#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

DONT SAY NO



CHAPTER ONE

“ Ayolah Seohyun, kita kan sudah merencanakan liburan ini beberapa bulan yang lalu “, protes Hyoyeon sambil menatap Seohyun dengan tatapan tak percaya.
Seohyun menghentikan gerakan tangannya yang sibuk mengadoni tepung yang berantakan di seputar dapur. Ada ekspresi putus asa di wajahnya yang cantik namun belepotan tepung di sana sini.
“ Dan berhentilah menyiksa dirimu dengan semua ini “, kata Hyo lagi sambil menunjuk semua kekacauan yang di akibatkan Seohyun. “ Sebenarnya apa sih yang sedang kau lakukan ? “.
Seohyun menghela napas sambil mengelap keningnya yang hanya kembali menyisakan tepung di sana. “ Aku sedang berusaha membuat biskuit coklat “, jawab Seohyun sambil menunjukkan buku resep yang sudah kusut dan penuh dengan tepung.
“ Biskuit coklat ? “, Hyoyeon seakan tak percaya dengan yang di dengarnya. “ Katakan siapa yang akan kau bunuh dengan biskuit itu ? “, tanyanya dengan alis berkerut tapi ada kerlingan menggoda di sudut matanya.
Seohyun mendelik. “ Aku tahu aku tidak bisa memasak ataupun memanggang kue, tapi setidaknya aku sedang berusaha “, gerutu Seohyun sambil mencengkeram segenggam tepung dan melemparkannya ke arah Hyoyeon yang segera dengan gesit menghindar.
“ Yah !! tidak cukupkah dapur ini kau kotori dan kau pun ingin mengotoriku ? “, jerit Hyo sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding yang berada di radius tiga meter dari Seohyun, berusaha menyelamatkan dirinya. Seohyun tersenyum kecut melihat tingkah sahabatnya tersebut. “ Lagipula percuma kau berusaha, lupakan saja. Kembalilah ke Seohyun yang praktis, yang aku kenal, yang akan langsung mengambil inisiatif untuk ke supermarket untuk membeli biskuit coklat yang sudah melewati uji coba dan aman untuk di konsumsi oleh manusia “.
Seohyun mengerang menyadari betapa benarnya apa yang di katakan Hyo. Akan lebih mudah baginya jika saat ini dia pergi berbelanja beratus-ratus bungkus biskuit coklat di supermarket daripada menyibukkan dirinya dengan segala keruwetan resep dan bagaimana mengadoni serta mengoveni adonan yang di buatnya.
Kemana perginya dirinya yang praktis ?
“ Jangan bilang kau melakukan ini semua karena bajingan tengik itu ! “, tuduh Hyo.
“ Ayolah, mengapa kau selalu memanggilnya bajingan tengik, dia bahkan tidak melakukan hal buruk padamu “, tepis Seohyun sambil membanting-banting adonan yang nampak aneh di tangannya.
“ Tentu saja dia bajingan tengik ! “, Hyo bersikeras. “ kau pikir apa namanya laki-laki yang memilih wanita lain untuk menjadi istrinya sementara seseorang di sini sudah mendambakan dirinya selama bertahun-tahun, dan saat wanita tersebut memutuskan pertunangan di depan awak media dengan kata-kata yang sangat memalukan, kini dia datang melarikan diri kemari. Apa lagi kalo bukan bajingan tengik ! “.
Seohyun kembali mendesah. Apakah salah masih mendambakannya ? Apakah salah kalau selama ini dia hanya menganggap dirinya sebagai sahabat dan ayahnya sebagai mitra bisnisnya ? lagipula bukan salahnya bila dia tidak bisa melihat bagaimana dirinya mencintainya.
“ Jung Yong Hwa itu seharusnya tidak menghancurkan hidupmu seperti ini ! Dan tidak menghancurkan semua rencana yang telah kita susun untuk berkeliling Eropa. Aku mulai membencinya “, Hyoyeon mulai berjalan bolak balik sambil menggerutu, hal yang biasa di lakukannya saat dia merasa ingin memukul seseorang.
“ Kita kan hanya membatalkannya untuk seminggu, kita tetap akan berlibur seperti apa yang kita rencanakan “, kata Seohyun.
“ Ya Tuhan ! Apa kau pikir kita bisa mengelilingi Eropa hanya dengan dua minggu ? “.
“ Kita kan tinggal merombak rute perjalanan kita “.
“ No way ! “, ucap Hyo keras. “ Tidak semudah itu, lagi pula dengan dua minggu kita akan seperti di buru-buru, kita tidak akan bisa menikmati keindahan Eropa. Seohyun ah !! “.
“ Bagaimana kalau kau berangkat lebih dulu ? “, saran Seohyun dan langsung melanjutkan kata-katanya saat dia melihat Hyoyeon akan membuka mulutnya. “ Lagipula Yonghwa hanya akan menghabiskan akhir pekannya di sini, kau tahu kan bagaimana sibuknya dia dengan semua urusan bisnis yang di tanganinya. Dia hanya butuh tempat untuk menenangkan pikirannya. Dan dia selalu tahu bahwa di rumah inilah dia selalu bisa menemukan ketenangan yang dibutuhkannya “, kata Seohyun sambil berjalan menuju wastafel dan mencuci tangannya dari adonan yang memenuhi tangannya. Dia sudah memutuskan untuk berhenti berusaha membuat biskuit coklat yang selalu di sukai YongHwa setiap kali dia datang ke rumah mereka. Sayangnya biskuit itu buatan Ibunya dan sejak kepergian ibunya lima tahun yang lalu, Seohyun tahu Yonghwa tidak akan pernah lagi merasakan enaknya biskuit coklat buatan ibunya.
Kadang Seohyun merasa menyesal mengapa dia tidak pernah sedikitpun meminta Ibunya mengajarkannya minimal satu saja masakan yang sering di buat Ibunya.
“ Mengapa selalu demi dia kita harus membatalkan apa yang sudah kita rencana ? “, guman Hyo kesal. “ Aku masih ingat bagaimana kau membatalkan liburan natal kita dua tahun lalu hanya karena dia memutuskan ingin merayakan natal bersama kalian dan sekarang ? Terkutuklah bajingan tengik itu. Aku akan menonjok hidungnya tidak peduli apakah hidungnya akan patah “.
Seohyun tersenyum tapi juga merasa bersalah. Dia dan Hyoyeon memang sudah merencanakan perjalanan musim panas mereka ke Eropa, menikmati keindahan musim panas di belahan bumi yang berbeda akan terasa menyenangkan. Seohyun bahkan sudah mengosongkan kegiatannya selama tiga minggu ke depan.
“ Maafkan aku “, ucap Seohyun tak enak hati sambil mulai membersihkan dapurnya dari kekacauan yang di buatnya. “ Tapi aku benar-benar tak bisa menolak saat Yonghwa menelpon dan mengatakan ingin mengunjungi kami akhir pekan ini, lagi pula dia yang mengundang dirinya sendiri “.
Seohyun mencoba membayangkan bagaimana wajah YongHwa saat Jessie  - tunangannya – tiba-tiba muncul di depan sebuah konferensi pers yang sudah di rencanakannya dan memutuskan pertunangan mereka dengan ekspresi penuh kelukaan menangis menyesali perpisahan dengan embel-embel cerita yang  mengenaskan sementara semua media meliputnya. Seohyun bahkan terhenyak kaget saat menyaksikan berita tersebut di televisi saat sedang menemani Ayahnya minum kopi. Seohyun masih ingat bagaimana perihnya dadanya tersedak kopi yang terasa panas.
“ Aku tahu kau akan protes dengan perubahan jadwal kita, tapi rasanya sangat tidak pantas bila menolak kedatangan Yonghwa yang sedang mengalami kekacauan dengan pemberitaan pertunangannya yang kandas di mana-mana “.
“ Apakah akan ada acara tangis-tangisan ? “, Hyoyeon menarik salah satu kursi makan lalu duduk dengan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sementara tatapannya tertuju ke arah Seohyun.
“ Aku pikir seorang Jung Yong Hwa tidak tahu bagaimana cara menangis “, kata Seohyun serius. Yonghwa adalah putra rekan bisnis ayahnya. Dalam usia yang sangat muda, dia menggantikan kedudukan ayahnya yang meninggal dalam sebuah tragedi kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Yonghwa yang di kenalnya adalah seorang yang penuh percaya diri, tenang dan tidak memihak. Selalu nampak menyeramkan dan penyendiri dan hidup dalam dunianya sendiri. Selama mengenalnya Seohyun bahkan tidak pernah melihatnya menunjukkan emosi yang kuat bahkan saat kedua orang tuanya meninggal di kecelakaan tersebut.
Tapi entahlah. Kadang Seohyun merasa tidak mengenalnya dengan baik. Tapi mungkin saja saat ini Yonghwa sedang sangat terluka. Mengalami pemutusan pertunangan dan kemudian semua media berita menjadikan berita tersebut sebagai headline mereka bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Tapi Yonghwa pasti tidak akan memperlihatkan bagaimana kesedihan ataupun rasa sakit hatinya tersebut kepada siapapun.
“ Iya sih, dia mungkin tidak akan memamerkan perasaannya ke semua orang “, aku Hyoyeon sejauh bagaimana dia juga mengenal sosok Yonghwa dari beberapa pertemuan singkat dengannya. “ Tapi dengan kematian orang tuanya, kau dan ayahmulah yang menjadi keluarganya kini. Jadi mungkin saja dia akan menangis di pundakmu. Dan ku kira bila dia tidak melakukannya aku akan mulai meragukan apakah dia manusia atau robot “.
“ Lagipula apakah kau masih ingat bebrapa bulan yang lalu bagaimana berita pertunangannya yang begitu heboh di semua media. Aku bahkan masih ingat judul headlinenya – Pernikahan terbesar tahun ini – Jessie park model jetset dan Jung Yong Hwa si raja bisnis – dan kau ingat bagaimana perempuan jalang itu mengucapkan bahwa pernikahan ini akan menjadi pernikahan dari surga dan betapa mereka berdua saling mencintai dan sangat berbahagia. Wanita itu bahkan tanpa malu menciumnya dengan penuh hasrat di hadapan semua media yang meliput membuatku ingin muntah. Dan minggu lalu si model jetset mengumumkan bahwa dia telah membatalkan pertunangan dan seluruh rencana pernikahan mereka, dan kau ingat apa katanya – Yonghwa tersayang tidak dapat memenuhi seluruh harapanlu yang tinggi – Demi Tuhan, Yonghwa pasti merasa sangat di rendahkan “, ucap Hyoyeon panjang lebar.
“ Mungkin “, Seohyun menanggapi dengan bibir yang terkatup rapat sambil berharap sahabatnya yang bertubuh mungil itu menghentikan pembicaraannya. Jujur dia tidak suka membayangkan Yonghwa terluka dan dia ingin mencekik leher jenjang si anggun jahat Jessie dengan kedua tangannya sendiri bahkan membuat wanita jalang itu cedera serius.
Wanita itu pasti telah gila memutuskan Yonghwa – pria yang menjadi impian setiap wanita, pria kaya dan hebat, jantan dan tampan.
“ Bagaimana kalau kita minum kopi ? “, usul Seohyun. “ maukah kau membuatnya sementara aku membersihkan seluruh kekacauan ini ? Tadi aku sedang berusaha membuat biskuit coklat yang biasa di buat Ibuku dan merupakan kesukaan Yonghwa, tapi sepertinya lebih baik aku berhenti dan segera memesan biskuit coklat dari toko kue yang biasa menerima pesana dari kami “.
Terdengar tawa keluar dari mulut Hyoyeon. “ Aku sudah menduga kau melakukan ini semua demi si bajingan itu. Berhentilah, kau dan dapur tidak pernah berjodoh. Kembalilah menjadi Seohyun si praktis. Kau hanya akan membuatnya harus di larikan ke UGD bila bersikeras membuat biskuit coklat untuknya “,  kata Hyoyeon sambil berjalan mengambil cerek kecil dan mengisinya dengan air dan mulai memanaskannya di atas kompor, lalu sambil menunggu di ambilnya dia mug berukuran sedang dari lemari konter dan wadah penyimpanan kopi dan gula. Membuka laci dan mengambil kertas saringan kopi. Lalu setelah itu dia meraih buku resep yang tadi di praktekkan oleh Seohyun. “ kau mau aku membuatkan ini untukmu ? “.
Seohyun selalu tahu Hyoyeon pasti akan bisa membuat biskuit coklat itu. Satu hal yang membuatnya cemburu pada sahabatnya tersebut. Hyoyeon bisa tampil sangat feminin dengan dandanan yang selalu up to date dan selalu terlihat seksi walaupun sedang berurusan dengan dapur.
“ Sayangnya aku sudah menyerah dan aku tak ingin Yonghwa menikmati biskuit coklat buatanmu, itu hanya akan membuatku merasa sedih “, canda Seohyun tapi dalam hati membenarkan bahwa dia akan sangat sedih saat Yonghwa memuji biskuit buatan sahabatnya itu sambil menghabiskankannya dengan lahap.
Hyoyeon meringis masam. Tepat saat air dalam ceret mendidih dia lalu mulai memasukkan beberapa sendok teh kopi ke dalamnya dan memasang penyaring kertas saat menuangkan ke dalam dua mug yang sudah di siapkannya, dan setelahnya dia menyerahkan satu mug tersebut kepada Seohyun yang sedang menyandarkan tubuhnya ke meja konter dengan wajah letihnya. Seohyun menerimanya sambil mengucapkan terima kasih lalu Hyo mengulurkan topless gula tapi Seohyun menggelengkan kepalanya. Saat ini dia butuh kopi pekat untuk menjernihkan pikirannya sendiri.
Hyoyeon kemudian menyisip kopinya sambil matanya menyapu keseluruhan tubuh sahabatnya tersebut. Seorang Jung Yong Hwa tidak akan pernah memperhatikan Seohyun yang sederhana dan tidak menarik. Pria itu lebih menyukai wanita-wanita cantik, penuh gaya dan anggun. Kalangan jetset atau model terkenal, seperti mantan tunangannya, wanita yang bisa menonjolkan dirinya di anatar keramaian bukan wanita yang seolah menghilang dalam dinding. Seharusnya Hyoyeon menyadari hal itu, tapi mengapa dia tidak menyadarinya ?
“ Baiklah untuk kali ini aku akan kembali mengalah demi Yonghwa sialan itu. Liburan singkat ke Eropa bersama sahabatku tersayang lebih berarti dari pada tidak sama sekali. . Mainkanlah kartumu dengan benar kali ini Seohyun, siapa tahu kau akan menangkapnya dan juga mengikatnya “.
Seohyun menatap Hyoyeon tajam. Ada rasa sakit yang merasuk ke dalam hatinya, terasa sangat kejam dan tajam menusuk dirinya. Kemarahan dalam hatinya berkobar membuat suaranya terdengar setajam belati, “ Hyoyeon, kadang-kadang kau bicara seperti anak kecil yang bodoh dan tidak memikirkan akibat dari perkataanmu “.
“ Jika itu yang kau katakan “, Hyoyeon tidak merasa terganggu dengan kemarahan Seohyun. “ Tapi mari kita pikirkan. Kita sudah bersahabat cukup lama, aku bahkan sudah bertemu dengan Yonghwa beberapa kali. Di dekatmu, Yonghwa selalu bersikap terlalu – protektif – lembut. Memang sulit di katakan, tapi jelas terlihat ada ikatan kasih sayang yang besar. Dan setelah di tinggalkan wanita jalang berkepala kosong itu, Yonghwa pasti akan menghargai seseorang yang cerdas, setia, menyenangkan dan tenang. Kau telah jatuh cinta padanya sejak kita berusia lima belas tahun. Dan itu artinya kau sudah mencintainya selama kurang lebih dua belas tahun, jadi hey, Seojuhyun, berjaunglah !!! “.
Seohyun menatap Hyoyeon tak percaya. Kemarahannya seakan memuncak. Keterus terangan Hyo sangat menusuk harga dirinya, laksana menusuk belati dan memutar-mutarnya. Sangat tidak sensitif !.
Seohyun menyipitkan matanya di balik kacamatanya. “ Aku jatuh cinta pada Yonghwa kira-kira pada waktu yang bersamaan kau jatuh cinta pada salah satu guru kita, ingat ? “, Seohyun sedikit menghardik. “ Dan aku telah meninggalkan semua perasaanku terhadap Yonghwa bahkan saat kau masih berusaha menarik perhatian seorang kakak kelas yang nyata-nyata tidak menyukaimu. Jadi sudahi salaj semua ini, oke ? “.
Tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah bahwa Seohyun tahu bahwa dia sedang berbohong. Seohyun sama sekali belum bisa melupakan bagaimana perasaan cintanya pada Yonghwa. Dia sudah berusaha, dan hanya Tuhan yang tahu bagaimana kerasnya usahanya. Tapi perasaannya terhadap Yonghwa tak pernah bisa di hilangkan mungkin karena perasaan itu sudah berakar sangat dalam dalam hatinya juga pikirannya. Bagaimana pun keras kepalanya dirinya menolaknya tapi yang ada perasaan itu semakin berkembang dan merimbun.

♥ ♥ ♥

Yonghwa menghentikan mobilnya di depan sebuah bangunan bergaya klasik. Keluar dari balik kemudi mobilnya, Yonghwa mengunci dan mengantongi kuncinya. Malam ini langit bertaburan bintang, malam musim panas dan udara yang terasa hangat membuat Yonghwa menarik napas mencoba mengisi paru-parunya dengan segarnya udara malam. Sedikit perasaan santai merasuki pikirannya. Hidupnya mungkin mengalami kekacauan tapi setidaknya dia masih bisa merasakan betapa indahnya suasana malam hari di musim panas ini. Aneh.
Yonghwa menatap ke arah jendela yang di terangi cahaya remang-remang dari balik gordennya. Cahaya lampu teras yang menerangi hampir sebagian halaman yang tertata rapi dengan beberapa tanaman bunga yang sedang mekar-mekarnya dengan keharuman yang menyemerbak di antara udara malam. Yonghwa tersenyum, taman yang selalu di banggakan Seohyun sebagai hasil karyanya itu memang benar-benar terlihat sangat cantik.
Dalam perjalanannya dari Seoul Yonghwa memikirkan keputusannya  untuk menghabiskan akhir pekannya bersama keluarga Seohyun. Dan berdiri di depan rumah tersebut dalam keremangan dan kesunyian, Yonghwa tahu dia sudah membuat satu keputusan yang benar. Akan sangat menenangkan tinggal di rumah ini untuk dua hari ke depan.
Setelah semua drama yang kacau di minggu lalu, inilah yang Yonghwa butuhkan. Mengingat bagaimana kenangan terakhirnya dengan mantan calon istrinya itu menghadirkan senyuman masam di bibirnya. Dan seperti yang telah terjadi, Yonghwa hanya mengedipkan bahunya sambil mencibirkan bibirnya, dia bisa mengerti mengapa Jessie mencari publisitas, walaupun dia menyesali cara wanita itu mempublikasikan putusnya hubungan mereka. Yonghwa memutuskan meninggalkan episode memalukan itu jauh-jauh di belakanagnya dan Yonghwa yakin dia bisa melakukan semua itu di sini, di rumah yang ada di hadapannya.
Keluarga Seo dan rumah ini sudah bertahun-tahun menjadi bagian dalam hidupnya, keluarga keduanya. Dulu orang tuanya suka mengajaknya mendatangi rumah ini saat mereka akan membicarakan urusan bisnis dengan ayah Seohyun sembari emnikmati kehangatan keluarga mereka dan juga suguhan makanan yang selalu membuatnya merindukannya terutama biskuit coklat buatan Ibu Seohyun. Sayangnya setelah kematiannya, Yonghwa tidak akan pernah lagi merasakan nikmatnya biskuit tersebut.
Tapi bukan itu yang menariknya kemari. Seohyunlah yang menariknya, dan anehnya Yonghwa baru menyadarinya sekarang. Seohyun yang tidak terlalu menuntut dan kehadirannya selalu bisa membuat Yonghwa merasa tenang. Dan itulah yang benar-benar di butuhkannya saat ini.
Yonghwa mengerutkan kedua keningnya menyadari pengakuannya barusan yang anehnya justru membuatnya senang. Sejak kecil dia selalu mengandalkan segala sesuatunya sendiri, tak ingin terlalu terikat dengan keinginan akan apapun yang bisa di berikan orang-orang kepadanya. Tapi kecerdasan Seohyun yang mengesankan telah membangkitkan semangatnya, ketenangan yang menyejukkan hatinya, khususnya dalam ketidak mampuan menguasai hal-hal yang tidak praktis – dengan lembutnya justru membuat Yonghwa terhibur.
Seohyun butuh waktu berbulan-bulan hanya untuk mempelajari bagaimana membuat kimchi yang normal yang nampaknya sampai sekarangpun masih di ragukan. Seohyun dan segala urusan dapur, masak memasak sangat tidak selaras. Seohyun akan lebih memilih mengangkat gagang telepon dan menekan nomor delivery jika sudah menyangkut makanan.
Seohyun juga tidak memiliki kesombongan seperti wanita-wanita pada umumnya, dia mungkin satu-satunya wanita yang di lahirkan kedunia tanpa kesadaran berpakaian ataupun berdandan, wanita dewasa yang bahkan tidak mengetahui daya tarik seksual. Seohyun tidak pernah memusingkan bulu mata lentik, lipstik merah menggoda ataupun tatapan – bawa – aku – ketempat – tidur. Sama sekali tidak cocok dengan Seohyun.
Dan anehnya Yonghwa merasa itulah yang dibutuhkannya saat ini. Kehadiran wanita yang tidak membuatnya tertantang secara seksual, tidak berusaha membuat Yonghwa tertarik dan bertekuk lutut baik fisik maupun pikirannya.
Seohyunku tersayang, sederhana seperti biasa.
Sambil mengencangkan cengkramannya pada pegangan tas yang di bawanya yang berisi pakaiannya, Yonghwa berjalan menuju teras dan berusaha membayangkan apa yang sedang di lakukan Seohyun saat ini. Wanitanya tersebut mungkin sedang sibuk menerjemahkan buku-buku tebal berbahasa asing yang berisi ilmu pengetahuan diatas ranjangnya yang penuh dengan tumpukan kamus-kamus dari berbagai negara.
Tapi Seohyun anehnya mencintai hal tersebut. walaupun secara finasial dia tidak perlu merasa harus bekerja untuk mendapatkan uang, tapi Seohyun selalu senang dengan proyek penerjemahannya yang kadang di dapatkannya dari beberapa instansi pendidikan, ataupun sebagai bahan kajian untuk beberapa pakar ilmu pengetahuan. Dan saat dia mendapatkan pekerjaan tersebut maka Seohyun akan langsung tenggelam dengan pekerjaannya tersebut dan menyelesaikannya dengan sempurna.
Sambil menekan bel pintu, Yonghwa berharap diam-diam dalam hati bahwa Seohyunlah yang membukakan pintu untuknya. Sayangnya ayah Seohyunlah yang muncul di balik pintu yang terbuka di depannya yang setelah basa basi seadanya dan pelukan ringan mengajaknya masuk ke dalam rumah.
“ Terima kasih mau menerimaku menginap selama akhir pekan ini “, kata Yonghwa sambil berjalan memasuki rumah tersebut. “ Aku membutuhkan tempat yang tenang saat ini, tapi aku tidak akan membuat Paman dan Seohyun bosan dengan menceritakan semua detail cerita yang menyedihkan atau menjadikan semua ini sebagai ajang untuk bertangis-tangisan jadi mungkin sebaiknya kita tidak membahas cerita sedih tersebut dan melupakannya “.
“ Memang itulah yang harus kau lakukan “, ucap Ayah Seohyun sedikit terdengar lega. “ Tapi sebelum kita melupakana hal tersebut, aku dan Seohyun baru sekali bertemu dengan mantan tunanganmu itu dan menurut kami dia bukan wanita yang tepat untukmu. Dia mungkin dari keturunan terpandang, calon nyonya rumah yang baik tapi wanita itu berpikiran dangkal, egois dan sepertinya sulit untuk dihadapi, jadi semua itu takkan berhasil. Lupakan saja, apakah kau mau langsung ke kamar yang biasa kau pakai ? Atau sedikit minuman selamat datang bersamaku ? “.
Yonghwa meletakkan tas kecilnya ke lantai di samping sofa. “ Aku akan memilih minuman selamat datang “.
Jadi menurut Seohyun, Jessie tidak cukup baik untuknya ! Dan apa yang di ketahui Seohyun tentang hal-hal seperti itu ? cemooh Yonghwa dalam hati. Menurut Yonghwa, Seohyun tidak hidup dalam dunia nyata tapi mengasingkan diri dalam alam khayalannya di suatu tempat terpencil mengabdikan diri pada pekerjaaannya. Wanita bodoh dan polosmengenai hal-hal antara orang dewasa.
Seohyun tidak berhak memberi penilaian atas wanita yang menjadi pilihannya.
Sejauh yang Yonghwa tahu, Seohyun tidak pernah terlibat dengan pria, apalagi secara seksual, jadi bagaimana mungkin dia dapat memahami keinginan seorang pria untuk memiliki seorang wanita cantik yang seksi dan menggoda dan berbagi tempat tidur, menyemarakkan mejanya dalam acaraa makan malam bisnis. Yang akan selalu membuat pria merasa bangga berhasil memilikinya.
Menyadari kalau dirinya sedang cemberut, Yonghwa memaksakan keceriaan di wajahnya saat menerima segelas minuman yang di sodorkan ayah Seohyun lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa yang empuk dan membenamkan dirinya dalam-dalam.
“ Dimana Seohyun ? “, tanyanya. Aneh bahwa setelah menyisip minuman tersebut Yonghwa merasa segala kemarahannya terhadap penilaian Seohyun yang terlalu berani terasa melayang.
“ Dia sedang kebingungan di dapur “, jawab Ayah Seohyun. “ Sudah ku katakan kita memesan makanan saja dari luar tapi dia bersikeras ingin memasak makan malam kita malam ini, dan kau tahu kan Seohyun dan segala tetek bengek dapur dan masakan tidak pernah seirama. Seohyun bagaikan anak berumur dua belas tahun yang tersesat di labirin bila menyangkit hal tersebut “.
Seohyun yang malang. Yonghwa merasa bersalah. Yonghwa datang untuk mencari teman dan sangat tahu bahwa tanpa dirinya saat ini Seohyun dan ayahnya mungkin sudah menyantap roti dan makanan instan atau makanan yang mereka pesan dari rumah makan langganan mereka, apalagi tadi ayah Seohyun mengatakan bahwa pelayan mereka sedang cuti akhir pkan karena urusan keluarga. Sungguh, Yonghwa tidak ingin membuat Seohyun merasa tertakan karena dirinya. Sebaiknya besok dia lebih baik membantu Seohyun dalam urusan dapur.
Keputusan tiba-tiba tersebut membuat Yonghwa terkejut, tapi dia akan mempertahankan keputusan tersebut.

♥ ♥ ♥

Tapi saat ini Seohyun justru jauh dari dapur. Seohyun sedang berada di dalam kamar tidurnya memandang bayangannya di cermin dengan wajah muram. Seohyun tahu Yonghwa sudah datang karena tadi dia bis amendengar suara mobilnya yang berhenti di depan umah mereka. Seohyun menatap betapa kumalnya dirinya dengan pakaian yang di kenakannya sat ini. Celana jinsnya yang sudah memudar warnanya, kaos lengan panjang tipisnya yang longgar.
Pagi tadi dilaluinya dengan kembali berusaha membuat biskuit coklat yang berakhir di tempat sampah. Lalu sore hari saat dia berusaha memasak makan malam yang kemudian berakhir dengan kepanikan karena asap gosong yang membumbung ke langit-langit dapur. Seohyun memutuskan berhenti berusaha membuat Yonghwa terkesan dengan masakannya. Dia kemudian menelpon rumah makan dan meminta paket makan malam yang telah diantarkan sejam yang lalu dan sekarang sedang menunggu untuk dihangatkan ke dalam microwave di dapurnya.
Tapi Seohyun juga merasa tidak menarik memakai rok berwarna pink dengan sweater lengan pendek yang di kenakannya sekarang setelah beberapa kali mengamati isi lemarinya dan memutuskan kedua pakaian itu yang akan di kenakannya.
Bahkan wajahnya nampak sangat kusam dengan hanya di sapu bedak tipis dan bibirnya yang hanya di beri ulasan lipgloss berwarna pink yang merupakan favoritnya setiap saat.  Saat seperti ini Seohyun akan lebih memili meringkuk di balik selimut dan berusaha untuk tertidur dan berharaap semua inihanyalah mimpi buruknya. Sayang sekali dia tidak bisa melakukan hal tersebut.
Tapi Yonghwa toh tidak akan peduli dengan apapun yang dia kenakan ? Yonghwa bahkan tidak akan peduli seandainya Seohyun menyajikan makan malam hanya dengan berbungkuskan karung beras sekalipun. Jadi mengapa dia harus merasa sedih dengan apa yang di pakaianya saat ini ?
Kuasailah dirimu, Seojuhyun, tegur Seohyun pada dirinya sendiri. Seberapa kerasnya pun usahanya, Yonghwa tidak akan pernah melakukan hal yang akan mendorongnya untuk membuat perasaan Seohyun berbunga-bunga. Yonghwa tidak akan pernah memahami emosi Seohyun yang sangat mendalam terhadapnya.
Jadi sebaiknya dia berhenti menyiksa dirinya dan berjalaan keluar kamar turun ke lantai bawah dan mulai menghangatkan makanan dan menyajikannya untuk makan malam. Yonghwa mungkin sudah sangat lapar selama dalam perjalanan ke rumah mereka.
Seohyun lalu mengangkat dagunya tinggi-tinggi, menyembunyikan perasan sakit yang menghantam hatinya, menegakkana punggungnya dan segera berjalan keluar dan turun.

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Chapter Two 
Previous
Next Post »

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥