CHAPTER
FIVE
Tepat jam delapan malam Seohyun membunyikan bel apartemen YongHwa, tidak
lama kemudian YongHwa membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk. Malam ini
setelah beberapa kali melihat YongHwa dengan setelan jas dan kemeja, malam ini
YongHwa terlihat lebih santai dengan celana jeans hitam yang bagai melekat ke
tubuhnya dan kaos polo berkerah berwarna hitam pula. Untuk sesaat Seohyun
berpikir, apakah yongHwa sedang berduka cita dengan kedatangannya.
Seohyun melangkah masuk dan mendapati cahaya lampu temaram di dalam
apartemen YongHwa dan YongHwa sendiri sedang memegang dua batang lilin yang
belum di nyalakan.
“ Apakah kau sudah makan malam ? “, tanya YongHwa. Dengan sedikit bingung
Seohyun menggeleng. Dia terlalu tegang untuk menyempatkan dirinya makan malam.
“ Baguslah kalau begitu, kita makan malam dulu baru kemudian kita bicara bisnis
“.
YongHwa menyerahkan dua batang lilin yang di pegangnya kepada Seohyun lalu
mengintruksikan agar Seohyun membawanya ke meja makan yang ternyata sudah di
atur khusus untuk dua orang dan ada dua tatakan lilin kosong di meja tersebut.
“ Sepertinya ini terlalu berlebihan “, ucap Seohyun.
“ Hanya makanan biasa kok, apakah kau suka chinese food ? “, tanya YongHwa
sambil membawa masuk beberapa kotak kecil di tangannya. “ Tadi kebetulan aku
melewati sebuah rumah makan China saat pulang dari meeting dengan salah satu
rekan bisnis. Aku pikir tak ada salahnya aku singgah dan membeli beberapa untuk
kita makan “, kata YongHwa sambil meletakan kotak-kotak kecil tersebut di meja.
Lalu kembali berjalan ke dapur dan kembali membawa beberapa piring kosong dan
juga beberapa kotak kecil lainnya.
Seohyun kemudian membantu YongHwa memindahkan makanan dari dalam kotak ke
piring saji. Dan dari apa yang di lihatnya, jelas ini bukan makan malam yang
hanya makanan sederhana. Karena sekarang di atas meja makan ada lebih dari
delapan macam masakan walaupun dengan porsi yang tidak banyak cukup untuk dua
orang tapi tetap terlihat tidak sederhana.
YongHwa lalu menyalakan lilin lalu berjalan ke arah bar dan membawa sebotol
White Wine. Suasana jadi terasa romantis.
“ Anggur putih ? “, tanya Seohyun. “ Ok, ini bukan makan malam biasa.
Apakah kau sedang merayakan sesuatu ? “.
“ Sebenarnya ini semua adalah permohonan maafku atas apa yang terjadi
kemarin malam. Maaf karena sudah mengacuhkanmu di pesta pernikahan itu “, jawab
YongHwa sambil menarik kursi dan mempersilahkan Seohyun duduk. Lalu berjalan
mengitari meja lalu duduk di kursi tepat di depan Seohyun.
“ Bukankah kemarin kau sudah membayarnya dengan segelas sampanye ? “,
Seohyun mengingatkan.
“ Itu tidak cukup. Dan bagaimana kalau kita makan sekarang saja, aku sudah
lapar “, dan Yonghwa memulai suapan pertamanya.
Seohyun menikmati makanannya tanpa suara. Mencoba menerka-nerka ada maksud
apa di balik makan malam ini. Apakah YongHwa sedang merayunya ? jangan-jangan
tawaran menata apartemennya hanyalah akal-akalan semata ? mata Seohyun menyipit
dan keningnya mengerut memikirkan kemungkinan-kemungkinan tersebut.
“ Berhentilah berpikir, ini hanya makan malam “, ucap YongHwa sambil
tersenyum. Seohyun menundukkan kepalanya menatap piringnya. “ Setelah ini kita
akan membahas ide-ide menata apartemenku ini. Kau lihat kan betapa monotannya
penataan apartemenku ini “, kata YongHwa lagi mencoba membuat suasana menjadi
lebih santai. Dan topik seputar pekerjaan sudah pasti menjadi topik yang santai
bagi Seohyun.
“ Dengan lampu temaram seperti ini, rasanya aku belum bisa menarik
kesimpulan apa-apa “, kata Seohyun sambil memasukkan potongan ayam goreng yang
di beri saus madu yang sangat lezat. Mata Seohyun tertutup merasakan ayam
tersebut meleleh dalam mulutnya. Lembut dan garing secara bersamaan. “ Uumm... Enak
sekali “, guman Seohyun dengan ekspresi yang menampakkan maksudnya.
YongHwa menatapnya dengan tatapan terpesona. Dan hanya karena Seohyun
mengekspresikan makanan yang di makanannya pun membuat YongHwa merasa ingin
menarik Seohyun ke dalam pelukannya dan mengecup bibirnya yang pasti akan
terasa manis dan menggairahkan.
Yah !!
♥ ♥ ♥
Setelah membersihan sisa makan malam dan memasukkan piring-piring kotor ke
dalam mesin pencuci. YongHwa menyalakan lampu ruangan dan akhirnya Seohyun bisa
melihat keseluruhan apartemen YongHwa.
Apartemen YongHwa sebenarnya sudah tepat untuk tipikal orang seperti
YongHwa. Bagi seorang pebisnis muda, apartemen mereka kemungkinan besar hanya
merupakan tempat persinggahan. Dan penataan ruangan yang minimalis perabot dan
hanya menempatkan perabot yang sesuai dengan fungsinya.
Bersyukur bahwa sebuah lukisan abstrak cerah cukup menghidupkan ruangan
tersebut.
“ Bagaimana ? “, tanya YongHwa setelah membiarkan Seohyun mengamati ruangan
inti apartemennya.
“ Aku rasa penataannya cukup bagus. Bahkan sejujurnya aku merasa
apartemenmu ini tidak membutuhkan perubahan
apa pun juga “, jawab Seohyun sambil masih mengamati beberapa hal kecil di
ruangan tersebut.
YongHwa tidak senang mendengarnya. “ Tapi apartemen ini terlalu monoton.
Aku ingin apartemenku menjadi hangat, nyaman dan membuatku betah berlama-lama
di dalamnya, bukan hanya sekedar berganti pakaian dan tidur dan bukannya
seorang penata ruangan tidak seharusnya mengatakan hal tersebut kepada calon
kliennya ? “.
Seohyun menyimak perkataan YongHwa. Mengambil buku catatan kecil yang di
bawanya lalu mulai menuliskan beberapa hal di buku tersebut.
“ Sebenarnya tergantung “, jawab Seohyun setelah menutup buku catatannya. “
Tapi kalau pemilik apartemen memang betul-betul memerlukan perubahan, seorang
penata ruangan akan dengan senang hati melakukannya “.
“ Baguslah kalau begitu “, ucap YongHwa senang. “ Bagaimana kalau kau
melihat amar tidurnya ? “.
“ Tidak perlu “, jawab Seohyun pendek membuat YongHwa sekali lagi kecewa.
Ada apa sih dengan dirinya ? Apakah sebegitu perlunya memaksa Seohyun untuk
melihat kamar tidurnya ?
“ Tapi kau akan menata semua ruangan bukan ? “.
“ Aku akan melihatnya besok saat kau berangkat ke kantor. Kau bisa kan meminjamkan
kunci apartemenmu padaku ? “.
Kau bahkan bisa meminjam diriku, ucap YongHwa dalam hati. “ Tentu saja “,
sahut YongHwa.
Keduanya lalu berjalan menuju sofa. Dan YongHwa mempersilahkan Seohyun
duduk. Bersyukur bahwa Seohyun tidak mempertanyakan mengapa di ruangan tersebut
hanya ada satu sofa itupun sofa khusus untuk dua orang dan tidak ada kursi
lainnya kecuali tentu saja kursi bar dan kursi meja makan.
Sambil duduk Seohyun kembali membuka buku catatannya. Kembali menuliskan
sesuatu di dalamnya. Karena jarak duduk mereka yang cukup dekat, YongHwa bisa
mengintip apa yang sedang di tulis Seohyun di buku tersebut. Nyaman dan hangat,
itulah yang bisa YongHwa baca sekilas.
“ Bisakah kau memberiku ide, apa yang kau inginkan untuk ruangan ini ? “,
tanya Seohyun sambil perpaling ke arah YongHwa dan mengerutkan dahinya tapi
kemudian terlihat acuh.
“ Aku selalu menginginkan apartemenku ada nuansa putih dan lampu-lampu yang
keemasan dengan kesan jantan namun hangat “, jawab YongHwa.
Seohyun kembali mencatat apa yang di ucapkan YongHwa.
Mengamati Seohyun dari jarak yang dekat membuat YongHwa bisa mengamati
setiap lekuk dari wajah Seohyun. Lipitan kecil di matanya, pipinya yang halus
dan pasti sangat lembut saat di belai, bibirnya yang malam ini di poles dengan
lipstik berwarna merah namun tidak terlalu menyolok. Begitu menggoda, mungkin
sebuah kecupan sebagai bonus makan malam ?
YongHwa tiba-tiba teringat sesuatu yang tadi dirasakannya ada yang terlupa
saat makan malam. Fortune Cookies. Mengapa YongHwa melupakan kue keberuntungan
tersebut. Makan malam mereka belum lengkap tanpa Fortune Cookies !
YongHwa berdiri cepat dari sofa dan berjalan ke dapur lalu kembali dengan
membawa kantong kecil dari kertas beserta dua buah gelas berisi anggur putih
lalu di letakkannya di meja kopi di depan Seohyun.
“ Kita melupakan ini “, sahut YongHwa sambil mengacungkan kantong kertas
kecil di tangannya.
“ Kita melupakan fortune cookiesnya “, tebak Seohyun sambil tertawa kecil.
“ Benar sekali “, kata YongHwa sambil membuka kantong kertas tersebut dan
meminta Seohyun mengambil satu dari dua yang ada di dalam kantong kertas
tersebut.
Seohyun nampak ragu-ragu.
“ Ayolah, didalamnya hanya ada kue, tidak ada mahluk menjijikkan,
percayalah ! “.
Seohyun meringis mengetahu YongHwa bisa membaca pikirannya. Lalu di
masukkannya tangannya meraih satu kue dari dalam kantong tersebut. lalu
kemudian YongHwa juga mengambil satu kue yang tersisa lalu meletakkan kantong
kertas tersebut ke atas meja.
“ Bagaimana kalau kita melihat peruntungan kita “, sambil berkata YongHwa
lalu mematahkan kue yang di pegangnya dan mengeluarkan gulungan kecil kertas
dari potongan kue tersebut.
“ Hal-hal baik akan terjadi padamu jika kau melakukan perbuatan baik “.
Well bukankah memang seperti itu ? YongHwa menggulung kembali kertas
tersebut. “ Bagaimana dengan kertas keberuntunganmu, apa yang di katakannya ?
“.
Seohyun mematahkan kuenya dan menarik kertas kecil dari dalamnya. “ Cinta itu seperti sebuah balon, kau hanya
perlu meniupkan udara segar agar dia menjadi lebih ringan “.
Cinta ? mengapa tiba-tiba topik itu muncul. Seohyun kembali menggulung
kertas tersebut lalu meraih kantong kertas dan memasukkan potongan kue tersebut
kedalamnya beserta gulungan kertas yang tadi dibacanya.
“ Entah keberuntungan entah quotes “, kata Yonghwa sambil tertawa.
“ Menurutu itu hanyalah sebuah kata – kata penyemangat “, ucap Seohyun
tersenyum. “ Kata DongHue, kau sangat tidak menyukai suasana pesta pernikahan ?
“.
“ Apakah dia bilang begitu ? “, tanya YongHwa balik. “ Tapi kenyataannya
kaulah yang terburu-buru meninggalakan pesta dengan tergesa-gesa karena kau
sedang menunggu seseorang “.
Seohyun tidak tahu harus bereaksi apa dengan kata-kata YongHwa. Tentu saja
Seohyun tahu siapa yang di maksud oleh YongHwa. Kedatangan JungShin kemarin
malam betul-betul di luar dugaannya.
“ JungShin sangat sulit untuk di usir “. Seohyun menjelaskan terus terang.
“ Kelihatannya dia baik dan menyenangkan “, komentar YongHwa dengan tatapan
meminta penjelasan lebih. “ kau pasti sudah lama mengenalnya ? “.
“ Ya, sudah cukup lama “, seumur hidupku malah, lanjut Seohyun dalam hati.
Dan jelas pula di tidak terlalu menyukai topik pembicaraan tersebut. Seohyun
terlihat menarik diri.
Seohyun yang penuh dengan misteri, guman YongHwa dalam hati.
“ Kira-kira bisa kau memberiku bayangan seperti apa kamar tidur yang kau
inginkan ? “, tanya Seohyun sambil kembali membuka buku catatannya.
“ Kamar tidur ? “, nada nakal terdengar dalam suara YongHwa.
“ Sepertinya itu yang aku katakan tadi “, kata Seohyun berhati-hati.
Topik yang sangat intim.
“ Aku suka kamar tidur yang di
dominasi oleh warna hitam dan putih. Dengan seprei berwarna hitam yang
akan membuat siapapun yang berbaring di atasnya akan mempunyai hasrat yang
membara dan ....... “. YongHwa terhenti ketika imajinasinya menciptakan
bagaimana Seohyun berbaring di ranjangnya dengan rambut yang terurai dan
tatapan yang penuh hasrat.
YongHwa kau sedang bermain api !
Seohyun menatap YongHwa, menunggu. “ Dan ? ‘, tanya Seohyun setelah YongHwa
tak juga menyelesaikan kalimatnya.
“ Dan membuat tidur menjadi lebih lelap “, kata YongHwa setelah bersusah
payah menelan ludah dan membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba kering. Di
raihnya gelas berisi white wine yang tadi di bawahnya dari dapur.
“ Hasrat membara dan membuat tidur lebih lelap “, guman Seohyun sambil
mencatat semua di dalam buku catatatannya. “ Hanya itu ? “, tanya Seohyun
setelah selesai menulis semua yang di katakan YongHwa.
“ Bagaimana kalau kau menambahkan dirimu ? “, YongHwa terkejut dengan apa
yang baru di katakannya. Melirik Seohyun yang tiba-tiba terdiam dan menjatuhkan
pena yang sedari tadi di pegangnya ke lantai.
Refleks keduanya bergerak menunduk hendak mengambil pena tersebut tapi
YongHwa malah memegang tangan Seohyun yang sudah lebih dahulu memungut pena
tersebut. Udara di ruangan tersebut tiba-tiba terasa berkurang dan membuat
keduanya menahan napas. Wajak Seohyun berada tepat di depan wajah YongHwa.
Tidak tahu harus berkata apa atau melakukan apa, Seohyun otomatis menjilat
bibirnya yang tiba-tiba terasa kering dan itu membuat YongHwa mengerang dan
tangannya lalu memegang wajah Seohyun lalu YongHwa mengecup bibir Seohyun.
Terkaget, Seohyun hampir saja tergelincir dari sofa, sehingga dia buru-buru
memegang kerah baju YongHwa sebagai pegangan tapi malah membuat dirinya semakin
merapat ke tubuh YongHwa. Sekali lagi YongHwa mengerang dan menarik Seohyun
lebih dekat dengan dirinya memeluk pinggang Seohyun dengan tangannya.
“ YongHwa “, bisik Seohyun dengan nada mendesah. Seohyun meleleh oleh
ciuman YongHwa membuat seluruh tubuhnya terasa panas.
YongHwa perlahan merebahkan Seohyun ke sofa lalu kemudian dia merebahkan
tubuhnya di samping tubuh Seohyun sambil tetap mencium Seohyun dengan penuh
hasrat. Tangannya mulai meraba punggung Seohyun, membelainya berulang-ulang
lalu perlahan menarik kemeja yang di kenakan Seohyun dan memasukkan tangannya
menyentuh punggung Seohyun dengan telapak tangannya membuat Seohyun merasa
terbakar.
“ Seohyun.......... kau sangat ......... mempesonaku “, bisik YongHwa di
antara napasnya yang tersengal karena ciuman yang mereka lakukan. Perlahan
tangan YongHwa meraba dada Seohyun dan merasakan ketegangan di balik bra
tersebut. Seohyun begitu menggairahkan.
Seohyun mendesah merasakan kenikmatan yang sangat hingga tak sadar dia
semakin menarik YongHwa merapat ketubuhnya sehingga dia bisa merasakan
ketegangan diantara paha YongHwa dan itu membuatnya merasa lebih berhasrat
lagi. Melupakan segalanya.
Suara bel dan gedoran di pintu membuyarkan segalanya. Seohyun tersentak
demikian pula YongHwa dan pandangan keduanya mengarah ke pintu apartemen
YongHwa.
“ Seohyun apakah kau ada di dalam ! “.
MinHyuk ! JungShin !
Seohyun tersentak lalu buru-buru mendorong YongHwa dan duduk di sofa dengan
napas yang memburu, hal yang sama di lakukan YongHwa. Keduanya bagaikan
sepasang remaja yang sedang kedapatan sedang bermesraan oleh kedua orang tua
mereka. Seohyun merasa wajahnya memerah, antara malu, hasrat dan kaget.
Kembali keduanya mendengar suara bel dan ketukan yang lebih mendekati suara
gedoran. YongHwalah yang lebih dahulu bergerak berdiri setelah berhasil
menguasai hasratnya.
“ Rapikanlah rambutmu dan bajumu “, bisik YongHwa dan setelah Seohyun
melakukan apa yang di suruhnya. YongHwa melangkah menuju ke pintu.
Buru-buru Seohyun mengambil buku dan penanya yang tergeletak pasrah di
lantai lalu membukanya dan pura-pura menuliskan sesuatu saat YongHwa membuka
pintu.
Jungshin dengan tubuhnya yang tinggi menyerbu masuk ke dalam apartemen
YongHwa di susul MinHyuk yang menatap YongHwa dengan pandangan penuh selidik,
nampak jelas dia tidak menyukai apa yang di lihatnya.
“ Mengapa pintunya di buka lama sekali ? “, JungShin bertanya menuntut
jawaban.
“ Kami sedang mendiskusikan penataan apartemen ini , maaf tadi kami sedang
mendiskusikan tentang penataan kamar mandi jadi kami tidak mendengar bel pintu
“, jawab YongHwa sambil menatap kearah Seohyun dan menatap Seohyun dengan pandangan
– kau tahu kan apa maksudku.
“ Kami tidak percaya ! “, ucap JungShin masih dengan nada suara yang tajam.
“ Mendiskusikan pekerjaan sambil
meminum anggur putih ? apakah kau sedang mencoba menggoda Seohyun ? “,
tuduh MinHyuk sambil berjalan mendekati Seohyun.
“ Kalian ini memang selalu curiga “. Kali ini suara Seohyun terdengar
lantang. Seohyun kemudian berdiri dan menutup buku yang di bawanya. “ Kami baru
saja menyelesaikan diskusi dan aku bermaksud untuk menyudahi pembicaraan kami
dan kembali ke apartemen tapi kalian seperti orang yang tak berpendidikan
menggedor pintu seakan kami sedang melakukan hal yang tak pantas “, dan memang
itulah yang terjadi, lanjut Seohyun yang tiba-tiba bersyukur atas gangguan
tersebut. Mungkin saja dia bisa berakhir di kamar YongHwa dengan keadaan
telanjang dan berkeringat.
Seohyun kemudian berjalan ke arah YongHwa. “ Aku akan mulai bekerja besok
saat kau sudah berangkat ke kantor “, ucap Seohyun sengaja menegaskan kata
berangkat ke kantor. “ Terima kasih untuk anggurnya. Aku tak akan
mengecewakanmu “.
Setelah berkata seperti itu Seohyun melangkah keluar apartemen meninggalkan
JungShin dan MinHyuk dan juga YongHwa.
JungShin berpaling dan mendekati YongHwa, tubuh tingginya menjulang membuat
YongHwa menengadahkan kepalanya untuk menatap wajahnya yang terlihat tidak
ramah.
“ Aku tahu apa yang sedang kau mainkan, Bung. Dan apapun itu hentikan saja
! “, ancam JungShin lalu berjalan keluar menyusul Seohyun sebelum YongHwa
sempat membuka mulutnya.
Pandangannya kini berarah ke MinHyuk yang masih menatapnya dengan pandangan
menuduh dengan kedua tangan yang di selipkan ke dalam saku celana jeansnya.
YongHwa mengangkat bahunya dan MinHyuk kemudian berjalan medekatinya.
“ Lain kali Bung “, ucap MinHyuk dengan suara setajam belati yang siap
merobek-robek perut YongHwa. “ Sebelum kau berbohong, bersihkan dulu mulutmu
dari noda lipstik yang menempel ! “. Dan MinHyuk keluar sambil membanting pintu
apartemen YongHwa.
YongHwa meraba bibirnya dengan ibu jarinya dan mendapati ibu jariinya
berwarna merah bekas lipstik Seohyun yang menempel.
Brengsek !
Sialan !
YongHwa memaki dirinya sendiri.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
2 komentar
Write komentarOmg,,minhyuk dan jungsin dtng disaat yg tdk tepat,,,tp ya sudahlah mungkin lain kali,,, hahahaha,,,maafkan diriku yg berpikiran liar ini kak zee,, hehehe,,
ReplyOmg,,minhyuk dan jungsin dtng disaat yg tdk tepat,,,tp ya sudahlah mungkin lain kali,,, hahahaha,,,maafkan diriku yg berpikiran liar ini kak zee,, hehehe,,
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon