#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

OH MY IP MAN " SHUT UP AND JUST KISS ME ! "




CHAPTER NINE.

Malam sudah merayapi hari ketika akhirnya Yonghwa dan Minhyuk sampai ke lokasi di mana sudah menunggu rekan-rekan Ipnya Bruce dan Jungshin. Beberapa mobil Polisi juga sudah ada di area tersebut.
Yonghwa melihat sebuah mobil van usang terparkir tidak jauh dari sebuah pondok berburu di sebuah hutan lindung di pinggir kota Seoul. Lampu-lampu mobil Polisi membuat tempat tersebut menjadi terang benderang.
Yonghwa melompat keluar mobil sebelum Minhyuk menghentikan mobilnya. Yonghwa lalu menghampiri Bruce dan Jungshin yang telah berhasil membuntuti Adam Chou sampai ke pondok tua tersebut.
“ Apakah dia sudah di bawa keluar ? “.
“ Belum ! “, jawab Jungshin. “ Kelihatannya Adam Chou tipe orang yang tak takut akan ancaman. Polisi sudah memberikan peringatan dan memintanya keluar tapi dia hanya membalas dengan teriakan dari dalam pondok “.
“ Aku yakin kalian akan berhasil menemukan tempat persembunyiannya “.
“ Hmm, entahlah Yonghwa. Tadinya kami sudah putus asa karena sejak kehilangan jejaknya kami hampir tak bisa menemukannya “. Jelas Bruce sambil menepuk pundak Jungshin. “  Mungkin kami berdua sedang mujur “.
“ Dimana tepatnya kalian mendapatkannya ? “.
“ Saat kami memutuskan untuk mengisi bensin di sebuah pompa bensin, saat Jungshin melihat mobilnya terparkir di depan toilet umum pompa bensin tersebut “.
“ Kami mencoba mendekati mobil tersebut tapi Adam Chou tak ada di sana, lalu aku mencoba masuk ke toilet tapi dia juga tak ada di sana. Iseng Junghsin berjalan ke arah belakang pompa bensin dan tiba-tiba sebuah van usang muncul dari belakang pompa bensin di kemudikan secara ugal-ugalan “.
“ Kami sama sekali tak bisa melihat sopir van tersebut tapi kemudian kami berpikir jangan-jangan Adam Chou mencuri van tersebut agar kami tidak bisa mengikuti ataupun menangkapnya. Lalu kami mengikutinya hingga ke tempat ini “.
“ Sorry bos, tadi ponsel kami berdua lowbat, makanya kami terlambat menghubungi kalian “, kata Jungshin sambil sedikit nyengir.
Yonghwa menghela napas, lalu dia menepuk bahu kedua rekannya tersebut. “ Bagus, kerja kalian sangat hebat “.
“ Ini kan kasus yang khusus, jadi kami harus benar-benar harus bisa menangkap bajingan itu “.
“ memang benar “, kata Yonghwa sambil berusaha menutupi emosinya
Sekarang orang gila tersebut tidak akan lagi mengganggu dan meneror Seohyun ataupun yang lainnya.
“ Sebaiknya kau pulang dan memberitahu istrimu bahwa bajingan itu sudah di tangkap. Biar nanti kami di sini yang akan menanganinya “, saran Jungshin sambil mengedipkan matanya.
Yonghwa hanya mengangguk dan tak memperdulikan Ipnya yang nyata-nyata menggodanya. Walaupun tadinya dia berniat akan memarahi Jungshin karena membocorkan pernikahan bohongannya kepada orang tuanya. Tapi Yonghwa merasa lega sehingga melupakan niatnya tersebut, lagipula Jungshin sudah melakukan hal yang sangat hebat.
Lagi pula, semua ini adalah salahnya. Seharusnya dia menghubungi kedua orang tuanya dan menceritakan kepada mereka soal pernikahan bohongannya tersebut. Menjelaskan bahwa Seohyun adalah kliennya yang akan menumpang di rumahnya. Pastilah kesalahanpahaman ini tak akan terjadi sama sekali antara dirinya, Seohyun dan kedua orang tuanya.
“ Telepon aku dirumah dan berikan laporan lengkapnya “.
“ Oke sip “, kata Jungshin dan Bruce sambil mengacungkan jempolnya.
Yonghwa lalu meminta kunci mobil kepada Minhyuk lalu segera memacu mobil itu menjauhi lokasi di temukannya Adam Chou. Yonghwa tak sabar untuk memberitahukan kepada Seohyun bahwa Adam Chou sudah tertangkap dan mimpi buruknya sudah berakhir .
Belum juga beberapa kilo melaju dari TKP, Yonghwa di landa kegamangan. Kegembiraannya sedikit berkurang , semangatnya menguap terbang. Adam Chou sudah tertangkap itu artinya kasusnya selesai dan tak ada alasan lagi baginya untuk menahan Seohyun di rumahnya lebih lama lagi. Besok Seohyun akan kembali ke apartemennya dan mereka akan menjalani kehidupan mereka masing-masing.
Yonghwa menginjak pedal gas dengan dengan lebih keras. Seohyun belum berkemas dan Yonghwa sudah merasa kehilangan. Padahal belum juga sepuluh hari mereka bertemu, Seohyun sudah memasuki kehidupannya dan dampaknya sangat dahsyat sehingga Yonghwa merasa dia tidak bisa mengenali dirinya sendiri.
Sejujurnya, Yonghwa bisa melihat ketertarikan di mata Seohyun, gejala-gejalanya sudah bisa di baca. Tapi itu bukan alasan baginya untuk menahan Seohyun untuk terus tinggal di kondonya. Mustahil, apapun alasannya.
Yonghwa sudah merasa.........hampa.
Semakin medekati kondo Yonghwa merasa semakin kosong pada dirinya.
Dengan perasaan galau Yonghwa menghentikan mobilnya tepat di depan kondo. Sebagian lampu kondo sudah mulai padam. Mungkin kedua orang tuanya sudah tidur dan begitupun Seohyun, pikir Yonghwa.
Karena galau Yonghwa tidak melihat ayahnya sedang duduk di teras menunggunya. Dia baru sadar saat ayahnya memanggilnya. Dengan kaget Yonghwa menoleh. Wajah serius ayahnya membuat langkahnya berhenti.
“ Ayah mau bicara “.
Yonghwa menggosok-gosok belakang lehernya, “ Baiklah ayah, tapi aku harus menemui Seohyun dulu “.
“ Sudah ada kabar tentang bajingan yang mengejarnya itu ? “
Yonghwa terdiam sesaat. “ Apakah Seohyun sudah menceritakan semuanya ? “.
Ayahnya menganggukkan kepalanya geram. “ Seohyun sudah menceritakan semuanya, termasuk pernikahan palsu kalian “.
Yonghwa menghela napas panjang “ Maafkan aku ayah, seharusnya aku menelpon kalian, tapi waktuku begitu terbatas, kami harus segera menyelesaikan kasus.......... “.
“ Yonghwa “.
Seohyun muncul di ambang pintu di ikuti oleh Ibu Yonghwa. Wajahnya pucat, sedikit ragu-ragu....
“ Adam Chou sudah berada di tangan Polisi. Seohyun sekarang kau bisa bernapas lega dan kembali menjalani hidup dengan aman “.
Pandangan mata Yonghwa beradu dengan Seohyun yang bertingkah bagai orang yang linglung, “ Benarkah ? “.
“ Benar ! “, Yonghwa menegaskan, “ Lebih baik kita masuk ke dalam, nanti aku ceritakan semuanya “.
“ Syukurlah !” , oekik Ibu Yonghwa sambil memeluk Seohyun dengan bahagia. Mereka lalu masuk ke dalam rumah dan Yonghwa sama sekali tak heran melihat keakraban Seohyun dan ibunya. Ibunya itu berhati hangat dan sudah pasti ibunya datang dalam kondisi siap menumpahkan kasih sayangnya kepada menantunya.
Yonghwa tahu betapa kedua orang tuanya sangat menginginkan dia untuk segera menikah dan berkeluarga. Hidup mapan dengan istri dan anak-anaknya. Tapi sesuatu hal membuatnya untuk tetap membujang, sebuah rahasia yang di simpannya sendiri.
Tak akan ada yang berubah, sekarang maupun nanti. Dia akan tetap menjadi bujangan. Tapi mengapa dia merasa sedang menghadapi perceraian yang sama sekali tak dia inginkan ?
“ Dimana dia tertangkap “, tanya Seohyun tak sabar saat mereka telah duduk di sofa ruang tamu Yonghwa.
“ Di sebuah pondok tua di tepi hutan di luar Seoul “.
“ Apa ? “
“ Jungshin dan Bruce membuntutinya hingga ke tempat itu “.
Selama beberapa menit kemudian Yonghwa mulai menceritakan kronologis penangkapan Adam Chou dan dengan sabar menjawab semua pertanyaan Seohyun sampai Seohyun merasa yakin bahwa mimpi buruknya telah berlalu dan dia sekarang aman dari gangguan siapapun.
“ Adam Chou tidak akan pernah lagi mengganggumu ataupun orang lain “. Seohyun bernapas lega. Matanya yang indah nampak berbinar dan berkaca-kaca.
“ Ini perlu di rayakan “, kata ayah Yonghwa sambil menepukkan tangannya ke pahanya.
“ Aku baru mau mengatakan hal itu “, kata Ibu Yonghwa sambil memegang tangan Seohyun.
Tapi Seohyun menggelengkan kepalanya. Melepaskan tangannya dari gemnggaman tangan ibu Yonghwa lalu bangkit berdiri.
“ Terima kasih Yonghwa, tapi aku sudah terlalu banyak berutang kepadamu. Mumpung masih belum terlalu malam sebaiknya aku menelpon kedua orang tuaku untuk menjemputku sekarang. Aku akan tinggal di rumah kedua orang tuaku sementara ini sampai aku bisa kembali ke apartemenku. Minggu depan adalah waktunya gajian. Aku akan segera melunasi pembayaran semua ini “.
Seohyun lalu berpaling ke arah kedua orang tua Yonghwa. “ Maafkan aku karena tidak bisa ikut merayakannya “. Seohyun menarik napas pelan “ Senang sekali bisa bertemu dan mengenal anda berdua. Saya mohon pamit untuk membereskan semua barang-barang saya sekarang juga “.
Yonghwa merasa kegelapan melingkupinya, seakan-akan dia baru saja di buang ke sebuah ngarai yang tak berujung. Jatuh dan tak dapat di tolong lagi.
Seohyun bergegas pergi ke kamar Yonghwa, kamar mereka. Kamar diamana dia tidur sendiri dua malam ini. Seohyun menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur dan membenamkan wajahnya ke bantal agar isak tangisnya tidak terdengar oleh siapapun juga.
Kasusnya sudah selesai, tak ada alasan lagi bagi dirinya untuk tinggal seatap dengan Yonghwa dan berharap pernikahan mereka menjadi sebuah pernikahan yang nyata.
Seohyun merasa hatinya berdarah membayangkan dirinya harus pindah dari rumah Yonghwa kembali ke apartemennya. Seminggu terakhir dia sudah merasa terbiasa hidup bersama Yonghwa bagaimana dia akan menjalani hidupnya di hari-hari ke depan ?
Aku telah jatuh, jatuh cinta pada Yonghwa. Jatuh cinta habis-habisan sampai aku sendiri tidak tahu bagaimana harus hidup.
Merasa jengkel karena terlalu terbawa emosinya sendiri, Seohyun lalu bangkin dan menghapus air matanya. Saat menghapus airmatanya kilauan cincin yang di sematkan Yonghwa ke cincinnya berpendar indah di jari manisnya. Cincin yang bukan dan tidak pernah menjadi miliknya. Hanya sebuah cincin tanpa arti apapun tapi terasa berat saat harus melepaskannya.
Seohyun lalu mengingat semua peristiwa pertemuan dirinya dan Yonghwa, mengingat saat pernikahan mereka, saat Yonghwa memakaikan cincin tersebut ke tangannya, saat Yonghwa menciumnya dengan penuh hasrat sementara dirinya berusaha keras untuk tidak memperlihatkan hasratnya sendiri.
Mungkin terdengar aneh, tapi saat meenmui Yonghwa di restoran itu, Seohyun merasa dia telah menemukan belahan jiwanya. Sayang perasaannya itu hanyalah perasaan sepihak. Yonghwa sama sekali tak menunjukkan minat pada dirinya. Yonghwa hanya menunaikan tugasnya melindungi dan menangkap pengganggu yang membuat Seohyun ketakutan.
SeoJuHyun, bisa-bisanya kau meratapi semua ini, padahal Yonghwa baru saja memberitahukan kepadamu bahwa si bajiangan Adam Chou tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi ! menyesali Yonghwa padahal dia mempertaruhkan keselamatannya demi dirimu! Ingatlah dia membebaskanmu dari bajingan tersebut, dan mana rasa terima kasihmu ? Bukankah kau seharusnya menangis karena merasa bersyukur ?
Kau benar-benar tak tahu di untung.
Kau tak berhak mendapat lebih dari itu !!
Ketuka halus di pintu membuat Seohyun terlonjak. Dia lalu bangkit dan berharap di wajahnya tak nampak bekas-bekas air matanya. “ Ya “.
“ Seohyun ? “. Terdengar suara Yonghwa yang begitu dia cintai.
“ Ya, Yonghwa ? “.
“ Kau sudah menelpon kedua orang tuamu ? “
Seohyun menggeleng pelan. “ B-baru aku mau menelpon mereka “.
“ katakan pada mereka untuk tidak usah menjemputmu. Aku akan mengantarkanmu ke rumah mereka. Lagi pula aku juga harus kembali ke kantor, ada rapat dengan para IP. Mungkin sambil jalan kita bisa membicarakan beberapa hal yang masih perlu kita putuskan, oke ? “.
Tidak Oke sama sekali ! Aku ter;lalu ketakutan, bukan karena si bajingan Adam Chou itu, tapi karena takut jangan-jangan kau bisa merasakan apa yang aku coba rahasiakan.
“ Seohyun .. kau baik-baik saja ? “.
“ Ohh. Aku baik-baik saja, aku Cuma terlalu lega semuanya sudah berakhir “, ucap Seohyun berbohong. Pedih ! “. Mungkin aku masih sedikit shock, itu saja “.
“ You know Seohyun, kau tak perlu berpura-pura di hadapanku “, kata Yonghwa setelah beberapa saat terdiam. “ aku tahu ketakutanmu terhadap Adam Chou. Tapi tak perlu kau merasa khawatir dan takut lagi. Polisi sudah menangkapnya dengan semua bukti yang bisa memberatkannya. Lupakan saja insiden tersebut, oke ? “.
Seohyun memejamkan matanya sesaat, Yonghwa selalu memperhatikan keselamatannya. Perasaan Seohyun menjadi hangat.
“ Khamsamida Yonghwa ssi. Aku sangat menghargai semua ini. Akan ku telepon orang tuaku bahwa kau akan mengantarku ke sana. Aku akan beberes dan berkemas secepatnya “.
Dan Seohyun merasa tidak enak hati baru selesai berkemas tiga puluh menit kemudian. Dia tak menyangka banyak barang-barangnya yang berserakan di rumah Yonghwa dan butuh waktu untuk mengumpulkannya semua, ada yang di dapur, di ruang kerja. Rasanya begitu berat meninggalkan semua kenangan di kondo itu.
Seohyun masuk ke ruang kerja Yonghwa di mana dia meletakkan semua perlengkapan kerjanya. Dari semua ruangan, Seohyun sangat menyukai ruang kerja Yonghwa. Begitu privacy, dan demi Tuhan, Seohyun harus menahan dirinya agar tidak mengambil salah satu photo Yonghwa yang di letakkan di figura kecil di atas perapiannya.
“ Kemana kedua orang tuamu, mereka tidak terlihat ? “. Tanya Seohyun berbasa basi saat mereka meninggalkan kondo Yonghwa. Rasanya aneh mereka kembali ke situasi akward seperti sat pertama kali bertemu.
“ Katanya mereka ingin menikmati kota Seoul “, jawab Yonghwa dengan nada suram.
“ Aku minta maaf, mengecewakan mereka berdua. Mereka sangat terlihat bahagia tapi....... “.
“ Jangan minta maaf.. tidak ada yang salah “.
“ Mereka sangat baik “.
“ Yah, tapi kita perlu bicara tentang dirimu. Besok pagi aku akan menelpon pengelola apartemenmu, memberitahukan mereka bahwa kau akan segera memasuki apartemenmu kembali. Perusahaan pengangkut barang biar aku yang menelponnya. Nanti biar aku berikan mereka nomor teleponnya agar mereka bisa menghubungimu kapan tepatnya kau akan kembali ke apartemenmu “.
“ Terima kasih “, bisik Seohyun lirih. Setiap kata yang diucapkan Yonghwa bagai sembilu yang menggores-gores hatinya. Karena dia tahu mulai saat ini dia tidak akan lagi bisa dekat dengannya.
Separuh perjalana mereka membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga mereka tidak sadar kalau telah sampai didepan rumah orang tua Seohyun. Seohyun lalu perlahan menarik cincin dari jari manisnya dan menyerahkannya kepada Yonghwa.
“ Ini barang berharga, aku mengembalikannya kepadamu Yonghwa, aku takut lupa “.
Sedikit ragu-ragu Yonghwa menerima cincin tersebut dan itu membuat seohyun merasa heran. Tapi Yonghwa lalu meraih cincin tersebut dan menggenggamnya sebentar lalu memasukkannya ke dalam saku celananya.
Sekejap tangan mereka bersentuhan, menghadirkan aliran listrik yang membuat Seohyun bagai kesetrum. Berusaha menatap degupan jantungnya yang berdetak keras, takut kalau-kalau Yonghwa bisa mendengarnya.
Seohyun lalu buru-buru turun dari mobil – ingin cepat cepat berlalu dari tatapan tajam Yonghwa seperti menyelidik.
Jangan-jangan Yonghwa mengetahui perasaannya. Tapi Yonghwa begitu tampan dia pasti sudah terbiasa membuat para wanita tergila-gila. Seohyun mendesah lirih penuh kepedihan
Seohyun lalu mendahului Yonghwa membuka bagasi dan mengeluarkan koper dan tasnya lalu membawanya sendiri. Cukup, jasa Yonghwa tidak termasuk mengangkat koper dan tas-tasnya.
Saat berada di teras rumah orang tuanya, Seohyun lalu berbalik dan menatap Yonghwa. “ Sampai di sini saja, aku bisa sendiri “.
“ Aku akan pergi saat melihatmu telah masuk ke dalam rumah dengan selamat “, tegas Yonghwa.
Seohyun lalu merogoh tasnya dan mencari kunci rumah kedua orang tuanya. Lalu measukkan kunci tersebut ke dalam lobang kunci dan memutarnya hingga terdengar bunyi klik dan pintu terbuka. Yonghwa lalu mengangkat koper dan tas Seohyun dan meletakkannya di dalam rumah.
Terdengar suara ibu Seohyun menyuruhnya meminta Yonghwa masuk ke dalam rumah agar dia bisa mengucapkan terima kasih. Tapi Seohyun merasa sudah tidak tahan lagi........
“ Yonghwa sedang buru-buru, Bu ! “, seru Seohyun tanpa menanyakan pendapat Yonghwa. “ Dia ada rapat yang harus dia hadiri !”.
Urat di pelipis Yonghwa tampak berdenyut. Seohyun tahu itu hanya terjadi saat dia sedang memikirkan hal-hal yang penting. Yonghwa mungkin harus segera menyelesaikan tugasnya. Atau mungkin Yonghwa sudah tidak sabaran ingin cepat-cepat membereskan semua urusan yang tidak mengenakkan ini.
Amit-amit Seohyun, jangan buat dirimu sebagai penghalang bagi Yonghwa.
“ Tidak ada kata-kata yang bisa aku ucapkan untuk mengungkapkan rasa terima kasihku kepadamu dan kepada IP yang lain. Ku mohon kirimkanlah tagihannya secepat biar aku bisa melunasinya. Meskipun aku harus membanting tulang seumur hidup untuk membayarnya tapi aku rasa tidak akan pernah cukup “, suara Seohyun terdengar bergetar. “ Semoga Tuhan selalu memberkatimu, Yonghwa “.
Sebelum tangisnya pecah Seohyun buru-buru masuk dan menutup pintu. Dia masih bisa melihat wajah Yonghwa yang membatu. Rasanya dia tidak akan pernah melupakan pemandangan ini sepanjang hidupnya. Tidak akan pernah.............


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Chapter Eight Chapter Ten




Sebuah Catatan Kaki
Tak terasa Oh My IP Man sudah sampai ke chapter 9, asli author juga tidak tahu akan di bawa kemana kisah Seohyun dan Yonghwa ini heheheh....... Apa komentar kalian sejauh ini ? apakah kalian ingin segera aku menamatkan fanfic ini ?? 
Previous
Next Post »

7 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
22 Agustus 2016 pukul 23.45 delete

Duuuhh yongseo cepat luahkan hati masing²

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
22 Agustus 2016 pukul 23.53 delete

(-_-!) Pembaca kecewa.... kenapa seohyun pindah.. adegan baper.. (Q ~ Q))

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
23 Agustus 2016 pukul 14.25 delete

Seohyun takut duitnya ga cukup bayar yonghwa hahahaha

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
26 Agustus 2016 pukul 16.48 delete

kak zee kok belum update sih (Q_Q)) .. next chapter dong..

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
26 Agustus 2016 pukul 16.53 delete

masih dalam proses, sabar ya hahahaha

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
27 Agustus 2016 pukul 20.56 delete

weeee..weeeee.. (TT_TT)) grup lagi sepi.sepinya kak zee.. tiffani hiatus sementara dari snsd, tahun ini parah no moment yongseo no momen cnsd.. huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Reply
avatar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥