CHAPTER SEVEN
“ Akhirnya kau memutuskan menikah juga “, ucap Jessie
sambil menatap Seohyun dengan pandangan yang meremehkan. “ Seohyun, aku rasa
kita pernah bertemu sebelum ini. Kau terlihat berbeda “.
Seohyun tahu saat ini perasaan mual benar-benar telah
menyerangnya. Ia yakin wajahnya telah berubah hijau. Seohyun ingin bersembunyi
atau mungkin tenggelam ke dalam lantai. Seohyun mengingat bagaimana dia
berdandan dan berpakaian, dan dia merasa bodoh. Seohyun merasa menyesal harus
berdandan seperti ini dan kita itu menjadi senjata makan tuan baginya.
Bayangkan di depannya berdiri Jessie dengan pakaian yang begitu seksi dengan
belahan dada yang bergitu nampak jelas menggambarkan apa yang ada di balik
gaunnya sementara dirinya ? Demi Tuhan haruskah mereka bertemu dengannya ?
Seohyun yakin, kini Yonghwa bisa membandingkan antara
dirinya dan Jessie dan Seohyun yakin saat inipun Yonghwa pasti merasa mual
seperti yang di rasakannya. Seohyun hanya sekali bertemu dengan Jessie saat
pertunangan Yonghwa dengan wanita tersebut dan melihat wanita tersebut tinggi,
anggun dan sangat cantik, dan baju ketat yang di kenakannya mempertunjukkan
lekukan ubuhnya yang sangat menggoda siapapun pria yang bertemu dengannya.
Sekarang Seohyun bisa melihat mengapa Yonghwa memilih Jessie menjadi istrinya.
Sayangnya, kenyataannya adalah wanita di depannyanya
yang telah memutuskan pertunangan mereka, dan Yonghwa memutuskan menikah
dengannya untuk mengatasi rasa kecewa dan jatuh ke dalam pelukan wanita kedua
yang malang.
Yonghwa bangkit dan dengan sopan dan menyapa Jessie
dengan nada suara yang dalam. “ Apakah kau mau bergabung dengan kami, ataukah
kau lebih suka berdiri di situ sehingga orang lain tak bisa makan ? “.
Dari nada suara Yonghwa, Seohyun bisa menyimpulan saat
ini perasaan Yonghwa kembali terluka. Yonghwa tak pernah memperlihatkan
perasaannya, tapi saat ini wajahnya tampak tegang di penuhi emosi yang
menyakitkan. Tubuhnya yang tegak tampak tegang.
Rasanya saat ini Seohyun ingin menampar wanita yang
tiba-tiba datang dan mengusik mereka. Menamparnya dengan sangat keras. Mengapa
nenek sihir itu tidak membiarkan Yonghwa hidup dalam ketenangan dan berusaha
melupakan dirinya sekuat yang dia bisa. Mengapa wanita di depannya seperti
ingin melahap Yonghwa dengan pandangannya yang tajam kearah Yonghwa, memajukan
bibirnya kearah Yonghwa seakan menunggu sebuah ciuman. Wanita jahat tersebut
seperti sedang menaburkan garam diatas luka yang telah di buatnya.
“ Apa ? “, Jessie menatap Yonghwa dengan pandangan
terkejut. “ Ya Tuhan, tidak. Aku datang bersama teman-temanku “. Jessie
memiringkan kepalanya yang berambut sebahunya yang di beri warna keperakan ke
satu sisi, senyum sinis bermain di bibirnya saat satu jarinya menyelusuri pipi
Yonghwa, pria yang dengan kejam telah di tolaknya di depan umum. “ Aku hanya
ingin menyampaiakan ucapan selamat. Aku yakin semuanya telah berjalan dengan
semestinya bukan, Yonghwa ? “.
Nada suaranya menyatakan secara tidak langsung sesuatu
yang sama sekali berlawanan. “ Sampai jumpa lagi sayang. Berahagialah. Jika kau
bisa ! “.
Dan setelah itu sisa malam hancur berantakan. Makanan
yang telah mereka pesan nyaris tak tersentuh bahkan sampanye pun terasa hambar.
Seohyun menarik napas pelan memcoba mengembalikan emosinya ke arah normal dan
mencoba memulai percakapan diantara mereka tapi setiap kata yang di ucapkannya
terasa canggung dan Yonghwa berusaha merespon sebaik yang bisa dilakukannya,
sayangnya Seohyun bisa melihat dia gagal melakukannya.
“ Akan kuminta seseorang memanggilkan taksi untuk kita
“, kata Yonghwa saat kesunyian diantara percakapan-percakapan mereka yang
terasa canggung tidak tertahankan lagi.
“ Tapi kita bisa kembali ke gedung teater dan
mengambil mobil yang kita parkir disana “, ucap Seohyun.
Yonghwa menggelengkan kepalanya. “ Aku tidak bisa
mengendarai mobil setelah meminum sampanye. Itu melanggar peraturan “. Yongha
kemudian buru-buru memanggil pelayan, meminta bil makanan mereka. Malam ini
sepertinya tak terselamatkan, sementara benak Yonghwa dengan kalut berusaha
mengerti apa yang terjadi.
Sejak kecil Yonghwa belajar bahwa perasaan akan
membuat manusia menjadi rapuh, emosi adalah sesuatu yang tidak produktif,
pemborosan waktu dan energi yang lebih akan berguna jika di gunakan untuk
hal-hal yang lebih penting dan dapat di kendalikan. Pelajaran itu semestinya di
mengertinya dengan sangat baik.
Jadi mengapa. Sejak kedatangan Jessie yang mengganggu
makan malam antara dirinya dan Seohyun, Yonghwa merasa berada dalam cengkraman
seluruh emosi yang tidak mengenal belas kasihan? Kemarahan mungkin lebih tepat
untuk menggambarkan perasaannnya saat ini. Karena entah apakah karena Jessie
telah menghancurkan suasana hatinya malam ini ? ataukah karena wanita tersebut
telah menyemburkan ejekan tajam kepada Seohyun, menyakiti hati Seohyun ?
ataukah karena ada dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk melindungi
Seohyun terhadap segala sesuatu atau dari semua orang yang dapat menyakitinya
dan membuatnya terluka ?
Yonghwa benar-benar telah berada dalam kondisi yang
bisa mengubah semua pendiriannya.
Walaupun kesal dengan raut wajah Seohyun yang terlihat
lega karena akhirnya makan malam yang canggung diantara mereka akan segera
berakhir. Yonghwa mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan kartu kreditnya dan
memberikannya kepada pelayan yang datang mengantarkan bil makan malam mereka.
Sambil menunggu pelayan tersebut kembali Yonghwa
menyandarkan punggungnya yang tegang ke sandaran kursi. “ Besok, aku akan
berangkat ke Busan, ada urusan penting seputar perusahaan cabang di sana yang
perlu aku tangani sendiri “, ucap Yonghwa sambil menatap Seohyun.
Setidaknya dirinya akan mendapatkan cukup waktu dan
ruang untuk memikirkan segala yang telah terjadi. Saat ini yang Yonghwa
butuhkan adalah menjernihkan otaknya, memutuskan apakah dirinya dan Seohyun
punya masa depan bersama. Gangguan kecil dari Jessie membangkitkan semua emosi
dalam dirinya yang belum pernah di alaminya sebelum ini, dan telah membuat
malam ini menjadi kacau balau.
“ Untuk berapa lama ? “, tanya Seohyun berusaha keras
agar tidak terdengar terlalu merasa lega. Seohyun benar-benar memerlukan waktu
tanpa pengaruh Yonghwa yang kuat terhadap dirinya, memerlukan waktu untuk
dirinya sendiri, menyendiri untuk dapat mengendalikan perasaan sengsara yang
mengalir deras dalam hatinya.
Sebelum kedatangan Jessie, Seohyun merasa bahwa
Yonghwa akan mengatakan seuatu kepadanya, mengatakan bahwa suatu hari nanti
mungkin pernikahan mereka bisa menjadi perikahan sesungguhnya , bahwa Yonghwa
akan belajar mencintainya.
Pelayaran untuk menemukan sesuatu yang baru, itu kata
Yonghwa tadi. Kata-kata itu dapat menuntun mereka ke suatu tujuan, bukan ?
Tapi ternyata Seohyun salah, hanya di butuhkan
pertemuan kembali antara Yonghwa dan mantan tunangannya untuk mengingat apa
yang telah hilang darinya dan kesadaran akan apa yang telah di dapatkannya
sekarang tentu mengubah suasana hatinya yang tenang dan hangat menjadi sesuatu yang abstrak dan
tegang. Yonghwa bahkan tidak sanggup berpura-pura menikmati duduk berdua dengan
dirinya.
Seojuhyun, selamat datang keduania yang kau pilih
sendiri, ejek Seohyun dalam hati.
“ Aku tidak bisa mengatakan berapa lama “, kata
Yonghwa sambil memasukkan kembali kartu kreditnya yang di bawakan oleh pelayan
lalu berdiri dan berjalan memutar lalu menarik kursi Seohyun.
Yonghwa bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana
mungkin dia dapat merayu Seohyun, membawanya ke tempat tidur dan setelah itu
segala sesuatunya menjadi menyenangkan tadinya terdengar bukanlah sesuatu yang
sulit baginya. Sayang sekali hidup tidaklah seperti itu. Seohyun berhal
mendapatkan lebih dari itu. Dan Yonghwa butuh waktu lebih banyak lagi untuk
melihat jauh ke dalam dirinya sendiri dan mengetahui semua emosi yang selama
ini selalu bisa dikendalikannya dengan baik. Demi masa depan mereka, Yonghwa
butuh mendapatkan jawabannya.
“ Aku akan menelpon dan memberi kabar “, lanjut
Yonghwa. “ Dan jika memang kau belum ingin kembali mengerjakan project –
projectmu, mungkin kau bisa membantu ayahmu untuk pindah rumah “.
Itu bisa berarti Yonghwa akan pergi untuk beberapa
minggu, desah Seohyun antara sedih dan panik. Dan matanya membelalak menyadari
makna kepanikan yang melandanya. Apakah Yonghwa berencana meninggalkan dirinya
begitu lama ? Kenapa ? Apakah setelah bertemu kembali dengan Jessie, Yonghwa
bahkan tidak sanggup berada dekat dengan wanita yang telah di nikahinya demi
mengatasi kekecewaaannya ? Apakah sekarang Yonghwa menyadari kesalahan besar
yang telah di lakukannya ?
Jika saja Yonghwa tidak terburu-buru dengan pernikahan
diatas kertas mereka yang merupakan satu pernikahan yang keliru, mungkin Yonghwa
akan bisa mendapatkan Jessie kembali. Apakah itu yang ada di benak Yonghwa ?
♥ ♥ ♥
Dan pagi hari saat Seohyun terbangun Yonghwa telah
pergi. Rumah besar Yonghwa jadi terasa sunyi tanpa kehadiran pria itu. Seohyun
menyelesaikan sarapannya dengan tatapan bertanya dari mata Bibi Kim yang
menatapnya tajam. Wanita tua itu pasti
heran, mengapa Yonghwa lebih memilih bekerja daripada menghabiskan masa-masa
bulan madunya dengan istrinya. Pemikiran yang membuat Seohyun merasa gundah.
Seohyun berniat menghubungi salah satu agen yang biasa
menghubunginya untuk project-project terjemahan buku-buku baru menanyakan
apakah mereka punya pekerjaan untuk dirinya, tapi dengan suasana hatinya yang
sedang tak menentu, Seohyun yakin dia tidak akan bisa mengerjakan apapun
pekerjaan yang di berikan agen tersebut kepadanya.
Mungkin sebaiknya dia mengikuti nasehat Yonghwa,
membantu ayahnya pindah rumah ke
apartemen yang telah di pilihnya yang kebetulan terletak tidak begitu jauh dari
kediaman Yonghwa dan dirinya.
Membantu ayahnya dan Bibi Hwang yang memutuskan apa
yang akan mereka perbuat dengan apartemen baru itu. Apartemen yang jauh dari
sederhana, apartemen ini mempunyai dua kamar tidur dilantai atas dengan dapur
yang terpisah dari ruang tengah dan balkon yang menampilkan pemandangan kota
Seoul yang indah. Membantu ayahnya memilih perabot apa saja yang sebaiknya
mereka simpan dan mana yang akan mereka lelang atau sumbangkan, membantu
Seohyun mengalihkan pikirannya dari kepergian Yonghwa yang sudah hampir dua minggu
dan semua alasan yang dia coba pikirkan yang mungkin dapat menjelaskan semua
hal tersebut.
Anehnya tak satupun hal yang di pikirkannya
membantunya sama sekali. Yang terbayang di pikirannya hanyalah segala
kemungkinan bahwa mungkin di sana Yonghwa sedang bersama Jessie, menikmati
kembali apa yang pernah mereka berdua nikmati, ciuman panas dan cumbuan di atas
ranjang semuanya hanya memmbuat Seohyun merasa perutnya sedang di tinju
berulang-ulang hingga seluruh isi perutnya hancur lebur.
Pemikiran yang sama sekali tidak membuatnya merasa
lebih baik.
Belum lagi tatapan curiga Bibi Kim yang belakangan ini
semakin sering dia temukan dan pertanyaan yangtak terucap yang dapat Seohyun
baca di matanya, tapi dia terlalu sopan untuk menanyakan apapun, lebih
menyibukkan dirinya dengan segala pekerjaan rumah yang biasa di lakukannya.
Jung Yonghwa sejuta sumpah serapah untukmu, umpat
Seohyun. Seenaknya saja kau melakukan hal ini kepada diriku, lanjutnya sambil
menarik bantal dan membantingnya ke lantai lalu menginjak-injaknya berharap
bantal tersebut adalah Yonghwa lalu menjatuhkan tubuhnya dan menatap
langit-langit kamarnya yang terasa begitu muram.
Seharusnya dia todak pernah mengiyakan lamaran
Yonghwa, untuk kesekian kalinya Seohyun mengutuk kebodohannya. Akan lebih baik
jika hubungan dirinya dan Yonghwa hanyalah sebatas Sahabat, adik dan kakak.
Karena apa yang di rasakannya saat ini hanyalah kehampaan yang hanya terus
menerus di sesalinya.
Seohyun, mungkin sebaiknya kau menyerah.
Seohyun mendesah dan menarik selimut menutupi
tubuhnya. Ada setetes airmata luruh di pelupuk matanya yang akhirnya berubah
menjadi genangan panjang di pipinya yang di selingi suara isakan tertahan.
Apa yang aku harapkan ? Apa yang aku impikan ? tidak
seharusnya aku berharap, tidak seharusnya aku bermimpi. Aku tidak berhak
berharap dan tidak berhak bermimpi. SeoJuHyun sadarlah, impianmu terlalu
tinggi. Yonghwa tidak akan pernah bisa mencintaimu seperti yang selama ini kau
harapkan. Kau tidak lain hanyalah sebuah pelarian untuk rasa sakit hati akan
harga dirinya yang terkoyak. Mengapa kau tidak sadar sejak awal ?
Seohyun terus menerus menyalahkan dirinya hingga
kelelahan hatinya membuatnya terlelap tapi mimpi buruk membuatnya terjaga di
tengah malam. Seohyun terduduk dan meraih gelas air minum yang terletak di meja
nakas samping tempat tidurnya. Menatap keluar jendela dan memandangi langit
malam yang gelap.
Lama-lama dia bisa menjadi gila
♥ ♥ ♥
Seohyun memutuskan untuk jogging dan mencoba melupakan
semua bebannya pagi ini. Memakai riasan wajah yang simpel , sepatu kets yang
kemarin sempat di belinya, sepasang pakaian olahraga berwarna pink lembut
menutupi tubuhnya. Seohyun kemudian mengikat rambutnya lalu meraih handuk kecil
dan tas ransel mungil yang disinya dengan ponsel dan beberapa barang lainnya
lalu berjalan keluar.
Jam dinding menunjukkan pukul enam pagi. Biasanya Bibi
Kim akan datang sekitar jam tujuh pagi, jadi Seohyun melangkah ke dapur
mengambil sebotol air dari kulkas dan menuliskan pesan kecil yang kemudian di
tempelnya di pintu kulkas sekedar memberitahukan bahwa dirinya sedang keluar
berjalan-jalan menikmati pagi.
Udara dingin yang sedikit menusuk tulang menyambut
Seohyun saat melangkah keluar dari pintu rumah. Di kuncinya pintu lalu menarik
apas dalam-dalam menikmati udara pagi yang sejuk. Kicauan burung dari pohon
besar yang ada di halaman terdengar merdu. Seohyun menyunggingkan senyum kecil
di bibirnya lalu melangkah keluar halaman. Sejenak terhenti dan memikirkan
apakah dia harus ke kanan atau kekiri. Seohyun belum terlalu menghapal tata
letak taman di seputar tempat tinggal Yonghwa jadi mengikuti instingnya Seohyun
memilih berjalan ke arah kiri berharap dia akan bertemu sebuah taman kecil yang
nyaman untuk menghabiskan pagi ini.
Sepuluh menit berjalan Seohyun belum melihat ada taman
dan mulai merasa ragu apakah sebaiknya dia berbalik dan berputar arah ketika
samar-samar di lihatnya rimbunan pepohonan dan beberapa orang yang juga sedang
melakukan olahraga pagi hari dan Seohyun menarik napas lega.
Di sapanya beberapa orang yang berpapasan dengannya,
menarik headset dari rangsel kecilnya dan memutar playlist di ponselnya lalu
Seohyun mulai melakukan olah raga kecil sambil berlari-lari mengelilingi taman
yang rumputnya terlihat begitu hijau membuat suasana hati Seohyun sedikit
membaik.
Lima belas menit di habiskannya dengan mengelilingi
lapangan kecil hingga peluh bercucuran di keningnya. Seohyun berhenti tepat di
depan sebuah kursi taman, menarik napas sejenak lalu duduk dan mengeluarkan air
minum yang di bawanya. Sambil menatap sekeliling Seohyun meneguk minumannya dan
kesegaran terasa mengaliri seluruh aliran darah dalam tubuhnya.
Taman kecil asri tersebut mulai ramai, tepat beberapa
meter di depannya ada sekumpulan lansia yang sedang melakukan gerakan taichi,
sementara di sudut taman beberapa ibu – ibu muda yang membawa bayi dalam kereta
dorong sedang bercengkrama sambil membanggakan anak-anak mereka masing-masing
menghadirkan seulas senyum di bibir Seohyun. Setidaknya masih ada kebahagiaan
yang bisa dia rasakan diantara kemuraman yang menggayuti hatinya. Walaupun itu kebahagian
itu bukanlah miliknya.
“ Seohyun ? “.
Terdengar suara ragu-ragu dari samping kirinya membuat
Seohyun berpaling. Seorang pria dengan tinggi dan badan yang atletis menatapnya
dengan pandangan bertanya-tanya. Wajah itu sepertinya pernah Seohyun kenal.
“ Kamu Seohyun kan ? “, tanyanya lagi dan ada nada tak
percaya di nadanya. Seohyun menganggukkan kepalanya dan segala keraguan yang
nampak di wajah tampan itu seakan terbang bersamaan dengan anggukan kepala
Seohyun.
“ Demi Tuhan, kau terlihat sangat berbeda ! “.
“ Maaf ?? “.
“ Kau tidak mengenalku ? “, tanyanya dan lalu duduk di
sebelah Seohyun. “ Minhyuk , Kang Minhyuk, ingat kita dulu pernah bekerja sama
mengerjakan buku alumni waktu SMA ? “.
Seohyun mencoba mengingat-ingat kembali dan matanya
terbelalak saat mulai mengenal si pemilik wajah tampan tersebut.
“ Omo, Minhyukie, apa kabar “. Kata Seohyun sambil
mengulurkan tangannya dan di sambut dengan jabatan tangan hangat dari Minhyuk.
“ Aku baik, dan sepertinya kau bahkan jauh lebih baik “,
jawab Minhyuk. Tatapannya tetap tertuju pada wajah Seohyun yang sangat berbeda
dari yang di kenalnya beberapa tahun yang lalu. Seohyun yang di depannya
benar-benar 360 derajat berbeda. Dulu Seohyun selalu tampil tak percaya diri
dengan rambut yang di ikat asal dan kacamata bulat tebal yang selalu menghias
wajahnya dengan seragam sekolah yang sedikit kedodoran. Seohyun yang di
depannya sekarang terlihat begitu _____ cantik.
“ Bagaimana kabarmu ? “, tanya Seohyun.
“ Apakah kau tinggal di sekiyar sini ? “, Minhyuk
balik bertanya dan tak menggubris pertanyaan Seohyun. “ Tapi mengapa aku baru
melihatmu hari ini ? “.
Seohyun terdiam sesaat. “ Aku baru saja pindah ke sini
dan baru berkesempatan melakukan jogging pagi ini “.
“ Pantaslah kalau begitu. Kapan-kapan mampirlah ke
apartemenku, aku tinggal di lantai 3 apartemen itu “, kata Minhyuk sambil
menunjuk ke salah satu kompleks apartemen mewah yang tidak jauh dari taman.
“ Sepertinya sekarang hidupmu makmur “, ujar Seohyun
dan di sambut dengan tawa Minhyuk yang terdengar renyah.
“ Tidak juga, tapi setelah menghabiskan beberapa tahun
berkutat dengan segala tetek benget ilmu hukum akhirnya aku bisa menjadi
seorang Pengacara di salah satu firma hukum besar di Seoul dengan gaji yang
lumayan “.
“ Ohh jadi sekarang kau menjadi seorang Pengacara. Aku
pikir kau akan menjadi seorang atlet bola basket “, Seohyun mengingat kembali dulu
Minhyuk adalah idola di sekolah mereka. Dan kemahirannya dalam bermain bola
basket semakin membuat semua gadis-gadis di sekolah mereka bermimpi bisa
berkencan dengannya.
“ Bagaimana dengan dirimu ? “, tanya Minhyuk sambil
meneguk minuman botol yang di pegangnya. “ Dan rasanya dulu penampilanmu tidak
seperti ini, aku saja sampai sedikit ragu apakah itu kamu atau bukan “.
Seohyun tersenyum kecil, pipinya sedikit bersemu.
Setidaknya seseorang bisa melihat perubahannya dan memberikan pujian. Seseorang
yang membuatnya merasa tidak sia-sia sedikit merubah dirinya.
“ Aku bekerja freelance, mengerjakan beberapa
terjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Korea. Bukan pekerjaan yang luar
biasa tapi aku sangat menikmatinya “, jawab Seohyun dan mendengarnya membuat
Minhyuk mengangguk-anggukkan kepalanya.
“ Sejak dulu kau memang sangat mahir dalam beberapa
bahasa. Aku ingat bagaimana waktu itu kamu mengumpat dalam bahasa Jepang hanya
gara-gara data siswa yang sudah kau kerjakan terhapus dari databade tanpa
sengaja. Kau benar-benar membuatku takut saat itu “, dan Minhyuk menutup
perkataannya dengan tawa yang keras. Seohyun yang mengingat hal tersebut ikut
tertawa.
Mereka kemudian larut dalam percakapan yang di selingi
tawa sehingga keduanya tidak menyadari bahwa matahari sudah beranjak tinggi dan
sebagian orang yang tadinya berada di taman sudah mulai pergi satu persatu.
♥ ♥ ♥
Yonghwa membuka pintu dengan perlahan. Di letakkannya
kopernya di depan pintu dan berjalan melangkah memasuki rumahnya. Suasana rumah
masih terlihat sepi. Mungkin Seohyun masih tertidur dan Bibi Kim belum datang,
pikir Yonghwa sambil membuka jaketnya dan menyimpannya ke dalam lemari
penyimpanan.
Pelan-pelan Yonghwa menaiki tangga menuju ke kamarnya
tapi berhenti sejenak di depan kamar Seohyun dan memutuskan utnuk mengetuknya.
Tiga kali ketukan tak ada balasan dari dalam. Yonghwa perlahan memegang knot
pintu dan memutarnya mengintip ke dalam saat pintu kamar Seohyun terbuka tapi
tak ada seseorang di dalam. Yonghwa membuka pintu kamar tersebut lebar-lebar. Benar
Seohyun tidak sedang berbaring di ranjangnya. Tempat tidurnya sudah tertata
rapi sementara tirai jendela kamarnya juga sudah terbuka.
Apakah Seohyun sedang di dapur ?
Yonghwa menutup kembali pintu kamar Seohyun dan
melangkah turun ke arah dapur. Jujur, Yonghwa merindukan Seohyun, dan waktu
yang hampir tiga minggu yang di habiskannnya untuk merenungi apa yang telah di
lakukannya membuatnya semakin merindukannya sehingga dia memutuskan untuk
segera kembali.
Memasuki dapur Seohyun tak juga ada di sana, lalu
Yonghwa memutari seluruh rumah tapi Seohyun tetap tidak ada. Apakah Seohyun
meninggalkan rumah ?
Pemikiran tersebut membuat Yonghwa berlari menaiki
tangga dan memasuki kamar Seohyun dan membuka lemari pakaian Seohyun dan mendapati
dirinya bernapas lega melihat baju-baju Seohyun yang masih tertata rapi.
Jadi kemana Seohyun-nya ?
Yonghwa mendengar suara intu yang terbuka lalu dia
bergegas turun dan mendapati Bibi Kim yang baru saja datang. Sebuah senyum
penuh rasa senang menghias wajahnya.
“ Oh, Anda sudah pulang “, ucapnya. “ Nyonya pasti
akan sangat senang melihat anda, kasihan dia selalu terlihat murung dan banyak
melamun “.
Jadi Yonghwa sudah membuat hidup Seohyun selama hampir
tiga minggu ini menjadi muram. Perasaan bersalah menusuk hatinya.
“ Saya akan segera menyiapkan sarapan untuk anda
berdua “, ujat Bibi Kim sambil bergegas berjalan menuju dapur. Yonghwa
mengikutinya dari belakang bermaksud menanyakan apakah Bibi Kim tahu di mana
Seohyun berada.
“ Kelihatannya Nyonya Seohyun sedang berjalan-jalan di
taman “, ucap Bibi Kim setelah membaca catatan kecil yang di tinggalkan Seohyun
di pintu kulkas tepat saat Yonghwa membuka mulutnya untuk menanyakan keberadaan
Seohyun.
Jadi Seohyun sedang berjoging pagi ini, mungkin
sebaiknya dia meyusulnya. Yonghwa yakin Seohyun pasti berada di taman yang
tidak begitu jauh dari rumah mereka. Setelah mengatakan akan sarapan apa pagi
ini, Yonghwa bergegas naik ke kamarnya mengganti pakaiannya dengan pakaian
casual dan meraih sepatu ketsnya lalu berjalan turun mampir sebentar ke dapur
memberitahu Bibi Kim bahwa dia akan keluar sebentar.
Jam tangannya menunjukkan pukul 06:35 menit, Yonghwa
mulai melangkahkan kakinya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam celana,
menikmati suasana pagi sambil membayangkan wajah Seohyun saat dia tiba-tiba
berada di depannya. Seohyun pasti akan sangat kaget mendapatinya menyusul
dirinya ke taman. Dan akan memeluknya karena merindukannya dan Yonghwa akan
balas memeluknya lalu mereka akan menghabiskan pagi bersama. Membayangkan hal
tersebut Yonghwa semakin mempercepat langkah kakinya menuju kearah taman.
Yonghwa membalas beberapa sapaan orang yang di
temuinya saat memasuki taman. Di tatapnya seputar taman untuk mencari Seohyun
dan tatapannya terhenti ke sebuah bangku taman di mana Seohyun sedang duduk
bercengkrama dengan seorang pria tampan dan tampak begitu akrab.
Pemandangan yang sama sekali tidak di sukainya !!!
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Catatan kecil. Mohon maaf ya atas keterlambatan updatemaklum banyak yang harus di urus selamabulan Ramadhan dan Idul Fitri.Btw, mumpung masih suasana lebaran Izinkan saya menghaturkan ucapan "Minal Aidin Wal Faidzin "Mohon Maaf lahir dan batin. Mohon maaf sudah bikin nunggu hehehe
1 komentar:
Write komentarFinally di next juga ini cerita,udah nungguin banget,Si yong tega ninggalin sampai selama itu
Replynext lagi ya kak kalau bisa jangan lama-lama hehehe
Aku new reader Annyeong kak zee :-)
Oh ya mohon maaf lahir batin juga kak
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon