CHAPTER TWENTY
Yonghwa berdiri ketika di lihatnya seseorang sedang memasuki cafe kecil
tempatnya menunggu. Ibu Seohyun menatapnya dengan pandangan penuh kasih sayang.
Yonghwa kemudian menarikkan satu kursi dan mempersilahkannya duduk kemudian dia
kembali duduk. Yonghwa mengacungkan tangannya memanggil salah seorang pelayan
yang segera datang saat melihat isyaratnya.
“ Teh “, jawab Ibu Seohyun dan pelayan tersebut mencatatnya kemudian
berlalu meninggalkan mereka.
“ Aku minta maaf Bibi, aku mungkin sudah mengganggu “.
Wanita separuh baya di depannya tersenyum tulus menggelengkan kepalanya. “
Sama sekali tidak. Bibi senang kau mengajak bibi untuk bertemu “, katanya.
“ Apakah Bibi baik-baik saja ? Bagaimana dengan Paman Seo ? Aku benar-benar
minta maaf belum sempat main ke rumah Bibi “ ucap Yonghwa dengan nada menyesal.
“ Kami berdua baik-baik saja. Kami mengerti kok, kau kan sibuk mengurusi
semua klienmu “.
Kedatangan pelayan membawa pesanan Ibu Seohyun menghentikan basa basi
keduanya. Setelah mengucapkan terima kasih Ibu Seohyun kemudian mencicipi
tehnya.
Semalam saat Seohyun menelponnya untuk mengucapkan terima kasih, Yonghwa
bertekad mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jadi setelah sidang pagi
tadi Yonghwa menelpon Ibu Seohyun mengajaknya bertemu siang ini. Tapi saat Ibu
Seohyun ada di hadapannya Yonghwa tak tahu harus memulai dari mana.
“ Sebenarnya ada apa, Yonghwa ? “, tanya Ibu Seohyun setelah melihat
Yonghwa hanya diam. “ Bibi tahu kau tidak akan mengajak bibi bertemu hanya untuk
basa-basi seperti ini. Pasti ada hubungannya dengan Seohyun, iya kan ? “.
Yonghwa mengangguk. Dia merasa sedikit grogi dan untuk menghilangkan rasa
tersebut Yonghwa menyisip kopinya.
“ Aku bingung “, jawab Yonghwa.
“ Bingung ? “.
“ Sudah seminggu ini Seohyun menghindar dan demi Tuhan, aku tak tahu apa
yang menyebabkan itu terjadi. Seminggu ini aku terus bertanya apa yang telah
aku perbuat sehingga Seohyun marah dan menghindariku “.
Wanita di depannya menatapnya dengan pandangan prihatin. Putrinya itu
betul-betul sangat pandai membuat siapapun bingung.
“ Bibi “, sahut Yonghwa pelan. “ Kalau boleh aku bertanya, apa yang membuat
Seohyun tidak terlalu ingin berhubungan dengan semua laki-laki ? “, tanya
Yonghwa dengan nada hati-hati. Yonghwa berharap Ibu Seohyun tidak akan marah
dia bertanya hal tersebut padanya.
Wajah Ibu Seohyun perlahan terlihat sendu, dan Yonghwa di dera perasaan
bersalah.
“ Kalau Bibi tak mau bercerita tidak apa-apa kok “, ucap Yonghwa cepat
setelah melihat perubahan raut wajahnya. Tapi Ibu Seohyun menggelengkan kepalanya
sambil tersenyum.
“ Tidak apa kok “, katanya. “
Mungkin memang sebaiknya Bibi menceritakannya padamu. Tapi bolehkan Bibi
bertanya satu hal padamu ? “. Yonghwa mengangguk. “ Seberapa besar rasa
perhatianmu terhadap Seohyun ? “, tanyanya.
“ Sebesar perhatian seorang suami kepada istrinya “, jawab Yonghwa dan Ibu
Seohyun tersenyum penuh pengertian.
Sambil menarik napas, Ibu Seohyun mulai menceritakan apa yang terjadi pada
Seohyun diusianya yang ke lima belas tahun. Ibu Seohyun menceritakan persahabatannya
dengan Eun Hye yang berakhir sangat tragis. Ibu Seohyun menceritakan bagaimana
terluka dan dendamnya Seohyun pada pembunuh Eun Hye.
“ Kami sangat khawatir melihatnya mengurung diri terus menerus dan selalu
melamun. Kami memutuskan membawanya ke seorang psikiater dan perlaha-lahan
Seohyun mulai bisa kembali seperti dulu, walaupun Bibi tak dapat memungkiri
masih ada sisa kebencian di hatinya “.
“ Seohyun tak pernah membiarkan seorang laki-laki pun menaruh hati
kepadanya. Dia selalu bersikap dingin dan jelas-jelas menunjukkan rasa antinya.
Kami kembali khawatir, bahwa Seohyun tercinta kami tidak akan pernah merasakan
cinta, dan impian kami melihatnya menikah hanyalah akan menjadi impian belaka
“.
“ Hari itu saat aku bertemu dengan Ibumu, aku menceritakan keresahannya
akan sikap Seohyun. Ibumu bilang bahwa dia juga mempunyai putra yang sepertinya
tidak akan pernah menikah seumur hidupnya. Kami berdua benar-benar berharap
hal-hal yang baik terjadi pada kalian saat pernikahan kalian yang tak disengaja
malam itu. Kami bertekad, tidak akan memisahkan kalian, kami akan berusaha
membuat pernikahan kalian berdua bertahan selamanya “.
“ Kami melakukan itu semua karena kami sayang pada kalian. Sesekali mungkin
kami ikut campur, tapi saat melihat bagaimana reaksi Seohyun saat kepindahan
rumah hari itu terhadapmu, Bibi yakin campur tangan kami tak di perlukan lagi.
Seohyun bisa terlihat nyaman di sampingmu, adalah satu kemajuan yang sangat
berarti bagi kami. Satu-satunya pria yang Seohyun merasa nyaman di sampingnya
adalah ayahnya dan sekarang kami melihat dia juga nyaman di sampingmu “.
“ Aku menelpon Ibumu, bercerita bagaimana kemajuan yang dialami Seohyun.
Kami mulai berharap kalian berdua bisa benar-benar jatuh cinta satu dengan yang
lain. Tapi ternyata itu hanya sementara. Mengetahui Seohyun kembali
menghindarimu membuat Bibi merasa sedih “.
Yonghwa menyodorkan tissue kepada Ibu Seohyun dan wanita tersebut mengambil
satu dan menyeka air matanya yang membuat matanya berkaca-kaca. Yonghwa merasa
bersalah telah membuatnya menangis.
“ Aku memang sudah jatuh cinta pada Seohyun “, kata Yonghwa dengan suara
yang tegas membuat Ibu Seohyun tersenyum.
“ Bibi tahu itu “, katanya.
“ Dari mana Bibi tahu ? “, tanya Yonghwa. Apakah nampak jelas di wajahnya ?
Jangan-jangan di keningnya ada tulisan ‘jatuh
cinta setengah mati pada Seohyun ‘.
“ Saat kau menelpon dan ingin bertemu dengan Bibi pasti karena ada yang
telah terjadi, apalagi kau kemudian menanyakan hal yang kau tanyakan tadi
membuat Bibi semakin yakin “, jawab Ibu Seohyun sambil menyentuh tangan Yonghwa
yang di letakkan di atas meja memberinya sentuhan penuh kasih sayang seorang
ibu. “ Tidak ada orang lain yang Bibi inginkan menjadi menantu bibi selain
kamu, Yonghwa. Sepenuh hati bibi berharap, apa yang di lakukan Seohyun tidak
membuatmu mundur dan berhenti mencintainya “.
Yonghwa balas mengenggam tangan Ibu Seohyun dan dia tersenyum dan
menggelengkan kepalanya. “ Jujur aku juga tidak menyadari bahwa aku mencintai
Seohyun. Tadinya aku pikir kami bisa bekerjasama meluruhkan hati kedua ibu kami
dan mendapatkan kembali surat nikah yang ada di tangan ibuku dan kemudian aku
akan mengatur pembatalannya dan kemudian kita berdua bisa kembali hidup dengan
apa yang sudah kami jalani sebelum pernikahan tersebut “.
“ Kami berdua menikmati saat-saat kami bersama, tertawa, bercanda,
bertengkar hingga saat Seohyun mulai menjauh, rasanya ada yang hilang. Aku
berusaha meyakinkan diriku bahwa apa yang aku rasakan bukanlah cinta. Mana
mungkin aku jatuh cinta pada Seohyun sementara aku selalu menghindari
berkomitmen, jatuh cinta pada Seohyun artinya aku akan mengharapkan pernikahan
ini akan selamanya, komitmen seumur hidup “.
“ Tapi mungkin ini yang di katakan orang, kau takkan bisa lari saat cinta
memilihmu. Sejauh apapun aku mencoba berlari tidak ada hasilnya kecuali
menyadari betapa bodohnya diriku. Aku mencintai Seohyun bibi “, tegas Yonghwa.
“ Dan aku rela menghabiskan seluruh sisa hidupku bersamanya. Sayangnya aku
tidak yakin apakah Seohyun juga mencintaiku “.
“ Bibi yakin Seohyun mencintaimu “, tukas Ibu Seohyun.
“ Dari mana bibi bisa yakin ? “, tanya Yonghwa. Setelah Jonghyun sekarang
Ibu Seohyun mengatakan hal yang sama. Sungguh, Yonghwa sangat ingin mempercayai
hal tersebut benar adanya.
“ Yang pasti Seohyun tidak akan menghindarimu seandainya dia tetap bisa
menganggapmu sebagai orang yang tidak mengancam kemandiriannya. Dia mungkin
hanya belum mau membuka dirinya “.
Yonghwa tertegun sesaat. Membuka diri ? Dan Yonghwa tiba-tiba merasa dia
sudah melakukan hal yang sangat bodoh.
Seohyun mempunyai trauma sejak dia remaja, satu trauma yang di bawanya
selama ini dan berusaha di jadikannya benteng untuk melindungi dirinya. Dan apa
yang sudah Yonghwa lakukan, adalah berusaha menembus benteng tersebut tanpa
memikirkan apa yang akan terjadi bila benteng itu runtuh. Kehancuran !
Bukankah seharusnya dia melakukan dengan perlahan, melepaskan setiap batu
yang membentuk benteng itu satu demi satu ?
Sebuah senyum mengembang di wajah Yonghwa. Sekarang dia tahu apa yang harus
di lakukannya. Dan dia tahu dia punya bala bantuan yang akan siap membantunya
untuk mendapatkan cinta Seohyun. Tapi kali ini Yonghwa akan melakukannya dengan
benar. Memulai kembali dari awal dan meyakinkan Seohyun bahwa tidak semua pria
itu bejat dan brengsek.
Wajah ibu Seohyun berubah cerah seiring senyum yang mengembang di wajah
Yonghwa. Di tatapnya wajah menantunya yang setiap saat di syukurinya. Seohyun
beruntung memiliki Yonghwa. Dan semoga saja Seohyun tidak terlalu egois untuk
melepaskan anugrah yang di dapatkannya.
Dan Ibu Seohyun berdoa untuk itu.
♥ ♥ ♥
Seohyun baru saja selesai membereskan barang-barangnya, beberapa buku
dongeng di masukkannya ke dalam tasnya, sekeranjang boneka mungil juga sudah di
letakkannya di dekat tangga. Hari ini dia sudah berjanji pada Yoona akan mengunjungi
klinik anak-anak penderita kanker dan membacakan dongeng untuk mereka semua.
Sebuah hal kecil tapi semoga akan membahagiakan anak-anak tersebut. Yoona
mengatakan beberapa dari anak-anak tersebut baru saja menjalani kemoteraphy dan
beberapa diantara mereka merasa sedih karena rambut mereka yang mulai rontok.
Seohyun berharap semoga apa yang akan di lakukannya sedikitnya bisa membuat
mereka tertawa.
Ponselnya berbunyi. Panggilan dari ibunya. Seminggu ini Seohyun terlalu
sibuk menghindari Yonghwa dan melupakan ibunya. Dan tiba-tiba dia merasa rindu.
Dengan perasaan yang meluap Seohyun menerima telepon tersebut.
“ Eomma, I miss you so much “, ucap Seohyun saat menjawab telepon Ibunya.
“ I miss you too sayang. Kemana saja sih kamu sampai tidak sempat menelpon
ibumu ini ? “, protes lembut Ibunya membuat Seohyun merasa bersalah.
“ Maafkan aku Ibu, menjelang akhir tahun, ada banyak UTS yang harus aku
berikan dan aku terpaksa harus bolak balik ke perpustakaan untuk menambah
literaturku “.
“ Ibu tahu ‘, sahut Ibunya dengan nada penuh pengertian. “ Ibu cuma ingin
mengingatkan jangan pernah lupa makan walaupun kau sangat sibuk “. Seohyun
menganggukkan kepalanya seakan Ibunya bisa melihatnya tapi kemudian dia
menyadari kebodohannya.
“ Aku akan mengingatnya Ibu “.
“ Baguslah. Bagaimana kabarmu ? Apakah hari ini kau akan mengajar ? “,
tanya Ibunya.
“ Tidak, hari ini aku tidak ada kelas, tapi aku sudah berjanji pada Yoona,
akan ke kliniknya hari ini. Aku akan membacakan dongeng bagi beberapa anak-anak
yang baru saja kemoteraphy “, jawab Seohyun. “ Aku baru saja bersiap saat Ibu
menelpon “.
“ Ibu senang mendengarnya. Datanglah mengunjungi kami. Ayahmu juga
merindukanmu. Katanya dia rindu bermain scrable denganmu “.
“ Aigoo, aku juga merindukannya ayah. Sampaikan peluk ciumku untuknya. Aku
akan usahakan singgah sore ini. Ibu janji masak yang enak ya, aku terlalu
sering makan ramen akhir-akhir ini “.
“ Ya ampun anak ini “, sahut Ibu Seohyun. “ Kau bisa sakit bila seperti
itu. Ibu akan memasak masakan kesukaanmu untuk makan malam “.
“ Baiklah Ibu, aku sudah harus berangkat sekarang. Aku mencintaimu “, ucap
Seohyun sambil melirik jam tangannya. Bila tidak cepat Seohyun akan terlambat.
“ Aku juga menyayangimu, Seohyun “, sahut Ibunya dari seberang dengan penuh
perasaan. “ Dan maukah kau melakukan satu hal untuk ibu ? “, pintanya
tiba-tiba. “ Ibu ingin untuk hari ini kau berkata pada dirimu sendiri, bahwa
kau akan membiarkan hal-hal yang baik terjadi padamu. Ok ? “.
Membiarkan hal-hal baik terjadi padaku..... Seohyun tersenyum. Terkadang
Ibunya sangat membuatnya terkagum-kagum.
“ Aku akan membiarkan hal-hal baik terjadi padaku. Aku faham Ibu “, kata
Seohyun dan setelah mengucapkan salam telepon terputus.
Seohyun menarik napas dan menghembuskannya dengan sekuat tenaganya. Yap,
hari ini dia akan mengizinkan hal-hal baik terjadi pada dirinya. Seohyun
tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, meraih tas dan menutup kamarnya.
♥ ♥ ♥
Sebuah pesan masuk membuat ponsel Yonghwa berkedip-kedip. Sayangnya Yonghwa
sedang mendampingi kliennya seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahun
yang bersikeras meminta cerai dari suaminya untuk bertemu dengan pengacara yang
mewakili suaminya. Hari ini merea akan mengadakan mediasi, berharap akan ada
jalan keluar yang baik untuk keduanya.
Sejak tiga puluh menit yang lalu belum ada kesepakatan yang di hasilkan.
Kliennya tetap bersikeras untuk cerai sementara sang suami menegaskan bahwa dia
tidak ingin bercerai karena alasan bahwa mereka berdua mempunya anak-anak yang
masih butuh kasih sayang mereka. Dan kliennya mulai menggerutu dan memaki sang
suami dengan kata-kata yang tidak pantas sehingga Yonghwa memutuskan menariknya
keluar ruangan untuk menenangkannya.
“ Nyonya, jika anda terus menerus seperti ini, saya tidak yakin apakah saya
akan melanjutkan untuk mendampingi anda atau tidak “, kata Yonghwa saat mereka
berada di luar ruangan.
Wanita di depannya cuma bisa mengguman dan mengeluarkan sapu tangan dari
tasnya. Raut wajahnya masih tegang dan bibirnya masih bergetar karena menahan
kegeramannya.
“ Begini saja, Saya akan menunda pertemuan ini lebih lanjut dan akan
menschedule ulang pertemuan yang akan datang. Saya mengerti anda tentu sangat
ingin segera bercerai, tapi ada proses yang harus di jalani. Dan kalau anda
terus seperti ini, yakinlah bahwa semua tuntutan yang anda harapkan tidak akan
terkabulkan.
“ Saya harap anda bisa mengendalikan diri anda. Saya akan masuk ke dalam
dan berbicara dengan suami dan pengacaranya dan menjadwal ulang semuanya. Anda
tunggu saja di sini “, kata Yonghwa sambil membimbing kliennya ke arah kursi
yang ada di ruangan tersebut lalu meninggalkannya dan kembali memasuki ruangan
pertemuan, meminta maaf atas kata-kata dan sikap kasar kliennya, meminta mereka
untuk bertemu lagi minggu depan. Untungnya baik sang suami dan pengacaranya
bisa menerima dan akan mengatur pertemuan lanjutan.
Yonghwa menarik napas panjang saat sudah berada di dalam mobilnya. Apa yang
di alaminya hari ini bukanlah hal baru. Dan dari apa yang terjadi Yonghwa bisa
melihat bahwa kliennya mungkin berselingkuh, sayangnya bahwa walaupun dia tahu
kliennya bersalah dia tetap harus membela kepentingannya dan berusaha
memenangkan tuntutan kliennya. Siapa bilang menjadi Pengacara perceraian itu
pekerjaan gampang ?
Yonghwa teringat tadi ada pesan yang masuk. Dia lalu mengeluarkan ponselnya
dari saku jasnya dan mengecek pesan yang masuk. Dari Ibu Seohyun. Buru-buru
Yonghwa menekan tombol reading.
“ Hari ini Seohyun akan ke klinik Yoona untuk mendongeng, mungkin kau bisa menemuinya di sana. Atau kalau kau sibuk, hari ini Seohyun akan makan malam di rumah. Kami akan dengan senang hati menerimamu “.
Yonghwa tersenyum lebar. Ibu mertuanya tersayang baru saja memberinya kabar
yang membuat moodnya kembali ke level atas setelah sempat turun gara-gara
pertemuan antar klien yang baru saja selesai.
Yonghwa menimbang, apakah dia akan menemui Seohyun di klinik Yoona atau
sebaiknya menerima tawaran ajakan makan malam di rumah orang tua Seohyun ?
Yonghwa menyibak lengan jasnya dan melihat jam tangannya, sudah hampir jam
sebelas, dan dia ada sidang jam satu siang ini. Dia ada waktu luang sekitar dua
jam. Yonghwa memutuskan akan ke klinik, dia kemudian mulai menjalankan
mobilnya.
Tidak lama, Yonghwa tiba di klinik tersebut. Klinik khusus untuk anak-anak
penderita kanker. Pernikahan mereka terjadi karena mengumpulkan dana untuk
anak-anak tersebut yang kebetulan beberapa diantara mereka adalah dari kalangan
menengah ke bawah yang untuk membiayai semua pengobatan dan perawatan terasa
begitu sangat sulit.
Yonghwa berjalan ke lobby menemui resepsionis dan menanyakan dimana dia
bisa bertemu dengan Dr. Yoona dan resepsionis tersebut meminta seorang perawat
yang kebetulan ada di sana untuk mengantar Yonghwa menemui Yoona.
Yoona terkejut melihat kedatangannya tapi tersenyum dan berjalan ke
arahnya.
“ Umm, ada angin apa nih pengacara terkenal berkunjung kemari ? “, ucap
Yoona setelah menyalami Yonghwa.
“ Aku sudah lama tidak mendengar dongeng, dan kata seseorang hari ini ada
sesi dongeng untuk anak-anak “, kata Yonghwa sambil mengedipkan matanya. “
tentu akan menyenangkan mendengar seseorang mendongengkan kisah-kisah yang
berakhir bahagia “.
“ mendengarkan dongeng atau ingin bertemu dengan si pendongeng ? “, goda
Yoona balas mengedipkan matanya membuat Yonghwa tertawa.
“ Well anggap saja bila bertemu dengan pendongengnya adalah bonus “, kata
Yonghwa. “ Tapi aku akan lebih suka bila si pendongeng tidak mengetahui
kedatanganku “, lanjutnya.
“ Ahh aku mengerti “, Yoona mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia tahu ada yang
sedang terjadi antara Yonghwa dan Seohyun. Yoona tahu karena beberapa hari ini
Seohyun sering mengajaknya makan malam atau makan siang tidak seperti biasanya,
sayangnya tidak bisa di penuhinya karena kesibukannya. “ Baiklah ikuti aku Tuan
Jung, saya akan membawa anda ke ruangan dongeng “, kata Yoona sedikit bernada
formal dan Yonghwa tahu Yoona hanya menggodanya.
Yonghwa tiba di sebuah bangsal besar di mana ada jendela besar sehingga dia
bisa melihat ke dalam ruangan bangsal tersebut. Ada sekitar enam ranjang yang
beberapa diantaranya kosong. Mereka sedang berkumpul di satu ranjang dimana
Seohyun duduk sambil membacakan dongeng.
Yonghwa bisa mendengar samar-samar suaranya yang lembut keluar dari pintu
yang tidak sepenuhnya tertutup. Seohyun terlihat sangat cantik. Dia mengenakan
sweater pink dengan rok bermotif bunga yang menjuntai menutupi kakinya.
Rambutnya di biarkan tergerai. Dia bagaikan seorang malaikat tanpa sayap.
Anak-anak yang berada di dekatnya menatapnya dengan penuh suka cita.
Dan Yonghwa tahu dia semakin mencintai Seohyun.
Yonghwa menikmati saat-saat tersebut sementara Yoona hanya mendekap kedua
tangannya di samping Yonghwa menatap penuh minat. Sesekali matanya menatap
Yonghwa lalu dia menatap Seohyun yang sedang tersenyum sambil memeluk salah
seorang anak yang ada di dekatnya.
“ Apakah pangeran akan selalu mencintai Cinderella ? “, Yonghwa mendengar
salah seorang anak bertanya pada Seohyun yang tersenyum kepadanya.
“ Tentu saja “, jawab Seohyun. “ Pangeran akan selalu mencintai Cinderella
seumur hidupnya “.
“ Apakah akan tetap mencintai Cinderella saat dia tidak mempunyai rambut
lagi sepertiku ? “, tanya anak yang berdiri di samping Seohyun dengan kepala
yang botak karena rambutnya rontok akibat perawatan yang harus di jalaninya.
“ Pengeran akan tetap mencintai Cinderella walaupun kepala Cinderella tidak
punya rambut sehelaipun “, ucap Seohyun lembut membuat hati Yonghwa merasa
berdesir pelan. “ Tahu kenapa ? “, tanya Seohyun.
Yonghwa melihat anak-anak tersebut menggeleng dan menatap Seohyun menanti
jawaban darinya. Dan Seohyun tersenyum sambil menutup buku yang ada di
pangkuannya yang masih terbuka. Lalu Yonghwa melihat Seohyun membelai pipi anak
tersebut dengan mata yang berkaca-kaca.
“ Karena pangeran tahu, bahwa Cinderella sedang berjuang untuk melawan
penyakitnya. Pangeran tahu Cinderella kuat dan akan menang melawan semua sakit
yang di deritanya. Pangeran mencintai Cinderella bukan karena phisiknya tapi
karena hatinya, karena semangat Cinderella untuk hidup. Sama seperti kalian
semua yang sedang berjuang melawan sakit “.
“ Seohyun anutie, apakah nanti akan ada pangeran untukku ? “.
“ Tentu saja “, suara lembut itu kembali membuat Yonghwa merasa ingin ke sana dan
memeluknya. Seohyun akan menjadi seorang ibu yang sangat sempurna untuk
anak-anaknya nanti. Yonghwa sangat yakin akan hal itu.
Semoga saja anak-anak Seohyun kelak adalah anak-anak dari hasil cinta
mereka berdua, Yonghwa berharap dalam hati lalu berpaling ke arah Yoona.
“ Aku harus kembali ke kantor. Terima kasih sudah mengizinkanku mendengarkan
dongeng hari ini “, kata Yonghwa sambil melihat jam tangannya. Dua belas
seperempat.
“ Kau tidak ingin menemui Seohyun ? “, tanya Yoona, Yonghwa menggeleng.
“ Dan aku akan sangat berterima kasih bila kau tidak mengatakan kepada
Seohyun kedatanganku hari ini “, ucap Yonghwa. “ Please ? “.
Yonghwa menatap Yoona dengan tatapan memohon dan Yoona menganggukkan
kepalanya lalu berdua mereka berjalan ke arah pintu keluar.
Setelah mengucapkan salam perpisahan dan berjanji akan bertemu lagi Yonghwa
berjalan ke mobilnya. Dia harus bergegas bila tidak ingin tiba di kantor
pengadilan terlambat. Hari ini hatinya sudah sangat puas bisa melihat sisi
Seohyun yang lain. Di balik kekeras kepalaannya dan keangkuhannya Seohyun
memiliki sisi lain yang semakin membuat Yonghwa ingin mengenal Seohyun lebih
dalam.
Dan malam ini dia berharap, sangat berharap Seohyun tidak akan menatapnya
dengan pandangan membunuh saat dia melangkah masuk ke dalam rumah orang tuanya.
Semoga saja..............
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Chapter Nineteen Chapter Twenty One
3 komentar
Write komentarpenasaran sama chapter selanjutnya ..
Replytiap hari bolak balik ke blog nih cuma buat baca ff terbarunya kak zee .😊😊
terima kasih ♥
ReplyBeberapa hari nda aktif,,pas gi on langsung buka blogx kak zee,,dan yeee kak zee update 2 ff,,,thanks kak zee,, walau mereka belum bersama paling tidak cinta sudah hadir diantara mereka,,tinggal liat usaha pangeran mendapatkan hatix cinderella,,,nomu nomu choae,, hehehehe
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon