CHAPTER EIGHT
Seohyun tersenyum kecil saat membuka pintu.
Pertemuannya dengan Minhyuk sedikit banyak telah membuat moodnya sedikit
menjadi lebih baik pagi ini. Senang rasanya bisa bertemu dengan seseorang yang
dikenalnya di kota yang terasa asing baginya. Sedikit bersenandung Seohyun
menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Bibi Kim pasti sedang sibuk menyiapkan sarapan
untuknya dan Seohyun tidak ingin mengganggunya dan memilih untuk segera mandi
dan berganti pakaian lalu turun untuk sarapan. Perutnya sudah mulai terasa
lapar.
Belum ada kabar terbaru dari Yonghwa dan itu membuat
Seohyun mendesah sambil membasuhkan air ke tubuhnya. Hampit tiga minggu dan
sampai kapankah dia harus menunggu seperti ini tanpa sedikitpun kepastian.
Tak ingin membuat moodnya yang sedikit lebih baik pagi
ini, Seohyun memutuskan untuk mengunjungi apartemen ayahnya. Seohyun membuka
pintu lemari pakaiannya dan menatap deretan baju yang tersusun rapi di dalamnya
mencoba memilih pakaian apa yang – patut – di pakainya.
Seohyun menarik gaun putih gading sederhana tanpa
lengan dan mendekatkan ketubuhnya sambil menatap pantulannya di cermin lalu
memutuskan memakai gaun tersebut dengan cardigan klasik berwarna bitu tosca dan
sebuah syal sedanad yang di lingkarkannya di lehernya yang jenjang. Di
gelungnya rambutnya dan menyematkan hiasan mutiara kecil sewarna dengan
gaunnya. Seohyun kemudian memoleskan make up ringan ke wajahnya lalu merapikan
tas mungil bertali panjang dan memasukkan dompet dan ponselnya serta beberapa
barang kecil penting lainnya lalu menyematkan tas tersebut secara menyilang ke
tubuhnya. Seohyun lalu menatap pantulan sirinya kembali di cermin, puas dengan
apa yang di lihatnya, dia berjalan keluar kamar menutup pintunya lalu perlahan
menuruni tangga. Bau masakan dari arah dapur membuat Seohyun merasa semakin
lapar.
“ Apakah kau akan pergi ? “.
Sebuah nada suara yang sangat di kenalnya mengagetkan
Seohyun sehingga langkah kakinya terhenti tepat di anak tangga paling bawah.
Nada itu terdengar dingin dan seperti berasal dari dunia yang lain. Seohyun tak
dapat menyembunyikan wajah kagetnya saat dia berbalik menatap ke arah datangnya
suara tersebut.
Yonghwa ada di sana, bersandar di dinding sambil
melipat kedua tangannya ke dadanya dan menatapnya dengan tatapan yang aneh,
sedikit marah atau mungkin sedikit kesal ? entahlah Seohyun tak bisa membaca ekspresinya.
“ Yonghwa ?! “, hanya itu yang bisa keluar dari bibir
Seohyun.
“ Tentu saja ini aku. Ataukah kau mengharapkan orang
lain ? “. Seohyun menatap Yonghwa tak mengerti. Orang lain ?
“ Mmm.. maksudku kapan kau datang ? “, tanya Seohyun
setelah beberapa saat terpaku, sedikit kaget mendapati orang yang tadi
membuatnya mendesah sekarang sudah berdiri di depannya dengan tatapan dingin.
“ Aku pulang pagi tadi, tapi sayang sekali sang nyonya
rumah sedang tidak di rumah “. Dingin. Suara Yonghwa membuat Seohyun tergidik,
atau apakah Bibi Kim menurunkan suhu pendingin ruang tamu…… ?
“ Oh maafkan aku “, ucap Seohyun merasa bersalah. “
Pagi ini aku bangun terlalu pagi dan aku pikir ada baiknya aku keluar dan
menikmati udara segar di taman “.
“ Bangun terlalu pagi atau kau ada janji dengan
seseorang di taman pagi ini ? “. Senyum sinis mengembang di bibir Yonghwa dan
Seohyun mencoba mencari tahu apakah dia sudah membuat satu kesalahan fatal pagi
ini.
“ Maaf … ? “.
“ Dan sepertinya kau sudah begitu rapi jadi aku
berkesimpulan kau akan pergi lagi “, tak menghiraukan perkataan Seohyun Yonghwa
malah menlangkah mendekati Seohyun dan berhenti tidak jauh darinya. “
Sepertinya selama aku pergi kau bisa mengatasi segalanya sendiri. Kau pasti
lebih menyukai suasana rumah tanpa diriku “.
Sialan Jung Yonghwa, ada apa dengan dirinya, umpat
Seohyun dalam hati. Memangnya tahu apa dirimu bagaimana keadaanku setelah kau
pergi selama itu tanpa kepastian apapun kapan kau akan pulang. Tahu apa dirinya
bagaimana setiap hari dirinya menatap ke arah pintu berharap pintu tersebut
terbuka dan Yonghwa berjalan masuk dengan tersenyum. Tahu apa dia tentang
malam-malam panjang yang harus di laluinya dengan gelisah, mimpi-mimpi buruk
yang menbuatnya tak bisa tidur dengan nyenyak. Kau bahkan tak tahu apapun !
“ Apakah kau sehat ? “, mencoba meredakan kekesalan
dalam hatinya Seohyun menatap Yonghwa dari kepala hingga ke kaki walaupun
sebenarnya saat ini yang ingin di lakukannya ada menedang lututnya dan
memakinya. “ Aku berharap perjalanan bisnismu berjalan sesuai dengan yang kau
inginkan “.
Yonghwa kembali tersenyum sinis sambil menggelengkan
kepalanya, di masukkannya kedua tangannya ke dalam saku celananya dan berjalan
lebih dekat ke arah Seohyun. Melakukan hal yang sama yang di lakukan Seohyun ,
menatap dari kepala hingga ke kaki Seohyun.
“ kau terlihat cantik pagi ini. Apakah kau ada janji
dengan seseorang ? “. Di keluarkannya tangannya dari saku celananya dan
menyentuh pipi Seohyun perlahan. “ Kau tidak sedang bermain api di belakangku
kan Seohyun sayang ? “. Ada tatapan curiga di matanya.
Seohyun mengernyitkan keningnya dan berusaha
menenangkan debaran jantungnya yang sialnya berdegup kencang oleh sentuhan
Yonghwa. Ada apa dengan pria di depannya ini ? Pergi sekian minggu dan pulang –
pulang malah bertingkah aneh seperti ini. Apakah Yonghwa sedang berusaha
membuat dirinya marah ?
Inikah yang di rencanakan oleh Yonghwa dan wanita
jalang itu, menuduhnya berselingkuh dengan pria lain, membuatnya merasa
bersalah ? Demi Tuhan sebegitu buruknyakah nasibnya menjadi istri seorang Jung
Yonghwa ?
“ Maaf, aku tid___ “.
“ Oh tidak usah meminta maaf “, dengus Yonghwa.
“ Sayangnya aku meminta maaf bukan karena tuduhan
bodohmu itu, tapi aku berusaha menyakinkan pendengaranku sendiri yang
sepertinya tiba-tiba terganggu pagi ini. Dan jelas bukan pendengaranku yang
salah dan aku tidak suka dengan apa yang kau tuduhkan kepadaku “, berang
Seohyun sambil berbalik dan berjalan meninggalkan Yonghwa tapi Yonghwa menarik
tangannya dan dengan kasar membalikkan badan Seohyun kearahnya.
“ Dan sayangnya apa yang aku lihat pagi ini justru
menguatkan perkataanku. Seohyun sayang, kau nampaknya sangat menikmati pagi ini
bercengkrama dengan orang lain di taman “, desis Yonghwa masih tetap
mengcengkram kedua lengan Seohyun. Cengkramannya membuat Seohyun merasa
kesakitan. Tatapan Yonghwa kini penuh dengan bara api yang bagaikan ular ganas
yang siap mematuk dirinya.
Jadi Yonghwa melihatnya bercakap-cakap dengan Minhyuk
di taman ? Sialan mengapa justru dia merasa senang, maki Seohyun pada dirinya
sendiri.
“ Jadi kau ke taman ? “.
“ Kaget ? kaget karena mendengar aku ke taman atau
kaget karena aku mendapati istriku sedang berasyik masyuk dengan pria lain ? “.
“ Demi Tuhan, Yonghwa ! “.
“ Kenapa ? kau tidak sanggup mendengar kebenaran ? “.
Dengan kasar Seohyun melepaskan cengkraman tangan
Yonghwa. “ Aku tidak serendah itu Jung Yonghwa “. Ada nada terluka dalam suara
Seohyun. “ Bisa-bisanya kau menuduhku selingkuh sementara dirimu pergi seenak
hati dan oh siapa yang tahu dengan siapa dirimu di sana. Ataukah ini adalah
muslihat jahat dirimu dan Jessie si wanita jalang itu “, sindir Seohyun marah.
Seohyun mungkin tidak secantik dan seseksi wanita
jalang itu tapi setidaknya dia adalah istri Yonghwa dan Yonghwa tidak
seharusnya memperlakukan dirinya serendah itu dengan menuduhkan hal yang
membuatnya merasa selevel dengan Jessie. Yonghwa seharusnya menghargai dirinya
!
Seohyun menarik napas panjang mencoba menenangkan
dirinya. “ Sebenarnya apa yang ingin kau katakan ? “, ucap Seohyun. “ Kau ingin
kita bercerai ? “.
“ Apakah itu yang kau inginkan ? “. Nada dingin
kembali hadir di nada suara Yonghwa tapi tatapan tajamnya justru terlihat
sangat membara dan bisa membakar tubuh Seohyun.
“ Tidak bisakah kau mengatakannya dengan cara yang
baik tanpa harus menuduhku melakukan hal yang tidak aku lakukan “.
“ Aku hanya ingin kau jujur Seohyun “.
“ Jujur tentang apa ? “, tantang Seohyun.
“ Jujur bahwa kau telah mengkhianatiku dengan siapapun
pria sialan yang kau temui di taman pagi ini. Kau tidak jauh beda dengan Jessie
tapi setidaknya Jessie tidak pernah menutupinya dengan berlagak menjadi wanita
lugu “.
Serendah itukah pandangan Yonghwa terhadapnya ?
Seohyun terluka. Sangat-sangat terluka. Harga dirinya seakan di injak-injak
tanpa belas kasihan. Seohyun seharusnya tidak menyetujui rencana pernikahan ini
dulu, pernikahan ini justru menjadi neraka yang siap melahap dirinya membakar
tubuhnya.
“ Terserah apapun pandangan dirimu terhadap diriku.
Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan dengan wanita sialan itu. Kau mau
perceraian baiklah jika itu yang kau inginkan. Aku sudah cukup lelah dengan
semua ini. Oh demi Tuhan aku berharap aku bisa mengulang waktu sehingga aku
bisa terhindar dari situasi yang bagaikan neraka ini “.
“ Oh kau hanya tidak tahu apa yang aku ingin lakukan
saat ini Seohyun “.
“ Tentu saja aku tahu, kau ingin melemparku keluar
dari rumah ini menendangku bagaikan sebutir kerikil tak ber_______ oohhh !! “.
Yonghwa menarik tubuh Seohyun memeluknya dan mencium
bibir Seohyun sehingga Seohyun tidak bisa melanjutkan apapun yang ingin di
katakannya. Matanya membelalak tidak menyangka apa yang di lakukan Yonghwa.
Sesaat Seohyun tak bisa berpikir lalu setelah sadar Seohyun berusaha melepaskan
pelukan Yonghwa dan menghentikan ciuman Yonghwa di bibirnya.
Tapi Seohyun tak bisa, Yonghwa begitu erat memeluknya
dan bibirnya melumat bibir Seohyun dengan kasar.
Bibir Yonghwa terus mencoba membuka bibir Seohyun
dengan melumatnya seakan itulah hal terakhir yang bisa di lakukannya. Perasaan
marah yang merasuki pikiran dan tubuhnya mengalahkan kata hatinya yang berusaha
mengingatkan dirinya untuk tidak mencium Seohyun dengan kasar.
“ Kau tidak tahu betapa aku tersiksa karena ingin
melakukan hal ini “, desis Yonghwa diantara ciumannya yang kasar namun sangat
bernapsu, napasnya memburu nada tersengal keluar dari bibirnya.
Seohyun tak mampu berbicara, pikiran dan tubuhnya tak
lagi seirama, sekeras apapun pikirannya menolak tapi tubuhnya justru menikmati
ciuman tersebut. Ciuman yang penuh napsu membuat Seohyun menutup matanya dan
mengerang pelan.
“ Apakah kau menyukainya, Seohyunku yang lugu “, desis
Yonghwa lagi sambil meraba punggungnya dengan kedua tangannya. Seohyun merasa
seluruh tubuhnya terbakar. Keduanya terlalu sibuk dengan pemikiran
masing-masing sehingga tidak menyadari Bibi Kim yang memasuki ruangan berniat
memanggil keduanya untuk sarapan dan mendapati keduanya sedang berciuman
membuat Bibi Kim buru-buru kembali ke dapur dengan senyum kecil di bibirnya.
Ciuman dan rabaan Yonghwa membuat tubuh Seohyun terkulai,
kakinya seakan tiba-tiba tak bisa lagi menahan tubuhnya mengakibatkan dirinya
justru kini sedang memeluk Yonghwa sebagai pegangan.
“ Seohyun…….. “, bisik Yonghwa. “ Apakah ini yang kau
inginkan ? “.
Ini adalah hal baru bagi Seohyun, walaupun ini bukan
pertama kalinya Yonghwa menciumnya tapi Seohyun tak bisa memungkiri bahwa
ciuman Yonghwa kali ini sangat berbahaya baginya tapi Seohyun tak ingin
berhenti. Seohyun menginginkan hal ini, Seohyun bahkan menginginkan lebih dan
lebih lagi.
Yonghwa mengerang lalu tanpa melepaskan ciumannya
diangkatnya Seohyun dan melangkah menaiki tangga menuju kamarnya. Dengan kasar
di bukanya pintu dan di tendangnya agar tertutup. Di baringkannya Seohyun di
atas ranjangnya, melepaskan ciumannya dan menatap wajah Seohyun yang memerah
karena manahan gairah. Gairah yang sama dengan yang di rasakannya.
“ Seohyun……….
“.
“ Cium aku …….. “, bisik Seohyun, tangannya yang
berkhianat menggapai-gapai tubuh Yonghwa.
“ Kau ingin aku melakukannya ? “, tanya Yonghwa
lembut, tapi Yonghwa sama sekali tidak mengulurkan tanganya untuk meraih
Seohyun.
“ Tidak mengertikah kau ? “, ucap Seohyun tersengal.
Seohyun tak ingin mundur, ini adalah apa yang di impikannya, bersama Yonghwa,
memeluknya, merasakan Yonghwa di dalam dirinya. Sekarang atau tidak sama
sekali. “ Mengapa kau membuatnya menjadi tidak mudah “ guman Seohyun sedikit kikuk.
Yonghwa menatap dalam kemata Seohyun. Ada gairah yang
sama dengan gairahnya nampak jelas di mata Seohyun yang indah. Yonghwa
mengerang lalu kembali mencium bibir Seohyun kali ini dengan sedikit lembut di
mainkannya bibir Seohyun hingga terbuka lalu dengan leluasa lidahnya meraba
setiap sudut di mulut Seohyun menghadirkan sensasi yang sangat nyaman. Dan
erangan Seohyun meyakinkan Yonghwa bahwa Seohyun pun merasakan hal tersebut.
“ Aku menginginkanmu Seohyun “, desah Yonghwa. “
Sentuhlah aku “.
Ini adalah pertama kalinya bagi Seohyun. Seohyun tak
tahu apa yang harus di lakukannya jadi dia membiarkan tubuhnya melakukan apapun
yang diinginkannya, di sentuhnya dada Yonghwa yang lapang, mengaitkan jari
jemarinya di rambut Yonghwa, membiarkan dirinya menikmati setiap sentuhan
tersebut dan menyimpan semuanya ke dalam kenangan di kepalanya. Payudaranya
terasa tegang. Seohyun merasa kehilangan kesadaran dirinya dan tersesat dalam
kabut panas antara dirinya dan Yonghwa. Sementara tangan Yonghwa mulai meraba
seluruh tubuhnya, melepaskan ciumannya dan mencium leher jenjang Seohyun
membuat sensasi yang menghadirkan erangan nikmat dari bibir Seohyun.
Indah. Kepala Yonghwa terasa berputar dan dadanya
berdebar kencang. Di tariknya resleting gaun Seohyun dan menariknya perlahan
hingga payudara Seohyun yang padat dan indah terlihat jelas dan putingnya yang
mengeras di balik bh sederhananya yang jauh dari seksi semakin membuat Yonghwa
tak dapat menahak gejolak libidonya yang sudah dalam level sangat tinggi.
Yonghwa melepaskan kaitan bh Seohyun dan melempar bh
tersebut ke sudut ruangan sama seperti gaun Seohyun. Yonghwa lalu melumat
payudara tersebut dengan lahap bagaikan seorang bayi yang mengisap puting
ibunya sementara tangannya memainkan putting Seohyun yang lainnya.
Seohyun kembali mengerang, kenikmatan yang di
rasakannya membuat tubuhnya merapat ke arah Yonghwa meminta lebih dan lebih.
Yonghwa tersenyum merasakan betapa Seohyun sangat terangsang sama seperti
dirinya. Di lepaskannya isapannya di payudara Seohyun lalu perlahan menjalarkan
lidahnya menyusuri perut Seohyun yang putih indah hingga perlahan menyusuri
sisi sensitif Seohyun yang kembali menghadirkan erangan kenikmatan di bibir
Seohyun.
“ Oh Yonghwa….. Ohh….. “.
Yonghwa melepaskan bajunya dengan cepat dan menarik
celananya dan menendangnya hingga terlepas. Yonghwa menarik tangan Seohyun dan
menyentuhkan tangan Seohyun untuk merasakan kejantanannya. Nada terkesiap
keluar dari bibir Seohyun membuat Yonghwa tertawa kecil.
“ Itu adalah perbuatanmu, Seohyun “.
Dengan malu Seohyun meraba kejantanan Yonghwa membuat
Yonghwa mengerang dan menghentikan gerakan tangan Seohyun. Menarik Seohyun
lebih ketengah tempat tidur kemudian Yonghwa memposisikan dirinya di antara
kedua paha Seohyun. Perlahan di sentuhnya celana dalam Seohyun dan merasakan
kelembabannya. Yonghwa menarik celananya lalu perlahan melakukan hal yang sama
pada celana dalam Seohyun. Di tundukkannya kepalanya hingga bibirnya bisa
menyentuh sisi sensitif di selangkangan Seohyun. Jeritan tertahan kembali
keluar dari bibir Seohyun.
Inilah saatnya, inilah yang di inginkannya, bisik hati
Seohyun. Inilah yang selalu di impikannya selama ini menjadikan Yonghwa sebagai
yang pertama baginya. Menjadikan Yonghwa menjadi seseorang yang mengambil hal
terindah dari dirinya.
“ Apakah kita aman Seohyun “, bisik Yonghwa di telinga
Seohyun.
Aman ? Seohyun tak bisa berpikir lagi apa maksud dari
aman yang di katakan Yonghwa sehingga dia hanya menganggukkan kepalanya pasrah.
Yonghwa kemudian menciumnya lebih dalam lagi.
Dan ketika Seohyun merasakan tubuh Yonghwa memasuki
dirinya, tak ada rasa sakit ataupun perasaan cemas yang melandanya. Yonghwa
melakukannya dengan perlahan berusaha membuatnya bisa menikmati apa yang mereka
lakukan. Kenikmatan yang di rasakannya bagaikan membuatnya terbang ke langit
bertabur bintang hingga tiba di pintu surga kenikmatan. Sambil membelai
punggung Yonghwa, Seohyun mengukir pengalaman pertamanya jauh di dalam hatinya
dan akan menjadi kenangan yang tak akan pernah di lupakannya.
Dan saat keduanya merasakan puncak kenikmatan Seohyun
tak bisa menyembunyikan airmatanya yang tiba-tiba mengalir. Kenikmatan yang
bisa membuatnya mati dengan tersenyum. Yonghwa kemudian menjatuhkan tubuhnya ke
samping Seohyun, meraih tubuh seohyun dan memeluknya.
“ Kau luar biasa “. Suara Yonghwa terdengar parau dan
dalam, masih terengah. “ bagaimana mungkin kau bisa membayangkan dirimu
membuatku bosan dan kecewa sementara kau begitu cantik , indah dan seksi ? ”.
Seohyun menggumankan sesuatu dengan tidak jelas dan
makin mendekatkan tubuhnya ke arah Yonghwa. Sepanjang hidupnya belum pernah dia
merasakan kebahagiaan seperti ini. Yonghwa memeluknya semakin erat sambil
membelai punggungnya yang berkeringat.
“ Kau wanita yang hebat Seohyun, apakah kau tahu itu ?
Kau membuatku melupakan bahwa ini yang pertama bagimu dan tidak melakukannya
dengan perlahan “.
Seohyun tersenyum. “ Ini sangat tidak terlupakan “,
desah Seohyun. “ Aku berharap kita akan punya banyak waktu untuk melakukannya
dengan perlahan dan sempurna seperti yang kita inginkan “.
Yonghwa membungkuk untuk menyentuh bibir Seohyun
dengan bibirnya. “ Kita memiliki seluruh sisa hidup kita. Aku harap lain kali
kita akan memastikan kita aman dengan memakai pelindung. Setidaknya kali ini
kita aman “.
Seohyun terdiam. Aman ? Apakah maksud Yonghwa aman
adalah Seohyun melakukan pencegahan untuk tidak hamil ? Karena Yonghwa sudah
menegaskan tidak boleh ada anak diantara mereka. Kegelisahan merasuki hatinya.
Dia sama sekali tidak dalam posisi aman. Seohyun tidak pernah meminum pil anti
hamil. Demi Tuhan, betapa bodohnya dirinya, kutuk Seohyun dalam hati.
Yonghwa mencium Seohyun dalam lalu memeluknya sekali
lagi. “ Bagaimana kalau kita mandi lalu sarapan ? “.
“ Ohh, kita melupakan Bibi Kim “, teriak perlahan
Seohyun lalu tersenyum malu. Pipinya bersemu membuat Yonghwa tak tahan untuk
tidak menciumnya.
“ Sebaiknya kita mandi. Walaupun sesungguhnya aku
lebih memilih untuk tetap memelukmu seperti ini tapi saat ini kita membutuhkan
makanan walaupun makanan adalah hal terakhir yang ada di pikiranku saat ini “,
goda Yonghwa. Kembali Seohyun tersipu.
Yonghwa lalu bangkit dan menarik Seohyun dan
membawanya ke kamar mandi. Di bawah siraman air keduanya kembali melakukan
rangsangan-rangsangan kecil yang membuat mereka tertawa.
Seohyun kembali mengenakan gaunnya meminta izin ke
kamarnya untuk merapikan make upnya dan Yonghwa berkata bahwa dia akan menunggu
di meja makan.
Di dalam kamar Seohyun terduduk di depan meja riasnya
menatap pantulan dirinya di cermin. Pipinya terlihat merona hanya dengan
mengingat apa yang telah terjadi antara dirinya dan Yonghwa.
Jadi Yonghwa cemburu melihatnya bercakap-cakap dengan
Minhyuk, pikir Seohyun setelah mengingat kembali apa yang terjadi. Senyum puas
menghias wajahnya. Cemburu adalah awal yang bagus bukan ? tanya Seohyun pada
pantulannya di cermin.
Tapi senyumannya hilang saat kembali mengingat
kebohongannya. Semoga oh semoga tidak terjadi apa-apa, walaupun jauh di lubuk
hati Seohyun dia teramat sangat menginginkan anak dari Yonghwa.
Tuhan, jangan biarkan hal buruk terjadi, doa Seohyun
sambil menghela napas panjang lalu beranjak keluar kamarnya. Yonghwa sudah
menunggunya….
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
2 komentar
Write komentarYong Cemburu ke Hyun
ReplyOmoo rate nya 18+
Mata saya sedikit ternodai
Tapi tetep lanjut jangan lama lama ya kak
Kalau boleh saran di kasih ratenya kak buat jaga jaga kalau seandainya ada reader dibawah umur
Kapan d lanjutin ffny ���� sy msih menunggu
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon