CHAPTER TWENTY SIX
Hari-hari selanjutnya bergerak sangat lambat untuk mereka berdua. Seohyun
di sibukkan dengan kuliah marathon menjelang liburan akhir tahun. Sementara
Yonghwa sibuk dengan sidang-sidang yang harus di hadirinya, terkadang dia harus
terbang ke Busan dipagi hari dan kembali ke Seoul setelah sidang selesai. Dan
hari ini dia kembali harus terbang ke Jepang.
Kliennya walaupun adalah orang Korea Selatan tapi karena melakukan
pernikahan antar negara yang telah di jalaninya selama sepuluh tahun dan
mengajukan perceraian di Jepang dan Yonghwa yang menjadi pengacaranya.
Sejak kembali ke apartemennya. Yonghwa merasa ada yang hilang. Yonghwa
merasa berat meninggalkan Seohyun dan kembali ke apartemennya. Walaupun mereka
berdua kadang menyempatkan makan siang bersama, dan sekali mereka sempat
menonton film di bioskop dan Seohyun menghabiskan malam di apartemennya.
Yonghwa tetap merasa tak puas.
Dia ingin setiap malam memeluk Seohyun dan terbangun dengan memandang
wajahnya. Sayangnya Seohyun tidak memperlihatkan tanda-tanda untuk mengajak Yonghwa
pindah ke rumahnya dan mereka akhirnya bisa hidup selayaknya suami istri. Tapi
Yonghwa tahu sedikit gerakan yang terlalu cepat bisa membuat Seohyun merasa
takut. Sejauh ini Yonghwa menikmatinya walaupun sangat menyiksa.
Setiap malam sebelum tidur mereka selalu bercakap-cakap di telepon,
bercerita apa saja yang mereka lakukan seharian dan apa jadwal mereka besok
untuk mencari kesempatan untuk bertemu. Desember betul-betul menjadi ujian kesabaran
bagi mereka berdua.
Yonghwa meregangkan punggungnya yang sedari tadi bersandar di kursi ruang
tunggu di lobby bandara. Pesawatnya mengalami penundaan karena badai salju yang
cukup besar melanda Jepang. Yonghwa merasa lega bahwa kasus yang di tanganinya
sudah selesai, kedua belah pihak menyanggupi tuntutan masing-masing dan
menerima putusan Hakim tanpa melakukan upaya hukum lainnya sehingga dia tidak
perlu harus bolak balik jepang Seoul setiap minggunya.
Yonghwa berdiri dan berjalan ke counter sturbuck untuk membeli kopi.
Tadinya dia ingin memesan ice coffee tapi teringat perkataan Seohyun yang
mengatakan dia tidak seharusnya minum ice coffee di saat cuaca begitu dingin,
maka Yonghwa memesan cappucino yang lebih ringan lalu. Setelah kopi yang di pesannya
datang, Yonghwa meraih ponselnya dan mengambil gambar kopi tersebjt lalu
membuka messenger dan mengirimkan gambar tersebut kepada Seohyun dengan tulisan
‘ lihat walaupun aku sangat menginginkan
ice coffee tapi aku memilih cappucino ‘.
Tak sabar menanti jawaban Seohyun. Yonghwa memutuskan untuk menelpon
Seohyun.
“ Yoboseyo “, ucap Seohyun dari seberang.
“ Yah, kau tidak membalas messengerku ! ” ucapnya dengan nada merajuk.
Suara tawa Seohyun terdengar dari seberang.
“ Aku baru tiba di rumah, aku akan mengeceknya setelah ini “, kata Seohyun.
“ Apakah kau masih di Jepang ? “.
“ Pesawatku di tunda, Jepang sedang ada badai salju saat ini “.
“ Oh, jadi jam berapa kau akan kembali ke Seoul ? “.
“ Entahlah, tapi aku berharap secepatnya “.
“ Bagaimana sidangnya ? “.
“ Sukses dan aku tak perlu lagi bolak balik ke Jepang ‘.
“ Baguslah kalau begitu. Kau sudah makan ? “.
“ Belum, aku sedang menikmati secangkir kopi hangat “, jawab Yonghwa sambil
menyisip kopinya perlahan. “ Bagaimana kabarmu hari ini ? “.
“ Merindukanmu “, jawab Seohyun dengan nada menggoda membuat Yonghwa
tertawa.
“ Aku juga merindukanmu “.
“ Aku harus menyiapkan materi kuliah untuk besok, aku betul-betul kerepotan
dengan kuliah marathon setiap menjelang liburan akhir tahun. Dan minggu depan
adalah jadwal UTS. Apakah aku terdengar sedang mengeluh ? “ , tanya Seohyun
sambil menarik napas.
“ Tidak juga. Tapi kau terdengar sangat kelelahan. Istarahatlah aku akan
menelponmu lagi nanti sebelum naik ke pesawat. Jangan lupa makan. Miss You “.
“ Baiklah. Safe flight and miss you too “.
Yonghwa menekan tombol end. Dia sebenarnya sangat ingin mengucapkan aku
mencintaimu tapi Yonghwa merasa Seohyun tidak suka akan hal itu. Biarlah
semuanya berjalan mengikuti arus sampai tiba saatnya. Dia akan mengatakan
betapa dia sangat mencintai nenek sihir cantik itu. Mengingat sebutan yang di
berikannya kepada Seohyun saat pertama kali mereka bertemu membuat Yonghwa
tersenyum.
Si nenek sihir benar-benar sudah menyihirnya dengan cintanya.
♥ ♥ ♥
Entah mengapa akhir-akhir ini Seohyun merasa cepat sekali merasa lelah,
moodnya sedang naik turun. Di
rebahkannya tubuhnya yang letih ke atas ranjang dan menarik selimut. Dia merasa
sangat mengantuk. Seharian ini ada tiga kelas yang di ajarnya dan juga
menghadiri rapat dosen fakultas politik membahas kurikulum untuk tahun depan.
Seohyun merasa seluruh tulang di tubuhnya rontok.
Tiba-tiba Seohyun tersentak. Di ingatnya kembali kapan terakhir kalinya dia
mendapat menstruasi. Seohyun bangkit dan meraih kalender meja yang ada di meja
hiasnya. Menghitung-hitung dan Seohyun mengatup mulutnya dengan tangannya. Dia
sudah terlambat selama enam hari dari jadwalnya.
Apakah dia hamil ?
Seohyun merasa sekujur tubuhnya merinding. Seohyun terduduk di kursi meja
hiasnya dan menatap wajahnya di cermin. Tidak ! Mungkin dia sedang stress
karena jadwal perkuliahan yang padat sehingga haidnya terlambat. Bukankah kadang-kadang
dia juga terlambat satu dua hari dari jadwalnya.
Tapi ini sudah hampir seminggu.
Sebaiknya dia memeriksakan diri ke klinik besok pagi. Seohyun memutuskan
hal tersebut sambil berdiri dan kembali naik ke ranjangnya. Mencoba berpikiran
positif bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Berharap bisa memejamkan matanya Seohyun malah menatap langit-langit
kamarnya dengan mata yang menerawang. Tubuhnya lelah tapi matanya tak mau
terpejam.
Apa yang akan dia lakukan bila ternyata dia benar-benar hamil ?
Seohyun mengingat kembali bagaimana mereka berdua sangat menggebu-gebu saat
bercinta hingga Seohyun tak pernah memikirkan apakah mereka ‘aman’ dalam artian
Yonghwa menggunakan pengaman.
Hamil..... memiliki anak dari Yonghwa...... menjadi seorang Ibu ?
Seohyun mengusap perutnya yang rata. Apakah buah percintaan mereka berdua
sedang tumbuh di dalam rahimnya ? Entah dari mana rasa hangat tiba-tiba
merasuki hati Seohyun. Mereka berdua akan memiliki anak.
Tapi Yonghwa tidak mencintainya.
Apakah dia mencintai Yonghwa ?
Seohyun tertegun. Dia tidak pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya. Apakah
rasanya seperti perasaan hangat saat Yonghwa memeluknya, merasa enggan berpisah
dengannya. Merindukannya ? Apakah itu yang namanya cinta ?
Apakah cinta membuat kita berdebar-debar setiap kali mengingat seseorang.
Memimpikannya setiap malam. Mencuri tidurnya. Mencuri ketenangannya. Mencuri
kemandiriannya. Dan menghapuskan pikiran bahwa dia bisa hidup tanpa seorang
pria ?
Bila itulah yang di sebut dengan cinta. Maka itu artinya Seohyun mencintai
Yonghwa. Dia sudah jatuh cinta pada Yonghwa, jika tidak dia tentu tidak akan
membiarkan Yonghwa menyentuhnya dan bercinta dengannya.
Tapi apakah Yonghwa juga mencintainya ?
Seohyun tak tahu, Yonghwa tak pernah sekalipun mengucapkan kata cinta
bahkan saat mereka bercinta. Haruskah dia menyatakannya terlebih dahulu ?
Bagaimana kalau dia benar-benar hamil dan Yonghwa tidak bisa menerimanya ?
apakah Yonghwa akan meninggalkannya ?
Seohyu tidak ragu kalau Yonghwa adalah pengacara terkenal dan sangat
tampan. Beberapa kali mereka keluar bersama, Seohyun selalu mendapati beberapa
wanita mencuri pandang ke arahnya. Tidak akan sulit bagi Yonghwa untuk
mendapatkan wanita kapanpun. Apakah itu termasuk dirinya ?
Seohyun tak tahan memikirkan bahwa dia akan menjadi wanita yang menjadi
koleksi penaklukan seorang Yonghwa. Seohyun kemudian menghabiskan waktu dengan
mengutuk kebodohannya.
Tapi bukankah mereka sudah menikah ?
Berarti Seohyun selangkah lebih maju dari wanita lainnya. Dia adalah istri
Yonghwa dan Yonghwa bahkan selalu memperkenalkannya ke setiap orang sebagai
istrinya. Tapi itu bukan berarti Yonghwa mencintainya kan ?
Seohyun mengerang dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya
berharap dia bisa bersembunyi selamanya
di sana.
Cobalah untuk berpikiran positif Seohyun. Cobalah untuk memikirkan hal-hal
yang baik bisa terjadi padamu. Tak bisakah kau merasakan bahwa Yonghwa
menyayangimu ?
Tapi sayang dan cinta bukankah berbeda ?
Terlalu lelah memikirkan segalanya Seohyun terlelap dan begitu terlelapnya
hingga saat ponselnya berdering saat jam digitalnya menunjukkan pukul empat
subuh. Dia tidak mengangkatnya.
Pagi ini Seohyun terbangun dengan pikiran yang kusut. Tidurnya tak nyenyak,
dia merasa mendapat mimpi yang aneh yang terus berulang-ulang. Tak bersemangat
untuk sarapan, Seohyun hanya meminum secangkir teh. Dia mematikan ponselnya.
Seohyun merasa jantungnya berdegup kencang saat memarkirkan mobilnya di
basement parkiran rumah sakit. Seohyun menarik napas berusaha menenangkan
pikirannya. Berpikirlah positif Seohyun, ucapnya pada dirinya sendiri.
Seohyun meraih tasnya dan membuka pintu mobil. Berjalan pelan menuju lift dan
menekan tombol satu dan pintu lift tertutup dan Seohyun kembali merasa
jantungnya berhenti berdetak saat lift membawanya ke atas.
Setelah melakukan registrasi, Seohyun diantar oleh seorang suster menuju
ruang pemeriksaan. Setelah bertemu dokter, seorang perawat kemudian mengambel
sampel darahnya dan membawanya ke laboratorium untuk pengetesan kehamilan.
Seohyun kemudian di minta datang sekitar jam satu siang untuk mengambil
hasil tesnya. Dan jam satu siang terasa bagaikan seabad lamanya. Seohyun tak
tahu harus berbuat apa, dan dia mengendarai mobilnya menuju ke rumah orang
tuanya. Seohyun tiba-tiba merasa merindukan kedua orang tuanya.
♥ ♥ ♥
Sejak tiba dari Jepang, Yonghwa
terus menerus menelpon Seohyun tapi ponselnya tak aktif. Apakah Seohyun lupa
mencharger ponselnya semalam ? Rasanya tidak mungkin. Seohyun adalah type yang teratur, dia tidak akan
pernah lupa akan hal-hal seperti itu.
Jadi mengapa ponselnya tidak aktif ?
Semalaman menunggu di bandara membuat Yonghwa terlalu letih. Jadi setibanya
di apartemennya, Yonghwa mengambil waktu untuk meluruskan badannya. Menyalakan
alarm untuk jam 10 pagi. Dia masih ada sidang hari ini sekitar jam tiga siang
nanti.
Tepat jam sepuluh alarmnya berbunyi. Dengan malas Yonghwa mematikannya dan duduk
di pinggir ranjangnya. Di raihnya ponselnya mencoba menghubungi Seohyun sekali
lagi tapi ponselnya belum juga aktif. Mencoba menelpon ke telepon rumah tapi
tak juga di angkat. Apakah Seohyun sudah berangkat ke kampus ?
Yonghwa berjalan ke dapur, menyalakan mesin pembuat kopi lalu mandi.
Tubuhnya terasa lebih segar setelah mandi. Setelah berpakaian Yonghwa kembali
ke dapur dan menuangkan secangkir kopi untuk dirinya dan menikmatinya sambil
bersandar ke konter dapur sambil tetap memikirkan mengapa ponsel Seohyun tidak
aktif.
Setelah menelpon Seohyun semalam, Yonghwa menghabiskan waktu menunggunya
dengan memikirkan semua yang telah terjadi antara dirinya dan Seohyun. Dan
Yonghwa memutuskan malam ini dia akan menyatakan perasaannya kepada Seohyun.
Terlalu lama menyimpannya seorang diri membuat dadanya sesak. Dan bila ternyata
Seohyun tidak mencintainya maka Yonghwa bertekad akan bercinta dengan Seohyun
sampai wanita tersebut mengucapkan bahwa dia mencintai nya juga.
Kadang-kadang cara primitif tak ada salahnya di coba.
Malam ini dia akan mengajak Seohyun makan malam. Dan sambil memilih-milih
restoran mana yang akan di pilihnya Yonghwa berjalan keluar apartemennya.
Tapi sesampainya di kantor, Sunny menyambutnya dengan beberapa berkas yang
harus di periksannya. Yonghwa heran mengapa kasus perceraian akhir-akhir ini
sangat meningkat, walaupun hal tersebut menguntungkan baginya dan firma
hukumnya tapi Yonghwa tetap merasa sebuah pernikahan sangat berharga dan layak untuk
di pertahankan.
Sesekali dia masih berusaha menghubungi ponsel Seohyun tapi tetap tidak
aktif. Sialan Seohyun, rutuknya. Aktifkan ponselnya, aku perlu mendengar
suaramu.
Yonghwa sedang mengoreksi beberapa kesalahan ketik pada berkas yang sedang
di bacanya saat tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan Yonghwa menegakkan
kepalanya berpaling ke pintu. Tidak biasanya Sunny masuk tanpa mengetuk pintu.
Tapi bukan Sunny yang berjalan memasuki
ruangannya.
Yoo Ra dengan penampilannya yang anggun berjalan mendekat ke arah meja
kerja Yonghwa sementara Sunny tergopoh-gopoh mengikutinya masuk ke dalam
ruangan Yonghwa berusaha menahannya. Sunni kemudianl mengucapkan permohonan
maafnya karena tak bisa mencegah wanita tersebut masuk ke dalam ruangan
Yonghwa.
Yonghwa melambaikan tangannya menyuruh Sunny menutup pintu dan meninggalkannya.
Buru-buru dengan wajah kesal Sunny menutup pintu ruangan Yonghwa.
Tanpa di persilahkan YooRa langsung duduk di depan Yonghwa. Tak ada yang
berubah pada YooRa , pikir Yonghwa sambil menatap lurus ke wajah YooRa, kecuali
bahwa sekarang dia tidak secantik dulu saat masih kuliah. YooRa yang ada di
depannya berdandan terlalu berlebihan.
Tak mau menebak-nebak. Yonghwa langsung menanyakan maksud kedatangannya ke
kantornya.
“ Aku hendak mengajukan perceraian “, jawab YooRa singkat. Di angkatnya
satu kakinya kemudian di silangkannya ke pahanya dan menatap Yonghwa dengan
pandangan seakan ingin melahapnya.
Demi Tuhan, rutuknya. Apakah hari ini tidak cukup masalah dengan ponsel
Seohyun yang tak aktif, dia juga masih harus berhadapan dengan masa lalunya yang
terlihat begitu terlalu menggoda dengan penampilannya. Tepatnya terkesan sangat murahan.
“ Bercerai ? “, tanya Yonghwa datar.
“ Aku akan mengajukan cerai terhadap Jong Yoo “.
“ Mengapa ? “.
“ Karena aku merasa pernikahan kami sudah terlalu sangat membuatku lelah “,
desah Yoora yang terdengar sangat di buat-buat. “ Jong Yoo terlalu sibuk
mengejar impiannya menjadi pengacara di Kanada beberapa tahun ini. Dia
melupakan diriku “.
Alasan yang terlalu di buat-buat, Yonghwa menyimpulkan. Dan terus terang dia
tidak terlalu tertarik mengetahui bagaimana pernikahan mereka berdua. Dia tidak
peduli setelah apa yang di lakukan mereka berdua kepadanya beberapa tahun lalu
yang membuatnya benar-benar terluka karena merasa dikhianati.
“ Dan mengapa kau memilih aku ? “, tanya Yonghwa sambil kembali memeriksa
berkas yang tadi sedang di bacanya. Dia tidak terlalu tertarik untuk menatap
wajah YooRa.
“ Karena hanya kaulah satu-satunya pengacara yang aku kenal “.
“ Aku bisa merekomendasikan beberapa pengacara yang bisa menangani kasus
perceraianmu “.
“ Tapi aku mau kau yang mendampingiku di ruang sidang, Yonghwa “.
“ Aku minta maaf “, Yonghwa mengangkat wajahnya dari berkas yang di bacanya
dan menatap YooRa. “ Aku sudah terlalu banyak menangani perkara. Aku bahkan
sudah memberitahu sekretarisku untuk mengalihkan kasus-kasus baru ke pengacara
yang lain. Maaf aku benar-benar tak bisa menangani kasusmu “.
“ Kau sudah sangat berubah Yonghwa “, ucap YooRa dengan tatapan mata penuh
penyesalan.
“ Setiap manusia akan berubah pada akhirnya. Memangnya apa yang kau
harapkan ? “, kata Yonghwa dingin.
“ Sekarang sikapmu sangat dingin, jauh berbeda dari apa yang dulu aku kenal
“.
Setelah apa yang kau lakukan, apakah kau pikir aku akan terus mengharapkan
kau kembali. Bagiku kau sudah mati, gerutu Yonghwa dalam hati.
“ Dulu akupun merasa mengenalmu, ternyata aku salah. Sejujurnya kita memang
tidak pernah saling mengenal satu dengan yang lain “.
“ Tapi aku senang sekarang kau berhasil mendapatkan apa yang kau
cita-citakan. Aku dengar sekarang kau menjadi salah satu pengacara yang
terkenal dengan bayaran yang tinggi. Kau sekarang pasti sudah sangat mapan,
apalagi memiliki beberapa pengacara yang bekerja padamu. Aku benar-benar
menyesal meninggalkanmu untuk Jong Yoo “.
Bila tadi Yonghwa mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidak pernah saling
mengenal satu sama lain maka terbukti sudah. Jadi YooRa meninggalkannya karena
melihat Jong Yoo bisa memenuhi semua kebutuhan akan materi yang di inginkannya
sehingga dengan mudah menyerahkan dirinya ke dalam pelukan laki-laki tersebut.
Tiba-tiba Yonghwa merasa kasihan terhadap Lee Jong Yoo.
“ Maaf YooRa , tapi saat ini aku sedang sangat sibuk dan sebentar lagi akan
ada sidang yang harus aku hadiri. Aku akan meminta Sunny menuliskan beberapa
nama pengacara yang bisa membantu menangani kasus perceraianmu “, Yonghwa
berdiri memberi tanda bahwa pembicaraan mereka sudah berakhir.
Yonghwa melangkah menuju pintu tapi YooRa tiba-tiba memeluknya dari
belakang.
“ Aku selalu merindukanmu, Yonghwa ‘, bisiknya di pungung Yonghwa. “ Aku
selalu merasa bersalah telah meninggalkanmu. Aku tahu aku telah menyakitimu,
mengkhianati kepercayaanmu, tidakkah kau tahu aku masih sangat mencintaimu ‘.
Yonghwa berusaha melepaskan pelukan YooRa tapi Yoora memeluknya semakin erat.
“ Maafkan aku YooRa, aku sudah memiliki orang lain sekarang. Seseorang yang
aku cintai “, ucap Yonghwa dingin.
YooRa menggelengkan kepalanya lalu sekuat tenaga di tariknya Yonghwa hingga
menghadap ke arahnya. “ Tidak, aku tahu kau selama ini hanya mencintaiku.
Sekarang aku akan bercerai dan aku akan kembali kepadamu “, ucapnya lalu
memeluk Yonghwa.
Yonghwa mengepalkan tangannya. Sialan, dia pikir dirinya terlalu berharga
untuk aku nantikan ?
“ Sudah aku bilang, aku mencintai orang lain , jadi lebih baik kau lepaskan
aku sekarang dan silakan kau keluar atau aku harus terpaksa menarikmu keluar
dari ruanganku “, kali ini nada suara Yonghwa terdengar sangat dalam, dia
berusaha meredam kemarahannya.
“ Tidak, kau hanya akan menjadi milikku selamanya, selamanya “, YooRa
seperti sudah kehilangan kendali dirinya dan menarik jas Yonghwa dan memaksa
untuk mencium Yonghwa.
Tepat saat itu pintu ruangan Yonghwa terbuka dan Seohyun berdiri di sana
menatap Yonghwa dengan pandangan yang sangat terluka.
Yonghwa berusaha melepaskan YooRa dan berteriak mengejar Seohyun. Tapi
Seohyun sudah menghilang masuk ke dalam lift. Dengan jengkel Yonghwa berjalan
kembali ke ruangannya setelah sebelumnya menatap Sunny dengan pandangan tajam.
“ Kau lihat apa yang sudah kau lakukan padaku ? “, tukas Yonghwa sambil
menandang YooRa dengan pandangan jijik. Rasanya dia ingin melemparnya keluar. “
Sudah aku katakan aku tak pernah lagi mengharapkan dirimu kembali. Aku belajar
bahwa wanita sepertimu adalah sampah yang hanya mengejar harta dan kesenangan
dirimu sendiri. Aku bersyukur bahwa pengkhianatanmu sudah membuka mataku akan
siapa sebenarnya dirimu. Dan bila dengan segala apa yang sudah kau lakukan dan
berharap aku masih akan bertekuk lutut dan menantikanmu kau bisa bermimpi
seumur hidupmu karena hal tersebut tidak akan pernah terjadi. Jadi sekarang
tolong tinggalkan aku dan jangan pernah lagi menampakkan batang hidungmu di
depanku atau aku akan menuntutmu dengan alasan apapun yang bisa aku pakai dan
percayalah, aku bisa melakukan hal tersebut dan saat aku melakukannnya aku
jamin tak satupun pengacara yang akan bisa meloloskanmu dari tuntutanku “,
ancam Yonghwa dengan nada suara yang tinggi.
“ Jadi wanita itu yang sekarang kau cintai, sayang dia melihat kita sedang
apa tadi, oh berciuman “, kata YooRa dengan nada mengejek tidak merasa gentar
sedikitpun dengan ancaman Yonghwa membuat Yonghwa semakin jijik padanya..
“ Wanita itu untuk kau ketahui adalah istriku ! “. Yonghwa menangkap keterkejutan
di wajah YooRa. “ Benar, aku sudah menikah ! “. Dan setelah mengatakan hal
tersebut Yonghwa memanggil Sunny yang buru-buru datang ke ruangannya.
“ Sunny bawa wanita ini keluar dan pastikan dia tidak pernah lagi menginjak
kantor ini. Dan alihkan sidangku hari ini kepada KwangHee. Ada hal yang lebih
penting yang harus aku lakukan. Dan kau masih berhutang penjelasan padaku ! “,
ucap Yonghwa berjalan ke mejanya dan menarik tas kerjanya dan berjalan keluar. Dia harus segera menemui Seohyun dan dia tahu
tidak akan mudah membuat Seohyun memaafkannya.
Sialan !
Sialan !
Sialan !
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon