CHAPTER TWENTY FOUR
Bila ada orang yang membuat Seohyun benar-benar berharap memiliki ilmu
sihir maka Yonghwalah orangnya. Tiga jam yang lalu saat dia akan meninggalkan
rumah, dia berpesan agar Yonghwa beristirahat, tidur. Dan sekarang saat dia
memasuki pintu rumahnya di lihatnya Yonghwa sedang berada di dapur sedang
mengaduk-aduk sesuatu dalam panci diatas kompor.
Tapi Yonghwa hanya berbalik, mengucapkan selamat datang dengan senyuman
khasnya tanpa merasa bersalah. Lalu kembali sibuk mengaduk-aduk masakannya.
Seohyun meletakkan tas kerja dan kantong belanja di meja dapur. Bersidekap
dan menatap Yonghwa tak berkedip ada kemarahan di wajahnya. “ Bukankah aku sudah memintamu untuk istrahat
? “, kata Seohyun berang. “ Apa yang kau lakukan di dapurku ? ‘.
Yonghwa tak menjawab hanya bergerak mengeluarkan mangkok yang besar dari
lemari konter. Lalu dia mematikan kompor dan dengan santainya mengangkat panci
dan menuangkan isinya ke dalam mangkok tersebut. Terlihat begitu santai dan tak
mau tahu akan Seohyun yang sedang bersiap untuk meledak, akan meneriakinya.
“ Aku hanya sedang menyiapkan ttubokki. Lagi pula aku baru saja bangun kok,
sumpah ‘, kata Yonghwa sambil mengacungkan dua jarinya.
Seohyun menarik napas mencoba meredakan kemarahannya. Dia sengaja pulang
awal agar bisa segera menyiapkan makan malam, dia bahkan menyempatkan diri
untuk berbelanja.
“ Padahal aku baru saja akan menyiapkan makan malam “, guman Seohyun
setelah berhasil mengendalikan dirinya.
“ Kau masih bisa kok, lagipula ini hanya ttubokki bisa menunggu hingga
makan malam siap “. Yonghwa tahu dia sudah membuat Seohyun sedih. “ Aku pikir
kau masih akan pulang sejam lagi. Maaf ya “.
“ Apakah kamu lapar ? “, tanya Seohyun sambil mengangkat kantong belanjanya
dan berjalan ke konter dapur. “ Kau bisa memakan ttubokki itu sambil menunggu
aku menyiapkan makan malam kita. Bagaimana kepalamu ? Apakah masih pusing ? “.
“ Setelah tidur rasanya sudah terasa baikan “.
“ Syukurlah “. Seohyun mengeluarkan belanjaannya dan mengumpulkannya di
meja konter dapurnya.
“ Kita akan makan apa untuk makan malam ? “.
“ Cream Spagetti ? “.
“ Makanan kesukaan aku itu ‘, sahut Yonghwa riang.
“ Baguslah kalau begitu “.
“ Wah aku tidak sabar “.
Seohyun kemudian mengeluarkan gulungan celemek dari laci konter, dan
Yonghwa membantunya mengikatkan tali belakangnya. Setelah mengusir Yonghwa dari
dapurnya yang terasa tiba-tiba menjadi sempit dengan keberadaan mereka berdua
di sana, Seohyun memaksa Yonghwa untuk duduk manis di meja makan.
“ Setidaknya biarkan aku membantumu “, protes Yonghwa tapi Seohyun tak
menanggapinya.
Sebentar saja Seohyun sudah sibuk, mulai dari memotong-motong daging ayam,
memotong jamur dan wortel, bawang bombay. Menjerang air untuk memasak
spagettinya, memasukkan minyak ke dalam air serta sedikit garam.
Di dengarnya Yonghwa mengetuk-ngetuk meja dapur seperti sedang bermain
drum. Mungkin dia mulai bosan hanya duduk saja tak tahu harus berbuat apa.
Seohyun lalu mengangkat mangkok yang berisi ttubokki buatan Yonghwa dan
membawanya ke meja malam, kembali untuk mengambil piring kecil dan sumpit lalu
meletakkannya di depan Yonghwa.
“ Kalau bosan, kau makan saja ttubokkinya “, Yonghwa menggeleng.
“ I want spagetti, I want spagetti, I want spagetti “, teriaknya sambil
kembali mengetuk-ngetuk meja.
“ Ingatkan aku kalau kau ini berumur tiga puluh tahun bukan anak kecil
berusia tiga tahun “, ucap Seohyun dan langsung mendapat tatapan sebel dari
Yonghwa.
Tiga puluh menit kemudian creamy spagetti tersedia di depan Yonghwa.
Seohyun melepaskan celemeknya. Melipatnya dan meletakkannya di meja konter.
Mengambil piring dari lemari mengaturnya di tas meja makan saat Yonghwa
bergerak berdiri dan berjalan menuju lemari es dan mengeluarkan air mineral dan
Kimchi yang di berikan Ibu Seohyun lalu membawanya ke meja dapur dan kembali
duduk dengan manis saat Seohyun menatapnya tajam.
“ Setidaknya aku bisa membantu, tidak akan membunuhku kan ? “. Seohyun
hanya diam dan menarik kursi tepat di depan Yonghwa.
“ Lebih baik kita makan setelah itu kau bisa minum obat dan beristrahat “.
♥ ♥ ♥
“ Kau belum membuka amplopnya ? “ tanya Seohyun ketika mereka sudah naik ke
lantai atas dan Seohyun melihat amplop besar kiriman untuk Yonghwa masih
tergeletak di meja depan sofa.
“ Kan aku bilang tadi setelah kau pergi aku langsung tertidur dan saat bangun
aku merasa lapar makanya aku turun membuat ttubokki tadi jadi aku belum sempat
mengecek apa isinya “, jawab Yonghwa sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa.
Seohyun masuk ke dalam kamar untuk mengambil baju ganti lalu berjalan ke
kamar mandi. Meninggalkan Yonghwa yang sedang meraih amplop besar tersebut.
Perlahan Yonghwa merobek tepi amplop tersebut dan mengintip isinya. Di dalam
amplop tersebut masih ada map plastik yang sepertinya berisi beberapa dokumen.
Penasaran Yonghwa menarik map plastik tersebut dan mengeluarkan isinya.
Selembar kertas jatuh dari dalam map. Surat Pernikahan dirinya dan Seohyun.
Buru-buru Yonghwa memungutnya. Di dalam map ada pula selembar photo pernikahan
mereka seukuran map tersebut.
Yonghwa tahu ibunya lah yang mengirimkan ini semua. Yonghwa buru-buru
memasukkan semuanya kembali ke dalam map lalu memasukkan ke dalam amplop. Untuk
satu alasan tertentu Yonghwa tak ingin Seohyun mengetahui isinya.
Itu karena kau tak ingin membatalkan pernikahan
kalian bukan ?
Well, dia mencintai Seohyun dan saat Seohyun melihat surat pernikahan
mereka maka Seohyun akan kembali mengungkit masalah pembatalan pernikahan
mereka. Seohyun mungkin tak mencintainya, tapi Yonghwa masih berharap apa yang
di katakan Jonghyun dan Ibu Seohyun waktu itu adalah benar.
Tapi Yonghwa tahu, Seohyun tetap menginginkan kehidupannya sebelum bertemu
dengannya. Mandiri tanpa komitmen. Dan apa yang di lihatnya di dalam map
tersebut adalah kunci bagi Seohyun terlepas dari dirinya.
Andwei !
Tidak boleh !
Tidak bisa di biarkan. Lagi pula apa maksud Ibunya mengirimkan ini semua
kepadanya saat ini. Apakah Ibu Seohyun bercerita bahwa Yonghwa telah jatuh
cinta pada Seohyun dan menyadari bahwa tak ada gunanya lagi dia menyimpan surat
pernikahan mereka ?
Tapi saatnya tidak tepat, sangat tidak tepat.
Yonghwa kembali mengeluarkan map plastik tersebut sambil berdiri dan
berjalan ke kamar, mengeluarkan photo pernikahan mereka dan memasukkan ke dalam
amplop sementara map plastik tersebut di masukkannya ke dalam tas pakaiannya.
Setidaknya saat Seohyun merasa penasaran apa isinya yang dia dapatkan hanya
photo pernikahan mereka.
Good, Yonghwa memuji dirinya lalu membawa amplop besar tersebut kembali ke
meja dan dia kembali duduk di sofa, tepat saat Seohyun membuka pintu kamar
mandi. Yonghwa menghela napas lega.
Seohyun terlihat segar setelah mandi. Rambutnya di gulung keatas dan di
jepit dengan jepitan besar. Mengenakan kemeja longgar berbahan flanel yang
hangat dan celana jeans dengan handuk yang tersampir di bahunya.
“ Kau tidak ingin mandi ? Setidaknya membersihkan badan ? “, tanya Seohyun.
Yonghwa menggeleng. Seohyun kemudian mengeringkan handuk di bahunya ke jemuran
kecil yang di letakkan di depan kamar mandi.
“ Saljunya masih turun “, kata Yonghwa sambil menatap keluar jendela.
“ Sepertinya masih akan turun hingga besok pagi “, komentar Seohyun
menanggapi perkataan Yonghwa. “ Mau aku
buatkan teh hangat ? “, tawarnya.
“ Apakah merepotkan ? “, tanya Yonghwa balik.
“ Tentu saja tidak, kebetulan aku juga mau ”.
Saat Seohyun turun ke bawah, Yonghwa berpikir, bagaimana mereka akan
melewatkan malam ini. Rumah ini walaupun memiliki dua kamar tapi hanya satu
yang di fungsikan sebagai kamar tidur sementara satunya di jadikan ruang kerja
dan perpustakaan mini Seohyun. Yonghwa tidak akan keberatan tidur di sofa, tapi
dia sejuta persen yakin Seohyun tidak akan mengizinkannya tidur di sofa dan dia
juga tak ingin Seohyun tidur di sofa setelah kemarin malam tertidur dengan
posisi duduk.
Berbagi ranjang ?
Terlalu menggoda tapi memang itulah solusi mereka. Berbagi ranjang. Lagi
pula ranjang Seohyun cukup besar untuk mereka berdua, apa yang harus mereka
takutnya. Mereka sudah menikah – setidaknya itu yang dia percayai – mereka dua
manusia dewasa, Yonghwa yakin mereka berdua akan bisa mengendalikan diri mereka
sendiri, iya kan ?
Tapi bagaimana rasanya tidur sambil memeluk tubuh Seohyun ?
Eishh byuntae, byuntae !!
Yonghwa memukul kepalanya mengusir pikiran kotor yang mengusik kepalanya
tepat saat Seohyun naik dengan membawa dua mug berisi teh hangat. Dan
melihatnya memukul kepalanya Seohyun menjadi khawatir, buru-buru di letakkannya
kedua mug berisi teh ke meja.
“ Apakah pusingnya sangat terasa ? “, tanya Seohyun sambil duduk di samping
Yonghwa dan meletakan tangannya ke kening Yonghwa dan merasa lega saat
mengetahui suhu tubuh Yonghwa normal-normal saja.
Yonghwa memegang tangan Seohyun yang di letakkan di keningnya dan tetap
memegangnya saat membawanya ke dalam genggaman tangannya.
“ Aku tidak apa-apa Seohyun, tak perlu khawatir “, ucap Yonghwa
menenangkan.
“ Sebaiknya kau minum obat dan tidur “, ucap Seohyun masih dengan suara
cemas. Tapi Yonghwa menggelengkan kepalanya dan berusaha menunjukkan kalau
dirinya tak apa-apa.
“ Tidur siangku terlalu lama, dan sekarang aku tidak mengantuk “, kata
Yonghwa sambil melepaskan genggaman tangannya dan meraih mug berisi teh hangat
buatan Seohyun. Dan menghirupnya berusaha meredam rasa hangat yang menjalar
memenuhi semua titik di dalam tubuhnya.
Seohyun meraih remote dan menyalakan TV tepat saat itu sebuah adegan ciuman
terpampang di layar besar di depan mereka membuat Yonghwa tersedak dan Seohyun
buru-buru memindahkan chanelnya wajahnya merona.
Sialan, rutuk Yonghwa sambil terbatuk-batuk. Momentnya sangat salah. Sangat
sangat sangat salah. Tidak saat beberapa
menit yang lalu dia membayangkan memeluk Seohyun di ranjang. Benar – benar
bukan moment yang tepat.
“ Sepertinya besok akan ada badai salju “, Yonghwa berusaha mencari topik
pembicaraan yang aman.
“ Aku dengar juga begitu “.
“ Semoga tidak begitu buruk “.
“ Ya “.
Yonghwa kembali menghirup tehnya, Seohyun melakukan hal yang sama. Atmosper
ruangan terasa tegang. Satu kata yang salah bisa membuat ledakan yang maha
dahsyat. Yonghwa mencoba sekali lagi mencari topik yang aman.
“ Seohyun, apakah kau bisa bermain kartu ? “, tanya Yonghwa. Bermain kartu
tentu saja sesuatu yang aman. Iya kan ?
“ Bermain kartu ? “.
“ Iya “, Yonghwa menghirup lagi tehnya.
“ Tapi kita tidak punya kartu untuk di mainkan “.
“ Catur ? “. Seohyun menggeleng.
“ Monopoli ? . Seohyun kembali menggeleng.
“ Ular tangga ? “. Seohyun tersenyum tapi kembali menggeleng.
So, di sinilah mereka berdua, tak tahu harus berbuat apa. Yonghwa
menggaruk-garuk rambutnya yang sama sekali tidak gatal .
“ Bagaimana kalau kita bermain suit ? “, usul Seohyun.
“ Suit ? Suit Jepang ? “.
Seohyun mengangguk. “ Tapi yang kalah harus mendapat hukuman “.
“ Dan apa hukumannya ? “.
“ Tergantung apa yang akan kita inginkan sebagai hukuman “.
“ Membuat kalimat dengan menggunakan bahasa Inggris minimal lima kata dan
bila kalimatnya kurang dari lima kata maka keningnya akan kena jentikan jari.
Bagaimana ? “, usul seohyun setelah berpikir sesaat.
“ Siapa takut “, kata Yonghwa sambil meletakkan gelas yang sedari tadi di
pegangnya. Lalu mengubah posisi duduknya dengan menaikkan kakinya ke atas sofa
lalu duduk bersila. Seohyun pun meletakkan gelasnya dan memposisikan dirinya
persis seperti Yonghwa sehingga mereka sekarang duduk berhadap-hadapan.
“ Kau akan kalah , Hyun “, ejek Yonghwa.
“ Kau tahu aku tak pernah kalah, Yong “.
“ Baiklah, ayo kita mulai “. Yonghwa lalu menepuk-nepukkan tangannya yang
terkepal ke telapak tangannya yang terbuka Seohyun pun melakukan hal yang sama.
“ batu, kertas gunting ! “. Sahut Yonghwa dan terdengar Seohyun berseru
kegirangan.
“ Aku menang ! Yuhuu “. Seohyun
menggoyang-goyangkan jempolnya ke arah Yonghwa. “ Ayo buat kalimatnya “.
Yonghwa berpikir sejenak. Dia tahu akan sangat gampang membuat kalimat
tersebut bahkan dalam sekali tarikan napas. Tapi Yonghwa berlagak sedang
berpikir keras.
“ I can speak little litle in English “, jawab Yonghwa dengan aksen yang di
buat-buat.
“ Ehh kalimat apa itu ? “, protes Seohyun.
“ Pokoknya kan bahasa Inggris dan terdiri dari lima kata “, tangkis
Yonghwa.
“ I love to read a book “. Ucap Seohyun saat di putaran berikutnya Yonghwa
yang menang.
“ Why you shy shy cat “. Kembali Seohyun protes tapi Yonghwa tetap
bersikeras bahwa itu kalimat dalam bahasa Inggris.
Rasanya permainan mereka semakin seru, sementara Seohyun selalu
mengeluarkan kalimat yang benar, Yonghwa malah membuat kalimat yang walaupun
Seohyun protes tapi tetap membuat Seohyun tertawa karena merasa lucu.
“ You have to think cook cook “.
Dan kali ini Seohyun tak mampu lagi untuk protes. Tawanya membahana
memenuhi ruangan di mana mereka berada.
“ Memangnya apa yang salah ? “ sahut Yonghwa sambil memasang ekspresi heran.
Seohyun menggelengkan kepalanya sambil memegang perutnya yang terasa sakit
karena tertawa. “ Kau harus berpikir masak-masak kalau di jadikan bahasa
Inggris itu kan you have to think cook cook, memang salah ya ?
“.
Yonghwa tak peduli apapun itu kalimat kacau yang di buatnya selama bisa
membuat Seohyun tertawa sudah sangat membuatnya senang. Dan dia masih punya
segudang kalimat lucu lainnya.
“ Dragon dragon snow will fall till
morning “, Yonghwa terbelalak mendengar jawaban Seohyun yang kalah di putaran
suit selanjutnya setelah terhenti karena tak bisa menahan tawanya.
“ Ehhh kalimat apa itu ? “.
“ Daripada aku bilang, Yong yong snow will fall till morning lagi pula kau kan
yang memulainya “. Seohyun membalas protesan Yonghwa.
Dan kali ini Yonghwa yang tertawa terbahak-bahak hingga Seohyun harus
memperingatkannya untuk berhenti atau kepalanya akan kembali pusing.
“ Permainan ini sudah mulai kacau dan tak terkendali “, kata Yonghwa.
“ Yah, sebaiknya kita hentikan. Waktunya kau meminum obat dan tidur “, kata
Seohyun sambil berdiri masuk ke dalam kamar dan keluar membawa obat. “ Aku akan
ambilkan air, tunggulah sebentar “.
Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh tiga puluh menit. Seohyun juga
pastinya harus beristirahat karena dia seharian sibuk mengantar Yonghwa dan
mengajar. Dia tentu lebih capek.
Sebentar saja Seohyun sudah datang dengan membawa air mineral dan sebuah gelas
kosong. Di tuangkannya air tersebut ke dalam gelas lalu menyerahkannya kepada
Yonghwa.
♥ ♥ ♥
Seohyun mengawasi Yonghwa meminum obatnya. Lalu dia masuk ke dalam kamar
dan merapikan ranjangnya untuk Yonghwa. Malam ini dia akan tidur di sofa dan
mungkin akan langsung tertidur karena sebenarnya diapun merasa sangat letih
hari ini.
Setelah merapikan ranjangnya, Seohyun meraih satu bantal yang akan di
pakainya di sofa saat Yonghwa masuk ke dalam kamar.
“ Mau di bawa kemana bantalnya ? “, tanya Yonghwa.
“ Aku akan tidur di sofa. Sekarang tidurlah, aku sudah merapikan ranjangnya
untukmu “. Tapi Yonghwa menggeleng.
“ Aku saja yang tidur di sofa Seohyun “, katanya dengan nada bersalah.
“ Hei, aku sudah terbiasa tidur di sofa kok “, ucap Seohyun sambil mendekap
bantal yang di pegangnya.
“ Ayolah, kau sudah sangat letih hari ini dan aku hanya tidur dan tak
berbuat apa-apa. Tidurlah di ranjangmu, aku yang akan tidur di sofa “. Yonghwa
bersikeras dan merebut bantal yang di dekap Seohyun. “ Atau aku terpaksa kembali
ke apartemenku, karena aku tak mau kau tidur di sofa “, ancamnya.
“ Tapi kau kan sakit “, ucap Seohyun pelan, tak tahu lagi bagaimana harus
memaksa Yonghwa untuk tidur di ranjangnya sementara dia tidur di sofa.
“ Kalau begitu kita akan berbagi ranjang “.
Seohyun yakin dia tidak salah dengar. Berbagi ranjang katanya ? Dia dan
Yonghwa tidur di ranjang yang sama. Seohyun merasa mendapat mimpi buruk bahkan
di saat dia belum tertidur sedikitpun.
“ Kau pasti bercanda ! “. Suara Seohyun terdengar bagaikan tercekik.
“ Tentu saja aku tidak bercanda “, kata Yonghwa serius. “ Ranjangmu cukup
besar untuk kita berdua, kau tinggal memilih mau di bagian dalam atau di bagian
luar dan untuk lebih amannya, kau bisa meletakkan guling di antara kita “.
Sambil berkata Yonghwa melakukan seperti yang di ucapkannya. Dia meletakkan
satu bantal guling tepat di tengah-tengah ranjang tersebut.
Tapi Seohyun tetap tidak yakin. Aman adalah dia tidur di sofa dan Yonghwa
tidur di ranjangnya. Di luar itu alarm bahaya yang di milikinya mulai
mengeluarkan suara yang bergema, meraung-raung di dalam kepalanya.
Ayolah Seohyun, apakah kau sedemikian pengecutnya ? kalian kan cuma
seranjang tidak melakukan apa-apa. Ataulah kau berharap memang terjadi apa-apa
?
Seohyun kesal dengan pikirannya yang bahkan tidak menolongnya sama sekali.
Apa-apaan sih sampai dia berpikir kalau dirinya berharap ada yang terjadi.
Memangnya dia gila.
Tapi Yonghwa sama keras kepalanya dengan dirinya. Dan jika dia berkata
bahwa dia akan pulang ke apartemennya sementara di luar salju mulai tebal dan
jalanan pasti sangat licin dan Yonghwa belum fit untuk mengemudi maka dia akan
melakukannya. Seohyun menarik napas panjang.
Apa boleh buat, selalu ada pertama kali untuk segalanya kan ?
“ Baiklah. Tapi aku akan lebih senang bila kau yang ada di bagian dalam “,
akhirnya Seohyun mneyetujui dan Yonghwa tersenyum lebar. Lebih terlihat sedang
nyengir karena senang akhirnya Seohyun menyerah dan mengikuti sarannya.
“ Aku akan kebawah memeriksa semuanya, tidurlah lebih dulu “, ucap Seohyun
sambil berlalu. Diambilnya kedua mug yang tadi berisi teh hangat untuk mereka
berdua, membawanya turun ke bawah lalu mencucinya dan berlama-lama di sana
berharap saat dia naik ke atas Yonghwa sudah tertidur. Seohyun mengecek pintu
sekali lagi, mematikan lampu dan menarik napas berkali-kali dan
menghembuskannya sekeras mungkin saat kakinya menapaki anak tangga pertama.
Tak akan terjadi apapun, semuanya akan baik-baik saja, hanya pastikan kau
tetap diam di tempatmu dan tidak memeluknya saat kau tak sadar, Seohyun
mengingatkan dirinya berulang-ulang.
Yonghwa sudah berada diatas ranjang saat Seohyun masuk ke dalam kamar.
Yonghwa bersandar pada bantal yang di taruhnya di belakang kepalanya. Diam-diam
Seohyun menelan ludahnya. Semuanya akan baik-baik saja, ucapnya terus menerus
dalam hati.
“ Apakah kau ingin lampunya di matikan ? “, tanya Seohyun pelan.
“ Kalau itu membuatmu nyaman, silakan saja ‘, jawab Yonghwa.
“ Kita nyalakan lampu tidur saja “, putus Seohyun sambil menyalakan lampu
tidur yang menempel di dinding tepat diatas ranjangnya. Lalu berjalan mematikan
lampu dan menutup pintunya. Suasana kamar-kamar menjadi sedikit remang-remang
hanya di terangi cahaya lampu tidur yang kecil.
Seohyun perlahan naik ke ranjang dan merebahkan tubuhnya memunggungi
Yonghwa lalu menarik selimut menutupi tubuhnya hingga ke leher. Di dengarnya
gemerisik selimut dari arah belakang dan merasakan gerakan Yonghwa yang
mengatur bantalnya.
“ Selamat malam Seohyun “, bisik Yonghwa.
“ Selamat malam Yonghwa “.
Seohyun yakin, malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang.
♥ ♥ ♥
Yonghwa belum juga bisa memejamkan matanya. Dia mendengar napas yang
teratur keluar dari mulut Seohyun. Apakah Seohyun sudah tidur ?
Berada seranjang dengan wanita yang di cintainya tapi tak bisa memeluknya
adalah siksaan yang sangat berat melebihi rasa pusing yang di deritanya.
Yonghwa tidak tahu bagaimana harus menahan hasratnya untuk tidak menyentuh
Seohyun. Demi Tuhan, apa yang harus di lakukannya ?
Yonghwa mengerang lalu meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya,
pandangannya nanap menatap langit-langit kamar Seohyun. Pikirannya kembali ke masa dimana mereka
pertama kali bertemu. Seohyun yang angkuh tak meminta maaf karena telah membuat
bemper belakang mobilnya rinsek hingga membuatnya merasa jengkel. Memilihnya
dari tiga orang kandidat saat game dating dan membuat Seohyun marah sehingga
mereka bertengkar di belakang panggung dan berakhir dengan pernikahan bohongan yang benar-benar terjadi.
Saat itu dia yakin seyakin-yakinnya, dia tidak akan pernah jatuh cinta pada
nenek sihir tersebut. Tapi apa yang terjadi ?
Seohyun perlahan-lahan menyusup masuk ke dalam hatinya yang disangkanya
telah tertutup karena pengkhianatan Yoo Ra. Mencuri tidurnya yang nyenyak,
membuyarkan konsentrasinya terhadap perkara yang sedang di tanganinya,
membuatnya merasa uring-uringan karena Seohyun menghindarinya selama seminggu
tanpa sebab dan yang paling parah membuatnya jatuh cinta.
Ottoke ?
Seohyun memang sudah menaklukkannya. Yonghwa mengakui kebenaran tersebut.
Hatinya jatuh ke tangan seorang wanita yang begitu mencintai kemandiriannya,
penganut faham feminisme dan menganggap semua laki-laki adalah bejat kecuali
ayahnya.
Bagaimana membuat Seohyun jatuh cinta kepadanya ?
Jonghyun bilang Seohyun tidak akan menghindarinya bila dia tidak merasa
terancam dengan kehadiran Yonghwa. Apakah benar Seohyun merasa kemandiriannya
untuk tidak berkomitmen telah terancam oleh dirinya ?
Hal yang sama juga di katakan oleh Ibu Seohyun hari itu. Apakah Yonghwa
bisa berharap nona mandiri yang sedang terlelap di sampingnya benar-benar juga
telah jatuh cinta padanya ? Ya Tuhan, andai saja Yonghwa bisa mempercayai hal tersebut.
Tiba-tiba di rasakannya Seohyun bergerak dan membalikkan badan sehingga
menghadap ke arahnya. Yonghwa kemudian memiringkan badannya hingga bisa menatap
wajah damai Seohyun yang sedang tertidur. Dia pasti sangat letih hingga
langsung terlelap.
Di pandanginya wajah Seohyun puas-puas. Siluet cahaya lampu membuat wajah
Seohyun bersinar di keremangan kamar. Begitu tenang dalam tidurnya. Apakah dia sedang bermimpi. Apakah aku ada di
mimpinya ?
“ Seojuhyun, katakan padaku bagaimana membuatmu mencintaiku ? “, bisik
Yonghwa pelan sambil merapikan beberapa helai rambut yang terjatuh dan menutupi
wajah Seohyun. “ Tidakkah kau tahu aku sangat mencintaimu ? “, bisiknya lagi. “
Dan itu sangat menyiksaku “.
Seohyun bergerak tapi tidak membalikkan badannya hanya bergerak kemudian
terdiam. Sejenak Yonghwa merasa jantungnya akan melompat keluar, takut Seohyun
akan mendengar apa yang di katakannya barusan.
Kembali Yonghwa memandangi wajah Seohyun memuaskan hasratnya dengan
mengagumi tekstur wajah Seohyun yang sempurna. Tatapan mata Yonghwa terpaku di
bibir Seohyun. Dia pernah merasakan bibir Seohyun. Saat pernikahan mereka dan
saat dia begitu cemburu. Bagaimana rasanya mencium bibir tersebut dengan
perasaan penuh cinta ? Yonghwa teramat sangat ingin merasakan hal tersebut.
Hentikanlah Yonghwa !
Tiba-tiba Seohyun membuka matanya dan mata mereka beradu.
“ Yonghwa ? “, bisiknya lalu kembali memejamkan matanya tapi kemudian membukanya
kembali dan Yonghwa bisa melihat rasa khawatir di wajahnya. “ Apakah kepalamu
terasa sakit ? “.
Yonghwa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “ Aku baik-baik saja “.
“ Kau belum tidur ? “.
“ Aku belum mengantuk, sepertinya hari ini aku sudah terlalu banyak tidur
sehingga mataku belum bisa terpejam “, bisik Yonghwa. “ Tidurlah, kau pasti
sangat lelah “.
Tapi bukannya kembali tertidur Seohyun malah menatapnya dalam-dalam. Dan
Yonghwa berdoa, benar-benar berdoa supaya dia di beri kekuatan untuk tidak
menyentuh Seohyun.
“ Sebenarnya apa permohonan yang kau minta malam itu ? “, tanya Seohyun
pelan.
“ Apakah kau benar-benar ingin mengetahuinya ? “.
“ Tapi kalau kau tak mau mengatakannya, tidak apa-apa kok “.
“ Aku hanya meminta kedamaian untuk negara kita “, dan meminta dirimu
lanjut Yonghwa dalam hati.
“ Terdengar sangat patriotik “.
Yonghwa meringis. “ Iya kah ? “, tanyanya dan di jawab dengan anggukan
kepala Seohyun.
“ Bukankah kau seharus meminta untuk di beri kesehatan atau kesuksesan ? “.
Tanpa dirmu aku tak butuh kesuksesan, bisik Yonghwa dalam hati. Tapi
Yonghwa hanya mengangkat satu bahunya. Tak ingin menanggapi perkataan Seohyun.
“ Yonghwa, apakah kau pernah jatuh cinta ? bagaimana rasanya ? “, tanya
Seohyun dan membuat Yonghwa terkejut tak menyangka Seohyun akan bertanya hal
tersebut kepadanya.
Apakah dia harus jujur ?
Yonghwa menghela napas dan diam sesaat. “ Sekali dalam hidupku, aku pernah
mencintai seseorang dengan teramat sangat “. Mungkin lebih baik dia berkata
jujur dan menceritakan apa yang pernah di alaminya kepada Seohyun sehingga tak
ada lagi rahasia. Bukankah kita tidak seharusnya merahasiakan hal apapun dengan
orang yang kita sayangi ?
“ Apa yang terjadi ? “.
“ Dia mengkhianatiku “, jawab Yonghwa pelan.
“ Apakah jatuh cinta bisa membuatmu merasa sakit ? “.
Yonghwa tersenyum. “ Jatuh cinta bisa membuatmu merasakan semuanya. Senang,
bahagia, sedih, terluka “, jawab Yonghwa. “ Seperti membubuhkan bubuk cabe ke
makananmu, walaupun kau tahu itu akan pedis tapi justru menambah kenikmatan
saat kau memakannya “. Yonghwa mengambil pengibaratan yang sederhana.
“ Apakah juga bisa membunuhmu ? “. Ada kemuraman yang sekilas membayang di
wajah Seohyun. Yonghwa teringat cerita Ibu Seohyun.
“ Cinta tidak menyakiti tapi orang selalu menyalahkan cinta saat hatinya
terluka “, jawab Yonghwa dengan hati-hati. “ Manusialah yang membuat kita
terluka bukan cinta itu sendiri, sayangnya kita terkadang sembunyi di balik
kata cinta “.
“ Apakah pengkhianatan itu yang membuatmu tidak ingin menikah atau
berkomitmen ? ‘.
“ Tadinya aku mengira seperti itu. Tapi sekarang tidak lagi. Mungkin memang
kami tidak berjodoh. Dengan menahannya berati aku terlalu egois dan tidak
membuatnya bahagia. Melepaskannya pergi adalah pilihan terbaik walaupun sakit
“.
Seohyun tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Yonghwa dan
Yonghwa merasa hasrat yang sedari tadi berusaha di padamkannya kembali meyala.
Sialan Seohyun kau tidak tahu apa yang sedang kau lakukan.
Yonghwa memegang tangan Seohyun yang sedang menyentuh wajahnya. Lalu
membawa tangan tersebut ke bibirnya dan mengecupnya. Seohyun perlahan menarik
tangannya, pipinya merona. Yonghwa gantian menyentuh pipi Seohyun dan menepis
beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya.
Tatapan mata Yonghwa tertuju ke bibir Seohyun yang sedikit membuka dan
Yonghwa mengelus bibir Seohyun dengan ibu jarinya. Yonghwa bisa merasakan
keterkejutan di mata Seohyun tapi hanya sesaat berganti binar yang menggoda.
“ Aku sangat ingin menciummu saat ini Seohyun “, bisik Yonghwa dengan suara
yang parau karena hasratnya yang benar-benar sudah pada batas pertahanannya.
Dan sambil mengatakan apa yang di pikirannya yang sedari tadi mengganggu
kepalanya Yonghwa memajukan wajahnya dan menyentuh bibir Seohyun dengan
bibirnya dan menciumnya dengan lembut.
♥ ♥ ♥
Seohyun terpekik kecil saat bibir
Yonghwa mencium bibirnya dengan teramat sangat lembut. Seohyun tidak tahu
apakah dia harus menghentikannya atau menikmatinya. Pikirannya tak lagi seirama
dengan hatinya.
Seohyun sadar bahwa situasi ini sangat berbahaya. Tapi satu sisi dari
dirinya ingin lebih mengetahui sejauh apa bahaya yang bisa di timbulkan oleh
sebuah ciuman.
Seohyun kau sedang bermain api...
Yonghwa menciumnya semakin dalam dan Seohyun merasa tubuhnya melayang. Dia
menginginkan Yonghwa terus menciumnya dan tak berhenti. Seohyun memejamkan
matanya dan tangannya menyentuh dada Yonghwa merasakan jantung Yonghwa yang
berdebar kencang. Apakah Yonghwa juga merasakan apa yang dia rasakan.
Seohyun merasa seluruh tubuhnya meleleh bagaikan mentega yang sedang di
panaskan di atas api yang panas membara. Tanpa sadar Seohyun memeluk leher
Yonghwa dan menariknya semakin dekat dan meminta lebih. Apa yang terjadi dengan
dirinya ?
Berhentilah Seohyun, bisik hatinya tapi Seohyun tak bisa berpikir. Dia
sedang merasakan keindahan yang teramat sangat bagaikan sedang berada di taman
yang penuh dengan bunga aneka warna yang harum semerbak dengan kupu-kupu yang
beterbangan di sekelilingnya.
“ Seohyun “, desis Yonghwa diantara ciumannya yang semakin panas.
Seohyun membuka matanya dan pandangannya bertemu dengan pandangan Yonghwa
yang penuh hasrat. Di rasakannya Yonghwa memegang pinggangnya dan menariknya
mendekat ke tubuhnya. Hawa panas menjalari sekujur tubuh Seohyun. Perasaaan
yang asing tapi menyenangkan. Salahkah bila dia ingin menikmatinya ?
“ Seohyun “, desis Yonghwa lirih. “ Katakan sesuatu “.
“ Apa yang harus aku katakan ? “, guman Seohyun.
“ Hentikan aku sekarang juga “.
“ Mengapa harus berhenti ? “, guman Seohyun tak rela jika ciuman Yonghwa
berakhir.
“ Karena aku sangat menginginkanmu
dan demi Tuhan, aku tak bisa menghentikannya “, erang Yonghwa dan
semakin dalam menjelajahkan lidahnya ke dalam mulut Seohyun.
Seohyun tak tahu apa yang harus di lakukannya. Saat ini dia tidak bisa
memikirkan apapun. Ini adalah hal baru baginya dan rasanya begitu sempurna.
Secara alami Seohyun meraba dada Yonghwa kemudian turun ke perutnya dan
Yonghwa mengerang nikmat, Yonghwa memegang tangan Seohyun dan menarik kaos yang
di pakainya dan memasukkan tangan Seohyun sehingga dia bisa menyentuh tubuhnya
tanpa halangan.
Yonghwa melakukan hal yang sama, memasukkan tangannya dan mulai meraba
punggung Seohyun dan Seohyun merasa sangat nikmat. Napasnya memburu. Perlahan
Seohyun merasa Yonghwa menyentuh tali branya dan mengikuti lajur branya dan sekarang
tangannya perlahan menyentuh payudara Seohyun yang sudah menegang. Menangkupkan
tangannya di payudara Seohyun kemudian memainkan putingnya.
Seohyun merasakan tubuhnya bergetar karena sentuhan tersebut. Tubuhnya
mengeliat meminta lebih dan lebih hingga dia merasa dia bisa menangis karena
tak kuasa menahan rasa nikmat yang di timbulkan sentuhan Yonghwa.
Yonghwa melepaskan ciumannya dan Seohyun mengerang protes tapi Yonghwa
menangkannya. Yonghwa bergerak dan menelentangkan tubuh Seohyun, membuka
kancing kemeja flanelnya hingga bisa melihat keindahan sepasang payudara
Seohyun yang padat dan indah.
“ Apakah kau ingin aku berhenti ? “, guman Yonghwa sambil menatap Seohyun.
Seohyun tahu seharusnya dia menganggukkan kepalanya tapi dia justru
menggelengkan kepalanya dan Yonghwa kemudian mencium puncak payudara Seohyun,
mengisapnya perlahan sehingga membuat Seohyun tak bisa menahan dirinya untuk
tidak meneriakkan nama Yonghwa. Kedua tangannya meremas rambut Yonghwa, meminta
tanpa suara agar Yonghwa lebih dalam mencium payudaranya.
“ Seohyun kau sangat indah “, guman Yonghwa sambil mengecup payudara
Seohyun secara bergantian. “ Izinkan aku membuatmu merasa menjadi wanita sejati
“, guman Yonghwa dengan hasrat yang hampir meledak..
Semuanya begitu indah, mereka berdua tenggelam dalam hasrat. Menjelajah
tiap jengkal tubuh mereka yang sensitif, berulang kali merasakan getaran yang
maha dahsyat seakan terbang ke langit dan tiba-tiba jatuh bagaikan rollercoster
yang melaju dengan kecepatan yang bisa membuat siapapun histeris.
Dan saat tiba dimana mereka berdua tak lagi bisa hanya sekedar bercumbu.
Mereka berdua terbang ke langit tertinggi dan merasakan kenikmatan yang tak
tertandingi oleh apapun.
Yonghwa merasakan napasnya memburu. Di tatapnya wajah Seohyun yang seakan
takjub dengan apa yang baru mereka temukan bersama. Yonghwa menjatuhkan
tubuhnya ke samping Seohyun dan terlentang dengan perasaan yang sangat
primitif. Perasaan memiliki Seohyun seutuhnya.
Yonghwa membalikkan Seohyun menghadap kepadanya. Rona wajah Seohyun memerah
dan Yonghwa sangat menyukainya. Di kecupnya sekali lagi bibir Seohyun dan
mengibaskan rambutnya yang berantakan di wajahnya.
Dia dan Seohyun adalah paduan kesempurnaan.
Di peluknya tubuh Seohyun yang basah oleh keringat menarik selimut menutupi
tubuh mereka.
“ Apakah terasa sakit ? “, bisik Yonghwa di telinga Seohyun. Seohyun
menggeleng pelan. Yonghwa semakin mengeratkan pelukannya dan mengecup ujung
rambut Seohyun merasakan keharuman rambut Seohyun.
Seohyun menguap perasaan kantuk menderanya. Seohyun kemudian memejamkan
matanya dan jatuh terlelap dalam pelukan Yonghwa.
“ Aku mencintaimu Seohyun “, bisik Yonghwa. “ Aku akan membuat pernikahan
kita sempurna hingga kita tua bersama. Aku akan menyayangimu seperti aku
mencintai diriku sendiri, menjagamu dan berusaha keras untuk tidak menyakitimu
“.
Tidak lama Yonghwa merasa matanya semakin berat. Dia menarik Seohyun lebih
dalam ke pelukannya dan memejamkan matanya.
Terima kasih, Tuhan, bisik Yonghwa sebelum akhirnya tertidur dengan
senyuman di wajahnya.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
3 komentar
Write komentarmakin seru ceritanya dan makin penasaran sama chapter selanjutnya , kak zee
Replybentar lagi juga tamat ini cerita hehehe
ReplyAaaaaa...kak zee bkim aku bahagia dgn ff ini,,semoga bersamaan mereka mlm itu nantix akan menjadi nyata,, kak zee jgn tamatin dulu,,,paling tidak sampai ada yongseo junior dong kak zee,,
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon