Malam sudah merayapi hari ketika akhirnya Yonghwa dan Minhyuk sampai ke
lokasi di mana sudah menunggu rekan-rekan Ipnya Bruce dan Jungshin. Beberapa
mobil Polisi juga sudah ada di area tersebut.
Yonghwa melihat sebuah mobil van usang terparkir tidak jauh dari sebuah
pondok berburu di sebuah hutan lindung di pinggir kota Seoul. Lampu-lampu mobil
Polisi membuat tempat tersebut menjadi terang benderang.
Yonghwa melompat keluar mobil sebelum Minhyuk menghentikan mobilnya.
Yonghwa lalu menghampiri Bruce dan Jungshin yang telah berhasil membuntuti Adam
Chou sampai ke pondok tua tersebut.
“ Apakah dia sudah di bawa keluar ? “.
“ Belum ! “, jawab Jungshin. “ Kelihatannya Adam Chou tipe orang yang tak
takut akan ancaman. Polisi sudah memberikan peringatan dan memintanya keluar
tapi dia hanya membalas dengan teriakan dari dalam pondok “.
“ Aku yakin kalian akan berhasil menemukan tempat persembunyiannya “.
“ Hmm, entahlah Yonghwa. Tadinya kami sudah putus asa karena sejak
kehilangan jejaknya kami hampir tak bisa menemukannya “. Jelas Bruce sambil
menepuk pundak Jungshin. “ Mungkin kami
berdua sedang mujur “.
“ Dimana tepatnya kalian mendapatkannya ? “.
“ Saat kami memutuskan untuk mengisi bensin di sebuah pompa bensin, saat
Jungshin melihat mobilnya terparkir di depan toilet umum pompa bensin tersebut
“.
“ Kami mencoba mendekati mobil tersebut tapi Adam Chou tak ada di sana,
lalu aku mencoba masuk ke toilet tapi dia juga tak ada di sana. Iseng Junghsin
berjalan ke arah belakang pompa bensin dan tiba-tiba sebuah van usang muncul
dari belakang pompa bensin di kemudikan secara ugal-ugalan “.
“ Kami sama sekali tak bisa melihat sopir van tersebut tapi kemudian kami
berpikir jangan-jangan Adam Chou mencuri van tersebut agar kami tidak bisa
mengikuti ataupun menangkapnya. Lalu kami mengikutinya hingga ke tempat ini “.
“ Sorry bos, tadi ponsel kami berdua lowbat, makanya kami terlambat
menghubungi kalian “, kata Jungshin sambil sedikit nyengir.
Yonghwa menghela napas, lalu dia menepuk bahu kedua rekannya tersebut. “
Bagus, kerja kalian sangat hebat “.
“ Ini kan kasus yang khusus, jadi kami harus benar-benar harus bisa
menangkap bajingan itu “.
“ memang benar “, kata Yonghwa sambil berusaha menutupi emosinya
Sekarang orang gila tersebut tidak akan lagi mengganggu dan meneror Seohyun
ataupun yang lainnya.
“ Sebaiknya kau pulang dan memberitahu istrimu bahwa bajingan itu sudah di
tangkap. Biar nanti kami di sini yang akan menanganinya “, saran Jungshin
sambil mengedipkan matanya.
Yonghwa hanya mengangguk dan tak memperdulikan Ipnya yang nyata-nyata
menggodanya. Walaupun tadinya dia berniat akan memarahi Jungshin karena
membocorkan pernikahan bohongannya kepada orang tuanya. Tapi Yonghwa merasa
lega sehingga melupakan niatnya tersebut, lagipula Jungshin sudah melakukan hal
yang sangat hebat.
Lagi pula, semua ini adalah salahnya. Seharusnya dia menghubungi kedua
orang tuanya dan menceritakan kepada mereka soal pernikahan bohongannya
tersebut. Menjelaskan bahwa Seohyun adalah kliennya yang akan menumpang di
rumahnya. Pastilah kesalahanpahaman ini tak akan terjadi sama sekali antara
dirinya, Seohyun dan kedua orang tuanya.
“ Telepon aku dirumah dan berikan laporan lengkapnya “.
“ Oke sip “, kata Jungshin dan Bruce sambil mengacungkan jempolnya.
Yonghwa lalu meminta kunci mobil kepada Minhyuk lalu segera memacu mobil
itu menjauhi lokasi di temukannya Adam Chou. Yonghwa tak sabar untuk
memberitahukan kepada Seohyun bahwa Adam Chou sudah tertangkap dan mimpi
buruknya sudah berakhir .
Belum juga beberapa kilo melaju dari TKP, Yonghwa di landa kegamangan.
Kegembiraannya sedikit berkurang , semangatnya menguap terbang. Adam Chou sudah
tertangkap itu artinya kasusnya selesai dan tak ada alasan lagi baginya untuk
menahan Seohyun di rumahnya lebih lama lagi. Besok Seohyun akan kembali ke
apartemennya dan mereka akan menjalani kehidupan mereka masing-masing.
Yonghwa menginjak pedal gas dengan dengan lebih keras. Seohyun belum
berkemas dan Yonghwa sudah merasa kehilangan. Padahal belum juga sepuluh hari
mereka bertemu, Seohyun sudah memasuki kehidupannya dan dampaknya sangat
dahsyat sehingga Yonghwa merasa dia tidak bisa mengenali dirinya sendiri.
Sejujurnya, Yonghwa bisa melihat ketertarikan di mata Seohyun,
gejala-gejalanya sudah bisa di baca. Tapi itu bukan alasan baginya untuk
menahan Seohyun untuk terus tinggal di kondonya. Mustahil, apapun alasannya.
Yonghwa sudah merasa.........hampa.
Semakin medekati kondo Yonghwa merasa semakin kosong pada dirinya.
Dengan perasaan galau Yonghwa menghentikan mobilnya tepat di depan kondo.
Sebagian lampu kondo sudah mulai padam. Mungkin kedua orang tuanya sudah tidur
dan begitupun Seohyun, pikir Yonghwa.
Karena galau Yonghwa tidak melihat ayahnya sedang duduk di teras
menunggunya. Dia baru sadar saat ayahnya memanggilnya. Dengan kaget Yonghwa
menoleh. Wajah serius ayahnya membuat langkahnya berhenti.
“ Ayah mau bicara “.
Yonghwa menggosok-gosok belakang lehernya, “ Baiklah ayah, tapi aku harus
menemui Seohyun dulu “.
“ Sudah ada kabar tentang bajingan yang mengejarnya itu ? “
Yonghwa terdiam sesaat. “ Apakah Seohyun sudah menceritakan semuanya ? “.
Ayahnya menganggukkan kepalanya geram. “ Seohyun sudah menceritakan
semuanya, termasuk pernikahan palsu kalian “.
Yonghwa menghela napas panjang “ Maafkan aku ayah, seharusnya aku menelpon
kalian, tapi waktuku begitu terbatas, kami harus segera menyelesaikan
kasus.......... “.
“ Yonghwa “.
Seohyun muncul di ambang pintu di ikuti oleh Ibu Yonghwa. Wajahnya pucat,
sedikit ragu-ragu....
“ Adam Chou sudah berada di tangan Polisi. Seohyun sekarang kau bisa
bernapas lega dan kembali menjalani hidup dengan aman “.
Pandangan mata Yonghwa beradu dengan Seohyun yang bertingkah bagai orang
yang linglung, “ Benarkah ? “.
“ Benar ! “, Yonghwa menegaskan, “ Lebih baik kita masuk ke dalam, nanti
aku ceritakan semuanya “.
“ Syukurlah !” , oekik Ibu Yonghwa sambil memeluk Seohyun dengan bahagia.
Mereka lalu masuk ke dalam rumah dan Yonghwa sama sekali tak heran melihat
keakraban Seohyun dan ibunya. Ibunya itu berhati hangat dan sudah pasti ibunya
datang dalam kondisi siap menumpahkan kasih sayangnya kepada menantunya.
Yonghwa tahu betapa kedua orang tuanya sangat menginginkan dia untuk segera
menikah dan berkeluarga. Hidup mapan dengan istri dan anak-anaknya. Tapi
sesuatu hal membuatnya untuk tetap membujang, sebuah rahasia yang di simpannya
sendiri.
Tak akan ada yang berubah, sekarang maupun nanti.
Dia akan tetap menjadi bujangan. Tapi mengapa dia merasa sedang menghadapi
perceraian yang sama sekali tak dia inginkan ?
“ Dimana dia tertangkap “, tanya Seohyun tak sabar saat mereka telah duduk
di sofa ruang tamu Yonghwa.
“ Di sebuah pondok tua di tepi hutan di luar Seoul “.
“ Apa ? “
“ Jungshin dan Bruce membuntutinya hingga ke tempat itu “.
Selama beberapa menit kemudian Yonghwa mulai menceritakan kronologis penangkapan
Adam Chou dan dengan sabar menjawab semua pertanyaan Seohyun sampai Seohyun
merasa yakin bahwa mimpi buruknya telah berlalu dan dia sekarang aman dari
gangguan siapapun.
“ Adam Chou tidak akan pernah lagi mengganggumu ataupun orang lain “.
Seohyun bernapas lega. Matanya yang indah nampak berbinar dan berkaca-kaca.
“ Ini perlu di rayakan “, kata ayah Yonghwa sambil menepukkan tangannya ke
pahanya.
“ Aku baru mau mengatakan hal itu “, kata Ibu Yonghwa sambil memegang
tangan Seohyun.
Tapi Seohyun menggelengkan kepalanya. Melepaskan tangannya dari gemnggaman
tangan ibu Yonghwa lalu bangkit berdiri.
“ Terima kasih Yonghwa, tapi aku sudah terlalu banyak berutang kepadamu.
Mumpung masih belum terlalu malam sebaiknya aku menelpon kedua orang tuaku untuk
menjemputku sekarang. Aku akan tinggal di rumah kedua orang tuaku sementara ini
sampai aku bisa kembali ke apartemenku. Minggu depan adalah waktunya gajian.
Aku akan segera melunasi pembayaran semua ini “.
Seohyun lalu berpaling ke arah kedua orang tua Yonghwa. “ Maafkan aku
karena tidak bisa ikut merayakannya “. Seohyun menarik napas pelan “ Senang
sekali bisa bertemu dan mengenal anda berdua. Saya mohon pamit untuk
membereskan semua barang-barang saya sekarang juga “.
Yonghwa merasa kegelapan melingkupinya, seakan-akan dia baru saja di buang
ke sebuah ngarai yang tak berujung. Jatuh dan tak dapat di tolong lagi.
Seohyun bergegas pergi ke kamar Yonghwa, kamar mereka. Kamar diamana dia
tidur sendiri dua malam ini. Seohyun menghempaskan tubuhnya ke atas tempat
tidur dan membenamkan wajahnya ke bantal agar isak tangisnya tidak terdengar
oleh siapapun juga.
Kasusnya sudah selesai, tak ada alasan lagi bagi dirinya untuk tinggal
seatap dengan Yonghwa dan berharap pernikahan mereka menjadi sebuah pernikahan
yang nyata.
Seohyun merasa hatinya berdarah membayangkan dirinya harus pindah dari
rumah Yonghwa kembali ke apartemennya. Seminggu terakhir dia sudah merasa
terbiasa hidup bersama Yonghwa bagaimana dia akan menjalani hidupnya di
hari-hari ke depan ?
Aku telah jatuh, jatuh cinta pada Yonghwa. Jatuh cinta
habis-habisan sampai aku sendiri tidak tahu bagaimana harus hidup.
Merasa jengkel karena terlalu terbawa emosinya sendiri, Seohyun lalu
bangkin dan menghapus air matanya. Saat menghapus airmatanya kilauan cincin
yang di sematkan Yonghwa ke cincinnya berpendar indah di jari manisnya. Cincin
yang bukan dan tidak pernah menjadi miliknya. Hanya sebuah cincin tanpa arti
apapun tapi terasa berat saat harus melepaskannya.
Seohyun lalu mengingat semua peristiwa pertemuan dirinya dan Yonghwa,
mengingat saat pernikahan mereka, saat Yonghwa memakaikan cincin tersebut ke
tangannya, saat Yonghwa menciumnya dengan penuh hasrat sementara dirinya
berusaha keras untuk tidak memperlihatkan hasratnya sendiri.
Mungkin terdengar aneh, tapi saat meenmui Yonghwa di restoran itu, Seohyun
merasa dia telah menemukan belahan jiwanya. Sayang perasaannya itu hanyalah
perasaan sepihak. Yonghwa sama sekali tak menunjukkan minat pada dirinya.
Yonghwa hanya menunaikan tugasnya melindungi dan menangkap pengganggu yang
membuat Seohyun ketakutan.
SeoJuHyun, bisa-bisanya kau meratapi semua ini,
padahal Yonghwa baru saja memberitahukan kepadamu bahwa si bajiangan Adam Chou
tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi ! menyesali Yonghwa padahal dia
mempertaruhkan keselamatannya demi dirimu! Ingatlah dia membebaskanmu dari
bajingan tersebut, dan mana rasa terima kasihmu ? Bukankah kau seharusnya
menangis karena merasa bersyukur ?
Kau benar-benar tak tahu di untung.
Kau tak berhak mendapat lebih dari itu !!
Ketuka halus di pintu membuat Seohyun terlonjak. Dia lalu bangkit dan
berharap di wajahnya tak nampak bekas-bekas air matanya. “ Ya “.
“ Seohyun ? “. Terdengar suara Yonghwa yang begitu dia cintai.
“ Ya, Yonghwa ? “.
“ Kau sudah menelpon kedua orang tuamu ? “
Seohyun menggeleng pelan. “ B-baru aku mau menelpon mereka “.
“ katakan pada mereka untuk tidak usah menjemputmu. Aku akan mengantarkanmu
ke rumah mereka. Lagi pula aku juga harus kembali ke kantor, ada rapat dengan
para IP. Mungkin sambil jalan kita bisa membicarakan beberapa hal yang masih
perlu kita putuskan, oke ? “.
Tidak Oke sama sekali ! Aku ter;lalu ketakutan, bukan karena si bajingan
Adam Chou itu, tapi karena takut jangan-jangan kau bisa merasakan apa yang aku
coba rahasiakan.
“ Seohyun .. kau baik-baik saja ? “.
“ Ohh. Aku baik-baik saja, aku Cuma terlalu lega semuanya sudah berakhir “,
ucap Seohyun berbohong. Pedih ! “. Mungkin aku masih sedikit shock, itu saja “.
“ You know Seohyun, kau tak perlu berpura-pura di hadapanku “, kata Yonghwa
setelah beberapa saat terdiam. “ aku tahu ketakutanmu terhadap Adam Chou. Tapi
tak perlu kau merasa khawatir dan takut lagi. Polisi sudah menangkapnya dengan
semua bukti yang bisa memberatkannya. Lupakan saja insiden tersebut, oke ? “.
Seohyun memejamkan matanya sesaat, Yonghwa selalu memperhatikan
keselamatannya. Perasaan Seohyun menjadi hangat.
“ Khamsamida Yonghwa ssi. Aku sangat menghargai semua ini. Akan ku telepon
orang tuaku bahwa kau akan mengantarku ke sana. Aku akan beberes dan berkemas
secepatnya “.
Dan Seohyun merasa tidak enak hati baru selesai berkemas tiga puluh menit
kemudian. Dia tak menyangka banyak barang-barangnya yang berserakan di rumah
Yonghwa dan butuh waktu untuk mengumpulkannya semua, ada yang di dapur, di
ruang kerja. Rasanya begitu berat meninggalkan semua kenangan di kondo itu.
Seohyun masuk ke ruang kerja Yonghwa di mana dia meletakkan semua
perlengkapan kerjanya. Dari semua ruangan, Seohyun sangat menyukai ruang kerja
Yonghwa. Begitu privacy, dan demi Tuhan, Seohyun harus menahan dirinya agar
tidak mengambil salah satu photo Yonghwa yang di letakkan di figura kecil di
atas perapiannya.
“ Kemana kedua orang tuamu, mereka tidak terlihat ? “. Tanya Seohyun
berbasa basi saat mereka meninggalkan kondo Yonghwa. Rasanya aneh mereka
kembali ke situasi akward seperti sat pertama kali bertemu.
“ Katanya mereka ingin menikmati kota Seoul “, jawab Yonghwa dengan nada
suram.
“ Aku minta maaf, mengecewakan mereka berdua. Mereka sangat terlihat
bahagia tapi....... “.
“ Jangan minta maaf.. tidak ada yang salah “.
“ Mereka sangat baik “.
“ Yah, tapi kita perlu bicara tentang dirimu. Besok pagi aku akan menelpon
pengelola apartemenmu, memberitahukan mereka bahwa kau akan segera memasuki
apartemenmu kembali. Perusahaan pengangkut barang biar aku yang menelponnya.
Nanti biar aku berikan mereka nomor teleponnya agar mereka bisa menghubungimu
kapan tepatnya kau akan kembali ke apartemenmu “.
“ Terima kasih “, bisik Seohyun lirih. Setiap kata yang diucapkan Yonghwa
bagai sembilu yang menggores-gores hatinya. Karena dia tahu mulai saat ini dia
tidak akan lagi bisa dekat dengannya.
Separuh perjalana mereka membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Hingga mereka tidak sadar kalau telah sampai didepan rumah orang tua Seohyun.
Seohyun lalu perlahan menarik cincin dari jari manisnya dan menyerahkannya
kepada Yonghwa.
“ Ini barang berharga, aku mengembalikannya kepadamu Yonghwa, aku takut
lupa “.
Sedikit ragu-ragu Yonghwa menerima cincin tersebut dan itu membuat seohyun
merasa heran. Tapi Yonghwa lalu meraih cincin tersebut dan menggenggamnya
sebentar lalu memasukkannya ke dalam saku celananya.
Sekejap tangan mereka bersentuhan, menghadirkan aliran listrik yang membuat
Seohyun bagai kesetrum. Berusaha menatap degupan jantungnya yang berdetak
keras, takut kalau-kalau Yonghwa bisa mendengarnya.
Seohyun lalu buru-buru turun dari mobil – ingin cepat cepat berlalu dari
tatapan tajam Yonghwa seperti menyelidik.
Jangan-jangan Yonghwa mengetahui perasaannya. Tapi Yonghwa begitu tampan
dia pasti sudah terbiasa membuat para wanita tergila-gila. Seohyun mendesah
lirih penuh kepedihan
Seohyun lalu mendahului Yonghwa membuka bagasi dan mengeluarkan koper dan
tasnya lalu membawanya sendiri. Cukup, jasa Yonghwa tidak termasuk mengangkat
koper dan tas-tasnya.
Saat berada di teras rumah orang tuanya, Seohyun lalu berbalik dan menatap
Yonghwa. “ Sampai di sini saja, aku bisa sendiri “.
“ Aku akan pergi saat melihatmu telah masuk ke dalam rumah dengan selamat “,
tegas Yonghwa.
Seohyun lalu merogoh tasnya dan mencari kunci rumah kedua orang tuanya. Lalu
measukkan kunci tersebut ke dalam lobang kunci dan memutarnya hingga terdengar
bunyi klik dan pintu terbuka. Yonghwa lalu mengangkat koper dan tas Seohyun dan
meletakkannya di dalam rumah.
Terdengar suara ibu Seohyun menyuruhnya meminta Yonghwa masuk ke dalam
rumah agar dia bisa mengucapkan terima kasih. Tapi Seohyun merasa sudah tidak
tahan lagi........
“ Yonghwa sedang buru-buru, Bu ! “, seru Seohyun tanpa menanyakan pendapat
Yonghwa. “ Dia ada rapat yang harus dia hadiri !”.
Urat di pelipis Yonghwa tampak berdenyut. Seohyun tahu itu hanya terjadi
saat dia sedang memikirkan hal-hal yang penting. Yonghwa mungkin harus segera
menyelesaikan tugasnya. Atau mungkin Yonghwa sudah tidak sabaran ingin
cepat-cepat membereskan semua urusan yang tidak mengenakkan ini.
Amit-amit Seohyun, jangan buat dirimu sebagai
penghalang bagi Yonghwa.
“ Tidak ada kata-kata yang bisa aku ucapkan untuk mengungkapkan rasa terima
kasihku kepadamu dan kepada IP yang lain. Ku mohon kirimkanlah tagihannya
secepat biar aku bisa melunasinya. Meskipun aku harus membanting tulang seumur
hidup untuk membayarnya tapi aku rasa tidak akan pernah cukup “, suara Seohyun
terdengar bergetar. “ Semoga Tuhan selalu memberkatimu, Yonghwa “.
Sebelum tangisnya pecah Seohyun buru-buru masuk dan menutup pintu. Dia
masih bisa melihat wajah Yonghwa yang membatu. Rasanya dia tidak akan pernah
melupakan pemandangan ini sepanjang hidupnya. Tidak akan pernah.............
Sebuah Catatan Kaki
Tak terasa Oh My IP Man sudah sampai ke chapter 9, asli author juga tidak tahu akan di bawa kemana kisah Seohyun dan Yonghwa ini heheheh....... Apa komentar kalian sejauh ini ? apakah kalian ingin segera aku menamatkan fanfic ini ??
7 komentar
Write komentarDuuuhh yongseo cepat luahkan hati masing²
Reply(-_-!) Pembaca kecewa.... kenapa seohyun pindah.. adegan baper.. (Q ~ Q))
Replyayoo buruan hehehe
ReplySeohyun takut duitnya ga cukup bayar yonghwa hahahaha
Replykak zee kok belum update sih (Q_Q)) .. next chapter dong..
Replymasih dalam proses, sabar ya hahahaha
Replyweeee..weeeee.. (TT_TT)) grup lagi sepi.sepinya kak zee.. tiffani hiatus sementara dari snsd, tahun ini parah no moment yongseo no momen cnsd.. huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon