampu membiaskan cahaya di permatanya. 
Seohyun meraih cincin tersebut dan mengamatinya lebih lama, hingga matanya menatap ukiran kecil dalam lingkaran dalam cincin tersebut, " Seohyun, Be Mine Forever - YH ". Seohyun terpaku, tatapan matanya tiba-tiba mengabur dan airmata yang telah lama dia biarkan tak mengalir akhirnya jatuh membasahi pipinya kembali. Di sentuhnya ukiran tersebut dengan perasaan terluka yang teramat sangat, kesedihan yang selama ini dia coba lupakan kembali mendera pikirannya. 
Seohyun terduduk di sofa dengan isak tangis yang tertahan di tenggorokannya. Jadi Yonghwa sudah mempersiapkan cincin untuk dirinya ? Sejak kapan ? Apakah hari itu ?? Bagaimana cincin itu bisa terselip di bawah sofa ? Apakah karena Yonghwa begitu khawatir akan dirinya yang tak kunjung datang sehingga dia dengan tergesa-gesa pergi mencarinya ? Ya Tuhan, apa yang telah dia lakukan??.
Seohyun tak bisa mempercayai dirinya, isak tangisnya kini tak lagi bisa dia tahan. 
Semua kenangan bersama Yonghwa kembali membayang bagaikan sebuah film yang di putar di depan matanya, pertemuan pertama, canda taa mereka, mimpi-mimpi yang mereka bagi, ciuman dan sentuhan bagaikan flash back menghantam Seohyun. Seohyun merasa dirinya telah membuat suatu kesalahan yang teramat besar dalam hidupnya, dan dia sudah tak bisa lagi berbuat apa-apa. Dia yang membuat semua ini terjadi. Tuhan telah menghukumnya dan ini adalah hukuman terberat dalam hidupnya. Sakitnya bahkan melebihi saat ibu yang di cintainya pergi untuk selamanya.
Seohyun tergugu dalam diam. Tuhan, mengapa kau buat kami seperti ini, mengapa kau pertemukan kami untuk perpisahan yang sangat menyakitkan ?. Seharusnya jangan kau pertemukan aku dengannya, dia terlalu baik untuk aku sakiti seperti itu. Seohyun mengingat kejadian malam itu, bagaimana Yonghwa yang terlihat sangat marah dan terluka dengan semua sandiwaranya, Seohyun tidak akan bisa melupakan pandangan Yonghwa yang penuh kebencian pada dirinya. Tuhan, apakah yang aku lakukan salah ? 
Seohyun memeluk tubuhnya, tiba-tiba ruangan terasa begitu dingin membuatnya menggigil. Seohyun sangat terluka oleh apa yang telah dia lakukan pada dirinya sendiri. Bukankah seharusnya Seohyun berjuang untuk mendapatkan Yonghwa, tapi mengapa dia mundur dan jadi pengecut hanya karena seorang wanita dengan dandanan perlente datang dan menghina dirinya ? Pabo !! Seohyun is A Pabo !! Stupid Seohyun !!
Seohyun terus menerus menyalahkan dirinya atas semua yang telah terjadi, hingga tiba-tiba sebuah pikiran merasuk ke dalam benaknya, bagaimana kabar Yonghwa sekarang ? Apakah dia bahagia sekarang dengan tunagannya itu ? wanita yang selevel dengan dirinya ? Apakah dia masih membenci dirinya ? 
Benci. Biarlah , biarlah jika Yonghwa membencinya, itu akan membuatnya bisa melupakan dirinya yang tidak berharga untuk di perjuangkan. Seohyun medesah dan menarik napas panjang. Mengapa ??

* * * * * * *  

Siapakah dirinya ? mengapa dia tidak bisa mengingat semua kenangan akan dirinya ? Mereka memanggilku Yonghwa, apakah itu namaku ? Mengapa aku berada di sini ? Aku betul-betul tidak bisa mengingat siapa diriku.
Yonghwa memandang keluar jendela, salju turun malam ini, tapi dia hanya bisa menatapnya dari balik jendela rumah sakit sambil duduk di kursi roda. 
Sudah hampir tiga bulan dia menjalani teraphy pemulihan, hanya bisa duduk dan tidur di ranjang rumah sakit dengan kepala yang masih terasa sangat menyakitkan setiap kali dia bergerak.
Kata dokter dia sempat koma selama dua bulan, dan kepalanya mengalami benturan yang sangat keras sehingga menyebabkan geger otak yang teramat parah, dia bahkan kehilangan semua ingatan akan dirinya.
Sesosok wajah hadir di benaknya, wajah yang selalu muncul dengan tiba-tiba dan membuat kepalanya serasa mau pecah. Siapakah pemilik wajah tersebut, mengapa dia hanya bisa mengingatnya ? Apakah dia dari masa laluku ? 
Yonghwa memegang kepalanya yang kembali di landa rasa sakit yang teramat sangat, di pejamkannya matanya untuk menghilangkan sakit tersebut, dan rasa sakit itu perlahan hilang bersama hilangnya sosok misterius dalam benaknya.
Siapakah diriku ?
Siapakah dia ?

* * * * * * * 

Previous
Next Post »

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥