#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

DONT SAY NO




CHAPTER EIGHT

Seohyun tersenyum kecil saat membuka pintu. Pertemuannya dengan Minhyuk sedikit banyak telah membuat moodnya sedikit menjadi lebih baik pagi ini. Senang rasanya bisa bertemu dengan seseorang yang dikenalnya di kota yang terasa asing baginya. Sedikit bersenandung Seohyun menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Bibi Kim pasti sedang sibuk menyiapkan sarapan untuknya dan Seohyun tidak ingin mengganggunya dan memilih untuk segera mandi dan berganti pakaian lalu turun untuk sarapan. Perutnya sudah mulai terasa lapar.
Belum ada kabar terbaru dari Yonghwa dan itu membuat Seohyun mendesah sambil membasuhkan air ke tubuhnya. Hampit tiga minggu dan sampai kapankah dia harus menunggu seperti ini tanpa sedikitpun kepastian.
Tak ingin membuat moodnya yang sedikit lebih baik pagi ini, Seohyun memutuskan untuk mengunjungi apartemen ayahnya. Seohyun membuka pintu lemari pakaiannya dan menatap deretan baju yang tersusun rapi di dalamnya mencoba memilih pakaian apa yang – patut – di pakainya.
Seohyun menarik gaun putih gading sederhana tanpa lengan dan mendekatkan ketubuhnya sambil menatap pantulannya di cermin lalu memutuskan memakai gaun tersebut dengan cardigan klasik berwarna bitu tosca dan sebuah syal sedanad yang di lingkarkannya di lehernya yang jenjang. Di gelungnya rambutnya dan menyematkan hiasan mutiara kecil sewarna dengan gaunnya. Seohyun kemudian memoleskan make up ringan ke wajahnya lalu merapikan tas mungil bertali panjang dan memasukkan dompet dan ponselnya serta beberapa barang kecil penting lainnya lalu menyematkan tas tersebut secara menyilang ke tubuhnya. Seohyun lalu menatap pantulan sirinya kembali di cermin, puas dengan apa yang di lihatnya, dia berjalan keluar kamar menutup pintunya lalu perlahan menuruni tangga. Bau masakan dari arah dapur membuat Seohyun merasa semakin lapar.
“ Apakah kau akan pergi ? “.
Sebuah nada suara yang sangat di kenalnya mengagetkan Seohyun sehingga langkah kakinya terhenti tepat di anak tangga paling bawah. Nada itu terdengar dingin dan seperti berasal dari dunia yang lain. Seohyun tak dapat menyembunyikan wajah kagetnya saat dia berbalik menatap ke arah datangnya suara tersebut.
Yonghwa ada di sana, bersandar di dinding sambil melipat kedua tangannya ke dadanya dan menatapnya dengan tatapan yang aneh, sedikit marah atau mungkin sedikit kesal ? entahlah Seohyun tak bisa membaca ekspresinya.
“ Yonghwa ?! “, hanya itu yang bisa keluar dari bibir Seohyun.
“ Tentu saja ini aku. Ataukah kau mengharapkan orang lain ? “. Seohyun menatap Yonghwa tak mengerti. Orang lain ?
“ Mmm.. maksudku kapan kau datang ? “, tanya Seohyun setelah beberapa saat terpaku, sedikit kaget mendapati orang yang tadi membuatnya mendesah sekarang sudah berdiri di depannya dengan tatapan dingin.
“ Aku pulang pagi tadi, tapi sayang sekali sang nyonya rumah sedang tidak di rumah “. Dingin. Suara Yonghwa membuat Seohyun tergidik, atau apakah Bibi Kim menurunkan suhu pendingin ruang tamu…… ?
“ Oh maafkan aku “, ucap Seohyun merasa bersalah. “ Pagi ini aku bangun terlalu pagi dan aku pikir ada baiknya aku keluar dan menikmati udara segar di taman “.
“ Bangun terlalu pagi atau kau ada janji dengan seseorang di taman pagi ini ? “. Senyum sinis mengembang di bibir Yonghwa dan Seohyun mencoba mencari tahu apakah dia sudah membuat satu kesalahan fatal pagi ini.
“ Maaf … ? “.
“ Dan sepertinya kau sudah begitu rapi jadi aku berkesimpulan kau akan pergi lagi “, tak menghiraukan perkataan Seohyun Yonghwa malah menlangkah mendekati Seohyun dan berhenti tidak jauh darinya. “ Sepertinya selama aku pergi kau bisa mengatasi segalanya sendiri. Kau pasti lebih menyukai suasana rumah tanpa diriku “.
Sialan Jung Yonghwa, ada apa dengan dirinya, umpat Seohyun dalam hati. Memangnya tahu apa dirimu bagaimana keadaanku setelah kau pergi selama itu tanpa kepastian apapun kapan kau akan pulang. Tahu apa dirinya bagaimana setiap hari dirinya menatap ke arah pintu berharap pintu tersebut terbuka dan Yonghwa berjalan masuk dengan tersenyum. Tahu apa dia tentang malam-malam panjang yang harus di laluinya dengan gelisah, mimpi-mimpi buruk yang menbuatnya tak bisa tidur dengan nyenyak. Kau bahkan tak tahu apapun !
“ Apakah kau sehat ? “, mencoba meredakan kekesalan dalam hatinya Seohyun menatap Yonghwa dari kepala hingga ke kaki walaupun sebenarnya saat ini yang ingin di lakukannya ada menedang lututnya dan memakinya. “ Aku berharap perjalanan bisnismu berjalan sesuai dengan yang kau inginkan “.
Yonghwa kembali tersenyum sinis sambil menggelengkan kepalanya, di masukkannya kedua tangannya ke dalam saku celananya dan berjalan lebih dekat ke arah Seohyun. Melakukan hal yang sama yang di lakukan Seohyun , menatap dari kepala hingga ke kaki Seohyun.
“ kau terlihat cantik pagi ini. Apakah kau ada janji dengan seseorang ? “. Di keluarkannya tangannya dari saku celananya dan menyentuh pipi Seohyun perlahan. “ Kau tidak sedang bermain api di belakangku kan Seohyun sayang ? “. Ada tatapan curiga di matanya.
Seohyun mengernyitkan keningnya dan berusaha menenangkan debaran jantungnya yang sialnya berdegup kencang oleh sentuhan Yonghwa. Ada apa dengan pria di depannya ini ? Pergi sekian minggu dan pulang – pulang malah bertingkah aneh seperti ini. Apakah Yonghwa sedang berusaha membuat dirinya marah ?
Inikah yang di rencanakan oleh Yonghwa dan wanita jalang itu, menuduhnya berselingkuh dengan pria lain, membuatnya merasa bersalah ? Demi Tuhan sebegitu buruknyakah nasibnya menjadi istri seorang Jung Yonghwa ?
“ Maaf, aku tid___ “.
“ Oh tidak usah meminta maaf “, dengus Yonghwa.
“ Sayangnya aku meminta maaf bukan karena tuduhan bodohmu itu, tapi aku berusaha menyakinkan pendengaranku sendiri yang sepertinya tiba-tiba terganggu pagi ini. Dan jelas bukan pendengaranku yang salah dan aku tidak suka dengan apa yang kau tuduhkan kepadaku “, berang Seohyun sambil berbalik dan berjalan meninggalkan Yonghwa tapi Yonghwa menarik tangannya dan dengan kasar membalikkan badan Seohyun kearahnya.
“ Dan sayangnya apa yang aku lihat pagi ini justru menguatkan perkataanku. Seohyun sayang, kau nampaknya sangat menikmati pagi ini bercengkrama dengan orang lain di taman “, desis Yonghwa masih tetap mengcengkram kedua lengan Seohyun. Cengkramannya membuat Seohyun merasa kesakitan. Tatapan Yonghwa kini penuh dengan bara api yang bagaikan ular ganas yang siap mematuk dirinya.
Jadi Yonghwa melihatnya bercakap-cakap dengan Minhyuk di taman ? Sialan mengapa justru dia merasa senang, maki Seohyun pada dirinya sendiri.
“ Jadi kau ke taman ? “.
“ Kaget ? kaget karena mendengar aku ke taman atau kaget karena aku mendapati istriku sedang berasyik masyuk dengan pria lain ? “.
“ Demi Tuhan, Yonghwa ! “.
“ Kenapa ? kau tidak sanggup mendengar kebenaran ? “.
Dengan kasar Seohyun melepaskan cengkraman tangan Yonghwa. “ Aku tidak serendah itu Jung Yonghwa “. Ada nada terluka dalam suara Seohyun. “ Bisa-bisanya kau menuduhku selingkuh sementara dirimu pergi seenak hati dan oh siapa yang tahu dengan siapa dirimu di sana. Ataukah ini adalah muslihat jahat dirimu dan Jessie si wanita jalang itu “, sindir Seohyun marah.
Seohyun mungkin tidak secantik dan seseksi wanita jalang itu tapi setidaknya dia adalah istri Yonghwa dan Yonghwa tidak seharusnya memperlakukan dirinya serendah itu dengan menuduhkan hal yang membuatnya merasa selevel dengan Jessie. Yonghwa seharusnya menghargai dirinya !
Seohyun menarik napas panjang mencoba menenangkan dirinya. “ Sebenarnya apa yang ingin kau katakan ? “, ucap Seohyun. “ Kau ingin kita bercerai ? “.
“ Apakah itu yang kau inginkan ? “. Nada dingin kembali hadir di nada suara Yonghwa tapi tatapan tajamnya justru terlihat sangat membara dan bisa membakar tubuh Seohyun.
“ Tidak bisakah kau mengatakannya dengan cara yang baik tanpa harus menuduhku melakukan hal yang tidak aku lakukan “.
“ Aku hanya ingin kau jujur Seohyun “.
“ Jujur tentang apa ? “, tantang Seohyun.
“ Jujur bahwa kau telah mengkhianatiku dengan siapapun pria sialan yang kau temui di taman pagi ini. Kau tidak jauh beda dengan Jessie tapi setidaknya Jessie tidak pernah menutupinya dengan berlagak menjadi wanita lugu “.
Serendah itukah pandangan Yonghwa terhadapnya ? Seohyun terluka. Sangat-sangat terluka. Harga dirinya seakan di injak-injak tanpa belas kasihan. Seohyun seharusnya tidak menyetujui rencana pernikahan ini dulu, pernikahan ini justru menjadi neraka yang siap melahap dirinya membakar tubuhnya.
“ Terserah apapun pandangan dirimu terhadap diriku. Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan dengan wanita sialan itu. Kau mau perceraian baiklah jika itu yang kau inginkan. Aku sudah cukup lelah dengan semua ini. Oh demi Tuhan aku berharap aku bisa mengulang waktu sehingga aku bisa terhindar dari situasi yang bagaikan neraka ini “.
“ Oh kau hanya tidak tahu apa yang aku ingin lakukan saat ini Seohyun “.
“ Tentu saja aku tahu, kau ingin melemparku keluar dari rumah ini menendangku bagaikan sebutir kerikil tak ber_______ oohhh !! “.
Yonghwa menarik tubuh Seohyun memeluknya dan mencium bibir Seohyun sehingga Seohyun tidak bisa melanjutkan apapun yang ingin di katakannya. Matanya membelalak tidak menyangka apa yang di lakukan Yonghwa. Sesaat Seohyun tak bisa berpikir lalu setelah sadar Seohyun berusaha melepaskan pelukan Yonghwa dan menghentikan ciuman Yonghwa di bibirnya.
Tapi Seohyun tak bisa, Yonghwa begitu erat memeluknya dan bibirnya melumat bibir Seohyun dengan kasar.
Bibir Yonghwa terus mencoba membuka bibir Seohyun dengan melumatnya seakan itulah hal terakhir yang bisa di lakukannya. Perasaan marah yang merasuki pikiran dan tubuhnya mengalahkan kata hatinya yang berusaha mengingatkan dirinya untuk tidak mencium Seohyun dengan kasar.
“ Kau tidak tahu betapa aku tersiksa karena ingin melakukan hal ini “, desis Yonghwa diantara ciumannya yang kasar namun sangat bernapsu, napasnya memburu nada tersengal keluar dari bibirnya.
Seohyun tak mampu berbicara, pikiran dan tubuhnya tak lagi seirama, sekeras apapun pikirannya menolak tapi tubuhnya justru menikmati ciuman tersebut. Ciuman yang penuh napsu membuat Seohyun menutup matanya dan mengerang pelan.
“ Apakah kau menyukainya, Seohyunku yang lugu “, desis Yonghwa lagi sambil meraba punggungnya dengan kedua tangannya. Seohyun merasa seluruh tubuhnya terbakar. Keduanya terlalu sibuk dengan pemikiran masing-masing sehingga tidak menyadari Bibi Kim yang memasuki ruangan berniat memanggil keduanya untuk sarapan dan mendapati keduanya sedang berciuman membuat Bibi Kim buru-buru kembali ke dapur dengan senyum kecil di bibirnya.
Ciuman dan rabaan Yonghwa membuat tubuh Seohyun terkulai, kakinya seakan tiba-tiba tak bisa lagi menahan tubuhnya mengakibatkan dirinya justru kini sedang memeluk Yonghwa sebagai pegangan.
“ Seohyun…….. “, bisik Yonghwa. “ Apakah ini yang kau inginkan ? “.
Ini adalah hal baru bagi Seohyun, walaupun ini bukan pertama kalinya Yonghwa menciumnya tapi Seohyun tak bisa memungkiri bahwa ciuman Yonghwa kali ini sangat berbahaya baginya tapi Seohyun tak ingin berhenti. Seohyun menginginkan hal ini, Seohyun bahkan menginginkan lebih dan lebih lagi.
Yonghwa mengerang lalu tanpa melepaskan ciumannya diangkatnya Seohyun dan melangkah menaiki tangga menuju kamarnya. Dengan kasar di bukanya pintu dan di tendangnya agar tertutup. Di baringkannya Seohyun di atas ranjangnya, melepaskan ciumannya dan menatap wajah Seohyun yang memerah karena manahan gairah. Gairah yang sama dengan yang di rasakannya.
“  Seohyun………. “.
“ Cium aku …….. “, bisik Seohyun, tangannya yang berkhianat menggapai-gapai tubuh Yonghwa.
“ Kau ingin aku melakukannya ? “, tanya Yonghwa lembut, tapi Yonghwa sama sekali tidak mengulurkan tanganya untuk meraih Seohyun.
“ Tidak mengertikah kau ? “, ucap Seohyun tersengal. Seohyun tak ingin mundur, ini adalah apa yang di impikannya, bersama Yonghwa, memeluknya, merasakan Yonghwa di dalam dirinya. Sekarang atau tidak sama sekali. “ Mengapa kau membuatnya menjadi tidak     mudah “ guman Seohyun sedikit kikuk.
Yonghwa menatap dalam kemata Seohyun. Ada gairah yang sama dengan gairahnya nampak jelas di mata Seohyun yang indah. Yonghwa mengerang lalu kembali mencium bibir Seohyun kali ini dengan sedikit lembut di mainkannya bibir Seohyun hingga terbuka lalu dengan leluasa lidahnya meraba setiap sudut di mulut Seohyun menghadirkan sensasi yang sangat nyaman. Dan erangan Seohyun meyakinkan Yonghwa bahwa Seohyun pun merasakan hal tersebut.
“ Aku menginginkanmu Seohyun “, desah Yonghwa. “ Sentuhlah aku “.
Ini adalah pertama kalinya bagi Seohyun. Seohyun tak tahu apa yang harus di lakukannya jadi dia membiarkan tubuhnya melakukan apapun yang diinginkannya, di sentuhnya dada Yonghwa yang lapang, mengaitkan jari jemarinya di rambut Yonghwa, membiarkan dirinya menikmati setiap sentuhan tersebut dan menyimpan semuanya ke dalam kenangan di kepalanya. Payudaranya terasa tegang. Seohyun merasa kehilangan kesadaran dirinya dan tersesat dalam kabut panas antara dirinya dan Yonghwa. Sementara tangan Yonghwa mulai meraba seluruh tubuhnya, melepaskan ciumannya dan mencium leher jenjang Seohyun membuat sensasi yang menghadirkan erangan nikmat dari bibir Seohyun.
Indah. Kepala Yonghwa terasa berputar dan dadanya berdebar kencang. Di tariknya resleting gaun Seohyun dan menariknya perlahan hingga payudara Seohyun yang padat dan indah terlihat jelas dan putingnya yang mengeras di balik bh sederhananya yang jauh dari seksi semakin membuat Yonghwa tak dapat menahak gejolak libidonya yang sudah dalam level sangat tinggi.
Yonghwa melepaskan kaitan bh Seohyun dan melempar bh tersebut ke sudut ruangan sama seperti gaun Seohyun. Yonghwa lalu melumat payudara tersebut dengan lahap bagaikan seorang bayi yang mengisap puting ibunya sementara tangannya memainkan putting Seohyun yang lainnya.
Seohyun kembali mengerang, kenikmatan yang di rasakannya membuat tubuhnya merapat ke arah Yonghwa meminta lebih dan lebih. Yonghwa tersenyum merasakan betapa Seohyun sangat terangsang sama seperti dirinya. Di lepaskannya isapannya di payudara Seohyun lalu perlahan menjalarkan lidahnya menyusuri perut Seohyun yang putih indah hingga perlahan menyusuri sisi sensitif Seohyun yang kembali menghadirkan erangan kenikmatan di bibir Seohyun.
“ Oh Yonghwa….. Ohh….. “.
Yonghwa melepaskan bajunya dengan cepat dan menarik celananya dan menendangnya hingga terlepas. Yonghwa menarik tangan Seohyun dan menyentuhkan tangan Seohyun untuk merasakan kejantanannya. Nada terkesiap keluar dari bibir Seohyun membuat Yonghwa tertawa kecil.
“ Itu adalah perbuatanmu, Seohyun “. 
Dengan malu Seohyun meraba kejantanan Yonghwa membuat Yonghwa mengerang dan menghentikan gerakan tangan Seohyun. Menarik Seohyun lebih ketengah tempat tidur kemudian Yonghwa memposisikan dirinya di antara kedua paha Seohyun. Perlahan di sentuhnya celana dalam Seohyun dan merasakan kelembabannya. Yonghwa menarik celananya lalu perlahan melakukan hal yang sama pada celana dalam Seohyun. Di tundukkannya kepalanya hingga bibirnya bisa menyentuh sisi sensitif di selangkangan Seohyun. Jeritan tertahan kembali keluar dari bibir Seohyun.
Inilah saatnya, inilah yang di inginkannya, bisik hati Seohyun. Inilah yang selalu di impikannya selama ini menjadikan Yonghwa sebagai yang pertama baginya. Menjadikan Yonghwa menjadi seseorang yang mengambil hal terindah dari dirinya.
“ Apakah kita aman Seohyun “, bisik Yonghwa di telinga Seohyun.
Aman ? Seohyun tak bisa berpikir lagi apa maksud dari aman yang di katakan Yonghwa sehingga dia hanya menganggukkan kepalanya pasrah. Yonghwa kemudian menciumnya lebih dalam lagi.
Dan ketika Seohyun merasakan tubuh Yonghwa memasuki dirinya, tak ada rasa sakit ataupun perasaan cemas yang melandanya. Yonghwa melakukannya dengan perlahan berusaha membuatnya bisa menikmati apa yang mereka lakukan. Kenikmatan yang di rasakannya bagaikan membuatnya terbang ke langit bertabur bintang hingga tiba di pintu surga kenikmatan. Sambil membelai punggung Yonghwa, Seohyun mengukir pengalaman pertamanya jauh di dalam hatinya dan akan menjadi kenangan yang tak akan pernah di lupakannya.
Dan saat keduanya merasakan puncak kenikmatan Seohyun tak bisa menyembunyikan airmatanya yang tiba-tiba mengalir. Kenikmatan yang bisa membuatnya mati dengan tersenyum. Yonghwa kemudian menjatuhkan tubuhnya ke samping Seohyun, meraih tubuh seohyun dan memeluknya.
“ Kau luar biasa “. Suara Yonghwa terdengar parau dan dalam, masih terengah. “ bagaimana mungkin kau bisa membayangkan dirimu membuatku bosan dan kecewa sementara kau begitu cantik , indah dan seksi ? ”.
Seohyun menggumankan sesuatu dengan tidak jelas dan makin mendekatkan tubuhnya ke arah Yonghwa. Sepanjang hidupnya belum pernah dia merasakan kebahagiaan seperti ini. Yonghwa memeluknya semakin erat sambil membelai punggungnya yang berkeringat.
“ Kau wanita yang hebat Seohyun, apakah kau tahu itu ? Kau membuatku melupakan bahwa ini yang pertama bagimu dan tidak melakukannya dengan perlahan “.
Seohyun tersenyum. “ Ini sangat tidak terlupakan “, desah Seohyun. “ Aku berharap kita akan punya banyak waktu untuk melakukannya dengan perlahan dan sempurna seperti yang kita inginkan “.
Yonghwa membungkuk untuk menyentuh bibir Seohyun dengan bibirnya. “ Kita memiliki seluruh sisa hidup kita. Aku harap lain kali kita akan memastikan kita aman dengan memakai pelindung. Setidaknya kali ini kita aman “.
Seohyun terdiam. Aman ? Apakah maksud Yonghwa aman adalah Seohyun melakukan pencegahan untuk tidak hamil ? Karena Yonghwa sudah menegaskan tidak boleh ada anak diantara mereka. Kegelisahan merasuki hatinya. Dia sama sekali tidak dalam posisi aman. Seohyun tidak pernah meminum pil anti hamil. Demi Tuhan, betapa bodohnya dirinya, kutuk Seohyun dalam hati.
Yonghwa mencium Seohyun dalam lalu memeluknya sekali lagi. “ Bagaimana kalau kita mandi lalu sarapan ? “.
“ Ohh, kita melupakan Bibi Kim “, teriak perlahan Seohyun lalu tersenyum malu. Pipinya bersemu membuat Yonghwa tak tahan untuk tidak menciumnya.
“ Sebaiknya kita mandi. Walaupun sesungguhnya aku lebih memilih untuk tetap memelukmu seperti ini tapi saat ini kita membutuhkan makanan walaupun makanan adalah hal terakhir yang ada di pikiranku saat ini “, goda Yonghwa. Kembali Seohyun tersipu.
Yonghwa lalu bangkit dan menarik Seohyun dan membawanya ke kamar mandi. Di bawah siraman air keduanya kembali melakukan rangsangan-rangsangan kecil yang membuat mereka tertawa.
Seohyun kembali mengenakan gaunnya meminta izin ke kamarnya untuk merapikan make upnya dan Yonghwa berkata bahwa dia akan menunggu di meja makan.
Di dalam kamar Seohyun terduduk di depan meja riasnya menatap pantulan dirinya di cermin. Pipinya terlihat merona hanya dengan mengingat apa yang telah terjadi antara dirinya dan Yonghwa.
Jadi Yonghwa cemburu melihatnya bercakap-cakap dengan Minhyuk, pikir Seohyun setelah mengingat kembali apa yang terjadi. Senyum puas menghias wajahnya. Cemburu adalah awal yang bagus bukan ? tanya Seohyun pada pantulannya di cermin.
Tapi senyumannya hilang saat kembali mengingat kebohongannya. Semoga oh semoga tidak terjadi apa-apa, walaupun jauh di lubuk hati Seohyun dia teramat sangat menginginkan anak dari Yonghwa.
Tuhan, jangan biarkan hal buruk terjadi, doa Seohyun sambil menghela napas panjang lalu beranjak keluar kamarnya. Yonghwa sudah menunggunya….


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Latest
Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar
18 Agustus 2017 pukul 16.37 delete

Yong Cemburu ke Hyun
Omoo rate nya 18+
Mata saya sedikit ternodai
Tapi tetep lanjut jangan lama lama ya kak
Kalau boleh saran di kasih ratenya kak buat jaga jaga kalau seandainya ada reader dibawah umur

Reply
avatar
15 November 2018 pukul 17.04 delete

Kapan d lanjutin ffny ���� sy msih menunggu

Reply
avatar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo β™₯