#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

ACCIDENTALLY WE MARRIED !!




CHAPTER TWENTY FIVE

Seohyun membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa sedikit sakit di bagian paling sensitif di tubuhnya. Merasakan tubuh Yonghwa yang memeluknya membuatnya mengingat apa yang telah mereka lakukan semalam.
Mereka melakukannya. Penuh hasrat yang seakan tak pernah terpenuhi. Seohyun merasa pipinya merona mengingat betapa liarnya dirinya semalam dalam pelukan Yonghwa meminta dan terus meminta.
Ya Tuhan.
“ Kau sudah bangun ? “. Sebuah bisikan di telinga Seohyun membuat Seohyun mendongak dan mendapati Yonghwa yang sedang tersenyum menatapnya penuh cinta.
Cinta ?
Tidak tidak tidak. Tidak boleh ada cinta. Cinta bisa membunuh, Seohyun terus menggumankan hal tersebut dalam hatinya. Mereka adalah dua manusia dewasa yang punya hasrat dan apa yang mereka lakukan semalam hanyalah pelampiasan yang sudah berlangsung ribuan tahun yang lampau. Pemuasan, bukan cinta.
Yonghwa tidak mungkin mencintainya dan dia tidak ingin jatuh cinta.
“ Satu won untuk apapun yang membuat keningmu berkerut “, kata Yonghwa sambil memegang kening Seohyun yang berkerut.
“ Apakah kepalamu masih pusing ? “, Seohyun bertanya mencoba menutupi rasa kikuk yang di rasakannya. Yonghwa menggeleng.
“ Aku punya perawat yang cantik dan obat yang sangat mujarab “, bisik Yonghwa sambil menunduk dan mencium bibir Seohyun sekilas. “ Tapi aku lapar “.
Seohyun tersenyum kecil. Dia pun merasa lapar. Rupanya energi mereka benar-benar terkuras semalam dan hanya menyisakan perut yang lapar pagi ini.
“ Mungkin sebaiknya aku bangun dan membuatkanmu sarapan “, kata Seohyun berusaha melepaskan pelukan Yonghwa tapi Yonghwa semakin mengeratkan pelukannya.
“ Kita delivery saja, dan karena hari ini akan ada badai salju, jadi aku memilih lebih baik kita tidak meninggalkan tempat tidur ini dan tetap saling menghangatkan “.
Seohyun menepuk lengan Yonghwa. “ Terkadang aku tidak tahu kapan kau bercanda dan kapan kau serius ‘, gumam Seohyun. “ Tapi delivery terdengar cukup menyenangkan “.
Yonghwa tertawa lalu meraih ponselnya yang di simpannya di meja nakas, mencari nama kontak rumah makan yang sering di teleponnya untuk mengantarkan makanan ke apartemennya. Menelponnya dan memberikan alamat rumah Seohyun lalu menutup teleponnya.
“ Sebaiknya kita berdua mandi “, kata Seohyun
“ Mandi bersama ? “.
“ Ehh “, muka Seohyun bersemu merah. Membuat Yonghwa gemas dan kembali mengecup bibir Seohyun.
“ Berhentilah bertingkah menggemaskan seperti itu “, kata Yonghwa dan mendapat protes dari Seohyun.
 “ Kau atau aku yang lebih dulu mandi ? “, tanya Yonghwa.
“ Kau sajalah dulu. Tapi apa kau yakin kepalamu sudah tak apa-apa ? “.
“ Berhentilah mengkhatirkan kepalaku, aku sudah sembuh “, ucap Yonghwa. “ Berkat dirimu “, tambahnya.
Yonghwa meraih celananya yang tergeletak di lantai lalu memakainya kemudian berdiri dan berbalik menatap Seohyun yang masih bersembunyi di bawah selimut.
“ Aku ingin melihat pemandangan seperti ini setiap pagi, kau sangat cantik “, ucapnya.
“ Berhentilah berkata gombal dan cepatlah mandi “, usir Seohyun dengan tangannya.
“ Kau tidak sedang malu kepadaku kan setelah apa yang telah kita lakukan ? “, tanya Yonghwa.
Tentu saja Seohyun merasa malu. Walaupun semalam mereka berdua bercinta tapi Seohyun tetap akan merasa malu bila harus berdiri dengan keadaan telanjang di depan Yonghwa. Dia sama sekali belum siap untuk itu.
“ Pergilah cepat mandi, Jung Yonghwa ! “, teriak Seohyun sambil bersiap melemparkan bantal kearah Yonghwa. Yonghwa tertawa dan berjalan keluar kamar secepat yang dia bisa dan tawanya masih terdengar lantang saat dia menghilang dari pandangan Seohyun.
 Seohyun beranjak turun dan memungut kemeja flanelnya dan memakainya. Cukup panjang sehingga dia tidak perlu harus memakai celana jeansnya. Memungut pakaian mereka yang berserakan sambil mengingat bagaimana cepatnya mereka melepaskan pakaian mereka dan melemparnya tanpa arah.
Seohyun mematikan lampu tidur dan membuka gorden, menatap salju yang kian lebat, mobilnya dan mobil Yonghwa sudah di tutupi oleh salju yang semakin menebal. Musim salju datang terlambat tahun ini, tapi langsung di awali dengan badai salju. Seohyun tertegun menatap butiran putih yang jatuh dari langit.
Berbalik Seohyun menatap ranjangnya yang berantakan. Membayangkan bagaimana mereka bergumul dengan penuh hasrat yang meminta di penuhi. Seohyun merona. Di sibaknya selimut ketika dia melihat noda merah di sepreinya. Sekali lagi Seohyun merasa wajahnya memanas.Semalam adalah yang pertama baginya dan jauh di lubuk hatinya Seohyun bersyukur bahwa dia melakukannya bersama Yonghwa. Suaminya.
Sepertinya dia harus mencuci sepreinya pagi ini. Seohyun lalu menyimpan pakaian yang di pegangnya di kursi meja hiasnya dan mulai mencopoti ujung demi ujung seprei lalu menggulungnya hingga menjadi gulungan yang besar bersama selimutnya. Memeluknya dan membawanya ke ruang cuci di samping kamar mandi. Menyalakan mesin dan memasukkan seprei dan selimut tersebut ke dalam mesin, menuangkan sabun dan pelembut lalu menekan tombol on.
Yonghwa keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang menutupi pinggulnya. Terlihat segar dengan rambut yang basah. Sangat seksi dan menggoda.
“ Berhentilah menatapku seperti itu, Hyun “, goda Yonghwa. “ Atau kau akan tahu akibatnya “.
Seohyun tertawa kecil lalu meraih handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Bau after shave bercampur colonge menyambutnya. Terasa sangat intim.
Berjanjilah bahwa kau akan mengizinkan hal-hal baik terjadi padamu, samar-samar Seohyun mengingat permintaan ibunya beberapa hari yang lalu.
Ya, Seohyun akan mengizinkan dirinya menerima semua hal baik yang terjadi padanya. Dan dengan pemikiran tersebut Seohyun melangkah menuju ke shower.

♥ ♥ ♥

“ Jadi hanya selembar photo ? “, ucap Seohyun saat mereka berdua sedang menikmati makanan pesanan mereka. Yonghwa mengangguk walaupun dia tahu dia berbohong. Tapi berbohong demi kebaikan di bolehkan dalam cinta dan perang.
“ Photo saat kita menikah, seperti yang di surat kabar “. Kata Yonghwa sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
“ Akan kau apakah photo tersebut ? “.
“ Membingkainya “, jawab Yonghwa dengan mulut penuh. “ Aku akan membingkainya dan meletakkannya di kantorku “, katanya setelah berhasil menelan makanan masuk ke dalam perutnya.
“ Di kantor ? “, tanya Seohyun bingung. Bukankah seharusnya di gantung di rumah Seohyun ataupun di apartemen Yonghwa, mengapa harus di kantornya ?
“ Biar semua tahu aku sudah menikah “, jawab Yonghwa sambil nyengir. Seohyun mengelengkan kepalanya.  “ Tapi aku akan menscannya dan mencetaknya dengan ukuran kecil sehingga kau bisa menyimpannya di samping tempat tidurmu dan aku juga menyimpannya di samping tempat tidurku sehingga aku akan selalu bisa memandang wajahmu saat aku terbangun di pagi hari “.
Seohyun tak menanggapi hanya menyuapkan makanan ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya sambil menatap Yonghwa.
“ Jadi apa yang akan kita lakukan hari ini, aku tak mungkin ke kantor dengan badai salju yang sedang berlangsung di luar dan kau pun juga begitu kan ? “, tanya Yonghwa sambil meyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil memegang perutnya yang kenyang.
Seohyun berdiri dan mulai merapikan sisa makanan mereka. “ Yang pasti setelah ini kau harus meminum obatmu “, katanya sambil membawa piring ke tempat cuci piring.
Yonghwa beranjak dan berjalan menuju dapur. “ Biar aku yang cuci piringnya “.
Seohyun tak membantah dan membiarkan Yonghwa mencuci piring dan gelas yang tadi mereka pakai untuk sarapan. Seohyun meraih sapu yang di gantungnya di samping kulkas lalu mulai membersihkan lantai dari remah-remah sisa sarapan.
Setelah membereskan dapur, Seohyun naik mengecek apakah cuciannya sudah selesai. Di tariknya seprei dan selimut yang cukup berat tersebut dan menjemurnya di besi penjemuran, bersyukur bahwa ruang penjemurannya aman dari salju karena atapnya yang agak menjorok jauh keluar.
Yonghwa sedang duduk santai di sofa sambil menaikkan kakinya ke atas meja asyik menonton berita di News Channel. Seohyun masuk ke kamar dan mengeluarkan seprei baru dari lemarinya dan membentangkannya di atas ranjangnya. Yonghwa menyusulnya masuk ke kamar dan membantunya menarik kasur dan memasukkan ujung seprei pada sisi yang menempel ke dinding. Setelah beres, Yonghwa meraih ponselnya lalu kembali duduk di sofa dan mulai mengecek email dan beberapa sns miliknya.
Seohyun bergabung dengannya beberapa saat kemudian dan Yonghwa mengajaknya untuk berphoto bersama dan menpostingnya ke akun instagramnya dengan caption ‘My wife is so pretty’ tidak lupa memasukkan lokasinya saat ini.
Beberapa saat kemudian Yonghwa terbahak membaca beberapa komentar di postingannya, di mulai dari Minhyuk yang berkomentar ‘ Hyung, apa yang kau lakukan di rumah hyungsunim saat badai begini ? ‘ , Jungshin yang hanya berkomentar ‘ Yah !! ‘ dan Jonghyun dengan ‘ Bisakah aku bergabung ,aku kesepian dan kedinginan ‘, belum lagi beberapa rekannya yang menanyakan tentang siapa wanita cantik yang bersamanya.
“ Kalian berempat sangat dekat ya ?  “, tanya Seohyun saat Yonghwa menyodorkan ponselnya dan memperlihatkan komentar ketiga dongsaengnya.
“ Ya “, jawab Yonghwa singkat lalu meletakkan ponselnya ke meja dan meraih Seohyun dan memeluknya. “ Ketiganya selalu ada saat aku membutuhkan mereka, menjadi teman disaat suka dan duka. Aku menganggap ketiganya bagai adik kandungku sendiri “.
“ Umm “, komemtar Seohyun.
“ Oh ya, aku baru ingat. Tanggal lahirmu sama dengan Minhyuk, kalian ibarat kembar tapi memiliki orang tua yang berbeda “.
“ Masa sih ? “.
“ Serius ! “.
“ Wah “.
“ Kalau aku pikir - pikir kalian memiliki beberapa kesamaan “. Ucapan Yonghwa membuat Seohyun tertarik untuk mengetahuinya.
“ Memangnya apa kesamaan kami ? “.
“ Masalahnya aku sedang malas memikirkannya “.
“ Ehhh “, seru Seohyun sambil melepaskan dirinya dari pelukan Yonghwa lalu menepuk lengan Yonghwa. Terlalu gemas dengan kelakuan Yonghwa yang kekanakan.
Yonghwa mengelak dari tepukan Seohyun dan bergeser ke ujung sofa menaikkan kedua kakinya membentuk pertahanan dengan kedua kakinya.
Seohyun mendengus lalu menyusun bantal kursi memisahkan dirinya dan Yonghwa. Menyilangkan kedua tangannya ke dadanya dan membuang mukanya dari Yonghwa.
Yonghwa tertawa melihat tingkahnya setelah itu di ambilnya tiga buah bantal yang di susun Seohyun lalu menarik Seohyun ke arah dan menguncinya dalam pelukannya.
“ Sebaiknya kita tetap berpelukan, di luar sedang ada badai salju, udara cukup dingin dan saling berpelukan seperti ini bisa membuat kita berdua merasa hangat.
“ Apakah badainya akan sampai malam ? “, tanya Seohyun beberapa saat kemudian.  Yonghwa mengedipkan bahunya.
“ Entahlah, berita hanya menyebutkan akan ada badai salju yang tebal tapi mereka tidak mengetahui kapan badai akan berhenti. Memangnya kenapa ? “. Yonghwa melonggarkan pelukannya dan berpaling menatap Seohyun.
“ Aku ingin bermain salju “, jawab Seohyun.
“ Ehh kau itu sudah besar, sudah dua puluh delapan tahun sudah mempunyai seorang suami yang tampan bukan anak berusia tiga tahun “. Seohyun mengerang.
“ Aku mulai membenci kalimat tersebut “, ucap Seohyun sambil memberengut.
“ Aigoo, kalau sedang seperti itu, kau terlihat sangat menggemaskan “.
“ Dan kau terlihat sangat menyebalkan “.
“ Bukankah sejak awal kau mengatakan aku pria yang menyebalkan ? itu tandanya aku konsisten “, ucap Yonghwa bangga sambil menepuk dadanya.
“ Aku menyerah ! “.

♥ ♥ ♥

Mereka memutuskan untuk tidur. Yonghwa memeluk Seohyun yang memunggunginya. Mengecup rambut Seohyun sebelum akhirnya jatuh tertidur.
Suara bel pintu yang berulang-ulang membuatnya terbangun demikian juga Seohyun. Seohyun membalikkan badannya menghadap ke Yonghwa, matanya masih terlihat mengantuk.
“ Apakah kau sedang menunggu seseorang ? “.
“ Tidak “, jawab Seohyun malas.
“ Lalu siapa yang membunyikan bel ? “. Seohyun menggeleng.
“ Sebaiknya aku turun dan melihat siapa yang datang “.
Yonghwa menurunkan kakinya dan beranjak dari ranjang di ikuti oleh Seohyun. Jam digital Seohyun menunjukkan pukul satu siang. Rupanya mereka sudah tertidur selama dua jam. Kembali bel pintu berbunyi. Sepertinya siapapun yang sedang berada di depan pintu rumah sepertinya sudah tidak sabaran untuk di persilahkan masuk.
Dengan sedikit kesal karena merasa terganggu. Yonghwa membuka pintu dan seketika itu pintu tersebut terdorong sehingga Yonghwa terhuyung di belakang pintu. Ketiga dongsaengnya menerobos masuk ke dalam rumah.
“ Kalian ? Apa yang kalian lakukan di sini ? “, tanya Yonghwa terkejut melihat ketiga dongsaengnya yang sekarang sedang menetapnya dengan wajah-wajah usil mereka.
“ Kami tahu kau sedang berdua dengan hyungsunim, makanya kami ke sini “, jawab Jonghyun.
“ Untuk apa ? “ tanya Yonghwa lagi.
“ Tentu saja untuk mengganggu kalian, apa lagi ? “, kali ini Jungshin yang menjawab pertanyaannya.
“ Apa sih yang kau lakukan, lama sekali pintunya di buka, kami sampai-sampai hampir mati karena kedinginan “, ucap Minhyuk.
Yonghwa menutup pintu . Terdengar suara Seohyun menanyakan siapa yang datang.
“ Tiga pengacau “, teriak Yonghwa.
Seohyun berlari turun dari tangga, penampilannya tidak terlihat seperti baru saja bangun tidur. Sepertinya dia tadi sempat merapikan dirinya sebelum turun, pikir Yonghwa.
“ Selamat siang hyungsunim “, ketiganya memberi salam secara kompak.
“ Ya ampun, apa yang kalian lakukan ? Bukankah di luar sedang ada badai ? “, tanya Seohyun dengan keterkejutan yang tak jauh beda dari Yonghwa.
“ Badainya sudah sedikit mulai reda “, jawab Jonghyun.
“ Hyungsunim, kami membawakan makan siang “, kata Jungshin sambil mengangkat keranjang yang sedari tadi di tentengnya dengan kedua tangannya. Jonghyun dan Minhyuk juga membawa sesuatu di tangan mereka.
“ Kami tidak datang dengan tangan kosong kok “, kata Jungshin dengan nada menyidir dan melirik Yonghwa yang sedang menatap mereka dengan tangan yang di selipkannya ke dalam kantong jeansnya.
“ Bagus “, komentar Yonghwa.
“ Kalian kok repot seperti ini “, kata Seohyun tak enak hati. “ Lebih bak kita ke dapur dan kalian bisa meletakkan bawaan kalian di meja makan “, usul Seohyun lalu berjalan mendahului mereka ke arah dapur.
Empat pria berparas tampan dan berpostur tinggi tegak mengikutinya ke dapur. Sekali lagi Seohyun merasa dirinya seperti perawan di sarang penyamun. Tapi penyamun di versinya adalah para penyamun yang tampan dn rupawan. Jungshin meletakkan bawaannya ke atas meja makan dan meregangkan kedua tangannya disusul Minhyuk dan Jonghyun.
“ Kami juga membelikan goguma cake khusus untuk hyungsunim “. Kata Jonghyun sambil menunjuk sebuah kotak segi empat yang masih berada di dalam kantongan putih yang sudah di letakkannya di meja.
Yonghwa maju dan mengintip dengan membuka sedikit  tutup kotak tersebut. kemudian Yonghwa memeriksa kantongan yang lain. Ada buah-buahan dan juga jus apple. Lalu saat memeriksa kantong yang tersisa Yonghwa mengernyitkan keningnya.
Yonghwa lalu mengeluarkan kartu uno, ular tangga dan papan scrabble. Yonghwa menatap ketiga dongsaengnya meminta penjelasan atas barang-barang yang di keluarkannya dari dalam kantongan tersebut. Ketiganya saling berpandang-pandangan.
“ Ohh itu “, jawab Jungshin sambil meringis. “ Well. Kami tidak berencana hanya datang dan mengantarkan makanan untuk kalian. Kami berencana tinggal untuk waktu yang lama “, jelasnya di ikuti oleh anggukkan Minhyuk.
Seohyun tersenyum. “ Aku akan dengan senang hati memainkan semua permainan yang kalian bawa, tentu akan sangat menyenangkan “.
Ketiga dongsaeng Yonghwa senyum senyum sambil menatap Seohyun, merasa senang bahwa Seohyun menyambut mereka dengan hangat.
“ Kalau begitu lebih baik kita makan dulu “ usul Seohyun dan semuanya lalu bergerak mengeluarkan makanan yang mereka bawa meletakkannya di atas meja, sementara Yonghwa menyiapkan air putih dan gelas untuk mereka. Seohyun sendiri mengambil beberapa piring dan perlengkapan makan lainnya.
Seohyun tersenyum. Dia tidak pernah membayangkan ketiga sahabat Yonghwa akan datang di tengah badai salju yang sedang melanda Seoul. Hari ini akan berlalu dengan sangat menyenangkan.
Seohyun kembali teringat kata-kata ibunya. Bukankah dia harus mengizinkan semua yang baik terjadi pada dirinya ? Dan apa yang ada di depannya adalah satu dari sekian hal yang baik yang akan dia izinkan untuk terjadi pada dirinya.

♥ ♥ ♥

“ Jadi apa sebenarnya yang terjadi ? “, tanya Jonghyun saat mereka semua sudah berada di lantai atas berselonjoran di depan TV sambil bermain scrabble. Jungshin dan Minhyuk terlihat sedang memikirkan kata-kata yang sesuai dengan huruf yang mereka miliki.
“ Hanya kecelakaan kecil “, jawab Yonghwa enggan menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi.
“ Tepatnya sih karena bersikap konyol “, timpal Seohyun yang langsung mendapat tatapan peringatan dari Yonghwa yang duduk di sebelahnya tapi Seohyun hanya mencibir.
“ Konyol ? “.
“ Yah ! Giliranmu “, seru Yonghwa mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
“ Apa yang di lakukannya ? “, kali ini Minhyuk yang bertanya dan menatap Seohyun meminta penjelasan.
“ Kalian tahu kan supermoon ? “, tanya Seohyun.
“ Itu kan dua hari yang lalu. Aku menyaksikannya dari balkom apartemen bersama Simba “, jawab Jungshin.
“ Simba ? “.
“ Anjing betina miliknya “, jawab Yonghwa acuh tak acuh.
“ Ahhh “, guman Seohyun.
“ Apa hubungannya dengan supermoon ? “, tanya Minhyuk terlihat jelas sangat ingin mengetahui detail seutuhnya.
Sejenak Seohyun diam membuat ketiganya merasa semakin penasaran sementara Yonghwa sibuk mengingatkan akan giliran siapa sekarang dan ketiga dongsaengnya serentak menjawab “ Pas ! “.
Seohyun terkekeh.
“ Ayolah hyungsunim, kau tidak ingin melihat kami mati penasaran bukan ? “, desak Jungshin.
“ Katanya ada yang bilang saat terjadi supermoon yang akan terjadi lagi sekitar delapan belas tahun mendatang, kita bisa meminta satu permohonan tepat jam dua belas malam “, Seohyun berhenti sejenak lalu mengambil huruf-huruf yang di milikinya menaruhnya ke papan permainan. “ Moon “. Sebuah kebetulan Seohyun tertawa dalam hati.
“ Lalu, lalu ? “.
“ Lalu aku mengucapkan sebuah permohonan tepat jam dua belas malam dengan memanjat pagar pembatas danau dan tercebur ke dalam danau, dengan kepala terbentur dan badan yang basah kuyup dan kedinginan. Puas ?! “, sahut Yonghwa dengan wajah datar.
Setelah terdiam beberapa saat mencoba mencerna perkataan Yonghwa, tawa ketiganya memenuhi ruangan tersebut. Jungshin bahkan terbaring sambil memegang perutnya karena tak dapat menahan tawanya.
“ Pasti kau terlihat lucu saat itu ! “, sahut Jungshin di sela-sela tawanya.
“ Pertunjukan gratis dari seorang pengacara yang terkenal “, tambah Minhyuk masih tertawa.
“ Silakan kalian tertawa sepuasnya “, gerutu Yonghwa dan menatap Seohyun dengan pandangan – awas ya tunggu balasanku setelah mereka pulang. Tapi Seohyun hanya tersenyum simpul tanpa merasa bersalah.
“ Sejak kapan seorang pengacara terkenal dengan presentasi logika yang cukup besar bisa mempercayai hal seperti itu ? “, ucap Jonghyun setelah menghentikan tawanya dan manatap Yonghwa tak percaya.
“ Itu karena hyung, terkadang sangat kekanakan “, sahut Minhyuk.
“ Jadi ternyata itu memang sifatnya ya ? Kekanakan ? “, tanya Seohyun.
“ Yong Choding “, jawab Jungshin.
“ Bagaimana sikap Yonghwa saat bersama kalian ? “. Seohyun memutuskan inilah saat yang tepat untuk mengetahui sifat Yonghwa.
“ Hyung itu pada dasarnya adalah seorang mood maker. Dia selalu bisa membuat kami tertawa dengan kekonyolannya “, jawab Jonghyun.
“ Dia selalu bisa menjadi penengah dan bisa mengendalikan kami saat kami berbeda pendapat “, kali ini Minhyuk yang berkomentar.
“ Kharismatik dan perfeksionis, dan memiliki suara yang merdu “, Jungshin tak mau kalah juga mengomentari.
“ Apakah dia juga bisa menjadi sangat menjengkelkan ? “, tanya Seohyun.
Dengan kompak untuk kesekian kalinya, ketiganya menjawab “ Sangat ! “. Lalu tertawa.
“ Orang yang sedang kalian bicarakan kebetulan ada disini “, geram Yonghwa sambil mengacak papan permainan scrabble dan langsung mendapat protes dari Seohyun dan ketiga dongsaengnya.
“ Yah !!! “, jerit Jungshin sambil merapikan huruf-huruf yang berantakan di papan scrabble. Lalu merangkai kata ‘Yong Choding’  dengan huruf-huruf yang berserakan membuat Yonghwa menepuk kepalanya lalu mereka mulai bergumul di lantai.
Seohyun hanya tersenyum melihat ke empat pria dewasa di depannya sedang bergaduh seperti anak kecil.
“ Tapi hyung, apakah kau sekarang sudah baikan ? maksudku apakah rasa pusingmu sudah tak lagi kau rasakan ? ‘, Jonghyun bertanya sambil menatap ke arah Yonghwa nada suaranya sedikit khawatir.
“ Tentu saja sudah sembuh “, tukas Jungshin.
“ Dia mempunyai obat yang sangat ampuh “, sahut Minhyuk sambil menunjuk ke arah Seohyun dan mengedipkan matanya. Seohyun merasa wajahnya merona.
“ Yah, kalian berdua ! “, sahut Yonghwa. “ Kalian membuat Seohyun menjadi malu “. Setelah berkata seperti itu Yonghwa berdiri dan berjalan mendekati Seohyun dan menariknya berdiri. “ Kelihatannya badai sudah reda. Bagaimana kalau kita makan malam di luar ? ‘. Memikirkan harus melewati malam bersama ketiga dongsaengnya yang akan mengacaukan malamnya bersama Seohyun membuat Yonghwa kesal.



♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Previous
Next Post »

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥