Seohyun menarik napas panjang, merasakan kembali segarnya udara Seoul yang di rindukannya. Setelah sempat tertunda sebulan dari jadwal kepulangannya karena beberapa hal yang harus dia bereskan akhirnya Seohyun bisa kembali ke kota yang sangat di cintainya. Mengambil penerbangan malam, Seohyun tiba hampir jam 12 siang. Langit Seoul sedang cerah-cerahnya, cherry blossom pun telah bermekaran. Ah, spring time is back again, bisik Seohyun.
Seohyun tidak berharap kepulangannya akan di jemput oleh seseorang. Sengaja tidak memberitahukan jadwal kepulangannya Seohyun bermaksud memberi kejutan kepada Yuri dan ayahnya. Seohyun memakai topi pedoranya untuk menutupi sinar matahari saat keluar dari Bandara ICN, memdorong troly kereta barangnya Seohyun terlihat begitu bahagia.
Sebuah taksi berhenti di depannya dan setelah semua barang bagasinya naik ke taksi, Seohyun lalu naik ke dalamnya, menyebut alamat yang dia tuju dan taksi bergerak meninggalkan bandara. Sepanjang jalan Seohyun menikmati pemandangan yang ada, rasanya dia begitu merindukan semua tentang Seoul, kilauan air Han River yang tertimpa cahaya matahari menyilaukan matanya, pepohonan yang menghijau. Oh its so good to be back , bisiknya.
Taksi berhenti tepat di depan toko kuenya. Suasana toko tidak terlihat begitu ramai, seperti biasa toko mereka memang tidak ramai di jam-jam makan siang. Setelah sang sopir menurunkan beberapa koper dan tasnya, Seohyun menarik koper dan tasnya kearah dinding, menyembunyikannya, lalu mengintip ke dalam toko, Yuri terlihat sedang melayani seorang pelanggan sementara pelayan baru yang dulu dia terima sedang membersihkan meja. Perfect !
Seohyun memakai kacamatanya lalu menurunkan sedikit topinya hingga menutupi wajahnya lalu berjalan masuk ke dalam toko. Sapaan selamat datang di terimanya dari mulut Yuri saat melihat pelanggan memasuki toko. Dengan pura-pura melihat etalase kue terdengar Yuri berkata, " Ada yang bisa kami bantu ? ".
Seohyun menegakkan badannya, lalu berjalan ke arah counter, " Promiňte, saya mau cake goguma dan segelas lemon tea hangat , Kolik to stojí? ", tanya Seohyun sedikit mengubah suaranya. Terlihat kening Yuri berkerut dan demi Tuhan, Seohyun rasanya ingin tertawa terbahak-bahak melihatnya.
" Maaf, saya tidak mengerti bahasa anda, can you speak english ? ", tanya Yuri dan Seohyun tak dapat lagi menahan tawanya. Yuri yang melihatnya terbahak-bahak jadi kaget dan perlahan menyadari bahwa yang di depannya adalah Seohyun.
" Seohyun ?? ", tanya Yuri sedikit ragu. " Seohyun !!!! ", setelah yakin gadis yang berdiri di depan konternya adalah Seohyun, Yuri langsung berteriak kegirangan dan berlari memutar untuk memeluk Seohyun. Seorang pelanggan yang sedang menyicip kopi terlihat kaget dengan reaksi Yuri.
" Yuri unnie, apa kabar ?? ", tanya Seohyun dengan antusias sambil memeluk Yuri erat, bagaikan dua anak kecil yang baru bertemu keduanya melompat sambil berpelukan. Lalu tertawa bersama-sama.
" Oh My God Seohyun, mengapa tidak berkabar ?? kau membuatku pangling !! ".
" Sengaja unnie, aku ingin mengejutkan unnie ".
" Kau ini memang suka membuatku kena serangan jantung ".
" Miane ", kata Seohyun manja lalu keluar sejenak dan menarik koper dan tas yang tadi dia sembunyikan di luar. Yuri menyuruh pelayan untuk menngantikannya di konter, lalu membantu Seohyun membawa barang-barangnya naik ke lantai atas.
Membuka jendela dan merasakan hembusan angin yang menyejukkan. I am home , teriak Seohyun dalam hati
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
" Ayolah hyung, sekali ini saja, temani aku untuk bertemu dengan seseorang :, bujuk Minhyuk tapi Yonghwa terlihat ogah-ogahan sambil terus memetik gitarnya. " Hyuung...... ".
" Ajak Jonghyun aja ", kata Yonghwa sambil meletakkan gitar yang tadi dimainkannya lalu membaringkan dirinya ke kasur empuknya. Minhyuk tak berputus asa.
" Jonghyung hyung hari ini ada kegiatan lain. Ayolah hyung, aku harus bertemu dengannya. Gadis itu sangat baik dan cantik, dan aku ingin lebih mengenalnya ".
Gadis ? jadi ini adalah masalah hati. Tetumbenan Minhyuk mengajaknya, biasanya bila berurusan dengan seorang gadis, dia memilih mengajak Jonghyun bukan dirinya, karena bagi ketiga dongsaengnya, Hyungnya ini tidak berpengalaman dengan urusan hati.
" Siapa sih dia ? ", tanya Yonghwa penasaran juga. Minhyuk mulai tersenyum, berarti kali ini dia bisa membujuk Yonghwa.
" Aku bertemu dengannya dua hari yang lalu di Hangang Park, kau tahukan saat ini Cherry Blossom di sana sangat indah, aku tidak sengaja menyenggol hingga buku-bukunya terjatuh. Hari ini kami janji bertemu kembali di sana. Tapi aku ingin hyung menemaniku, karena katanya dia akan datang bersama sahabatnya, jadi aku bilang kalau begitu aku akan mengajak salah satu hyungku untuk menemaniku juga. Ayolah hyung, tidak enak kalau aku muncul di sana tapi hanya sendiri ", kata Minhyuk dengan nada penuh bujukan.
Yonghwa tertegun. Hangang Park, Cherry Blossom. Sebuah kenangan tiba-tiba melintas bagaikan kilasan cahaya di kepalanya. Melihat dirinya sendiri sedang berada di sana mengambil bebebrapa gambar dan seorang gadis dengan buku-buku yang berserakan. Yonghwa terbangun dan merasa aneh bahwa kepalanya tidak terasa sakit apapun seperti biasanya bila dia mengingat sesuatu. hangang Park dengan cherry blossomnya dan buku yang berserakan. Sepertinya dia mempunyai kenangan dengan taman itu.
Minhyuk yang melihat reaksi Yonghwa merasa sebersit harapan tumbuh di hatinya. Sepertinya Hyungnya mengingat sesuatu yang berhubungan dengan apa yang tadi dia ceritakan. Sepertinya siasat mereka berhasil.
" Bagaimana hyung, apakah kau mau menemaniku ? ", tanya Minhyuk.
" Memang jam berapa kau akan ke sana ? ", Yonghwa balik bertanya.
" Sekitar jam 3 sore ini, katanya sehabis kelasnya selesai, dia akan langsung ke sana ".
" Dan siapa teman yang akan menemaninya ? ".
" Nah itulah hyung, aku tidak tahu, kami kan baru berkenalan, tapi katanya sahabatnya itu cukup cantik ",
Yonghwa menatap jam dinding yang menempel di dinding kamarnya, sekarang masih pukul 2 siang, artinya satu jam lagi, tapi mengapa dia ingin segera ke sana ? Minhyuk mendekati tempat tidur Yonghwa dan berbaring sambil meraih salah satu majalah yang ada di meja samping tempat tidur. Masih ada waktu satu jam lagi, dan Minhyuk yakin Yonghwa akan ikut bersamanya.
" Hyung ", panggil Minhyuk setelah lama mereka asyik dengan apa yang mereka kerjakan. " Aku ingin bertanya ".
" Bertanya soal apa ? ", tanya Yonghwa memutar tubuhnya menghadap ke Minhyuk.
" Bila kau mencintai seorang gadis, dan karena sesuatu hal gadis tersebut terpaksa melakukan sesuatu yang sangat kau benci, apakah kau akan memaafkannya bila kau mengetahui alasan dia melakukannya ? ", tanya Minhyuk, memancing reaksi Yonghwa.
Yonghwa terdiam sesaat, mencoba mencerna pertanyaan dongsaengnya yang sedang berbaring di sampingnya.
" Mungkin, bila alasannya memang masuk akal ", jawab Yonghwa kemudian.
" Apakah kau akan kembali mencintainya ? ", tanya Minhyuk lagi.
" Sebenarnya ada apa denganmu hari ini ? ", Yonghwa malah balas bertanya merasa ada yang lain dengan pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan Minhyuk. Minhyuk meringis dan menggaruk-garuk kepalanya.
" Lupakan saja hyung ", kata Minhyuk lalu kembali fokus pada majalah yang di pegangnya. Yonghwa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Minhyuk, dia lalu beranjak berdiri dan berjalan ke arah pintu.
" Aku haus, apakah kau ingin sesuatu ? ", tanya Yonghwa sebelum membuka pintu kamarnya.
Bukannya menjawab pertanyan Yonghwa , Minhyuk melompat turun dari ranjang, dan berjalan ke arah Yonghwa.
" Bagaimana kalau kita mencari minum di luar, dan setelah itu kita langsung ke Hangang Park, bukankah lebih baik bila kita tidak membuat mereka menunggu kita ", kata Minhyuk sambil meraih jaketnya
" Terserah kau sajalah ", ujar Yonghwa dan meraih jaketnya dan tidak lupa kameranya, lumayan kan dia bisa memotret cherry blossom sebagai alasan bila dia merasa bosan.
" Ajak Jonghyun aja ", kata Yonghwa sambil meletakkan gitar yang tadi dimainkannya lalu membaringkan dirinya ke kasur empuknya. Minhyuk tak berputus asa.
" Jonghyung hyung hari ini ada kegiatan lain. Ayolah hyung, aku harus bertemu dengannya. Gadis itu sangat baik dan cantik, dan aku ingin lebih mengenalnya ".
Gadis ? jadi ini adalah masalah hati. Tetumbenan Minhyuk mengajaknya, biasanya bila berurusan dengan seorang gadis, dia memilih mengajak Jonghyun bukan dirinya, karena bagi ketiga dongsaengnya, Hyungnya ini tidak berpengalaman dengan urusan hati.
" Siapa sih dia ? ", tanya Yonghwa penasaran juga. Minhyuk mulai tersenyum, berarti kali ini dia bisa membujuk Yonghwa.
" Aku bertemu dengannya dua hari yang lalu di Hangang Park, kau tahukan saat ini Cherry Blossom di sana sangat indah, aku tidak sengaja menyenggol hingga buku-bukunya terjatuh. Hari ini kami janji bertemu kembali di sana. Tapi aku ingin hyung menemaniku, karena katanya dia akan datang bersama sahabatnya, jadi aku bilang kalau begitu aku akan mengajak salah satu hyungku untuk menemaniku juga. Ayolah hyung, tidak enak kalau aku muncul di sana tapi hanya sendiri ", kata Minhyuk dengan nada penuh bujukan.
Yonghwa tertegun. Hangang Park, Cherry Blossom. Sebuah kenangan tiba-tiba melintas bagaikan kilasan cahaya di kepalanya. Melihat dirinya sendiri sedang berada di sana mengambil bebebrapa gambar dan seorang gadis dengan buku-buku yang berserakan. Yonghwa terbangun dan merasa aneh bahwa kepalanya tidak terasa sakit apapun seperti biasanya bila dia mengingat sesuatu. hangang Park dengan cherry blossomnya dan buku yang berserakan. Sepertinya dia mempunyai kenangan dengan taman itu.
Minhyuk yang melihat reaksi Yonghwa merasa sebersit harapan tumbuh di hatinya. Sepertinya Hyungnya mengingat sesuatu yang berhubungan dengan apa yang tadi dia ceritakan. Sepertinya siasat mereka berhasil.
" Bagaimana hyung, apakah kau mau menemaniku ? ", tanya Minhyuk.
" Memang jam berapa kau akan ke sana ? ", Yonghwa balik bertanya.
" Sekitar jam 3 sore ini, katanya sehabis kelasnya selesai, dia akan langsung ke sana ".
" Dan siapa teman yang akan menemaninya ? ".
" Nah itulah hyung, aku tidak tahu, kami kan baru berkenalan, tapi katanya sahabatnya itu cukup cantik ",
Yonghwa menatap jam dinding yang menempel di dinding kamarnya, sekarang masih pukul 2 siang, artinya satu jam lagi, tapi mengapa dia ingin segera ke sana ? Minhyuk mendekati tempat tidur Yonghwa dan berbaring sambil meraih salah satu majalah yang ada di meja samping tempat tidur. Masih ada waktu satu jam lagi, dan Minhyuk yakin Yonghwa akan ikut bersamanya.
" Hyung ", panggil Minhyuk setelah lama mereka asyik dengan apa yang mereka kerjakan. " Aku ingin bertanya ".
" Bertanya soal apa ? ", tanya Yonghwa memutar tubuhnya menghadap ke Minhyuk.
" Bila kau mencintai seorang gadis, dan karena sesuatu hal gadis tersebut terpaksa melakukan sesuatu yang sangat kau benci, apakah kau akan memaafkannya bila kau mengetahui alasan dia melakukannya ? ", tanya Minhyuk, memancing reaksi Yonghwa.
Yonghwa terdiam sesaat, mencoba mencerna pertanyaan dongsaengnya yang sedang berbaring di sampingnya.
" Mungkin, bila alasannya memang masuk akal ", jawab Yonghwa kemudian.
" Apakah kau akan kembali mencintainya ? ", tanya Minhyuk lagi.
" Sebenarnya ada apa denganmu hari ini ? ", Yonghwa malah balas bertanya merasa ada yang lain dengan pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan Minhyuk. Minhyuk meringis dan menggaruk-garuk kepalanya.
" Lupakan saja hyung ", kata Minhyuk lalu kembali fokus pada majalah yang di pegangnya. Yonghwa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Minhyuk, dia lalu beranjak berdiri dan berjalan ke arah pintu.
" Aku haus, apakah kau ingin sesuatu ? ", tanya Yonghwa sebelum membuka pintu kamarnya.
Bukannya menjawab pertanyan Yonghwa , Minhyuk melompat turun dari ranjang, dan berjalan ke arah Yonghwa.
" Bagaimana kalau kita mencari minum di luar, dan setelah itu kita langsung ke Hangang Park, bukankah lebih baik bila kita tidak membuat mereka menunggu kita ", kata Minhyuk sambil meraih jaketnya
" Terserah kau sajalah ", ujar Yonghwa dan meraih jaketnya dan tidak lupa kameranya, lumayan kan dia bisa memotret cherry blossom sebagai alasan bila dia merasa bosan.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Hangang Park.
Seohyun merasa gamang kembali ke taman ini. Ada perasaan sedih yang mendera hatinya. Taman ini dan juga bunga-bunga cherry yang bermekaran adalah saksi pertemuan dirinya dengan Yonghwa. Seohyun mendesah, seharusnya dia tidak usah ikut saja ajakan Yuri, tapi Seohyun sedikit penasaran mengetahui Yuri akan bertemu seorang pria di taman ini.
Angin sepoi-sepoi yang bertiup menghantarkan keharuman cherry blossom ke semua penjuru taman. Seohyun menjadi teringat betapa dia sangat menyukai musim ini, menyukai keharuman bunga cherry yang bermekaran, menikmati kelopak-kelopak bunganya yang berguguran terbang terbawa angin. Mengingatkan akan cerita dongeng yang selalu dia khayalkan menjadi nyata. Sayangnya, kisah dongeng tentang pangeran berkuda putih benar-benar hanyalah tinggal dongeng belaka.
" Yuri unnie, apakah kau yakin bertemu dengannya di sini ? ", tanya Seohyun merasa sedikit tidak nyaman, sesekali Seohyun menyentuh rambutnya menandakan dia sedang tidak merasa begitu senang, dan Yuri memperhatikan reaksi Seohyun tersebut.
Ini adalah rencana mereka, dia, Minhyuk, Jonghyun dan Jungshin. Rencana mereka untuk menyatukan Seohyun dan Yonghwa kembali. Mereka sepakat kalau mereka akan memulainya dengan mempertemukan keduanya di tempat pertama kali mereka bertemu. Dan disinilah mereka sekarang.
" Aku yakin Seohyun, kami berjanji bertemu di sini sekarang ", jawab Yuri sambil celingukan mencari sosok dua pria yang di tunggunya diantara keramaian pengunjung sore ini. Sementara Seohyun menatap pohon cherry sambil berusaha menata hatinya sendiri.
" Kau duduk saja di kursi itu, aku akan mencoba mencarinya :, kata Yuri sambil menunjuk bangku taman yang kebetulan kosong. Seohyun menganggukkan kepalanya, bersyukur tadi dia membawa buku untuk dia baca, alih-alih bila dia merasa bosan. Seohyun lalu berjalan kearah bangku tersebut lalu duduk dan mengeluarkan buku dari tasnya. Di pandanginya Yuri yang perlahan menyusup diantara pengunjung sambil tersenyum kecil. Siapa gerangan laki-laki yang membuat unnienya itu begitu semangat menemuinya. pikir Seohyun.
Dari jauh Minhyuk melihat Yuri dan Seohyun, menghentikan langkahnya berpura-pura menunggu mereka di situ. Yonghwa yang asyik menatap bunga-bunga cherry yang bermekaran menabrak punggung Minhyuk, otomatis menghentikan langkahnya.
Aa sesuatu tentang taman ini dan juga bunga-bunga cherry yang bermekaran, kilasan itu terus menerus membayang di benak Yonghwa. Dia merasa akrab dengan suasana sore ini entah sejak kapan tepatnya, Yonghwa kembali mengedarkan pandangannya. dadanya berdesir.
" Kalian janji bertemu dimana ? kita sudah hampir menjelajahi setengah dari taman ini ? ", tanya Yonghwa.
Minhyuk tak menjawab , dia fokus memperhatikan Yuri dan Seohyun, di lihatnya Seohyun berjalan ke arah bangku taman yang kosong lalu duduk di sana. Minhyuk diam-diam tersenyum.
" Sepertinya tadi aku sekilas melihatnya ", ucap Minhyuk tanpa berpaling dan tetap fokus ke Yuri yang sepertinya juga telah melihat dirinya. Yuri memberi isyarat yang coba dia pahami sambil memicingkan matanya, saat dia mengerti Minhyukpun menganggukkan kepalanya.
" Kalau begitu tunggu apa lagi ? " tanya Yonghwa sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana jeansnya. Beberapa pengunjung wanita nampak berbisik-bisik dan tersenyum kepada mereka, bahkan ada diantara mereka yang tak sungkan melambaikan tangan mereka. Yonghwa hanya memonyongkan bibirnya mencoba acuh.
Minhyuk kembali berjalan dan Yonghwa mengikutinya. Hingga tepat berada tak jauh dari tempat Seohyun duduk, Minhyuk kembali berhenti.
" Hyung, sebaiknya kau menunggu di kursi itu ", Minhyuk menunjuk kursi taman dimana dia melihat Seohyun sedang duduk dan membaca sebuah buku. Yonghwa menatap kearah bangku tersebut, seseorang terlihat duduk di sana sedang membaca buku.
" Tapi ada orang di sana ", kata Yonghwa.
" Tapi kan dia tidak menggunakan bangku itu seluruhnya, hyung, bangku itu masih lebar bahkan untuk beberapa orang lagi ". Yonghwa menghembuskan napasnya. " Aku masih harus mencarinya, aku takut hyung akan merasa lelah, jadi sebaiknya hyung menunggu di sana, bila aku sudah bertemu dengannya aku akan membawanya menemuimu ", lanjut Minhyuk sambil menatap ke arah Yonghwa.
" Aku masih kuat kok, lagipula aku sudah sehat, jangan khawatir ", elak Yonghwa.
" Hyung pliss, lihatlah pengunjung yang banyak itu, bukan hal mudah mencari seseorang ".
" Tidak bisakah kau menelponnya dan menanyakan posisinya dimana ? ".
" Itulah hyung, aku lupa menanyakan nomor teleponnya ", jawab Minhyuk dengan nada menyesal.
" Baiklah, aku akan menunggu di sana, silakan kau mencari gadis idamanmu itu ", kata Yonghwa akhirnya , lalu dia melangkah mendekati bangku taman tersebut. Tanpa menunggu Minhyuk meninggalkan Yonghwa dan berjalan ke arah Yuri yang menunggunya tak jauh dari tempatnya tadi berdiri.
Seohyun merasa seseorang sedang berjalan kearahnya, tapi dia tidak berniat mengangkat wajahnya dari buku yang sedang di bacanya, Seohyun yakin orang tersebut hanya ingin duduk di bangku tempatnya duduk saat ini. Tanpa mendongakkan kepalanya, Seohyun menggeser duduknya sedikit ke pinggir.
Yonghwa duduk dan meluruskan kakinya yang sedikit pegal, tangannya meraih camera yang di gantungnya ke lehernya dan mulai mengambil beberapa photo bunga-bunga cherry yang bermekaran di taman tersebut.
Sebuah teriakan membuat mereka bersamaan mengangkat kepala mereka dan berpaling kearah suara dan saat secara bersamaan saling memandang, Seohyun merasa kembali dunianya runtuh. Yonghwa duduk di sebelahnya di kursi yang sama dengannya di taman Hangang dan cherry blossom. What a coincidence.
Seohyun berusaha menenangkan debaran jantungnya yang berdetak lebih kencang, walaupun sadar Yonghwa tak lagi bisa mengingat kenangan mereka, entah mengapa ada sebersit kebahagiaan merasuk ke hatinya. Ya Tuhan, ternyata aku masih sangat merindukannya, bisik sedih Seohyun dalam hati.
Yonghwa sedikit terkejut mendapati teman sebangkunya adalah Seohyun, gadis yang di temuinya di apartemen Jungshin di Praha, yang tiba-tiba seakan berlari meninggalkannya. Seohyun sebuah nama yang terasa tidak begitu asing namun menyakitkan. Tiba-tiba dia merasa deja vu.
" Seohyun ? ", tegur Yonghwa sedikit ragu.
" Hai ", kata Seohyun sedikit kikuk. Demi Tuhan, kontrollah dirimu, Seohyun. Yonghwa bukan lagi milikmu.
" Sudah kembali dari Praha ? ", tanya Yonghwa lagi dan Seohyun mengangguk pelan. Pandangannya tertuju pada keramaian tak berani menatap Yonghwa yang entah sejak kapan sudah bergeser lebih dekat ke arahnya.
" Hari itu, aku minta maaf, aku tidak bermaksud membuatmu marah ", sahut Yonghwa sambil menatap ke arah Seohyun.
" Ohh, saya yang harus minta maaf, mungkin aku terlalu capek hari itu ", jawab Seohyun. Yonghwa mengangguk-anggukkan kepalanya. Keduanya lalu terdiam. Sementara hari perlahan beranjak sore, kelopak-kelopak cherry beterbangan di tiup angin jatuh ke tanah.
" Aku selalu menyukai suasana musim semi ", kata Yonghwa memecah kesunyian. Aku tahu, desah Seohyun dalam hati. " Musim semi seperti awal sebuah kehidupan, warna warni bunga yang bermekaran benar-benar indah di pandang mata. Bagaimana denganmu ? ", Yonghwa bertanya kepada Seohyun.
Seohyun juga menyukai musim semi, semua itu hilang bersama kenangan yang ingin dia lupakan. Diam, Seohyun hanya menatap cherry blossom yang berwarna pink - aku benci suasana ini.
Kembali keduanya hanya terdiam. Yonghwa menggoyang-goyangkan kakinya, sambil sesekali mencuri pandang ke arah Seohyun. Ada sesuatu yang terasa mengganggunya tentang gadis ini sejak pertemuan mereka. Sesuatu yang tidak bisa Yonghwa jabarkan.
Merasa tidak tahan duduk berdua seperti ini, Seohyun beranjak berdiri. Sebaiknya dia mencari Yuri. Berada dekat dengan Yonghwa hanya ingin membuatnya meneteskan airmata. Yonghwa, adalah perwujudan antara rasa cinta yang menyakitkan dan penyesalan yang mendera. menyakitkan karena Seohyun tahu, tak ada yang tersisa bagi dirinya di kenangan Yonghwa, menyesal karena dialah yang memicu hilangnya kenangan tersebut. Seohyun tak tahan dengan perasaannya tersebut.
" Mau kemana ? ", tanya Yonghwa ikut berdiri melihat Seohyun berdiri. Seohyun tersenyum sekilas menatap ke arahnya lalu buru-buru berpaling. Ada apa dengan gadis ini ?
" Maaf, sudah sore dan saya harus mencari sahabat saya, permisi ", jawab Seohyun sambil buru-buru meninggalkan Yonghwa yang tanpak heran dengan keterburu-buruannya. Untuk kedua kalinya gadis itu pergi terburu-buru saat bertemu dengannya.
Menatap Seohyun yang berjalan membelakanginya tiba-tiba membuat kepala Yonghwa terasa sangat sakit, buru-buru dia duduk dan berusaha menenangkan dirinya, sekali lagi di pandanginya sosok Seohyun yang perlahan menjauh dan pikirannnya berputar ke suatu masa dimana bunga-bunga cherry bermekaran, buku yang berserakan, sosok misterius yang tersenyum padanya, silih berganti bagaikan sebuah slide yang di putar di kepalanya.
Yonghwa ingat dia pernah mengenal seseorang di taman ini, tapi siapa ? Yonghwa memegang kepalanya yang sakit dengan kedua tangannya, keringat dingin kembali membanjiri keningnya. Tepat saat itu Minhyuk berlari mendekatinya.
" Hyung, apakah kau baik-baik saja ? ", tanya Minhyuk penuh rasa khawatir.
" A, apakah kau sudah bertemu dengannya ? ", Yonghwa balik bertanya.
" Hyung, lebih baik aku mengantarmu pulang sekarang, kau terlihat sangat kesakitan ", kata Minhyuk sambil memegang lengan Yonghwa. Yonghwa perlahan berdiri tapi pandangannya terarah Seohyun menghilang, perasaannya tiba-tiba hampa.
Minhyuk memegang Yonghwa dan melangkah sambil membimbingnya. Sedikit rasa bersalah pada diri Minhyuk, tapi semua ini adalah demi Yonghwa. Maafkan aku hyung, bisik Minhyuk dalam hati.
Senja perlahan jatuh bersama kelopak-kelopak cherry blossom yang juga berjatuhan, seperti setetes air mata yang jatuh menetes di pipi Seohyun saat dia diam-diam menyaksikan Yonghwa yang terlihat sangat kesakitan dan berjalan di papah oleh seseorang dari balik pohon cherry yang cukup besar. Rasanya Seohyun ingin berlari dan memeluknya dan meminta maaf atas semua yang terjadi. Tapi dia berusaha menahan dirinya. Seohyun berbalik dan menyandarkan tubuhnya ke batang pohon tersebut. Ya Tuhan, bolehkah aku meminta waktu diulang, bisiknya sedih.
Sementara dari tempat yang berbeda Yuri menyaksikan semuanya, sedih melihat bagaimana mereka berdua terlihat asing, sedih melihat bagaimana rapuhnya Seohyun dan betapa sakitnya Yonghwa. Mengapa ini harus terjadi pada dua orang yang saling mencintai ?
Seohyun berusaha menenangkan debaran jantungnya yang berdetak lebih kencang, walaupun sadar Yonghwa tak lagi bisa mengingat kenangan mereka, entah mengapa ada sebersit kebahagiaan merasuk ke hatinya. Ya Tuhan, ternyata aku masih sangat merindukannya, bisik sedih Seohyun dalam hati.
Yonghwa sedikit terkejut mendapati teman sebangkunya adalah Seohyun, gadis yang di temuinya di apartemen Jungshin di Praha, yang tiba-tiba seakan berlari meninggalkannya. Seohyun sebuah nama yang terasa tidak begitu asing namun menyakitkan. Tiba-tiba dia merasa deja vu.
" Seohyun ? ", tegur Yonghwa sedikit ragu.
" Hai ", kata Seohyun sedikit kikuk. Demi Tuhan, kontrollah dirimu, Seohyun. Yonghwa bukan lagi milikmu.
" Sudah kembali dari Praha ? ", tanya Yonghwa lagi dan Seohyun mengangguk pelan. Pandangannya tertuju pada keramaian tak berani menatap Yonghwa yang entah sejak kapan sudah bergeser lebih dekat ke arahnya.
" Hari itu, aku minta maaf, aku tidak bermaksud membuatmu marah ", sahut Yonghwa sambil menatap ke arah Seohyun.
" Ohh, saya yang harus minta maaf, mungkin aku terlalu capek hari itu ", jawab Seohyun. Yonghwa mengangguk-anggukkan kepalanya. Keduanya lalu terdiam. Sementara hari perlahan beranjak sore, kelopak-kelopak cherry beterbangan di tiup angin jatuh ke tanah.
" Aku selalu menyukai suasana musim semi ", kata Yonghwa memecah kesunyian. Aku tahu, desah Seohyun dalam hati. " Musim semi seperti awal sebuah kehidupan, warna warni bunga yang bermekaran benar-benar indah di pandang mata. Bagaimana denganmu ? ", Yonghwa bertanya kepada Seohyun.
Seohyun juga menyukai musim semi, semua itu hilang bersama kenangan yang ingin dia lupakan. Diam, Seohyun hanya menatap cherry blossom yang berwarna pink - aku benci suasana ini.
Kembali keduanya hanya terdiam. Yonghwa menggoyang-goyangkan kakinya, sambil sesekali mencuri pandang ke arah Seohyun. Ada sesuatu yang terasa mengganggunya tentang gadis ini sejak pertemuan mereka. Sesuatu yang tidak bisa Yonghwa jabarkan.
Merasa tidak tahan duduk berdua seperti ini, Seohyun beranjak berdiri. Sebaiknya dia mencari Yuri. Berada dekat dengan Yonghwa hanya ingin membuatnya meneteskan airmata. Yonghwa, adalah perwujudan antara rasa cinta yang menyakitkan dan penyesalan yang mendera. menyakitkan karena Seohyun tahu, tak ada yang tersisa bagi dirinya di kenangan Yonghwa, menyesal karena dialah yang memicu hilangnya kenangan tersebut. Seohyun tak tahan dengan perasaannya tersebut.
" Mau kemana ? ", tanya Yonghwa ikut berdiri melihat Seohyun berdiri. Seohyun tersenyum sekilas menatap ke arahnya lalu buru-buru berpaling. Ada apa dengan gadis ini ?
" Maaf, sudah sore dan saya harus mencari sahabat saya, permisi ", jawab Seohyun sambil buru-buru meninggalkan Yonghwa yang tanpak heran dengan keterburu-buruannya. Untuk kedua kalinya gadis itu pergi terburu-buru saat bertemu dengannya.
Menatap Seohyun yang berjalan membelakanginya tiba-tiba membuat kepala Yonghwa terasa sangat sakit, buru-buru dia duduk dan berusaha menenangkan dirinya, sekali lagi di pandanginya sosok Seohyun yang perlahan menjauh dan pikirannnya berputar ke suatu masa dimana bunga-bunga cherry bermekaran, buku yang berserakan, sosok misterius yang tersenyum padanya, silih berganti bagaikan sebuah slide yang di putar di kepalanya.
Yonghwa ingat dia pernah mengenal seseorang di taman ini, tapi siapa ? Yonghwa memegang kepalanya yang sakit dengan kedua tangannya, keringat dingin kembali membanjiri keningnya. Tepat saat itu Minhyuk berlari mendekatinya.
" Hyung, apakah kau baik-baik saja ? ", tanya Minhyuk penuh rasa khawatir.
" A, apakah kau sudah bertemu dengannya ? ", Yonghwa balik bertanya.
" Hyung, lebih baik aku mengantarmu pulang sekarang, kau terlihat sangat kesakitan ", kata Minhyuk sambil memegang lengan Yonghwa. Yonghwa perlahan berdiri tapi pandangannya terarah Seohyun menghilang, perasaannya tiba-tiba hampa.
Minhyuk memegang Yonghwa dan melangkah sambil membimbingnya. Sedikit rasa bersalah pada diri Minhyuk, tapi semua ini adalah demi Yonghwa. Maafkan aku hyung, bisik Minhyuk dalam hati.
Senja perlahan jatuh bersama kelopak-kelopak cherry blossom yang juga berjatuhan, seperti setetes air mata yang jatuh menetes di pipi Seohyun saat dia diam-diam menyaksikan Yonghwa yang terlihat sangat kesakitan dan berjalan di papah oleh seseorang dari balik pohon cherry yang cukup besar. Rasanya Seohyun ingin berlari dan memeluknya dan meminta maaf atas semua yang terjadi. Tapi dia berusaha menahan dirinya. Seohyun berbalik dan menyandarkan tubuhnya ke batang pohon tersebut. Ya Tuhan, bolehkah aku meminta waktu diulang, bisiknya sedih.
Sementara dari tempat yang berbeda Yuri menyaksikan semuanya, sedih melihat bagaimana mereka berdua terlihat asing, sedih melihat bagaimana rapuhnya Seohyun dan betapa sakitnya Yonghwa. Mengapa ini harus terjadi pada dua orang yang saling mencintai ?
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Yonghwa tertegun di depan laptopnya, belakangan ini dia merasa sangat aneh. Pertemuan demi pertemuan dengan Seohyun selalu membuatnya merasa pernah mengalami hal tersebut. Setelah kejadian di Hangang Park, mereka kemudian beberapa kali bertemu di sebuah kedai kopi, dan beberapa tempat lainnya dan terakhir Minhyuk mengajaknya ke toko kue kecil yang kebetulan ternyata adalah toko kue milik Seohyun.
Toko itu terasa tidak begitu asing, bahkan teramat akrab baginya. Tapi mengapa dia justru merasa seperti itu, sementara itu adalah kali pertamanya ke toko tersebut, anehnya lagi Yonghwa sempat menanyakan soal lantai atas toko dan itu benar-benar membuatnya heran. Darimana dia tahu tentang lantai atas toko tersebut ?
Sebenarnya apakah yang sedang mereka - Minhyuk dan Jonghyun - rencanakan ? Semua kejadian yang dia alami itu, semua karena Jonghyun dan Minhyuk, dengan tentu saja alasan yang berbeda-beda.
Yonghwa berdiri dan meraih ponselnya, ada pesan masuk untuknya dari Jonghyun, mengajaknya bertemu di sebuah cafe di belakang kampus Le Cordon Bleu malam ini yang anehnya Yonghwa merasa akrab dengan nama kampus tersebut. Merasa perlu menanyakan maksud bertemu di sana, Yonghwa menelpon Jonghyun.
" Hyung, apakah kau sudah menerima pesanku ? ", tanya Jonghyun sebelum Yonghwa sempat bertanya.
" Yeah ", jawab Yonghwa sedikit malas. " Memangnya kau tak bisa kemari saja, mengapa harus bertemu di tempat itu, lagi pula aku tidak terlalu jelas lokasinya ".
" Kebetulan aku ada urusan bisnis di dekat kampus itu, dan salah seorang rekan merekomendasikan cafe tersebut, katanya mereka punya menu yang enak serta live musik serta lantai dansa. Dan lagi, di sana tempat berkumpulnya anak-anak kampus, pasti banyak yang cantik-cantik ", goda Jonghyun tapi Yonghwa sama sekali tak berminat dengan cewek-cewek cantik.
" Aku sedang ada kerjaan, rasanya malas untuk keluar ", tolak Yonghwa
" Hyung, jangan terlalu sering mengurung diri di kamar, ayolah, lagipula aku mengajak Minhyuk dan Jungshin ".
" Jungshin ? Jungshin ada di Seoul ? ", tanya Yonghwa heran, mengapa Jungshin tidak berkabar bahwa dia ada di Seoul ?
" Dia baru datang siang ini, dan dia ingin bertemu dengan kita semua ", jaab Jonghyun dari seberang. " Bagaimana hyung ? kapan lagi kita berempat bisa bertemu. Aku tunggu di cafe itu jam malam ini. Aku tutup dulu ya hyung, masih ada kerjaan yang harus aku kerjakan ", Jonghyun memeutuskan telepon.
Yonghwa meletakkan ponselnya dan berjalan menuju jendela besar yang mengarah ke taman belakang rumahnya. Pikirannya melayang, apakah dia akan kembali bertemu Seohyun di cafe itu. Semua pertemuan mereka bukanlah suatu kebetulan. Tidak ada kebetulan yang beruntun terjadi.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Yonghwa mengambil tempat di salah satu meja yang belum terisi, suasana cafe yang cozy membuat cafe ini ramai. Beberapa meja sudah terisi oleh pengunjung, sementara live music memainkan lagu-lagu bernada romantis. Seorang pelayan datang mendekatinya, tapi Yonghwa mengatakan bahwa dia masih menunggu teman-temannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat 10 menit, tapi ketiga dongsaengnya belum juga nampak batang hidungnya. Kebiasaan mereka sepertinya masih belum berubah, selalu tiap mereka janji untuk bertemu, maka Yonghwalah yang selalu menunggu mereka.
" Hei, bukankah kau laki-laki yang malam itu ? ", tiba-tiba seorang pemuda berperawakan lumayan menegur Yonghwa dan berhenti tepat di depan meja Yonghwa.
" Maaf ? ", kata Yonghwa tidak mengerti. Malam itu ?? Apakah dia pernah datang ke mari ?
" Bukankah kau pacarnya Seohyun ? ", pemuda tersebut kembali bertanya seperti meminta kejelasan.
Deg, Yonghwa merasa seperti kejatuhan batu besar. Pacar Seohyun. Dirinya ? Benarkah ? Jadi benar perasaannya yang mengatakan bahwa dia pernah bertemu Seohyun sebelumnya tidak salah. Yonghwa memutuskan mencari tahu lebih banyak.
" Bagaimana kalau kau duduk ", pinta Yonghwa dan dengan tersenyum pemuda tersebut menerima tawaran Yonghwa.
" Rasanya aneh bertemu lagi denganmu di sini, aku pikir setelah kejadian malam itu kamu tidak akan mau lagi menginjak kafe ini ", pemuda tersebut kembali berucap. Yonghwa jadi penasaran ada kejadian apa malam itu.
" Mungkin aku sudah lupa kejadian malam itu. Memangnya ada apa ya ? ", Yonghwa coba memancingnya untuk bercerita lebih banyak.
" Tapi jujur saya, saya merasa kasihan melihat Seohyun malam itu, dia terpaksa melakukan semua itu padahal dia sangat mencintaimu ".
Seohyun mencintainya. Jadi dia dan Seohyun pernah saling mencintai. Entah mengapa Yonghwa merasa senang dengan kenyataan itu.
" Sebenarnya, aku sendiri masih tidak mengerti mengapa Seohyun melakukan hal tersebut padaku, sampai sekarang saya masih berusaha mencari alasan dia melakukan hal itu ", kata Yonghwa berpura-pura demi menggali informasi lebih banyak. Setidaknya dia akan tahu apa yang terjadi malam itu.
" Aku tidak tahu alasan sebenarnya, tapi Seohyun terpaksa melakukan hal tersebut demi dirimu. Kami semua kasihan melihatnya menangis terisak setelah semua sandiwara yang dilakukannya yang membuatmu marah dan memakinya. Seohyun terlalu baik, kami semua menjadi saksi malam itu betapa terlukanya dia ", katanya lagi semakin membuat Yonghwa ingin tahu.
" Yah, malam itu aku memang sangat marah padanya, bahkan aku sangat membencinya ", kata Yonghwa gamang, sekelebat peristiwa kembali melintas. Dia ingat jelas kejadian malam itu. Seohyun dengan dandanan yang sedikit seronok, terlihat begitu binal dalam pelukan laki-laki lain membuatnya sangat marah, dan kata-kata Seohyun betul-betul membuatnya terluka, dia ingat dia memaki Seohyun dengan kata-kata yang kasar lalu pergi meninggalkannya dengan penuh kebencian dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga dia tidak melihat sebuah truk besar dari arah lain menghantam mobilnya.
Yonghwa mengingat semuanya, dan itupun tanpa membuat kepalanya menjadi sakit. Tapi benarkah Seohyun bersandiwara malam itu. Tapi untuk apa dia bersandiwara. Seohyun sangat mencintainya dan pemuda didepannya mengatakan bahwa setelah kejadian itu Seohyun terlihat begitu rapuh dan menangis terisak di hadapan banyak orang. Seohyun harus menjelaskan semua ini padanya. Sialan gadis itu, rutuk Yonghwa dalam hati.
" Hyung ! Maaf kami terlambat ", tiba-tiba suara Jungshin menyadarkan Yonghwa. Dilihat pemuda tadi berdiri dan tersenyum padanya lalu pamit pergi. Jungshin lalu menarik kursi dan duduk di ikuti oleh Minhyuk dan Jonghyun.
" Hyung apakah kau sudah sedari tadi menunggu kami, dan siapa pemuda tadi ? ", tanya Jonghyun .
" Bukan siapa-siapa, hanya bagian dari masa lalu yang hilang ", jawab Yonghwa sambil melipat tangannya setelah menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Dia menangkap keterkejutan di wajah ketiga dongsaengnya. Sudah saatnya mereka berkata jujur padanya.
" Sebenarnya apa yang sedang kalian rencanakan ? ", tanya Yonghwa tanpa basa basi lagi. Saat ini dia butuh penjelasan setidanya penegasan bahwa sebenarnya dongsaengnya sudah mengetahui semua masa lalunya bersama Seohyun.
Jungshin, Minhyuk dan Jonghyun terdiam dan saling berpandangan. Yonghwa menatap ketiganya bergantian. Menunggu siapa yang akan memberinya penjelasan.
" Hyung, sebenarnya ....... ", kata Jungshin
" Sebenarnya apa ? Sebenarnya kalian tahu kalau Seohyun dan aku dulu punya sesuatu kan ? ", potong Yonghwa.
" Sebenarnya, semua beraal dari kecurigaan Jungshin saat kalian bertemu di Praha ", kata Minhyuk, Yonghwa menunggu. " Lalu kami mulai mencari tahu ada apa sebenarnya, karena Jungshin berhasil mengetahui bahwa Seohyun telah berbohong padanya ".
Jungshin lalu mengeluarkan ponselnya, lalu membuka galery dan memutar video dan menyerahkannya ke Yonghwa.
Di video itu tampak jelas kesedihan Seohyun serta penyesalan yang dalam. Yonghwa bisa melihat airmata yang mengalir deras di pipinya yang berusaha dia hapus dengan tissue yang dipegangnya. Melihat itu, Yonghwa merasa sakit di dadanya. Dia lalu meletakkan ponsel tersebut ke meja.
" Dan kalian berinisiatif mengembalikan memory ku akan Seohyun dengan mengatur pertemuan demi pertemuan itu bukan ?. Ketiganya mengangguk.
" Kami di bantu Yuri noona ", kata Jungshin
" Dan mengapa kalian melakukannya ? ".
" Karena kami tahu hyung selalu merasa tidak lengkap tanpa kenangan yang hilang tersebut. Kami sering melihat hyung berusaha mengingat semuanya, melihat keputusasaan dan rasa marah hyung, dan itu membuat kami sedih ", jawab Jonghyun, Jungshin dan Minhyuk mengangguk membenarkan.
" Dan karena kami tahu mengapa Seohyun melakukan hal tersebut :, Minhyuk menambahkan.
" Semuanya kami dengar dari cerita Yuri dan kami sangat percaya Yuri tidak berbohong. Dan alasan Seohyun adalahh..". Yonghwa mengangkat tangannya menyuruh Jungshin berhenti berbicara. Dia tidak butuh cerita itu.
" Aku sudah tahu semuanya ", seseorang secara tidak sengaja menjelaskannya padaku, dan aku mengingat semuanya ", kata Yonghwa mengejutkan sekali lagi ketiga dongsaengnya tapi keterkejutan itu hanya sesaat berganti kegembiraan.
" Hyung, benarkah ? ", tanya Jungshin sambil memegang tangan Yonghwa.
" Hyung, apakah kau baik-baik saja ? ", Jonghyun ikut bertanya.
" Anehnya aku baik-baik saja ", jawab Yonghwa.
" Kita harus merayakan semua ini ", kata Minhyuk sambil melambaikan tangannya ke arah pelayan yang sedang berdiri tak jauh dari mereka.
" Tidak malam ini ", kata Yonghwa. " Aku harus menemui Seohyun sekarang, memintanya bertanggung jawab atas semua yang terjadi padaku ".
" Ehh, hyung bukankah sebaiknya kau menemuinya besok saja ", ucap Jungshin
" Mengapa harus menunggu besok ? ", tanya Yonghwa dengan nada sedikit di tekankan.
" Mungkin Seohyun sudah tidur atau mungkin sedang keluar ", Minhyuk memberi alasan yang terdengar terlalu di buat-buat.
" Kalian tak perlu khawatir. Aku tahu pasti Seohyun belum tidur jam seperti ini ", Yonghwa melirik jam tangannya.
" Tapi hyung.... ".
" Aku harap hyung tidak bertindak kasar padanya, maksudku, Seohyun tidak berniat mencelakai hyung, dia sendiri juga sangat kaget saat tahu hyung kecelakaan ", Jonghyun menatap Yonghwa dengan pandangan memohon.
" Aku terlalu mencintainya untuk bisa menyakitinya, aku hanya ingin tahu mengapa dia melakukannya. ", dan Yonghwa berdiri dan berjalan keluar di ikuti ketiga dongsaengnya dengan tergesa-gesa. mengejarnya.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Seohyun merasa hari ini dia sangat lelah. Beberapa malam yang dia lewatkan tanpa bisa memejamkan matanya, membuatnya merasa keletihan yang teramat sangat. Seohyun tak bisa berhenti memikirkan Yonghwa, walaupun sekuat tenaga dia teramat sangat ingin melupakannya. Tapi pertemuan demi pertemuan yang terjadi antara dirinya dan Yonghwa mau tak mau membawa Seohyun kembali ke kenangan indah mereka berdua.
Seohyun membuka celemek yang sedari tadi di pakainya, dia menyibukkan dirinya dengan membuat beberapa puding cake untuk mengisi etalse di pagi hari. Setelah tak ada lagi yang bisa dia lakukan karena sudah begitu banyak cake yang di buat. Seohyun menggantungkan celemeknya ke dinding dapur.
Yuri masuk ke dapur, baru saja berniat menyuruh Seohyun berhenti menyiksa dirinya tapi ternyata Seohyun sudah selesai. Sedikit lega Yuri menghampiri Seohyun, menepuk pundaknya pelan membuat Seohyun berpaling padanya.
" Ada apa unnie ? ", tanya Seohyun. Yuri menggelengkan kepalanya.
" Tidak ada apa-apa, aku hanya baru akan menyuruhmu berhenti atau etalase kita akan meledak karena tak mampu lagi memuat semua cake dan puding yang kau buat ", jawab Yuri. Seohyun meringis dan menarik napas perlahan.
" Maaf unnie ", bisik Seohyun perlahan.
" Sebaiknya kau istrahat saja malam ini, biar nanti aku yang akan menutup tokonya dan membereskan semuanya. Kau sudah terlalu letih hari ini. lagipula sebentar lagi kita kan tutup dan tak ada lagi pelanggan yang datang ".
Seohyun menganggukkan kepalanya. mengucap selamat malam lalu perlahan berjalan menaiki anak tangga satu demi satu menuju ke lantai atas. Seohyun lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa lalu mulai meregangkan semua otot-otot di tangan dan kakinya yang terasa tegang. Menutup kedua matanya dan tanpa dia sadari dia sudah terlelap.
Seohyun membuka celemek yang sedari tadi di pakainya, dia menyibukkan dirinya dengan membuat beberapa puding cake untuk mengisi etalse di pagi hari. Setelah tak ada lagi yang bisa dia lakukan karena sudah begitu banyak cake yang di buat. Seohyun menggantungkan celemeknya ke dinding dapur.
Yuri masuk ke dapur, baru saja berniat menyuruh Seohyun berhenti menyiksa dirinya tapi ternyata Seohyun sudah selesai. Sedikit lega Yuri menghampiri Seohyun, menepuk pundaknya pelan membuat Seohyun berpaling padanya.
" Ada apa unnie ? ", tanya Seohyun. Yuri menggelengkan kepalanya.
" Tidak ada apa-apa, aku hanya baru akan menyuruhmu berhenti atau etalase kita akan meledak karena tak mampu lagi memuat semua cake dan puding yang kau buat ", jawab Yuri. Seohyun meringis dan menarik napas perlahan.
" Maaf unnie ", bisik Seohyun perlahan.
" Sebaiknya kau istrahat saja malam ini, biar nanti aku yang akan menutup tokonya dan membereskan semuanya. Kau sudah terlalu letih hari ini. lagipula sebentar lagi kita kan tutup dan tak ada lagi pelanggan yang datang ".
Seohyun menganggukkan kepalanya. mengucap selamat malam lalu perlahan berjalan menaiki anak tangga satu demi satu menuju ke lantai atas. Seohyun lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa lalu mulai meregangkan semua otot-otot di tangan dan kakinya yang terasa tegang. Menutup kedua matanya dan tanpa dia sadari dia sudah terlelap.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Yonghwa menunggu di dalam mobil hingga, Yuri mematikan lampu toko dan bersiap untuk pulang. Turun dari mobil di ikuti ketiga dongsaengnya Yonghwa berjalan menuju ke arah toko. Yuri yang melihat kedatangannya merasa kaget dan bertanya-tanya.
" Ada apa kalian berempat malam-malam begini kesini, kami sudah tutup ", tanya Yuri tak dapat menutupi rasa terkejutnya.
" Aku ingin menemui Seohyun ", jawab Yonghwa dan membuka pintu lebih lebar lalu masuk ke dalam toko. Yuri dengan tergesa-gesa berjalan dan menghalanginya.
" Sebenarnya apa yang terjadi ", Yuri meminta penjelasan sambil menatap Minhyuk , Jonghyun dan Junghsin bergantian
" Yuri noona, Yonghwa memaksa untuk bertemu malam ini juga dengan Seohyun , kami sudah membujuknya tapi di tetap bersikeras ", Jungshin bersuara.
" Untuk apa ? ", tanya Yuri lagi.
" Meminta penjelasan atas apa yang telah dia lakukan padaku ", jawab Yonghwa. Yuri cepat-cepat menutup mulutnya dengan kedua tangannya menutupi suara terkejut dari mulutnya. Matanya memandang Minhyuk.
" Dia sudah mengingat semuanya ", jelas Minhyuk
Yuri melepaskan tangannya dari mulutnya dan berkacak pinggang. Wajahnya berubah dari terkejut menjadi marah. Apa yang akan Yonghwa lakukan pada Seohyun, Yuri tidak bisa membiarkannya.
"Yah ! apakah tidak cukup semua penderitaannya !! ", ujar Yuri dengan nada marah. " Apakah kau tahu apa yang dia lakukan seharian ini ? menyiksa dirinya dengan bekerja keras membuat cake. Lihat etalase itu, penuh oleh cake yang dia buat. Apa yang kita lakukan seminggu ini benar-benar menguras semua tenaga dan pikirannya. Berbelas kasihanlah padanya ".
" Yuri, aku hanya ingin bertanya mengapa dia melakukan hal tersebut ", ucap Yonghwa sambil menatap Yuri.
" Dan apa yang akan kau lakukan setelah mendengar kejujurannya ? membencinya ? memakinya ? meneriakinya ? mengatakan kalau dia wanita jalang yang hanya mengincar kekayaanmu ? Oh please, sebaiknya kalian keluar sekarang juga dari toko ini ", sahut Yuri sambil mendorong tubuh Yonghwa, tapi Yonghwa tidak bergeming.
" Aku tidak akan melakukan apapun, hanya ingin kejujurannya, Yuri ", Yonghwa bersikeras. " Lagipula aku perlu mengetahui satu hal lagi darinya ".
" Hyung, besok sajalah, bukankah Yuri tadi sudah bilang kalau Seohyun sangat letih. Biarkanlah dia beristirahat ", Jonghyun mencoba membujuk Yonghwa.
" Bukankah kalian yang merencanakan ini semua ? Biarkan aku mengabulkan keinginan kalian ", Yonghwa tak mau menunda apa yang ingin dia lakukan sampai besok. Tapi Yuri dan ketiga dongsaengnya berusaha keras membujuknya.
Seohyun terbangun mendengar suara beberapa orang dari arah toko. Sekilas di tengoknya jam dinding, sudah waktunya tutup, pikir Seohyun. Ada apa di bawah sana. Dengan malas Seohyun berdiri dan berjalan menuruni tangga menuju ke arah ruang toko.
" Yuri unnie, ada apa ribut-ribut ? ", tanya Seohyun. Seketika lima orang yang ada di ruangan tersebut berpaling dan menatapnya. Yuri bergerak cepat dan berjalan ke arah Seohyun tapi ternyata Yonghwa bergerak lebih cepat dari dirinya.
" Yuri unnie, ada apa ribut-ribut ? ", tanya Seohyun. Seketika lima orang yang ada di ruangan tersebut berpaling dan menatapnya. Yuri bergerak cepat dan berjalan ke arah Seohyun tapi ternyata Yonghwa bergerak lebih cepat dari dirinya.
" Aku ingin bertemu denganmu ", kata Yonghwa membuat Seohyun tertegun. Ada apa Yonghwa ke sini semalam ini.
Kepala Seohyun rasanya terputar, pandangannya kabur. Semuanya ini membuatnya shock dan kelelahan membuatnya tak berdaya. Seohyun merasa tubuhnya limbung dan hampir saja terjatuh tapi Yonghwa segera menangkapnya.
" Demi Tuhan Seohyun, apa yang kau lakukan pada dirimu ? ", maki Yonghwa sambil memegang Seohyun yang terkulai. Diangkatnya tubuh Seohyun dan bergegas melangkah menaiki anak tangga dan menidurkan Seohyun di atas sofa. Yuri dan ketiga dongsaengnya menyusul ke atas.
Yonghwa memeriksa detak nadi Seohyun yang berdetak cepat, Yuri bergegas mencari kotak obat-obatan dan setelah menemukannya lalu dia meminta Yonghwa bergeser dan dia lalu memeriksa Seohyun.
" Lihatlah apa yang kalian lakukan padanya ! ", teriak Yuri. " Dia sudah sangat terluka, apakah itu tidak cukup membayar apa yang telah dia lakukan ? ".
Yonghwa menatap wajah Seohyun yang pucat, dia sangat ingin memeluk tubuh tak berdaya itu, mendekapnya dan tak dia lepaskan lagi. Wajah itu dulu sering tersenyum padanya, Yonghwa berjanji dalam hati senyum itu akan kembali menghias wajahnya.
" Pulanglah ", pinta Yuri.
" Biarkan aku yang menjaganya ", sahut Yonghwa, Yuri menatapnya sewot. " Yuri, aku terlalu mencintainya untuk menyakitinya, aku hanya ingin dia jujur dan aku juga ingin tahu apakah dia masih mencintaiku seperti dulu ".
Yuri menatap Seohyun, gadis itu butuh kebahagiaan, sudah banyak yang dia alami. Apakah kini saatnya dia mendapatkan kebahagiaanya yang hilang ?
" Tapi waktu itu kau terlihat sangat membencinya ", bisik Yuri pelan hampir tak terdengar. Dia masih ragu.
" Seseorang telah memberikan pencerahan padaku, aku mungkin membencinya waktu itu, tapi tak ada kebencian di hatiku saat ini ".
Yuri menghela napas lalu berdiri" Berjanjilah kau tidak akan menyakitinya lagi ", pinta Yuri dan Yonghwa menganggukkan kepalanya.
" Rasa cintaku jauh melebihi rasa benciku, aku terlalu menyayanginya ", kata Yonghwa meyakinkan Yuri.
" Baiklah, tapi biarkan kami menunggu di bawah, kalau-kalau. ".
" Apakah kau tidak mempercayaiku, Yuri ? ", tanya Yonghwa.
" Baiklah, ini kunci tokonya, tolong jaga dia, besok saat aku bertemu dengannya, aku ingin melihat rona kebahagiaan di wajahnya ". Yonghwa memegang tangan Yuri dan menganggukkan kepalanya.
" Baiklah hyung, kami akan mengantar Yuri pulang, ingatlah be nice to her ", kata Jonghyun setelah lama terdiam.
Yonghwa mengantar mereka turun kebawah, melambaikan tangan sebelum akhirnya menutup pintu , menguncinya dan melangkah menaiki tangga.
Yonghwa memandangi wajah Seohyun sekali lagi, ada setitik noda putih bekas tepung menempel di pipinya. Yonghwa lalu mendorong meja menjauh dari sofa, lalu dia duduk di lantai tepat di samping Seohyun.
Bagaimana bisa wajah ini hilang dalam kenangannya, sedangkan alam bawah sadarnya mengisyarakan cinta yang masih menggebu-gebu untuknya. Yonghwa membelai pipi tirus Seohyun lalu merapikan beberapa helai rambut yang jatuh ke keningnya. Mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, Yonghwa merasa tidak ada yang berubah sejak terakhir dia duduk di sofa dan menunggu kedatangan Seohyun di malam itu.
Yonghwa lalu meletakkan kedua lengannya di atas sofa, satu tangannya menyanggah kepalanya dan menatap Seohyun tanpa bosan. Bidadariku,apakah bila aku mengecupmu kau akan terbangun ?
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Seohyun mengerang, menahan sakit di kepalanya, perlahan di bukanya matanya dan mendapati seraut wajah sedang menatapnya dengan pandangan penuh cinta. Seohyun kembali memejamkan matanya, bila ini mimpi biarlah dia tertidur untuk selamanya.
" Seohyun ", panggil seseorang pelan.
Kembali Seohyun membuka matanya, dan mata indah itu terlihat cemas. Apakah ini bukan mimpi ? Seohyun mencoba mengingat kejadian sebelum dia pingsan dan setelah cukup sadar, sontak Seohyun terduduk dan menatap Yonghwa tak percaya, sedikit rasa takut menderanya. Apakah cuma mereka berdua di sini ?
Yonghwa berdiri dan berjalan mengambil segelas air minum lalu menyodorkannya ke arah Seohyun. Dalam diam Seohyun meraih gelas tersebut, hati-hati berusaha tidak menyentuh tangan jemari Yonghwa lalu meminumnya. Setelah merasa sedikit tenang. Seohyun menatap Yonghwa yang kini duduk di sebelahnya.
" Apa yang kau inginkan ", tanya Seohyun pelan.
" Kejujuran ", jawab Yonghwa sambil menatapnya.
Seohyun mengalihkan pandangannya dari wajah Yonghwa. Kejujuran apa yang dia inginkan dariku ? tanya Seohyun dalam hati.
" Aku ingin kau jujur padaku Seohyun ".
" Untuk apa, toh semua sudah berakhir ".
" Tapi tidak untukku ".
Ya Tuhan, bisik Seohyun lirih. Seohyun tidak pernah berharap ada dalam posisi seperti ini, lahir batin dia merasa sangat lelah.
" Sebaiknya kau pulang saja Yonghwa, tak ada lagi yang tersisa di sini, semuanya sudah berakhir ", kata Seohyun pelan.
" Aku akan tetap di sini, memintamu bertanggung jawab atas semua yang terjadi padaku ". Seohyun mengatupkan kedua tangannya ke wajahnya. Dia tidak tahu harus berkata apa. mengetahui bahwa malam itu Yonghwa kecelakaan dan hampir saja membunuhnya membuat Seohyun merasa sangat bersalah dan terus menderanya setiap saat.
Tiap malam dia terbangun dengan napas tersengal oleh mimpi buruk yang dialaminya berulang-ulang, dan kemudian menghabiskan malam hingga pagi dengan menangisi apa yang telah dia lakukan.
" Mengapa kau tak jujur padaku Seohyun ? ", tanya Yonghwa dengan nada sedih. " Apakah cintaku tidak cukup untuk membuatmu percaya pada kesungguhanku padamu ?. ataukah kau memang benar-benar serius dengan yang kau katakan malam itu ? Kau melukaiku Seohyun ".
Seohyun tertunduk, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Tubuhnya bergetar - Yonghwa datang menuntut kejujuran dirinya - tapi apakah kejujurannya akan berguna, bila pada akhirnya Yonghwa akan kembali membenci dirinya. Sekali cukup, dua kali rasanya akan benar-benar menghancurkan dirinya.
" Sebenarnya apa yang terjadi Seohyun ? mengapa kau memutuskan untuk melepaskan diriku, apakah kau tidak mencintaiku ? ", tanya Yonghwa lagi pelan.
" Maafkan aku ", akhirnya Seohyun bersuara setelah rasanya begitu banyak usaha yang dia keluarkan demi kata itu.
" Maaf untuk apa Seohyun ? Untuk kecelakaan yang aku alami ? ".
" Untuk terlalu mencintaimu, hingga aku tak sanggup melihatmu menderita karena diriku ".
Yonghwa seakan tidak mempercayai pendengarannya. Di tatapnya sosok wanita yang sangat di cintainya itu, tertunduk tak berdaya. Yonghwa merasa benar-benar ingin memeluknya. menghapus semua kedukaannya. Menciumnya......
" Kau tidak mencintaiku Seohyun ", Yonghwa menggelengkan kepalanya. " Bila kau benar-benar mencintaiku, kau pasti akan tahu bahwa kehilangan dirimu adalah penderitaan terbesar yang aku alami bukan yang lainnya ".
Seohyun memberanikan dirinya untuk berpaling dan menatap Yonghwa, gurat kecewa nampak di wajahnya..
" Tahukah kau, malam itu aku menunggumu di sini, dengan perasaan penuh cinta, aku bermaksud memintamu menikah denganku. Tapi ternyata khayalan akan hidup bahagia bersamamu musnah saat aku melihatmu seperti itu ".
" Aku marah, marah karena kau membiarkan laki-laki lain memelukmu, aku marah karena aku kecewa kepadamu. Aku gelap mata, rasanya aku ingin memukul laki-laki tersebut tapi kau malah bertingkah seperti gadis murahan. Tahukah kau betapa terlukanya diriku ? ".
Seohyun tergugu, peristiwa malam itu kembali terbayang di benaknya, dan kenyataan bahwa malam itu Yonghwa kecelakaan dan hampir saja membunuhnya semakin membuat malam itu menjadi kelam.
" Aku terpaksa melakukannya ", ucap Seohyun lirih. " Aku tidak tahu membayangkan kau akan kehilangan semua harta warisan dan keluargamu hanya gara-gara seorang gadis seperti diriku. Aku membayangkan bagaimana kau akan bisa menjalani hidup denganku bila kau akan terus menerus menyalahkan diriku atas apa yang menimpamu. Aku tak sanggup ".
" Aku lebih tak sanggup tanpamu, Seohyun ".
" Aku membayangkan apa yang bia kau lakukan dengan warisanmu, membangun sebuah galeri yang kau idam-idamkan, perjalanan keliling dunia, menangkap keajaiban hidup di setiap tempat yang kau singgahi. Itu impianmu, dan cintaku bisa memusnahkan impianmu. Dan aku tidak berhak untuk itu. Aku terlalu mencintaimu untuk melihatmu kehilangan impianmu ",
" Tapi kaulah impian terbesarku Seohyun, tidakkah kau menyadari hal itu ? ", kata Yomghwa gusar. " Dan apa yang menyebabkan kau berpikiran seperti itu ? ".
Seohyun terdiam keheningan tercipta di ruangan itu untuk beberapa saat. Yonghwa masih menunggu kejujuran Seohyun, Yonghwa tak mau ada rahasia diantara dirinya dan Seohyun.
" Karena seseorang akhirnya membuka mataku, akan apa yang aku coba memungkirinya. Seseorang yang memperlihatkan realita dan aku harus mengakuinya dia membuatku sadar bahwa aku dan dirimu sesungguhnya tidak akan bisa bersama, orang itu jelas-jelas menunjukkan level diriku ", kata Seohyun akhirnya. Yonghwa mendesah.
" Dan kau memilih mempercayainya daripada menanyakan semua itu padaku ? Seohyun, sedangkal itukah kau melihat diriku ? ".
" Maafkan aku, mungkin aku salah. Dan ya, aku memang salah karena tidak menanyakan hal itu padamu. Tapi sudahlah Yonghwa, tak ada lagi yang harus kita sesali, yang terjadi biarlah terjadi. Aku sedih mengetahui kecelakaan itu, tapi aku bersyukur kau selamat ", Seohyun menyeka airmatanya dengan telapak tangannya, lalu berdiri dan berbalik ke arah Yonghwa menatap wajah yang sangat di cintainya itu, lalu berjalan menuju kamarnya mengambil sesuatu lalu menyodorkannya kepada Yonghwa.
" Aku menemukan ini. Ini milikmu ", Seohyun menyodorkan kotak kecil beludru kepada Yonghwa dan Yonghwa menerimanya lalu membuka kotaknya. Cincin yang akan dia pakai melamar Seohyun malam itu nampak berkilau tertimpa sinar lampu. Yonghwa lalu menutup kotak tersebut.
" Pulanglah ", ucap Seohyun dengan suara serak.
" Apakah kau tak mencintaiku lagi Seohyun ? ", tanya Yonghwa sambil menatap mata Seohyun dalam. Seohyun tertunduk tak dapat menatap mata itu berlama-lama.
" Yonghwa please, ku mohon , aku butuh sendiri ", pinta Seohyun lirih. Tapi Yonghwa menggelengkan kepalanya.
" Aku tidak akan kemana-mana ! Setahun ini aku sudah cukup kehilangan semua kenangan akan cintaku dan dirimu, setahun ini aku merasa kehilangan pegangan. Sekarang aku menemukan semua yang hilang, kenanganku, dan dirimu. Apakah aku terlambat ? ".
Seohyun membalikkan tubuhnya membelakangi Yonghwa tak sanggup menatap Yonghwa lebih lama.
" Apakah aku terlambat Seohyun ? Apakah tak ada lagi cinta untukku ? ", sekali lagi Yonghwa bertanya dengan penuh harap. " Ataukah kau sudah menemukan orang lain yang kau cintai ? ". Yonghwa tak sanggup bila Seohyun menjawab iya, tapi dia butuh kepastian.
Seohyun menggelengkan kepalanya., " Tidak ada yang lain, Yonghwa ", sahut Seohyun kemudian. " Aku yang merasa tak pantas untuk dirimu ".
Yonghwa merasa masih ada harapan untuk dirinya, dia lalu berjalan mendekat ke arah Seohyun dan berbisik di telinga Seohyun.
" Apa yang membuatmu merasa tak pantas Seohyunie ? Aku mencintaimu, dan tak seorangpun bisa membuatmu tidak pantas untuk diriku ", Yonghwa lalu membalikkan Seohyun menghadap ke dirinya. " Kau lebih dari pantas untukku ".
Yonghwa mengecup kening Seohyun, membuat Seohyun memejamkan matanya, menikmati rasa yang dulu hilang.
" Kau adalah seorang gadis yang pintar, sederhana dan seorang yang berani mengejar mimpinya, berkorban demi orang yang dia cintai, walaupun harus melukai dirinya sendiri. kau adalah kesempurnaan untukku, dan aku sangat mencintaimu ".
" Jadikan aku lengkap Seohyun, karena bagiku kaulah yang pertama dan terakhir untukku ", kali ini Yonghwa mengecup bibir Seohyun dengan lembut dan dalam. memberikan segenap apa yang dia miliki untuk meyakinkan Seohyun akan kesungguhannya.
Seohyun menikmati ciuman Yonghwa di bibirnya, perlahan dia meletakkan kedua tangannya ke dada bidang Yonghwa matanya terpejam dan saat Yonghwa melepaskan ciumannya Seohyun mengerang protes.
Yonghwa tersenyum. Seperti inilah Seohyun untuknya. Seperti inilah seharusnya. Perlahan Yonghwa menarik Seohyun ke dalam pelukannya, mendekapnya seakan tak ingin melepaskannya lagi. Seohyun membalas pelukan Yonghwa. Seohyun merasa menemukan tempatnya yang dulu hilang. Begitu sederhana, begitu sempurna.
" Aku mencintaimu, Yonghwa ", bisik Seohyun. " Maafkan aku atas semua yang telah terjadi padamu. Maafkan aku karena tidak mempercayai besarnya cintamu padaku. Maafkan aku meragukanmu ".
Kata-kata Seohyun membuat dada Yonghwa terasa plong dan lega. Cintanya telah berlabuh, kembali ke tempat dimana seharus. Sudah cukup kehilangan yang mendera mereka, tak akan pernah terpisah lagi. Yonghwa mengeratkan pelukannya dan mengangkat Seohyun sambil bersorak, membuat Seohyun terkejut.
" Seohyun, Saranghanda !!! ", teriaknya dan Seohyun tersipu malu mendengar teriakan Yonghwa tersebut. Tuhan, jangan biarkan kami terpisah lagi, doa Seohyun dalam hati. Selamanya, selama-lamanya........
" Mengapa kau tak jujur padaku Seohyun ? ", tanya Yonghwa dengan nada sedih. " Apakah cintaku tidak cukup untuk membuatmu percaya pada kesungguhanku padamu ?. ataukah kau memang benar-benar serius dengan yang kau katakan malam itu ? Kau melukaiku Seohyun ".
Seohyun tertunduk, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Tubuhnya bergetar - Yonghwa datang menuntut kejujuran dirinya - tapi apakah kejujurannya akan berguna, bila pada akhirnya Yonghwa akan kembali membenci dirinya. Sekali cukup, dua kali rasanya akan benar-benar menghancurkan dirinya.
" Sebenarnya apa yang terjadi Seohyun ? mengapa kau memutuskan untuk melepaskan diriku, apakah kau tidak mencintaiku ? ", tanya Yonghwa lagi pelan.
" Maafkan aku ", akhirnya Seohyun bersuara setelah rasanya begitu banyak usaha yang dia keluarkan demi kata itu.
" Maaf untuk apa Seohyun ? Untuk kecelakaan yang aku alami ? ".
" Untuk terlalu mencintaimu, hingga aku tak sanggup melihatmu menderita karena diriku ".
Yonghwa seakan tidak mempercayai pendengarannya. Di tatapnya sosok wanita yang sangat di cintainya itu, tertunduk tak berdaya. Yonghwa merasa benar-benar ingin memeluknya. menghapus semua kedukaannya. Menciumnya......
" Kau tidak mencintaiku Seohyun ", Yonghwa menggelengkan kepalanya. " Bila kau benar-benar mencintaiku, kau pasti akan tahu bahwa kehilangan dirimu adalah penderitaan terbesar yang aku alami bukan yang lainnya ".
Seohyun memberanikan dirinya untuk berpaling dan menatap Yonghwa, gurat kecewa nampak di wajahnya..
" Tahukah kau, malam itu aku menunggumu di sini, dengan perasaan penuh cinta, aku bermaksud memintamu menikah denganku. Tapi ternyata khayalan akan hidup bahagia bersamamu musnah saat aku melihatmu seperti itu ".
" Aku marah, marah karena kau membiarkan laki-laki lain memelukmu, aku marah karena aku kecewa kepadamu. Aku gelap mata, rasanya aku ingin memukul laki-laki tersebut tapi kau malah bertingkah seperti gadis murahan. Tahukah kau betapa terlukanya diriku ? ".
Seohyun tergugu, peristiwa malam itu kembali terbayang di benaknya, dan kenyataan bahwa malam itu Yonghwa kecelakaan dan hampir saja membunuhnya semakin membuat malam itu menjadi kelam.
" Aku terpaksa melakukannya ", ucap Seohyun lirih. " Aku tidak tahu membayangkan kau akan kehilangan semua harta warisan dan keluargamu hanya gara-gara seorang gadis seperti diriku. Aku membayangkan bagaimana kau akan bisa menjalani hidup denganku bila kau akan terus menerus menyalahkan diriku atas apa yang menimpamu. Aku tak sanggup ".
" Aku lebih tak sanggup tanpamu, Seohyun ".
" Aku membayangkan apa yang bia kau lakukan dengan warisanmu, membangun sebuah galeri yang kau idam-idamkan, perjalanan keliling dunia, menangkap keajaiban hidup di setiap tempat yang kau singgahi. Itu impianmu, dan cintaku bisa memusnahkan impianmu. Dan aku tidak berhak untuk itu. Aku terlalu mencintaimu untuk melihatmu kehilangan impianmu ",
" Tapi kaulah impian terbesarku Seohyun, tidakkah kau menyadari hal itu ? ", kata Yomghwa gusar. " Dan apa yang menyebabkan kau berpikiran seperti itu ? ".
Seohyun terdiam keheningan tercipta di ruangan itu untuk beberapa saat. Yonghwa masih menunggu kejujuran Seohyun, Yonghwa tak mau ada rahasia diantara dirinya dan Seohyun.
" Karena seseorang akhirnya membuka mataku, akan apa yang aku coba memungkirinya. Seseorang yang memperlihatkan realita dan aku harus mengakuinya dia membuatku sadar bahwa aku dan dirimu sesungguhnya tidak akan bisa bersama, orang itu jelas-jelas menunjukkan level diriku ", kata Seohyun akhirnya. Yonghwa mendesah.
" Dan kau memilih mempercayainya daripada menanyakan semua itu padaku ? Seohyun, sedangkal itukah kau melihat diriku ? ".
" Maafkan aku, mungkin aku salah. Dan ya, aku memang salah karena tidak menanyakan hal itu padamu. Tapi sudahlah Yonghwa, tak ada lagi yang harus kita sesali, yang terjadi biarlah terjadi. Aku sedih mengetahui kecelakaan itu, tapi aku bersyukur kau selamat ", Seohyun menyeka airmatanya dengan telapak tangannya, lalu berdiri dan berbalik ke arah Yonghwa menatap wajah yang sangat di cintainya itu, lalu berjalan menuju kamarnya mengambil sesuatu lalu menyodorkannya kepada Yonghwa.
" Aku menemukan ini. Ini milikmu ", Seohyun menyodorkan kotak kecil beludru kepada Yonghwa dan Yonghwa menerimanya lalu membuka kotaknya. Cincin yang akan dia pakai melamar Seohyun malam itu nampak berkilau tertimpa sinar lampu. Yonghwa lalu menutup kotak tersebut.
" Pulanglah ", ucap Seohyun dengan suara serak.
" Apakah kau tak mencintaiku lagi Seohyun ? ", tanya Yonghwa sambil menatap mata Seohyun dalam. Seohyun tertunduk tak dapat menatap mata itu berlama-lama.
" Yonghwa please, ku mohon , aku butuh sendiri ", pinta Seohyun lirih. Tapi Yonghwa menggelengkan kepalanya.
" Aku tidak akan kemana-mana ! Setahun ini aku sudah cukup kehilangan semua kenangan akan cintaku dan dirimu, setahun ini aku merasa kehilangan pegangan. Sekarang aku menemukan semua yang hilang, kenanganku, dan dirimu. Apakah aku terlambat ? ".
Seohyun membalikkan tubuhnya membelakangi Yonghwa tak sanggup menatap Yonghwa lebih lama.
" Apakah aku terlambat Seohyun ? Apakah tak ada lagi cinta untukku ? ", sekali lagi Yonghwa bertanya dengan penuh harap. " Ataukah kau sudah menemukan orang lain yang kau cintai ? ". Yonghwa tak sanggup bila Seohyun menjawab iya, tapi dia butuh kepastian.
Seohyun menggelengkan kepalanya., " Tidak ada yang lain, Yonghwa ", sahut Seohyun kemudian. " Aku yang merasa tak pantas untuk dirimu ".
Yonghwa merasa masih ada harapan untuk dirinya, dia lalu berjalan mendekat ke arah Seohyun dan berbisik di telinga Seohyun.
" Apa yang membuatmu merasa tak pantas Seohyunie ? Aku mencintaimu, dan tak seorangpun bisa membuatmu tidak pantas untuk diriku ", Yonghwa lalu membalikkan Seohyun menghadap ke dirinya. " Kau lebih dari pantas untukku ".
Yonghwa mengecup kening Seohyun, membuat Seohyun memejamkan matanya, menikmati rasa yang dulu hilang.
" Kau adalah seorang gadis yang pintar, sederhana dan seorang yang berani mengejar mimpinya, berkorban demi orang yang dia cintai, walaupun harus melukai dirinya sendiri. kau adalah kesempurnaan untukku, dan aku sangat mencintaimu ".
" Jadikan aku lengkap Seohyun, karena bagiku kaulah yang pertama dan terakhir untukku ", kali ini Yonghwa mengecup bibir Seohyun dengan lembut dan dalam. memberikan segenap apa yang dia miliki untuk meyakinkan Seohyun akan kesungguhannya.
Seohyun menikmati ciuman Yonghwa di bibirnya, perlahan dia meletakkan kedua tangannya ke dada bidang Yonghwa matanya terpejam dan saat Yonghwa melepaskan ciumannya Seohyun mengerang protes.
Yonghwa tersenyum. Seperti inilah Seohyun untuknya. Seperti inilah seharusnya. Perlahan Yonghwa menarik Seohyun ke dalam pelukannya, mendekapnya seakan tak ingin melepaskannya lagi. Seohyun membalas pelukan Yonghwa. Seohyun merasa menemukan tempatnya yang dulu hilang. Begitu sederhana, begitu sempurna.
" Aku mencintaimu, Yonghwa ", bisik Seohyun. " Maafkan aku atas semua yang telah terjadi padamu. Maafkan aku karena tidak mempercayai besarnya cintamu padaku. Maafkan aku meragukanmu ".
Kata-kata Seohyun membuat dada Yonghwa terasa plong dan lega. Cintanya telah berlabuh, kembali ke tempat dimana seharus. Sudah cukup kehilangan yang mendera mereka, tak akan pernah terpisah lagi. Yonghwa mengeratkan pelukannya dan mengangkat Seohyun sambil bersorak, membuat Seohyun terkejut.
" Seohyun, Saranghanda !!! ", teriaknya dan Seohyun tersipu malu mendengar teriakan Yonghwa tersebut. Tuhan, jangan biarkan kami terpisah lagi, doa Seohyun dalam hati. Selamanya, selama-lamanya........
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Lampu di lantai atas toko telah di matikan. Jonghyun, Yuri, Minhyuk dan Jungshin tersenyum penuh makna. Ke empat orang tersebut saling berpandangan dan mengacungkan jempol mereka. Jonghyun lalu menyalakan mobilnya dan melaju menembus pekatnya malam. Saatnya pulang, misi mereka telah selesai.
Selamat malam hyung, selamat malam Seohyun. Berbahagialah, kalian pantas mendapatkannya ♥
♥ ♥ E N D ♥ ♥
8 komentar
Write komentarchapter terakhir ya ?? :(:(
Replyiya , ini chapter terakhir The Seasons :)
Replythanks mom zee.. wkwkwk, so sweet..
Replyyuri.aaa ,minhyuk..iii miss u.. hahahah
sama- sama sayang hehehe
Replysemoga suka sama endingnya :)
Daebak... keren banget endingx. D tunggu cerita yg lainny unnie...
Replyterima kasih ^_^ . Di tunggu ya hehehe
ReplyAiiggooo akhirnya happy ending 😢😢😢😢 ditunggu karya selanjutnya fighting
Replyterima kasih dah setia membaca karyaku. Insya Allah memicu semangat untuk karya berikutnya. jangan bosan-bosan ya ^_^
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon