#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

DONT SAY NO




CHAPTER SEVEN

“ Akhirnya kau memutuskan menikah juga “, ucap Jessie sambil menatap Seohyun dengan pandangan yang meremehkan. “ Seohyun, aku rasa kita pernah bertemu sebelum ini. Kau terlihat berbeda “.
Seohyun tahu saat ini perasaan mual benar-benar telah menyerangnya. Ia yakin wajahnya telah berubah hijau. Seohyun ingin bersembunyi atau mungkin tenggelam ke dalam lantai. Seohyun mengingat bagaimana dia berdandan dan berpakaian, dan dia merasa bodoh. Seohyun merasa menyesal harus berdandan seperti ini dan kita itu menjadi senjata makan tuan baginya. Bayangkan di depannya berdiri Jessie dengan pakaian yang begitu seksi dengan belahan dada yang bergitu nampak jelas menggambarkan apa yang ada di balik gaunnya sementara dirinya ? Demi Tuhan haruskah mereka bertemu dengannya ?
Seohyun yakin, kini Yonghwa bisa membandingkan antara dirinya dan Jessie dan Seohyun yakin saat inipun Yonghwa pasti merasa mual seperti yang di rasakannya. Seohyun hanya sekali bertemu dengan Jessie saat pertunangan Yonghwa dengan wanita tersebut dan melihat wanita tersebut tinggi, anggun dan sangat cantik, dan baju ketat yang di kenakannya mempertunjukkan lekukan ubuhnya yang sangat menggoda siapapun pria yang bertemu dengannya. Sekarang Seohyun bisa melihat mengapa Yonghwa memilih Jessie menjadi istrinya.
Sayangnya, kenyataannya adalah wanita di depannyanya yang telah memutuskan pertunangan mereka, dan Yonghwa memutuskan menikah dengannya untuk mengatasi rasa kecewa dan jatuh ke dalam pelukan wanita kedua yang malang.
Yonghwa bangkit dan dengan sopan dan menyapa Jessie dengan nada suara yang dalam. “ Apakah kau mau bergabung dengan kami, ataukah kau lebih suka berdiri di situ sehingga orang lain tak bisa makan ? “.
Dari nada suara Yonghwa, Seohyun bisa menyimpulan saat ini perasaan Yonghwa kembali terluka. Yonghwa tak pernah memperlihatkan perasaannya, tapi saat ini wajahnya tampak tegang di penuhi emosi yang menyakitkan. Tubuhnya yang tegak tampak tegang.
Rasanya saat ini Seohyun ingin menampar wanita yang tiba-tiba datang dan mengusik mereka. Menamparnya dengan sangat keras. Mengapa nenek sihir itu tidak membiarkan Yonghwa hidup dalam ketenangan dan berusaha melupakan dirinya sekuat yang dia bisa. Mengapa wanita di depannya seperti ingin melahap Yonghwa dengan pandangannya yang tajam kearah Yonghwa, memajukan bibirnya kearah Yonghwa seakan menunggu sebuah ciuman. Wanita jahat tersebut seperti sedang menaburkan garam diatas luka yang telah di buatnya.
“ Apa ? “, Jessie menatap Yonghwa dengan pandangan terkejut. “ Ya Tuhan, tidak. Aku datang bersama teman-temanku “. Jessie memiringkan kepalanya yang berambut sebahunya yang di beri warna keperakan ke satu sisi, senyum sinis bermain di bibirnya saat satu jarinya menyelusuri pipi Yonghwa, pria yang dengan kejam telah di tolaknya di depan umum. “ Aku hanya ingin menyampaiakan ucapan selamat. Aku yakin semuanya telah berjalan dengan semestinya bukan, Yonghwa ? “.
Nada suaranya menyatakan secara tidak langsung sesuatu yang sama sekali berlawanan. “ Sampai jumpa lagi sayang. Berahagialah. Jika kau bisa ! “.
Dan setelah itu sisa malam hancur berantakan. Makanan yang telah mereka pesan nyaris tak tersentuh bahkan sampanye pun terasa hambar. Seohyun menarik napas pelan memcoba mengembalikan emosinya ke arah normal dan mencoba memulai percakapan diantara mereka tapi setiap kata yang di ucapkannya terasa canggung dan Yonghwa berusaha merespon sebaik yang bisa dilakukannya, sayangnya Seohyun bisa melihat dia gagal melakukannya.
“ Akan kuminta seseorang memanggilkan taksi untuk kita “, kata Yonghwa saat kesunyian diantara percakapan-percakapan mereka yang terasa canggung tidak tertahankan lagi.
“ Tapi kita bisa kembali ke gedung teater dan mengambil mobil yang kita parkir disana “, ucap Seohyun.
Yonghwa menggelengkan kepalanya. “ Aku tidak bisa mengendarai mobil setelah meminum sampanye. Itu melanggar peraturan “. Yongha kemudian buru-buru memanggil pelayan, meminta bil makanan mereka. Malam ini sepertinya tak terselamatkan, sementara benak Yonghwa dengan kalut berusaha mengerti apa yang terjadi.
Sejak kecil Yonghwa belajar bahwa perasaan akan membuat manusia menjadi rapuh, emosi adalah sesuatu yang tidak produktif, pemborosan waktu dan energi yang lebih akan berguna jika di gunakan untuk hal-hal yang lebih penting dan dapat di kendalikan. Pelajaran itu semestinya di mengertinya dengan sangat baik.
Jadi mengapa. Sejak kedatangan Jessie yang mengganggu makan malam antara dirinya dan Seohyun, Yonghwa merasa berada dalam cengkraman seluruh emosi yang tidak mengenal belas kasihan? Kemarahan mungkin lebih tepat untuk menggambarkan perasaannnya saat ini. Karena entah apakah karena Jessie telah menghancurkan suasana hatinya malam ini ? ataukah karena wanita tersebut telah menyemburkan ejekan tajam kepada Seohyun, menyakiti hati Seohyun ? ataukah karena ada dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk melindungi Seohyun terhadap segala sesuatu atau dari semua orang yang dapat menyakitinya dan membuatnya terluka ?
Yonghwa benar-benar telah berada dalam kondisi yang bisa mengubah semua pendiriannya.
Walaupun kesal dengan raut wajah Seohyun yang terlihat lega karena akhirnya makan malam yang canggung diantara mereka akan segera berakhir. Yonghwa mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan kartu kreditnya dan memberikannya kepada pelayan yang datang mengantarkan bil makan malam mereka.
Sambil menunggu pelayan tersebut kembali Yonghwa menyandarkan punggungnya yang tegang ke sandaran kursi. “ Besok, aku akan berangkat ke Busan, ada urusan penting seputar perusahaan cabang di sana yang perlu aku tangani sendiri “, ucap Yonghwa sambil menatap Seohyun.
Setidaknya dirinya akan mendapatkan cukup waktu dan ruang untuk memikirkan segala yang telah terjadi. Saat ini yang Yonghwa butuhkan adalah menjernihkan otaknya, memutuskan apakah dirinya dan Seohyun punya masa depan bersama. Gangguan kecil dari Jessie membangkitkan semua emosi dalam dirinya yang belum pernah di alaminya sebelum ini, dan telah membuat malam ini menjadi kacau balau.
“ Untuk berapa lama ? “, tanya Seohyun berusaha keras agar tidak terdengar terlalu merasa lega. Seohyun benar-benar memerlukan waktu tanpa pengaruh Yonghwa yang kuat terhadap dirinya, memerlukan waktu untuk dirinya sendiri, menyendiri untuk dapat mengendalikan perasaan sengsara yang mengalir deras dalam hatinya.
Sebelum kedatangan Jessie, Seohyun merasa bahwa Yonghwa akan mengatakan seuatu kepadanya, mengatakan bahwa suatu hari nanti mungkin pernikahan mereka bisa menjadi perikahan sesungguhnya , bahwa Yonghwa akan belajar mencintainya.
Pelayaran untuk menemukan sesuatu yang baru, itu kata Yonghwa tadi. Kata-kata itu dapat menuntun mereka ke suatu tujuan, bukan ?
Tapi ternyata Seohyun salah, hanya di butuhkan pertemuan kembali antara Yonghwa dan mantan tunangannya untuk mengingat apa yang telah hilang darinya dan kesadaran akan apa yang telah di dapatkannya sekarang tentu mengubah suasana hatinya yang tenang  dan hangat menjadi sesuatu yang abstrak dan tegang. Yonghwa bahkan tidak sanggup berpura-pura menikmati duduk berdua dengan dirinya.
Seojuhyun, selamat datang keduania yang kau pilih sendiri, ejek Seohyun dalam hati.
“ Aku tidak bisa mengatakan berapa lama “, kata Yonghwa sambil memasukkan kembali kartu kreditnya yang di bawakan oleh pelayan lalu berdiri dan berjalan memutar lalu menarik kursi Seohyun.
Yonghwa bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin dia dapat merayu Seohyun, membawanya ke tempat tidur dan setelah itu segala sesuatunya menjadi menyenangkan tadinya terdengar bukanlah sesuatu yang sulit baginya. Sayang sekali hidup tidaklah seperti itu. Seohyun berhal mendapatkan lebih dari itu. Dan Yonghwa butuh waktu lebih banyak lagi untuk melihat jauh ke dalam dirinya sendiri dan mengetahui semua emosi yang selama ini selalu bisa dikendalikannya dengan baik. Demi masa depan mereka, Yonghwa butuh mendapatkan jawabannya.
“ Aku akan menelpon dan memberi kabar “, lanjut Yonghwa. “ Dan jika memang kau belum ingin kembali mengerjakan project – projectmu, mungkin kau bisa membantu ayahmu untuk pindah rumah “.
Itu bisa berarti Yonghwa akan pergi untuk beberapa minggu, desah Seohyun antara sedih dan panik. Dan matanya membelalak menyadari makna kepanikan yang melandanya. Apakah Yonghwa berencana meninggalkan dirinya begitu lama ? Kenapa ? Apakah setelah bertemu kembali dengan Jessie, Yonghwa bahkan tidak sanggup berada dekat dengan wanita yang telah di nikahinya demi mengatasi kekecewaaannya ? Apakah sekarang Yonghwa menyadari kesalahan besar yang telah di lakukannya ?
Jika saja Yonghwa tidak terburu-buru dengan pernikahan diatas kertas mereka yang merupakan satu pernikahan yang keliru, mungkin Yonghwa akan bisa mendapatkan Jessie kembali. Apakah itu yang ada di benak Yonghwa ?

♥ ♥ ♥

Dan pagi hari saat Seohyun terbangun Yonghwa telah pergi. Rumah besar Yonghwa jadi terasa sunyi tanpa kehadiran pria itu. Seohyun menyelesaikan sarapannya dengan tatapan bertanya dari mata Bibi Kim yang menatapnya tajam.  Wanita tua itu pasti heran, mengapa Yonghwa lebih memilih bekerja daripada menghabiskan masa-masa bulan madunya dengan istrinya. Pemikiran yang membuat Seohyun merasa gundah.
Seohyun berniat menghubungi salah satu agen yang biasa menghubunginya untuk project-project terjemahan buku-buku baru menanyakan apakah mereka punya pekerjaan untuk dirinya, tapi dengan suasana hatinya yang sedang tak menentu, Seohyun yakin dia tidak akan bisa mengerjakan apapun pekerjaan yang di berikan agen tersebut kepadanya.
Mungkin sebaiknya dia mengikuti nasehat Yonghwa, membantu ayahnya pindah  rumah ke apartemen yang telah di pilihnya yang kebetulan terletak tidak begitu jauh dari kediaman Yonghwa dan dirinya.
Membantu ayahnya dan Bibi Hwang yang memutuskan apa yang akan mereka perbuat dengan apartemen baru itu. Apartemen yang jauh dari sederhana, apartemen ini mempunyai dua kamar tidur dilantai atas dengan dapur yang terpisah dari ruang tengah dan balkon yang menampilkan pemandangan kota Seoul yang indah. Membantu ayahnya memilih perabot apa saja yang sebaiknya mereka simpan dan mana yang akan mereka lelang atau sumbangkan, membantu Seohyun mengalihkan pikirannya dari kepergian Yonghwa yang sudah hampir dua minggu dan semua alasan yang dia coba pikirkan yang mungkin dapat menjelaskan semua hal tersebut.
Anehnya tak satupun hal yang di pikirkannya membantunya sama sekali. Yang terbayang di pikirannya hanyalah segala kemungkinan bahwa mungkin di sana Yonghwa sedang bersama Jessie, menikmati kembali apa yang pernah mereka berdua nikmati, ciuman panas dan cumbuan di atas ranjang semuanya hanya memmbuat Seohyun merasa perutnya sedang di tinju berulang-ulang hingga seluruh isi perutnya hancur lebur.
Pemikiran yang sama sekali tidak membuatnya merasa lebih baik.
Belum lagi tatapan curiga Bibi Kim yang belakangan ini semakin sering dia temukan dan pertanyaan yangtak terucap yang dapat Seohyun baca di matanya, tapi dia terlalu sopan untuk menanyakan apapun, lebih menyibukkan dirinya dengan segala pekerjaan rumah yang biasa di lakukannya.
Jung Yonghwa sejuta sumpah serapah untukmu, umpat Seohyun. Seenaknya saja kau melakukan hal ini kepada diriku, lanjutnya sambil menarik bantal dan membantingnya ke lantai lalu menginjak-injaknya berharap bantal tersebut adalah Yonghwa lalu menjatuhkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya yang terasa begitu muram.
Seharusnya dia todak pernah mengiyakan lamaran Yonghwa, untuk kesekian kalinya Seohyun mengutuk kebodohannya. Akan lebih baik jika hubungan dirinya dan Yonghwa hanyalah sebatas Sahabat, adik dan kakak. Karena apa yang di rasakannya saat ini hanyalah kehampaan yang hanya terus menerus di sesalinya.
Seohyun, mungkin sebaiknya kau menyerah.
Seohyun mendesah dan menarik selimut menutupi tubuhnya. Ada setetes airmata luruh di pelupuk matanya yang akhirnya berubah menjadi genangan panjang di pipinya yang di selingi suara isakan tertahan.
Apa yang aku harapkan ? Apa yang aku impikan ? tidak seharusnya aku berharap, tidak seharusnya aku bermimpi. Aku tidak berhak berharap dan tidak berhak bermimpi. SeoJuHyun sadarlah, impianmu terlalu tinggi. Yonghwa tidak akan pernah bisa mencintaimu seperti yang selama ini kau harapkan. Kau tidak lain hanyalah sebuah pelarian untuk rasa sakit hati akan harga dirinya yang terkoyak. Mengapa kau tidak sadar sejak awal ?
Seohyun terus menerus menyalahkan dirinya hingga kelelahan hatinya membuatnya terlelap tapi mimpi buruk membuatnya terjaga di tengah malam. Seohyun terduduk dan meraih gelas air minum yang terletak di meja nakas samping tempat tidurnya. Menatap keluar jendela dan memandangi langit malam yang gelap.
Lama-lama dia bisa menjadi gila

♥ ♥ ♥
Seohyun memutuskan untuk jogging dan mencoba melupakan semua bebannya pagi ini. Memakai riasan wajah yang simpel , sepatu kets yang kemarin sempat di belinya, sepasang pakaian olahraga berwarna pink lembut menutupi tubuhnya. Seohyun kemudian mengikat rambutnya lalu meraih handuk kecil dan tas ransel mungil yang disinya dengan ponsel dan beberapa barang lainnya lalu berjalan keluar.
Jam dinding menunjukkan pukul enam pagi. Biasanya Bibi Kim akan datang sekitar jam tujuh pagi, jadi Seohyun melangkah ke dapur mengambil sebotol air dari kulkas dan menuliskan pesan kecil yang kemudian di tempelnya di pintu kulkas sekedar memberitahukan bahwa dirinya sedang keluar berjalan-jalan menikmati pagi.
Udara dingin yang sedikit menusuk tulang menyambut Seohyun saat melangkah keluar dari pintu rumah. Di kuncinya pintu lalu menarik apas dalam-dalam menikmati udara pagi yang sejuk. Kicauan burung dari pohon besar yang ada di halaman terdengar merdu. Seohyun menyunggingkan senyum kecil di bibirnya lalu melangkah keluar halaman. Sejenak terhenti dan memikirkan apakah dia harus ke kanan atau kekiri. Seohyun belum terlalu menghapal tata letak taman di seputar tempat tinggal Yonghwa jadi mengikuti instingnya Seohyun memilih berjalan ke arah kiri berharap dia akan bertemu sebuah taman kecil yang nyaman untuk menghabiskan pagi ini.
Sepuluh menit berjalan Seohyun belum melihat ada taman dan mulai merasa ragu apakah sebaiknya dia berbalik dan berputar arah ketika samar-samar di lihatnya rimbunan pepohonan dan beberapa orang yang juga sedang melakukan olahraga pagi hari dan Seohyun menarik napas lega.
Di sapanya beberapa orang yang berpapasan dengannya, menarik headset dari rangsel kecilnya dan memutar playlist di ponselnya lalu Seohyun mulai melakukan olah raga kecil sambil berlari-lari mengelilingi taman yang rumputnya terlihat begitu hijau membuat suasana hati Seohyun sedikit membaik.
Lima belas menit di habiskannya dengan mengelilingi lapangan kecil hingga peluh bercucuran di keningnya. Seohyun berhenti tepat di depan sebuah kursi taman, menarik napas sejenak lalu duduk dan mengeluarkan air minum yang di bawanya. Sambil menatap sekeliling Seohyun meneguk minumannya dan kesegaran terasa mengaliri seluruh aliran darah dalam tubuhnya.
Taman kecil asri tersebut mulai ramai, tepat beberapa meter di depannya ada sekumpulan lansia yang sedang melakukan gerakan taichi, sementara di sudut taman beberapa ibu – ibu muda yang membawa bayi dalam kereta dorong sedang bercengkrama sambil membanggakan anak-anak mereka masing-masing menghadirkan seulas senyum di bibir Seohyun. Setidaknya masih ada kebahagiaan yang bisa dia rasakan diantara kemuraman yang menggayuti hatinya. Walaupun itu kebahagian itu bukanlah miliknya.
“ Seohyun ? “.
Terdengar suara ragu-ragu dari samping kirinya membuat Seohyun berpaling. Seorang pria dengan tinggi dan badan yang atletis menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya. Wajah itu sepertinya pernah Seohyun kenal.
“ Kamu Seohyun kan ? “, tanyanya lagi dan ada nada tak percaya di nadanya. Seohyun menganggukkan kepalanya dan segala keraguan yang nampak di wajah tampan itu seakan terbang bersamaan dengan anggukan kepala Seohyun.
“ Demi Tuhan, kau terlihat sangat berbeda ! “.
“ Maaf ?? “.
“ Kau tidak mengenalku ? “, tanyanya dan lalu duduk di sebelah Seohyun. “ Minhyuk , Kang Minhyuk, ingat kita dulu pernah bekerja sama mengerjakan buku alumni waktu SMA ? “.
Seohyun mencoba mengingat-ingat kembali dan matanya terbelalak saat mulai mengenal si pemilik wajah tampan tersebut.
“ Omo, Minhyukie, apa kabar “. Kata Seohyun sambil mengulurkan tangannya dan di sambut dengan jabatan tangan hangat dari Minhyuk.
“ Aku baik, dan sepertinya kau bahkan jauh lebih baik “, jawab Minhyuk. Tatapannya tetap tertuju pada wajah Seohyun yang sangat berbeda dari yang di kenalnya beberapa tahun yang lalu. Seohyun yang di depannya benar-benar 360 derajat berbeda. Dulu Seohyun selalu tampil tak percaya diri dengan rambut yang di ikat asal dan kacamata bulat tebal yang selalu menghias wajahnya dengan seragam sekolah yang sedikit kedodoran. Seohyun yang di depannya sekarang terlihat begitu _____ cantik.
“ Bagaimana kabarmu ? “, tanya Seohyun.
“ Apakah kau tinggal di sekiyar sini ? “, Minhyuk balik bertanya dan tak menggubris pertanyaan Seohyun. “ Tapi mengapa aku baru melihatmu hari ini ? “.
Seohyun terdiam sesaat. “ Aku baru saja pindah ke sini dan baru berkesempatan melakukan jogging pagi ini “.
“ Pantaslah kalau begitu. Kapan-kapan mampirlah ke apartemenku, aku tinggal di lantai 3 apartemen itu “, kata Minhyuk sambil menunjuk ke salah satu kompleks apartemen mewah yang tidak jauh dari taman.
“ Sepertinya sekarang hidupmu makmur “, ujar Seohyun dan di sambut dengan tawa Minhyuk yang terdengar renyah.
“ Tidak juga, tapi setelah menghabiskan beberapa tahun berkutat dengan segala tetek benget ilmu hukum akhirnya aku bisa menjadi seorang Pengacara di salah satu firma hukum besar di Seoul dengan gaji yang lumayan “.
“ Ohh jadi sekarang kau menjadi seorang Pengacara. Aku pikir kau akan menjadi seorang atlet bola basket “, Seohyun mengingat kembali dulu Minhyuk adalah idola di sekolah mereka. Dan kemahirannya dalam bermain bola basket semakin membuat semua gadis-gadis di sekolah mereka bermimpi bisa berkencan dengannya.
“ Bagaimana dengan dirimu ? “, tanya Minhyuk sambil meneguk minuman botol yang di pegangnya. “ Dan rasanya dulu penampilanmu tidak seperti ini, aku saja sampai sedikit ragu apakah itu kamu atau bukan “.
Seohyun tersenyum kecil, pipinya sedikit bersemu. Setidaknya seseorang bisa melihat perubahannya dan memberikan pujian. Seseorang yang membuatnya merasa tidak sia-sia sedikit merubah dirinya.
“ Aku bekerja freelance, mengerjakan beberapa terjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Korea. Bukan pekerjaan yang luar biasa tapi aku sangat menikmatinya “, jawab Seohyun dan mendengarnya membuat Minhyuk mengangguk-anggukkan kepalanya.
“ Sejak dulu kau memang sangat mahir dalam beberapa bahasa. Aku ingat bagaimana waktu itu kamu mengumpat dalam bahasa Jepang hanya gara-gara data siswa yang sudah kau kerjakan terhapus dari databade tanpa sengaja. Kau benar-benar membuatku takut saat itu “, dan Minhyuk menutup perkataannya dengan tawa yang keras. Seohyun yang mengingat hal tersebut ikut tertawa.
Mereka kemudian larut dalam percakapan yang di selingi tawa sehingga keduanya tidak menyadari bahwa matahari sudah beranjak tinggi dan sebagian orang yang tadinya berada di taman sudah mulai pergi satu persatu.

♥ ♥ ♥

Yonghwa membuka pintu dengan perlahan. Di letakkannya kopernya di depan pintu dan berjalan melangkah memasuki rumahnya. Suasana rumah masih terlihat sepi. Mungkin Seohyun masih tertidur dan Bibi Kim belum datang, pikir Yonghwa sambil membuka jaketnya dan menyimpannya ke dalam lemari penyimpanan.
Pelan-pelan Yonghwa menaiki tangga menuju ke kamarnya tapi berhenti sejenak di depan kamar Seohyun dan memutuskan utnuk mengetuknya. Tiga kali ketukan tak ada balasan dari dalam. Yonghwa perlahan memegang knot pintu dan memutarnya mengintip ke dalam saat pintu kamar Seohyun terbuka tapi tak ada seseorang di dalam. Yonghwa membuka pintu kamar tersebut lebar-lebar. Benar Seohyun tidak sedang berbaring di ranjangnya. Tempat tidurnya sudah tertata rapi sementara tirai jendela kamarnya juga sudah terbuka.
Apakah Seohyun sedang di dapur ?
Yonghwa menutup kembali pintu kamar Seohyun dan melangkah turun ke arah dapur. Jujur, Yonghwa merindukan Seohyun, dan waktu yang hampir tiga minggu yang di habiskannnya untuk merenungi apa yang telah di lakukannya membuatnya semakin merindukannya sehingga dia memutuskan untuk segera kembali.
Memasuki dapur Seohyun tak juga ada di sana, lalu Yonghwa memutari seluruh rumah tapi Seohyun tetap tidak ada. Apakah Seohyun meninggalkan rumah ?
Pemikiran tersebut membuat Yonghwa berlari menaiki tangga dan memasuki kamar Seohyun dan membuka lemari pakaian Seohyun dan mendapati dirinya bernapas lega melihat baju-baju Seohyun yang masih tertata rapi.
Jadi kemana Seohyun-nya ?
Yonghwa mendengar suara intu yang terbuka lalu dia bergegas turun dan mendapati Bibi Kim yang baru saja datang. Sebuah senyum penuh rasa senang menghias wajahnya.
“ Oh, Anda sudah pulang “, ucapnya. “ Nyonya pasti akan sangat senang melihat anda, kasihan dia selalu terlihat murung dan banyak melamun “.
Jadi Yonghwa sudah membuat hidup Seohyun selama hampir tiga minggu ini menjadi muram. Perasaan bersalah menusuk hatinya.
“ Saya akan segera menyiapkan sarapan untuk anda berdua “, ujat Bibi Kim sambil bergegas berjalan menuju dapur. Yonghwa mengikutinya dari belakang bermaksud menanyakan apakah Bibi Kim tahu di mana Seohyun berada.
“ Kelihatannya Nyonya Seohyun sedang berjalan-jalan di taman “, ucap Bibi Kim setelah membaca catatan kecil yang di tinggalkan Seohyun di pintu kulkas tepat saat Yonghwa membuka mulutnya untuk menanyakan keberadaan Seohyun.
Jadi Seohyun sedang berjoging pagi ini, mungkin sebaiknya dia meyusulnya. Yonghwa yakin Seohyun pasti berada di taman yang tidak begitu jauh dari rumah mereka. Setelah mengatakan akan sarapan apa pagi ini, Yonghwa bergegas naik ke kamarnya mengganti pakaiannya dengan pakaian casual dan meraih sepatu ketsnya lalu berjalan turun mampir sebentar ke dapur memberitahu Bibi Kim bahwa dia akan keluar sebentar.
Jam tangannya menunjukkan pukul 06:35 menit, Yonghwa mulai melangkahkan kakinya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam celana, menikmati suasana pagi sambil membayangkan wajah Seohyun saat dia tiba-tiba berada di depannya. Seohyun pasti akan sangat kaget mendapatinya menyusul dirinya ke taman. Dan akan memeluknya karena merindukannya dan Yonghwa akan balas memeluknya lalu mereka akan menghabiskan pagi bersama. Membayangkan hal tersebut Yonghwa semakin mempercepat langkah kakinya menuju kearah taman.
Yonghwa membalas beberapa sapaan orang yang di temuinya saat memasuki taman. Di tatapnya seputar taman untuk mencari Seohyun dan tatapannya terhenti ke sebuah bangku taman di mana Seohyun sedang duduk bercengkrama dengan seorang pria tampan dan tampak begitu akrab.
Pemandangan yang sama sekali tidak di sukainya !!!


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥



Catatan kecil. Mohon maaf ya atas keterlambatan updatemaklum banyak yang harus di urus selamabulan Ramadhan dan Idul Fitri.Btw, mumpung masih suasana lebaran Izinkan saya menghaturkan ucapan "Minal Aidin Wal Faidzin "Mohon Maaf lahir dan batin. Mohon maaf sudah bikin nunggu hehehe
Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
5 Juli 2017 pukul 08.23 delete

Finally di next juga ini cerita,udah nungguin banget,Si yong tega ninggalin sampai selama itu
next lagi ya kak kalau bisa jangan lama-lama hehehe
Aku new reader Annyeong kak zee :-)
Oh ya mohon maaf lahir batin juga kak

Reply
avatar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥