#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YOU AND ME AND MY THREE BROTHERS



CHAPTER FIVE

Tepat jam delapan malam Seohyun membunyikan bel apartemen YongHwa, tidak lama kemudian YongHwa membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk. Malam ini setelah beberapa kali melihat YongHwa dengan setelan jas dan kemeja, malam ini YongHwa terlihat lebih santai dengan celana jeans hitam yang bagai melekat ke tubuhnya dan kaos polo berkerah berwarna hitam pula. Untuk sesaat Seohyun berpikir, apakah yongHwa sedang berduka cita dengan kedatangannya.
Seohyun melangkah masuk dan mendapati cahaya lampu temaram di dalam apartemen YongHwa dan YongHwa sendiri sedang memegang dua batang lilin yang belum di nyalakan.
“ Apakah kau sudah makan malam ? “, tanya YongHwa. Dengan sedikit bingung Seohyun menggeleng. Dia terlalu tegang untuk menyempatkan dirinya makan malam. “ Baguslah kalau begitu, kita makan malam dulu baru kemudian kita bicara bisnis “.
YongHwa menyerahkan dua batang lilin yang di pegangnya kepada Seohyun lalu mengintruksikan agar Seohyun membawanya ke meja makan yang ternyata sudah di atur khusus untuk dua orang dan ada dua tatakan lilin kosong di meja tersebut.
“ Sepertinya ini terlalu berlebihan “, ucap Seohyun.
“ Hanya makanan biasa kok, apakah kau suka chinese food ? “, tanya YongHwa sambil membawa masuk beberapa kotak kecil di tangannya. “ Tadi kebetulan aku melewati sebuah rumah makan China saat pulang dari meeting dengan salah satu rekan bisnis. Aku pikir tak ada salahnya aku singgah dan membeli beberapa untuk kita makan “, kata YongHwa sambil meletakan kotak-kotak kecil tersebut di meja. Lalu kembali berjalan ke dapur dan kembali membawa beberapa piring kosong dan juga beberapa kotak kecil lainnya.
Seohyun kemudian membantu YongHwa memindahkan makanan dari dalam kotak ke piring saji. Dan dari apa yang di lihatnya, jelas ini bukan makan malam yang hanya makanan sederhana. Karena sekarang di atas meja makan ada lebih dari delapan macam masakan walaupun dengan porsi yang tidak banyak cukup untuk dua orang tapi tetap terlihat tidak sederhana.
YongHwa lalu menyalakan lilin lalu berjalan ke arah bar dan membawa sebotol White Wine. Suasana jadi terasa romantis.
“ Anggur putih ? “, tanya Seohyun. “ Ok, ini bukan makan malam biasa. Apakah kau sedang merayakan sesuatu ? “.
“ Sebenarnya ini semua adalah permohonan maafku atas apa yang terjadi kemarin malam. Maaf karena sudah mengacuhkanmu di pesta pernikahan itu “, jawab YongHwa sambil menarik kursi dan mempersilahkan Seohyun duduk. Lalu berjalan mengitari meja lalu duduk di kursi tepat di depan Seohyun.
“ Bukankah kemarin kau sudah membayarnya dengan segelas sampanye ? “, Seohyun mengingatkan.
“ Itu tidak cukup. Dan bagaimana kalau kita makan sekarang saja, aku sudah lapar “, dan Yonghwa memulai suapan pertamanya.
Seohyun menikmati makanannya tanpa suara. Mencoba menerka-nerka ada maksud apa di balik makan malam ini. Apakah YongHwa sedang merayunya ? jangan-jangan tawaran menata apartemennya hanyalah akal-akalan semata ? mata Seohyun menyipit dan keningnya mengerut memikirkan kemungkinan-kemungkinan tersebut.
“ Berhentilah berpikir, ini hanya makan malam “, ucap YongHwa sambil tersenyum. Seohyun menundukkan kepalanya menatap piringnya. “ Setelah ini kita akan membahas ide-ide menata apartemenku ini. Kau lihat kan betapa monotannya penataan apartemenku ini “, kata YongHwa lagi mencoba membuat suasana menjadi lebih santai. Dan topik seputar pekerjaan sudah pasti menjadi topik yang santai bagi Seohyun.
“ Dengan lampu temaram seperti ini, rasanya aku belum bisa menarik kesimpulan apa-apa “, kata Seohyun sambil memasukkan potongan ayam goreng yang di beri saus madu yang sangat lezat. Mata Seohyun tertutup merasakan ayam tersebut meleleh dalam mulutnya. Lembut dan garing secara bersamaan. “ Uumm... Enak sekali “, guman Seohyun dengan ekspresi yang menampakkan maksudnya.
YongHwa menatapnya dengan tatapan terpesona. Dan hanya karena Seohyun mengekspresikan makanan yang di makanannya pun membuat YongHwa merasa ingin menarik Seohyun ke dalam pelukannya dan mengecup bibirnya yang pasti akan terasa manis dan menggairahkan.
Yah !!

♥ ♥ ♥

Setelah membersihan sisa makan malam dan memasukkan piring-piring kotor ke dalam mesin pencuci. YongHwa menyalakan lampu ruangan dan akhirnya Seohyun bisa melihat keseluruhan apartemen YongHwa.
Apartemen YongHwa sebenarnya sudah tepat untuk tipikal orang seperti YongHwa. Bagi seorang pebisnis muda, apartemen mereka kemungkinan besar hanya merupakan tempat persinggahan. Dan penataan ruangan yang minimalis perabot dan hanya menempatkan perabot yang sesuai dengan fungsinya.
Bersyukur bahwa sebuah lukisan abstrak cerah cukup menghidupkan ruangan tersebut.
“ Bagaimana ? “, tanya YongHwa setelah membiarkan Seohyun mengamati ruangan inti apartemennya.
“ Aku rasa penataannya cukup bagus. Bahkan sejujurnya aku merasa apartemenmu ini tidak membutuhkan  perubahan apa pun juga “, jawab Seohyun sambil masih mengamati beberapa hal kecil di ruangan tersebut.
YongHwa tidak senang mendengarnya. “ Tapi apartemen ini terlalu monoton. Aku ingin apartemenku menjadi hangat, nyaman dan membuatku betah berlama-lama di dalamnya, bukan hanya sekedar berganti pakaian dan tidur dan bukannya seorang penata ruangan tidak seharusnya mengatakan hal tersebut kepada calon kliennya ? “.
Seohyun menyimak perkataan YongHwa. Mengambil buku catatan kecil yang di bawanya lalu mulai menuliskan beberapa hal di buku tersebut.
“ Sebenarnya tergantung “, jawab Seohyun setelah menutup buku catatannya. “ Tapi kalau pemilik apartemen memang betul-betul memerlukan perubahan, seorang penata ruangan akan dengan senang hati melakukannya “.
“ Baguslah kalau begitu “, ucap YongHwa senang. “ Bagaimana kalau kau melihat amar tidurnya ? “.
“ Tidak perlu “, jawab Seohyun pendek membuat YongHwa sekali lagi kecewa.
Ada apa sih dengan dirinya ? Apakah sebegitu perlunya memaksa Seohyun untuk melihat kamar tidurnya ?
“ Tapi kau akan menata semua ruangan bukan ? “.
“ Aku akan melihatnya besok saat kau berangkat ke kantor. Kau bisa kan meminjamkan kunci apartemenmu padaku ? “.
Kau bahkan bisa meminjam diriku, ucap YongHwa dalam hati. “ Tentu saja “, sahut YongHwa.
Keduanya lalu berjalan menuju sofa. Dan YongHwa mempersilahkan Seohyun duduk. Bersyukur bahwa Seohyun tidak mempertanyakan mengapa di ruangan tersebut hanya ada satu sofa itupun sofa khusus untuk dua orang dan tidak ada kursi lainnya kecuali tentu saja kursi bar dan kursi meja makan.
Sambil duduk Seohyun kembali membuka buku catatannya. Kembali menuliskan sesuatu di dalamnya. Karena jarak duduk mereka yang cukup dekat, YongHwa bisa mengintip apa yang sedang di tulis Seohyun di buku tersebut. Nyaman dan hangat, itulah yang bisa YongHwa baca sekilas.
“ Bisakah kau memberiku ide, apa yang kau inginkan untuk ruangan ini ? “, tanya Seohyun sambil perpaling ke arah YongHwa dan mengerutkan dahinya tapi kemudian terlihat acuh.
“ Aku selalu menginginkan apartemenku ada nuansa putih dan lampu-lampu yang keemasan dengan kesan jantan namun hangat “, jawab YongHwa.
Seohyun kembali mencatat apa yang di ucapkan YongHwa.
Mengamati Seohyun dari jarak yang dekat membuat YongHwa bisa mengamati setiap lekuk dari wajah Seohyun. Lipitan kecil di matanya, pipinya yang halus dan pasti sangat lembut saat di belai, bibirnya yang malam ini di poles dengan lipstik berwarna merah namun tidak terlalu menyolok. Begitu menggoda, mungkin sebuah kecupan sebagai bonus makan malam ?
YongHwa tiba-tiba teringat sesuatu yang tadi dirasakannya ada yang terlupa saat makan malam. Fortune Cookies. Mengapa YongHwa melupakan kue keberuntungan tersebut. Makan malam mereka belum lengkap tanpa Fortune Cookies !
YongHwa berdiri cepat dari sofa dan berjalan ke dapur lalu kembali dengan membawa kantong kecil dari kertas beserta dua buah gelas berisi anggur putih lalu di letakkannya di meja kopi di depan Seohyun.
“ Kita melupakan ini “, sahut YongHwa sambil mengacungkan kantong kertas kecil di tangannya.
“ Kita melupakan fortune cookiesnya “, tebak Seohyun sambil tertawa kecil.
“ Benar sekali “, kata YongHwa sambil membuka kantong kertas tersebut dan meminta Seohyun mengambil satu dari dua yang ada di dalam kantong kertas tersebut.
Seohyun nampak ragu-ragu.
“ Ayolah, didalamnya hanya ada kue, tidak ada mahluk menjijikkan, percayalah ! “.
Seohyun meringis mengetahu YongHwa bisa membaca pikirannya. Lalu di masukkannya tangannya meraih satu kue dari dalam kantong tersebut. lalu kemudian YongHwa juga mengambil satu kue yang tersisa lalu meletakkan kantong kertas tersebut ke atas meja.
“ Bagaimana kalau kita melihat peruntungan kita “, sambil berkata YongHwa lalu mematahkan kue yang di pegangnya dan mengeluarkan gulungan kecil kertas dari potongan kue tersebut.
 “ Hal-hal baik akan terjadi padamu jika kau melakukan perbuatan baik “.
Well bukankah memang seperti itu ? YongHwa menggulung kembali kertas tersebut. “ Bagaimana dengan kertas keberuntunganmu, apa yang di katakannya ? “.
Seohyun mematahkan kuenya dan menarik kertas kecil dari dalamnya. “ Cinta itu seperti sebuah balon, kau hanya perlu meniupkan udara segar agar dia menjadi lebih ringan “.
Cinta ? mengapa tiba-tiba topik itu muncul. Seohyun kembali menggulung kertas tersebut lalu meraih kantong kertas dan memasukkan potongan kue tersebut kedalamnya beserta gulungan kertas yang tadi dibacanya.
“ Entah keberuntungan entah quotes “, kata Yonghwa sambil tertawa.
“ Menurutu itu hanyalah sebuah kata – kata penyemangat “, ucap Seohyun tersenyum. “ Kata DongHue, kau sangat tidak menyukai suasana pesta pernikahan ? “.
“ Apakah dia bilang begitu ? “, tanya YongHwa balik. “ Tapi kenyataannya kaulah yang terburu-buru meninggalakan pesta dengan tergesa-gesa karena kau sedang menunggu seseorang “.
Seohyun tidak tahu harus bereaksi apa dengan kata-kata YongHwa. Tentu saja Seohyun tahu siapa yang di maksud oleh YongHwa. Kedatangan JungShin kemarin malam betul-betul di luar dugaannya.
“ JungShin sangat sulit untuk di usir “. Seohyun menjelaskan terus terang.
“ Kelihatannya dia baik dan menyenangkan “, komentar YongHwa dengan tatapan meminta penjelasan lebih. “ kau pasti sudah lama mengenalnya ? “.
“ Ya, sudah cukup lama “, seumur hidupku malah, lanjut Seohyun dalam hati. Dan jelas pula di tidak terlalu menyukai topik pembicaraan tersebut. Seohyun terlihat menarik diri.
Seohyun yang penuh dengan misteri, guman YongHwa dalam hati.
“ Kira-kira bisa kau memberiku bayangan seperti apa kamar tidur yang kau inginkan ? “, tanya Seohyun sambil kembali membuka buku catatannya.
“ Kamar tidur ? “, nada nakal terdengar dalam suara YongHwa.
“ Sepertinya itu yang aku katakan tadi “, kata Seohyun berhati-hati.
Topik yang sangat intim.
“ Aku suka kamar tidur yang di  dominasi oleh warna hitam dan putih. Dengan seprei berwarna hitam yang akan membuat siapapun yang berbaring di atasnya akan mempunyai hasrat yang membara dan ....... “. YongHwa terhenti ketika imajinasinya menciptakan bagaimana Seohyun berbaring di ranjangnya dengan rambut yang terurai dan tatapan yang penuh hasrat.
YongHwa kau sedang bermain api !
Seohyun menatap YongHwa, menunggu. “ Dan ? ‘, tanya Seohyun setelah YongHwa tak juga menyelesaikan kalimatnya.
“ Dan membuat tidur menjadi lebih lelap “, kata YongHwa setelah bersusah payah menelan ludah dan membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba kering. Di raihnya gelas berisi white wine yang tadi di bawahnya dari dapur.
“ Hasrat membara dan membuat tidur lebih lelap “, guman Seohyun sambil mencatat semua di dalam buku catatatannya. “ Hanya itu ? “, tanya Seohyun setelah selesai menulis semua yang di katakan YongHwa.
“ Bagaimana kalau kau menambahkan dirimu ? “, YongHwa terkejut dengan apa yang baru di katakannya. Melirik Seohyun yang tiba-tiba terdiam dan menjatuhkan pena yang sedari tadi di pegangnya ke lantai.
Refleks keduanya bergerak menunduk hendak mengambil pena tersebut tapi YongHwa malah memegang tangan Seohyun yang sudah lebih dahulu memungut pena tersebut. Udara di ruangan tersebut tiba-tiba terasa berkurang dan membuat keduanya menahan napas. Wajak Seohyun berada tepat di depan wajah YongHwa.
Tidak tahu harus berkata apa atau melakukan apa, Seohyun otomatis menjilat bibirnya yang tiba-tiba terasa kering dan itu membuat YongHwa mengerang dan tangannya lalu memegang wajah Seohyun lalu YongHwa mengecup bibir Seohyun.
Terkaget, Seohyun hampir saja tergelincir dari sofa, sehingga dia buru-buru memegang kerah baju YongHwa sebagai pegangan tapi malah membuat dirinya semakin merapat ke tubuh YongHwa. Sekali lagi YongHwa mengerang dan menarik Seohyun lebih dekat dengan dirinya memeluk pinggang Seohyun dengan tangannya.
“ YongHwa “, bisik Seohyun dengan nada mendesah. Seohyun meleleh oleh ciuman YongHwa membuat seluruh tubuhnya terasa panas.
YongHwa perlahan merebahkan Seohyun ke sofa lalu kemudian dia merebahkan tubuhnya di samping tubuh Seohyun sambil tetap mencium Seohyun dengan penuh hasrat. Tangannya mulai meraba punggung Seohyun, membelainya berulang-ulang lalu perlahan menarik kemeja yang di kenakan Seohyun dan memasukkan tangannya menyentuh punggung Seohyun dengan telapak tangannya membuat Seohyun merasa terbakar.
“ Seohyun.......... kau sangat ......... mempesonaku “, bisik YongHwa di antara napasnya yang tersengal karena ciuman yang mereka lakukan. Perlahan tangan YongHwa meraba dada Seohyun dan merasakan ketegangan di balik bra tersebut. Seohyun begitu menggairahkan.
Seohyun mendesah merasakan kenikmatan yang sangat hingga tak sadar dia semakin menarik YongHwa merapat ketubuhnya sehingga dia bisa merasakan ketegangan diantara paha YongHwa dan itu membuatnya merasa lebih berhasrat lagi. Melupakan segalanya.
Suara bel dan gedoran di pintu membuyarkan segalanya. Seohyun tersentak demikian pula YongHwa dan pandangan keduanya mengarah ke pintu apartemen YongHwa.
“ Seohyun apakah kau ada di dalam ! “.
MinHyuk ! JungShin !
Seohyun tersentak lalu buru-buru mendorong YongHwa dan duduk di sofa dengan napas yang memburu, hal yang sama di lakukan YongHwa. Keduanya bagaikan sepasang remaja yang sedang kedapatan sedang bermesraan oleh kedua orang tua mereka. Seohyun merasa wajahnya memerah, antara malu, hasrat dan kaget.
Kembali keduanya mendengar suara bel dan ketukan yang lebih mendekati suara gedoran. YongHwalah yang lebih dahulu bergerak berdiri setelah berhasil menguasai hasratnya.
“ Rapikanlah rambutmu dan bajumu “, bisik YongHwa dan setelah Seohyun melakukan apa yang di suruhnya. YongHwa melangkah menuju ke pintu.
Buru-buru Seohyun mengambil buku dan penanya yang tergeletak pasrah di lantai lalu membukanya dan pura-pura menuliskan sesuatu saat YongHwa membuka pintu.
Jungshin dengan tubuhnya yang tinggi menyerbu masuk ke dalam apartemen YongHwa di susul MinHyuk yang menatap YongHwa dengan pandangan penuh selidik, nampak jelas dia tidak menyukai apa yang di lihatnya.
“ Mengapa pintunya di buka lama sekali ? “, JungShin bertanya menuntut jawaban.
“ Kami sedang mendiskusikan penataan apartemen ini , maaf tadi kami sedang mendiskusikan tentang penataan kamar mandi jadi kami tidak mendengar bel pintu “, jawab YongHwa sambil menatap kearah Seohyun dan menatap Seohyun dengan pandangan – kau tahu kan apa maksudku.
“ Kami tidak percaya ! “, ucap JungShin masih dengan nada suara yang tajam.
“ Mendiskusikan pekerjaan sambil  meminum anggur putih ? apakah kau sedang mencoba menggoda Seohyun ? “, tuduh MinHyuk sambil berjalan mendekati Seohyun.
“ Kalian ini memang selalu curiga “. Kali ini suara Seohyun terdengar lantang. Seohyun kemudian berdiri dan menutup buku yang di bawanya. “ Kami baru saja menyelesaikan diskusi dan aku bermaksud untuk menyudahi pembicaraan kami dan kembali ke apartemen tapi kalian seperti orang yang tak berpendidikan menggedor pintu seakan kami sedang melakukan hal yang tak pantas “, dan memang itulah yang terjadi, lanjut Seohyun yang tiba-tiba bersyukur atas gangguan tersebut. Mungkin saja dia bisa berakhir di kamar YongHwa dengan keadaan telanjang dan berkeringat.
Seohyun kemudian berjalan ke arah YongHwa. “ Aku akan mulai bekerja besok saat kau sudah berangkat ke kantor “, ucap Seohyun sengaja menegaskan kata berangkat ke kantor. “ Terima kasih untuk anggurnya. Aku tak akan mengecewakanmu “.
Setelah berkata seperti itu Seohyun melangkah keluar apartemen meninggalkan JungShin dan MinHyuk dan juga YongHwa.
JungShin berpaling dan mendekati YongHwa, tubuh tingginya menjulang membuat YongHwa menengadahkan kepalanya untuk menatap wajahnya yang terlihat tidak ramah.
“ Aku tahu apa yang sedang kau mainkan, Bung. Dan apapun itu hentikan saja ! “, ancam JungShin lalu berjalan keluar menyusul Seohyun sebelum YongHwa sempat membuka mulutnya.
Pandangannya kini berarah ke MinHyuk yang masih menatapnya dengan pandangan menuduh dengan kedua tangan yang di selipkan ke dalam saku celana jeansnya. YongHwa mengangkat bahunya dan MinHyuk kemudian berjalan medekatinya.
“ Lain kali Bung “, ucap MinHyuk dengan suara setajam belati yang siap merobek-robek perut YongHwa. “ Sebelum kau berbohong, bersihkan dulu mulutmu dari noda lipstik yang menempel ! “. Dan MinHyuk keluar sambil membanting pintu apartemen YongHwa.
YongHwa meraba bibirnya dengan ibu jarinya dan mendapati ibu jariinya berwarna merah bekas lipstik Seohyun yang menempel.
Brengsek !
Sialan !
YongHwa memaki dirinya sendiri.



♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
11 Desember 2016 pukul 23.54 delete

Omg,,minhyuk dan jungsin dtng disaat yg tdk tepat,,,tp ya sudahlah mungkin lain kali,,, hahahaha,,,maafkan diriku yg berpikiran liar ini kak zee,, hehehe,,

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
11 Desember 2016 pukul 23.54 delete

Omg,,minhyuk dan jungsin dtng disaat yg tdk tepat,,,tp ya sudahlah mungkin lain kali,,, hahahaha,,,maafkan diriku yg berpikiran liar ini kak zee,, hehehe,,

Reply
avatar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥