CHAPTER
SIX
Seohyun menghempaskan tubuhnya ke atas ranjangnya. Perasaan malu dan marah
bercampur dalam dadanya sehingga wajahnya memerah karena kesal. Di dengarnya
pintu apartemen yang di tutup dengan kasar dan suara langkah-langkah kaki yang
bergegas menuju ke kamarnya. Untungnya tadi Seohyun masih sempat mengunci pintu
kamarnya. Setidaknya kedua mosnter itu tidak akan masuk dan mencercanya dengan
semua kuliah moral yang di miliki keduanya.
Ini hidupnya, mereka tidak berhak mengatur apapun yang ingin di lakukannya.
Suara gedoran di pintu kamarnya tapi Seohyun tidak peduli. Dia sedang tidak
berhasrat untuk meneriaki kedua kakaknya untuk menghilang dari hidupnya. Ini
bukan yang pertama kalinya mereka melakukan hal seperti ini. Seohyun sudah tahu
bagaimana mengatasi mereka.
“ Ayolah Seohyun, buka pintunya ! “, suara JungShin terdengar tidak sabar
dari balik pintu.
“ Aku capek, aku mau tidur dan berhentilah menggangguku ! “.
“ Buka pintunya atau aku harus mendobraknya ! “.
“ JungShin !! Awas kallau kau berani melakukannya ! “, bentak Seohyun
dengan nada ancaman.
“ Kalau begitu sebaiknya kau membuka pintunya sekarang juga ! “, desak
JungShin.
“ Aku tidak mau ! “.
“ Seohyun, kami hanya ingin memastikan kau baik-baik saja “, terdengar
suara MinHyuk yang dalam dari balik pintu.
“ Aku baik-baik saja sampai kalian datang dan membuat hidupku kacau ! “.
“ Ayolah Seohyun tidak seburuk itu kan ? “.
“ Kalian bahkan melakukan lebih buruk lagi ! aku capek dengan semua yang
kalian lakukan kepadaku selama ini “.
“ Kami melakukannya karena kami mencintaimu dan ingin melindungimu “, sahut
MinHyuk dengan nada terluka.
Seohyun bergerak ke pintu dan membuka pintu kamarnya mendapati JungShin dan
MinHyuk berdiri di depan pintu kamarnya.
“ Tapi apa yang kalian lakukan benar-benar menyiksaku ! “, ucap Seohyun
sambil menatap kedua kakaknya. “ Aku sudah dewasa bukan lagi anak kecil. Apa
yang kalian lakukan saat ini akan membuatku menjadi perawan tua seumur hidupku
“, setetes air mata menetes di pipi Seohyun.
“ Kami hanya tidak ingin kau terluka “, lirih suara JungShin melihat adik
yang di sayanginya meneteskan airmata.
“ Terluka itu bagian dari hidup yang harus aku jalani. Itu akan membuatku
menjadi lebih dewasa lebih tahu menjaga diriku sendiri “. Seohyun menyentuh
tangan MinHyuk lalu memeluk lengan kakaknya tersebut. “ Kalian harus belajar
melepaskan aku ke dunia yang keras. Aku takkan selamanya bisa berlindung di
balik kalian bertiga. Dan kalian pun takkan bisa selamanya menjaga dan
melindungiku. Lihat ayah dan Ibu, meninggalkan kita, suatu saat kalian juga
akan meninggalkanku. Aku harus bisa mandiri “.
“ Kami tidak akan pernah meninggalkanmu Seohyun, kami akan selalu ada di
sampingmu “, ucap MinHyuk sambil membelai rambut Seohyun dengan penuh sayang.
“ Sampai kapan ? Kalian juga punya kehidupan yang harus kalian jalani. Aku
tahu kalian mencintaiku dan aku juga sangat mencintai kalian, karena kalianlah
hidupku. Tapi apa yang kalian lakukan sudah terlalu jauh “.
MinHyuk menarik Seohyun ke dalam pelukannya lalu perlahan membimbing
Seohyun berjalan ke sofa dan mendudukkannya tanpa melepaskan pelukannya.
JungShin duduk di sampng Seohyun.
“ Maafkan kami bila sudah membuatmu menderita. Tapi kami sudah berjanji
pada Ibu untuk menjagamu “, ucap JungShin sambil menghapus airmata yang
mengalir di pipi Seohyun.
“ Aku tahu, tapi aku sudah dewasa, kalian tidak seharusnya memperlakukan
aku seperti adik kecil kalian yang berumur sepuluh tahun “, desah Seohyun masih
terisak.
“ Apakah kau mencintainya ? “, tanya MinHyuk setelah beberapa saat
ketiganya terdiam dan hanya suara isakan tangis Seohyun yang terdengar.
“ Siapa ? “, tanya Seohyun pura-pura tak tahu.
“ Tetangga sebelah “, kata JungShin.
“ Yonghwa ? entahlah “, jawab Seohyun. Jujur dia memang tidak tahu apakah
dia sudah jatuh cinta pada YongHwa, tapi seumur hidupnya belum pernah dia
merelakan dirinya di cumbu seperti yang tadi dilakukan YongHwa kepadanya.
“ Tapi kau menyukainya kan ? “.
“ Apakah kita sedang berada di sesi tanya jawab ? “, Seohyun mencoba
mengalihkan pembicaraan.
“ Kau menyukainya, adik kecil ? “, tanya MinHyuk lagi menuntut kejujuran
Seohyun.
“ YongHwa baik, wajahnya lumayan tampan, dia juga mapan. Aku menyukainya,
dia tetangga yang baik “, ucap Seohyun.
“ Cukup menyukainya hingga kau menciumnya ? “, cecar JungShin. Seohyun
mendelik. “ Tak usah berbohong, kami tahu apa yang kalian lakukan. Kami juga
laki-laki seperti YongHwa, kami tahu bagaimana laki-laki selalu pintar mencari
kesempatan “.
Seohyun bersemu merah.
“ Lihatlah dirimu adik kecil, pipimu bersemu merah malu seperti itu “.
“ Kalian berhentilah menggodaku ! “.
“ Sudahlah, sebaiknya kau bersihkan dirimu dan tidurlah “, kata MinHyuk
lembut sambil membelai pundak Seohyun. “ Kau sudah makan kan ? “.
Seohyun mengangguk. Memeluk MinHyuk dan JungShin secara bergantian lalu
berdiri. “ Aku mau minum susu, adakah yang bersedia membuatkan susu hangat
untukku ? “.
MinHyuk dan JungShin menggelengkan kepalanya berbarengan.
“ Bukankah kalian menyayangiku ? “, ucap Seohyun tak percaya.
“ Belum beberapa menit yang lalu kau bilang kau sudah dewasa bukan anak
kecil lagi “, ucap MinHyuk.
“ Jadi pergilah kedapur dan bikinlah susu hangat untuk dirimu sendiri “,
lanjut JungShin sambil membalikkan tubuh Seohyun dan menepuk pantatnya membuat
Seohyun protes dan baik MinHyuk maupun JungShin hanya tertawa.
♥ ♥ ♥
“ Hyung sebaiknya kau segera ke Seoul. Kita
menghadapi masalah besar disini. Adik kecil kita sedang jatuh cinta dan
sepertinya dia jatuh cinta pada seorang lelaki yang kelihatannya baik tapi
sepertinya suka berganti-ganti wanita. “.
“ Kita mungkin harus melakukan tindakan yang
ektreme. Memisahkan mereka atau membuat laki-laki itu berjanji akan mencintai
adik kecil kita hingga mati “.
♥ ♥ ♥
YongHwa membuka apartemennya dan masuk ke dalam sambil melonggarkan dasi
yang rasanya mencekik lehernya. Diia pulang lebih cepat malam ini dari
hari-hari biasanya. Bau wangi parfum Seohyun menyambutnya. Berarti tadi Seohyun
berada di apartemennya. Tiba-tiba YongHwa merasakan betapa kosongnya
apartemennya.
Sudah hampir seminggu ini YongHwa tak bertemu Seohyun dan hampir seminggu
ini pula YongHwa menyadari kehadiran Seohyun di apartemennya. Kerja Seohyun
mulai terlihat nyata. Gorden YongHwa kini telah berganti dengan warna keemasan
dengan garis-garis hitam yang semakin mempertajam warna keemasannya.
Ruang utama apartemennya sudah hampir selesai. Ada beberapa photo dirinya
dengan siluet hitam berbingai keemasan tergantung di salah satu dinding yang di
cat dengan warna hitam oleh Seohyun.
Ruangannya sudah terasa begita nyaman dan membuatnya betah berlama-lama.
Dan yang baru hari ini adalah Sofa yang di milikinya sudah berganti. Lebih
besar dengan sarung sofa bergaris-garis hitam putih dengan bantal-bantal mungil
lucu dengan corak hitam dan putih dengan dua kursi berlengan dengan bantalan
kursi hitam putih seperti sofa. Meja kopinya juga sudah berganti. Lebih besar
dan lebih pendek dari yang di milikinya dulu. Tapi bentuknya yang unik
menyerupai kotak tua usang dengan beberapa tempelan stiker pengiriman di
beberapa sisi kiri kanannya dengan laci yang bisa di buka untuk meletakkan
majalah ataupun koran.
Tidak ada dari perubahan tersebut yang tidak membuat YongHwa terpesona.
Seohyun benar-benar seorang penata ruangan yang handal. Hasil kerjanya
menunjukkan kecerdasannya. Walaupun bertema hitam putih klasik, ruangan
tersebut jauh dari suram karena permainan lampu sorot yang menyorot setiap
detil yang perlu di tonjolkan. Bar dan dapurnya juga sudah sesuai dengan yang
di inginkannya.
Satu-satunya yang belum tersentuh adalah kamar tidurnya.
Apakah Seohyun melewatkan kamar tidurnya ?
YongHwa menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Apa yang sedang di lakukan Seohyun
sekarang ? Mungkin dia sedang tidur karena kelelahan setelah mengerjakan semua
ini. Atau apakah dia sedang menikmati malam ini dengan kedua pria tampan yang
tinggal bersamanya ?
YongHwa menggaruk kepalanya yang tak gatal hingga rambutnya menjadi
berantakan. Perasaan rindu mendera keletihannya. Sekeras apapun dia mencoba
menenggelamkan dirinya dalam kesibukan kerja, wajah Seohyun selalu
mengganggunya.
Setiap malam dia berusaha melupakan bagaimana hangatnya tubuh Seohyun
berada dalam pelukannya. Meraba setiap jengkal tubuhnya, merasakan desahannya
dan menikmati bibirnya yang menggoda. Dan itu benar-benar menyiksanya. Beberapa
hari ini Yonghwa bahkan mengencani beberapa wanita dan mengajak mereka ke
pesta-pesta yang biasa di adakan oleh kaum bisnis untuk menambah relasi,
sayangnya YongHwa selalu meninggalkan pesta dan teman kencannya di
tengah-tengah acara. Karena pikirannya selalu melayang ke pemilik mata yang
berbinar-binar dalam pelukannya.
Sepertinya, walaupun terasa sangat ingin di ingkarinya, dia sudah jatuh
cinta kepada Seohyun. YongHwa cuma berharap DongHue tidak akan menatapnya
dengan pandangan – kan aku sudah bilang apa .
Masalahnya adalah apakah Seohyun mencintainya ?
Saat pikirannya sedang melayang terdengar bunyi kunci pintu yang terbuka
dan Seohyun masuk bertelanjang kaki sambil membawa sebuah kardus besar di
tangannya. Ada keterkejutan di mata Seohyun saat di lihatnya YongHwa sedang
duduk di sofa.
“ Oh kau sudah pulang, kalau begitu besok saja aku datang lagi “, lalu
secepat kilat Seohyun berbalik dan menutup pintu apartemen bahkan sebelum
YongHwa sadar dari keterpakuannya dan buru-buru bangkit dan mengejar Seohyun.
Sialnya karena Seohyun tinggal di sebelah apartemennya, maka bukanlah hal sulit
untuk secepatnya kembali ke apartemennya., YongHwa hanya mendapati koridor yang
sepi dan bunyi pintu apartemen yang baru saja tertutup.
Yonghwa kembali menutup pintu apartemennya. Walaupun sekejap, Yonghwa bisa
melihat penampilan Seohyun yang bertelanjang kaki dengan celana jeans pendek
dan baju kaos ketat serta sebuah scarf yang menutupi kepalanya, wajahnya tanpa
make up dan bibirnya hanya di beri pelembab.
Apakah selama ini Seohyun selalu berpenampilan seperti itu saat menata rumahnya
? Dan apakah kedua pria tersebut ikut
menemaninya ? membantunya mengatur ini itu dan mengangkat barang-barang yang
berat ?
Siapa sih sebenarnya kedua laki-laki itu ??
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon