CHAPTER ONE
“ Apakah kau menyukai
apartemenmu ? “.
Seohyun tahu bahwa
pertanyaan tersebut ditujukan untuknya secara di dalam lift cuma ada mereka
berdua – dirinya dan pria yang ada di sampingnya. Tapi mau tak mau Seohyun
merasa heran mengapa tiba-tiba pria tersebut menanyakan hal seperti itu
padanya.
Seohyun mencoba mengingat
pria yang bertanya dengannya. Sepertinya ini bukan pertemuan pertama mereka.
Pria tersebut – Jung Yong Hwa – merupakan tetangga apartemennya. Dan karena
Seohyun sudah menempati apartemen di sebelah apartemen pria tersebut rasanya
agak basi menanyakan hal tersebut padanya.
“ Biasa saja “, jawab
Seohyun sambil lalu dan bersyukur karena pintu lift akhirnya terbuka tepat di
lantai apartemen mereka dan Seohyun bisa secepatnya berjalan menuju koridor.
“ Anda sepertinya baru di
Seoul ya ? “.
Seohyun baru saja mau
beranjak pergi, ia bahkan sudah mengambil kunci apartemen dari dalam tasnya
tapi kemudian menatap Jung Yong Hwa dengan pandangan bingung. Seohyun pikir
Jung Yong Hwa akan segera beranjak ke apartemennya dan pertanyaan di lift tadi
hanyalah basa-basi tapi ternyata pria tersebut tidak beranjak setelah keluar
dari lift.
Menurut Seohyun, pria di
depannya ini termasuk pria yang tampan, tubuhnya tinggi walaupun tinggi mereka
tak terlalu jauh bedanya, rambutnya tersisir rapi dan beberapa helai rambutnya
jatuh ke dahinya membuat wanita manapun tergelitik untuk merapikan helai-helai
tersebut.
Usianya mungkin sekitar 30
tahun, mempunyai kepercayaan diri dan keanggunan yang mantap melebihi pria
manapun yang seusia dengannya. Selama tinggal di apartemen ini, Seohyun tak
pernah melihatnya memakai pakaian lain kecuali setelan jas yang mahal yang sepertinya
banyak di milikinya, kemeja putih yang di setrika rapi hasil dari laundry dan
dasi sutra berwarna biru.
Wajah pria tersebut
bagaikan di pahat oleh pemahat yang profesional, rahangnya yang terlihat tegas,
mulutnya yang penuh dan sepertinya tidak terlalu banyak tersenyum walaupun
terlihat garis-garis senyum membayang di sekitar mata serta bibirnya menandakan
pria di depannya tidak terlalu sering murung seperti yang di lihatnya hari ini.
Dan hidungnya sesuai dengan wajahnya tapi terlihat sombong dan matanya yang
jernah di kelilingi oleh bulu mata yang hitam dan panjang.
Pria di depannya akan
dengan mudah mendapat nilai tujuh di pikiran Seohyun.
“ Ya, aku memang baru di
Seoul “, jawab Seohyun datar.
“ Apakah anda sibuk besok
malam ? “.
Seohyun tidak tahu apa yang
harus di komentarinya karena pertanyaan tersebut terasa aneh. Dan mungkin
karena itulah, Seohyun berkata “Tidak” sebelum sempat berpikir lebih panjang.
♥ ♥ ♥
Dan disinilah dirinya sekarang, sebagai pendamping YongHwa – begitu dia
minta di panggil - menghadiri pesta
pernikahan sahabatnya. Dia terlihat sangat terluka dan tak bersemangat. Ada apa
dengan pria tersebut. Dan yang lebih menjengkelkan Seohyun hanya bisa duduk
diam karena tak mengenal siapapun di ruangan tersebut.
Seohyun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Pesta pernikahan
tersebut sangat meriah, setelah pemotongan kue pengantin yang terlihat begitu
besar dan mewah sekarang kedua mempelai sedang melakukan dansa pertama mereka
sebagai sepasang suami istri dengan alunan musik yang sangat romantis sementara
orang-orang di sekeliling mereka bertepuk tangan dan menikmati dansa keduanya.
Tapi Yong Hwa, pria di depannya malah tampak cemberut dan sama sekali tidak
menikmati peristiwa yang sedang berlangsung di depan matanya. Jangannya melihat
mempelainya, memperhatikan dandanan seohyun saja malam ini dia tak sempat.
Padahal malam ini Seohyun sudah berusaha tampil sekeren mungkin dengan gaun
biru beludru yang melekat erat ke tubuhnya sehingga menonjolkan bentuk tubuhnya
yang langsing dan sempurna.
Anehnya walaupun pria di depannya terlihat acuh, Seohyun justru mendapat
tatapan penuh minat dari beberapa orang yang datang ke pesta tersebut dan itu
membuat Seohyun merasa grogi. Dia selamanya tidak suka menjadi bahan sorotan,
dan sayangnya malam ini Jung Yong Hwa ternyata menjadi salah satu pendamping
pengantin pria sehingga beberapa dari mereka yang hadir bertanya-tanya siapa
gerangan wanita yang diajak Jung Yong Hwa datang ke pesta pernikahan tersebut.
Kata YongHwa , dia akan bersenang-senang di acara malam ini, tapi menjadi
objek pengamatan orang-orang sama sekali bukan hal yang menyenangkan, Seohyun
merasa bagai sebuah eksperimen yang di letakkan di dalam toples kaca besar dan
setiap orang bisa mengeluarkan pendapat dan mengamatinya.
Bersenang-senang seperti ini bukanlah bersenang-senang seperti yang ada di
dalam kamus Seohyun.
Seohyun bertanya-tanya dalam hati, mengapa YongHwa mengajaknya ke pesta
pernikahan ini dan Seohyun juga lelah mempertanyakan mengapa dirinya mau saja
dia ajak olehnya.
Tapi mengapa YongHwa harus merasa perlu membawa pendamping ke pernikahan
ini ? Apa alasan yang tepat untuk itu, Seohyun kembali meraba-raba.
Tatapan tajam YongHwa tertuju ke
tewngah ruangan di mana sang pengantin pria sedang berdansa dengan pengantin
wanita. Menatap tajam keduanya sementara wajahnya semakin murung. Jangan –
jangan Yonghwa mencintai si pengantin
wanita ? Si pengantin wanita memang terlihat sangat cantik dan tubuhnya tinggi
semampai dan lembut mempesona. Jadi apakah itu alasan YongHwa mengajaknya agar
dia tidak terlihat terlalu menderita karena patah hati ?
Apakah ini cinta segitiga ?
Seohyun menatap YongHwa yang dari ekspresi wajahnya berharap dia berada
bermil-mil jauhnya dari tempat ini, pernikahan ini. Jujur Seohyun tidak suka di jadikan tabir
asap seperti ini tapi kalau memang itu fungsinya di undang ke sini berarti
YongHwa tidak bisa memainkan perannya dengan baik karena beberapa tamu sekarang
sedang memandang ke meja mereka dengan pandangan prihatin terutama dari
sepasang pria dan wanita yang sedang berdiri tak jauh dari kedua mempelai
nampak begitu berminat menatap mereka berdua. Dan mereka keduanya bergerak,
Seohyun yakin keduanya sebentar lagi akan mendatangi meja mereka.
“ Apakah kau mau berdansa ? “ tanya Seohyun cepat karena terlihat beberapa
pasangan lain sudah bergabung dengan kedua mempelai di lantai dansa.
Yonghwa menatap kosong ke arah Seohyun seakan-akan dia lupa siapa Seohyun
dan apa yang di lalukan Seohyun di acara pernikahan tersebut. Sialan, pria di
depannya ini benar-benar menjatuhkan harga dirinya, umpat Seohyun dalam hati.
“ Dansa, Yonghwa ? “, ulang Seohyun. “ Dansa adalah saat musik mengalun
dengan cepat atau lambat dan kita bergoyang mengikuti musik tersebut cepat atau
lambat dan sepertinya musiknya lambat “, ucap Seohyun setelah mendengar band
memainkan lagu dengan nada lambat. “ Dan kita – manusia yang ada di sini –
bergerak mengikuti irama musik. Berdansa sungguh-sungguh sangat.... “.
“ Aku tahu apa itu berdansa, Seohyun “, potong YongHwa. “ Dan kau tak perlu menjelaskannya kepadaku ! “,
bentak Yonghwa tidak senang.
Oh jadi orang ini tahu apa itu dansa, hanya tidak berniat melakukannya,
sungut Seohyun dalam hati. Ah well, setidaknya aku sudah mencoba kata Seohyun
pada dirinya sendiri ketika di lihatnya pasangan yang tadi berjalan ke arah
mereka sudah sangat dekat ke meja mereka berdua..........
“ Apakah kau menikmati pestanya, YongHwa ? “. Yang pria yang menyapanya,
tinggi dan berkulit sedikit gelap dan juga terlihat sombong dan saat dia
bertanya kepada Yonghwa, tatapannya justru menatap Seohyun penuh rasa ingin
tahu.
Heol, rutuk Seohyun dalam hati.
“ Tidak juga “, jawab Yonghwa singkat, tetap masih cemberut.
“ Bagaimana kalau kau memperkenalkan kami – aku dan Yuri – kepada wanita
cantik yang mendampingimu malam ini ? “. Dan tanpa menunggu reaksi Yonghwa,
pria tersebut mengulurkan tangannya kepada Seohyun. “ Perkenalkan Lee Dong Hue dan ini istriku
Yuri, kami kebetulan adalah sahabat Yonghwa “.
Seohyun tersenyum sambil membalas uluran tangan DongHue serta tersenyum
ramah ke arah Yuri, istrinya. “ Seohyun “, lalu katanya menyebutkan namanya.
“ Maukah anda berdansa Seohyun ? “, DongHue mengundang dengan lembut sambil
kembali mengulurkan tangannya mengajak Seohyun berdansa.
“ Aku baru saja mau mengajaknya “, guman Yonghwa membuat Seohyun memandangnya
dengan pandangan tak percaya saat mendengar kata-kata Yonghwa tersebut.
Bukankah Yonghwa sedang tidak mau berdansa, bahkan dia tadi mengabaikan
ajakan Seohyun. Kelihatannya Yonghwa tidak menginginkan DongHue untuk berdansa
dengannya sehingga terkesan terburu-buru mengajaknya untuk ke lantai dansa.
“ Terlambat “, jawab DongHue santai. “ Mungkn lain kali “, tambahnya
menggoda. Dengan santainya di tariknya Seohyun berdiri dan membimbing Seohyun
ke lantai dansa dimana sudah banyak pasangan yang berdansa di sana. “ bagaimana
kalau kau berdansa dengan Yuri saja ? “. DongHue berhenti sejenak dan memberi
saran kepada Yonghwa sebelum memutar tubuh Seohyun berbalik dan mulai berdansa
mengikuti irama musik.
Seohyun senang berdansa dan Donghue terlihat sangat piawai dalam berdansa.
Yuri, istrinya juga terlihat cukup senang berdansa dengan YongHwa tidak jauh
dari mereka dan sesekali kedua bertukar pandang sambil tersenyum penuh makna
karena wajah Yonghwa yang masih juga terlihat cemberut.
“ Apakah kau dan Yonghwa sudah lama saling mengenal ? “.
Ahh ternyata itulah maksudnya mengajaknya berdansa, mengorek informasi dari
dirinya. Dalam hati Seohyun menringis mendengar pertanyaan DongHue barusan.
Andai saja sebelumnya Seohyun menyadari kalau keberadaannya malam ini di sini
akan membuat rasa ingin tahu sahabt atau apalah namanya, paling tidak kemarin
saat Yonghwa mengajaknya ia masih berpikiran panjang dan menolak ajakan
tersebut.
Tapi terlambat sekarang Seohyun sudah tak bisa lari.
“ Sekitar tiga bulan “, jawab Seohyun sambil berusaha mengelak. Tak mungkin
kan dia bilang kalau YongHwa baru kemarin menegurnya setelah tiga bulan menjadi
tetangga apartemennya. Miris mengetahui bahwa sebelum kemarin YongHwa bahkan
tak pernah menyadari keberadaaannya.
“ YongHwa agak kelihatan tegang saat ini “, kata DongHue pada Seohyun.
“ Hanya saat ini ? “. Seohyun memandang DongHue dengan alis terangkat.
Tegang bukanlah istilah yang tepat menggambarkan keadaan Yonghwa saat ini
tapi Seohyun tak mau mengartikan apa-apa jadi menurut Seohyun sebaiknya dia
menyimpan pendapatnya untuk dirinya sendiri.
“ pernikahan selalu memberi efek seperti ini pada YongHwa ‘, jelas DongHue
sambil tertawa.
Namun kata-kata tersebut tidaklah terlalu mempengaruhi Seohyun. Kecuali
tentu saja dugaannya akan cinta segitiga tidaklah benar adanya.
“ Kau baru ya di Seoul ? “.
Oh baiklah, apakah aksennya benar-benar terlalu kentara ?
Seohyun tersenyum pada DongHue. “ Padahal sampai kemarin aku mengira
aksenku sudah benar-benar menyerupai orang Seoul “.
DongHue mengangkat alis matanya yang hitam. “ Memangnya apa yang terjadi
kemarin ? “.
“ Saat aku di London, orang akan mengatakan aku orang Korea, sedangkan saat
aku berada di Seoul, orang-orang menanyakan aksenku yang jauh dari orang Seoul “.
Seohyun menggeleng-gelengkan kepalanya, kesal.
“ Jadi kau dari London, dan boleh aku tahu apa yang kau lakukan di sini ?
Kuliah ? Kerja ? Maaf tapi bukankah kehidupan di London lebih baik dari di sini
? “.
Seohyun malas menanggapinya. Dia tidak ingin siapapun, orang asing atau
orang yang baru di kenalnya mengetahui seluk beluk dirinya.
Seohyun mengangkat bahunya, “ Anggap saja aku sedang mencari suasana baru,
bukankah ada yang bilang selagi mudah puaskanlah dirimu menjelajahi dunia baru
karena saat kau terikat, semuanya akan tinggal khayalan semata “.
“ Apakah kau... ? “.
“ Rasanya, sekarang giliranku, DongHue “, kata Yonghwa pada DongHue penuh
rasa puas ketika tiba di samping mereka. Yuri yang sedari tadi menemani Yonghwa
berdansa tersenyum ramah ke arah Seohyun.
Seohyun bisa membayangkan, mungkin saja sementara dia dan DpngHue mengobrol
dengan akrab, selama itu pula YongHwa tetap berdiam dan berdansa dengan Yuri,
atau mungkin barangkali YongHwa bertanya-tanya apa gerangan yang sedang asyik
di bicarakannya dengan DongHue.
“ Berhati-hatilah Seohyun, jangan sampai YongHwa menginjak kakimu “. DongHue mengingatkan sambil menarik
istrinya dan kembali berdansa.
“ Sindiran merupakan bentuk paling hina dari kepandaian “, guman YongHwa
ketika mulai berdansa dengan Seohyun.
“ Ternyata kau sangat pandai berdansa “, kata Seohyun yang sama sekali
tidak menemui kesulitan mengikuti langkah YongHwa. Tangan YongHwa memegang
ringan punggungnya.
“ Dan kau kelihatannya bisa cepat akrab dengan DongHue “, ucap YongHwa
datar. “ Kalian nampak asyik mengobrol.. ? “.
“ Well. DongHue pria yang menarik “, jawab Seohyun wajar.
“ DongHue terkenal memang pandai menarik hati siapapun “.
“ Dan kau termasuk yang apa ? “, tanya Seohyun sambil mengangkat alis
matanya.
YongHwa mengerutkan dahinya, kelihatan bingung untuk sejenak tapi kemudian
dia tersenyum. Senyuman yang langsung mengubah penampilan YongHwa. Seohyun
memperhatikan semuanya dengan cermat. Senyuman yang terlihat nakal
dan............. seksi. Seohyun merasakan sensasi yang aneh di ulu hatinya.
Hilang sudah si tampan yang berwajah cemberut berganti dengan si tampan
yang........
“ Nakal “, jawab YongHwa dan Seohyun bisa melihat kilatan humor di matanya.
“ Maaf jika sepanjang malam ini aku telah menjadi teman yang sangat tidak baik “,
guman YongHwa di dekat telinga Seohyun. “ Bagaimana kalau kita memperbaikinya ?
“.
Seohyun sama sekali tak ingin YongHwa memperbaiki hubungan mereka. Seohyun
lebih suka YongHwa yang cemberut dan pendiam. Jung Yong Hwa yang nakal
tidaklah....
Mata Seohyun terbelalak. Wajah itu ? Seohyun mengenali seraut wajah yang
tiba-tiba di lihatnya diantara tamu yang datang, nampak sedang bercakap-cakap
dengan seseorang di seberang ruangan. Seohyun menegang dalam pelukan YongHwa,
Seohyun berusaha menjulurkan kepalanya menegaskan apa yang di lihatnya. Seohyun
merasa tidak mungkin orang tersebut bisa hadir di sini, di pesta pernikahan
ini. Atau mungkin dia sudah salah melihat.
“ Hei, aku kan hanya mencoba minta maaf karena sibuk sendiri sehingga
melupakanmu “. YongHwa memaki lembut karena bisa merasakan tubuh Seohyun yang
menegang. “ Aku tidak bermaksud memperkosamu di atas lantai dansa “.
Mungkin itu lebih baik, pikir Seohyun, setidaknya dia bisa menghadapi
serangan seperti itu.
Sekarang Seohyun harus segera pergi dari sini. Mungkin dia salah mengenal
seseorang tapi merasa melihat seseorang yang di kenalnya sudah cukup untuk
Seohyun. Seharusnya sejak semula dia tidak menerima undangan YongHwa.
“ Aku harus pergi, YongHwa “. Mendadak Seohyun menarik dirinya dari pelukan
YongHwa lalu mencari-cari jalan keluar.
YongHwa terkejut, sambil mengerutkan dahinya YongHwa memanggil nama Seohyun
lirih.
“ malam ini sangat menyenangkan “, kata Seohyun memandang bingung ke arah
YongHwa. Tentu saja dia tidak jujur mengatakan hal tersebut. “ lain kali kita
mungkin bisa mencobanya lagi “, lanjut Seohyun buru-buru, dalam hati dia
meragukan akan ada lagi pertemuan dengan YongHwa.
Lari. Ia harus segera pergi dari sini !
Mulut Yonghwa mengerut, “ Tidak ada lagi pesta pernikahan sahabat dan aku
tidak bisa mengundangmu lagi lain kali “, kata YongHwa sengit. YongHwa
benar-benar terkejut melihat Seohyun yang tiba-tiba ingin segera pergi padahal
pesta masih akan berlangsung lama.
Tapi Seohyun sudah melangkah meninggalkannya dan tak menengok. Seohyun
sudah melihat pintu keluar dan sekrang hal yang paling di inginkannya adalah
segera keluar dari ruangan tersebut.
“ Seohyun, apa yang kau lakukan ? “. YongHwa mengejar Seohyun ketika
Seohyun sudah sampai di ruang tengah, di putarnya tubuh Seohyun hingga
menatapnya. Di wajahnya terlihat kemuraman yang sangat dalam. “ Aku yang
mengajakmu ke sini, aku yang akan mengantarmu pulang “, kata YongHwa kasar.
Seohyun sesungguhnya bisa mengerti dilema yang di hadapi YongHwa. Teman kencannya
tiba-tiba meninggalkannya apalagi di depan umum seperti ini adalah hal terakhir
yang di harapkan Yonghwa. Tapi Seohyun tak bisa berbuat banyak, dia betul-betul
tidak bisa tinggal lama, Seohyun sedikit merasa terguncang.
“ Kau seharusnya tidak meninggalkan pesta sekarang YonngHwa “. Seohyun
menggelengkan kepalanya. “ Tapi aku bisa, dan aku juga bisa pulang dengan naik
taksi tak perlu kau antar “.
“ Tapi aku akan mengantarmu pulang..... “.
“ Ada masalah YongHwa ? “, terdengar nada tajam seorang wanita. “ Padahal
aku mengira kau tidak pernah menghadapi masalah apapun dengan wanita “.
Tiba-tiba wajah YongHwa perlahan mengeras dan tatapannya tajam menusuk ke
arah suara tersebut. Wajah itu sekarang terlihat dingin dan penuh amarah ketika
di tatapnya wanita yang sedang berdiri di ujung koridor.
Seohyun menatap wanita tersebut dan terkejut melihat efek yang di timbulkan
wanita tersebut kepada YongHwa. Wanita itu cantik, bertubuh mungil namun
terlihat sangat seksi dengan gaun merah menyala dengan kerah melebar ke bahu,
wajahnya yang mungil bagaikan boneka. Matanya tajam menatap YongHwa dengan
tatapan menuduh.
“ Apa yang kau lakukan di sini, Jessica ? “, bentak YongHwa penuh nada
menghina, setiap senti tubuhnya terlihat menegang.
Seohyun mengerang dalam hati, kalau saja YongHwa menatap dirinya seperti
itu dia pasti sudah layu dan mati. Dan sepertinya itulah yang terjadi, karena
walaupun tergesa-gesa meninggalkan pesta nyatakan Seohyun malah terpaku membeku
di tempat, terperangkap dalam sebuah sandiwara bisu antara kedua orang di
depannya.
Yang satu terlihat sangat marah sedang yang lainnya terlihat begitu tidak
peduli bahkan wanita tersebut terlihat senang dengan kemarahan yang di
timbulkannya di wajah YongHwa.
Wanita itu mengangkat bahunya tak peduli, kesempurnaan tubuhnya yang indah
tampak jelas dalam balutan gaunnya. “ Dimana lagi seharusnya aku berada pada
hari pernikahan KwangHee sahabat kita ? “,
balasnya.
Jadi wanita tersebut juga mengenal sang mempelai pria. Seohyun menjadi
bingung. Dan rasa bingung seharusnya di hindarinya saat ini. “ Aku betul-betul
harus pulang YongHwa “, Seohyun menyentuh lengan YongHwa untuk menarik
perhatiannya, firasat Seohyun mengatakan sekali lagi YongHwa telah melupakan
kehadirannya. “ Aku akan menghubungimu lagi nanti “, kata Seohyun sambil
mengucapkan selamat tinggal.
“ Cobalah meninggalkan sepatumu di tangga sebelum kau pergi “, kata wanita
tersebut pada Seohyun seolah meremehkannya. “ katanya, tipuan semacam itu
biasanya berhasil “. Pandangan matanya benar-benar terlihat menantang saat
mengamati Seohyun dari ujung rambut ke ujung kaki.
Seohyun berhenti sejenak dan menatap wanita tersebut dengan mata menyipit.
Siapapun wanita itu dan apapun hubungannya dengan YongHwa, yang jelas Seohyun
tidak suka dengan maksud perkataannya, bahwa Seohyun adalah Cinderella bagi
YongHwa si pangeran tampan !
Dengan tatapan dingin di balasnya tatapan mata wanita tersebut. “ Maaf
saja, aku sudah kehabisan sepatu kaca “, balas Seohyun. “ Dan aku juga belum
pernah mencium seorang pengeran yang belum berubah jadi seekor katak ! Selamat
bersenang-senang “, kata Seohyun pada YongHwa sebelum berbalik dan berjalan
keluar tanpa terburu-buru, kepalanya terangkat tinggi ke atas.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
3 komentar
Write komentarWaahhh kayak nya karya baru ni .. Ditunggu lanjutnya
Reply😊🖒🖒
ReplyYee,,kak zee kembali dgn ff yg baru,, walau masih bingung dgn alur ceritax tp aku sangat menantikanx kak zee,,fighting
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon