#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

ACCIDENTALLY WE MARRIED !!



CHAPTER SEVEN

Yonghwa duduk di meja di ruang kerjanya. Di tangannya sedang memegang surat kabar pagi ini. Headline berita pagi ini menyangkut dirinya. Bukan karena keberhasilannya tapi karena pernikahannya semalam. The Bachelor Meet His Destiny
“ Pengacara kondang perceraian Jung Yonghwa, yang beberapa waktu lalu mengatakan bahwa dia tidak pernah tertarik untuk terikat komitmen pernikahan, semalam secara mengejutkan menikahi seorang wanita yang di ketahui adalah seorang dosen di salah satu universitas terkenal bernama Seo Johyun. Pernikahan mereka lucunya terjadi di acara amal sebuah rumah sakit yang bekerjasama dengan perusahaan otomotif, dimana keduanya terlibat dalam sebuah permainan Dating Game, yang dimana di akhir permainan pasangan yang terpilih harus melaksanakan sesi pernikahan bohongan. Sayangnya pernikahan semalam bukanlah sandiwara. Si pengacara flamboyan sekarang sudah terikat. Apakah kariernya sebagai seorang pengacara perceraian yang sangat handal akan berakhir dengan pernikahan tersebut ? Dan berapa banyak wanita di luar sana yang tiba-tiba harus patah hati karena pria idaman mereka telah terikat ? “.

Yonghwa membaca sekali lagi kalimat panjang pembuka berita tersebut lalu melipatnya dan membantingnya ke mejanya. Terikat !. Mengapa kata itu seakan bagai tambang yang di belitkan di lehernya dan siap menggantungnya ?
Apakah Seohyun juga membaca koran pagi ini ?
Apakah dia akhirnya tahu bahwa dia menikahi seorang pengacara yang di puja banyak wanita ?
Sedikit rasa bangga mengaliri hatinya. Setidaknya wanita itu tahu bahwa dirinya setidaknya menjadi salah satu bujangan yang di gila-gilai wanita. Apakah Seohyun merasa bangga ? Ataukah dia merasa sangat marah ?
Dan mengapa dia memikirkan hal tersebut ?
Yonghwa memukul kepalanya sendiri. Dia tidak seharusnya merasa senang bila Seohyun menyadari dirinya menikah dengan bujangan incaran para wanita. Masalah mereka adalah mereka secepatnya harus membatalkan pernikahan mereka.
Sayangnya hal itu terlihat mustahil saat ini. Selain karena kata-kata ibu Yonghwa semalam juga karena surat nikah mereka ada di tangan Ibu Yonghwa. Dan rasanya masa pembatalan 30 hari benar-benar terdengar seperti  seumur hidup. Kali ini Yonghwa membenarkan kata-kata Seohyun.
Masalah mereka adalah kedua ibu mereka. Baik Ibunya maupun Ibu Seohyun dua-duanya menginginkan hal yang sama yaitu anak-anak mereka menikah, dan mereka seperti mendapat jackpot saat kedua anak mereka ternyata sekarang terikat pernikahan. Dan Yonghwa yakin seyakin-yakinnya, kedua ibu mereka akan berusaha keras mempertahankan pernikahan tak sengaja ini.
Yonghwa kembali membuka koran tersebut. Ada photo saat mereka melangsungkan pernikahan mereka semalam. Anehnya, mengapa di photo tersebut mereka terlihat sangat bahagia. Apakah mereka telah mengedit photo tersebut ? Karena seingat Yonghwa dia bahkan terlihat sangat menderita ?
Takdir telah mempermainkan dirinya. Seohyun adalah wanita yang jauh dari type idealnya untuk di jadikan teman kencan apalagi sebagai pendamping hidupnya. Dan sekarang dia bahkan terikat pernikahan dengan wanita tersebut.
Yonghwa menarik napas panjang sambil mengusap-usap kepalanya. Dia tidak berencana untuk menikah. Komitmen bahkan tidak ada dalam kamusnya. Pernikahan baginya adalah sebuah penjara seumur hidup, bangun dan tidur hanya melihat wajah yang sama sampai kakek-kakek bukanlah rencananya. Jadi apa yang salah dengan rencananya tersebut ?
Yonghwa mengusap matanya yang pagi ini terlihat merah, sementara bayangan hitam menghiasi kantong matanya. Semalam dia tidak bisa terlelap, pikirannya terlalu
sembrawur untuk di bawa tidur. Dan sepagi ini dia sudah meminum empat gels kopi untuk mengusir kantuk yang tiba-tiba datang.  Sementara hari ini ada 2 sidang perceraian yang harus di hadirinya.
Pongselnya berdering. Yonghwa melihat panggilan masuk. Jungshin.
“ Hyung, chukkae !! aku dengar kau sudah menikah ya ? wah teganya kau tidak menungguku kembali ke Seoul. Padahal aku bisa menjadi pendampingmu lho , apakah hyungsunimnya cantik ? Jonghyun hyung bilang kalau d.................. “.
Yonghwa menutup teleponnya. Paginya sudah teramat kacau, dia tidak perlu ocehan Jungshin untuk melengkapi kekacauan pikiran dan harinya. Sialan !
Sebuah ketukan di pintu menghentikan umpatan Yonghwa. Wajah Sunny, sekretarisnya muncul dari balik pintu.
“ Ada apa ? “, tanya Yonghwa.
“ Apakah kau baik-baik saja bos ? “, tanya Sunny penuh selidik.
“ Memangnya ada apa ? “.
“ Ada ini bos “, kata Sunny sambil membuka pintu ruangan kantor Yonghwa lebar-lebar hanya untuk memperlihatkan beberapa bingkisan bunga ucapan selamat untuknya yang di letakkan di atas mejanya. “ Ada banyak kiriman bunga dan ucapan untuk bos, apakah saya bisa membawanya ke ruangan bos ? “.
Yonghwa menatap nanar ke arah meja sekretarisnya. Surat kabar sialan !, umpatnya dalam hati. Tidak butuh sehari untuk membuat semua koleganya mengetahui pernikahannya. Buktinya sudah terlihat jelas, pagi ini saja sudah begitu banyak bingkisan ucapan selamat yang datang ke firmanya. Dan Yonghwa bisa membayangkan hari ini kantornya akan berubah menjadi taman bunga, dia tinggal membuka jendela kantornya untuk membiarkan kupu-kupu masuk ke dalam ruangannya atau bahkan segerombolan lebah yang berburu madu. Sempurna.
Apakah kekacauan semalam tidak cukup ?

♥ ♥ ♥

Seohyun menghempaskan tubuhnya ke kursi meja kerjanya. Kepalanya masih terasa berat karena rasa pusing yang menderanya sejak semalam. Dan tidur yang hanya dua jam sepertinya tidak membantu sama sekali. Pagi ini Seohyun bahkan menyempatkan diri untuk sarapan dengan segelas kopi walaupun itu bukan kebiasaannya.
Sejak ke datangannya ke kampus, dia merasa orang-orang sedang menatapnya sambil tersenyum, bahkan ada sebagian yang tiba-tiba datang mendekat dan menjabat tangannya sambil mengucapkan selamat. Hari ini bukan ulang tahunnya, jadi mengapa mereka menyelamati dirinya.
Dan Seohyun baru saja kembali dari ruang profesor kepala fakultasnya. Profesor Won memanggilnya untuk mengucapkan selamat kepadanya dan merasa menyesal bahwa Seohyun tidak mengundang dirinya. Saat dirinya bertanya selamat untuk apa, profesor Won lalu menyodorkan koran pagi ini dan Seohyun merasa sebuah bangunan 100 tingkat sedang runtuh di atas kepalanya.
Karena terlalu memikirkan kejadian semalam, pagi ini Seohyun tidak sempat melihat koran. Koran paginya hanya di bairkan tergeletak di meja sofa tanpa ada minat untuk membacanya sekedar mengetahui berita hari ini. Sialnya dirinyalah yang menjadi headline news. Bayangkan !
Seohyun meraih koran yang tadi dipinjamnya dari profesor Won. The Bachelor Meet His Destiny. Itulah judul berita di mana photo dirinya dan Yonghwa terpanpang nyata sedang melaksanakan pernikahan.  Seohyun lalu menelusuri kata demi kata dan mencernanya. Perutnya terasa bagai di tinju oleh Mike Tyson.
“...............................Si pengacara flamboyan sekarang sudah terikat. Apakah kariernya sebagai seorang pengacara perceraian yang sangat handal akan berakhir dengan pernikahan tersebut ? Dan berapa banyak wanita di luar sana yang tiba-tiba harus patah hati karena pria idaman mereka telah terikat ? “.
Seohyun membanting koran tersebut ke mejanya. Pengacara flamboyan ? pria idaman ? Seohyun merasa mual dan ingin muntah. Bisa-bisanya mereka menyebut Yonghwa sebagai pria idaman. Mereka tidak tahu bahwa pria idaman mereka tak lebih dari seorang yang sombong, sok ganteng dan pria paling menyebalkan di dunia.
Celakanya, pria tersebut sekarang adalah suaminya.
Seohyun mengerang sambil memegang pelipisnya dengan kedua tangannya. Ternyata inilah alasan mengapa dia tiba-tiba menjadi pusat perhatian di kampus. Alasan dari
ucapan selamat yang diterimanya. Tidakkah mereka tahu Seohyun bahkan tidak merasa selamat dengan pernikahan tersebut ?
“ Seohyun, ada kiriman bunga untukmu “, Taeyeon salah satu rekan dosen datang mendekatinya sambil membawa bingkisan bunga yang cukup besar dengan ucapan selamat atas pernikahannya.
Tidakkah berita koran pagi ini cukup, mengapa harus di tambah dengan bingkisan bunga dan ucapan selamat ?
“  Aku juga sekalian mengucapkan selamat. Seohyun kau seharusnya mengundang kami semua di pernikahanmu, apalagi ternyata kau menikahi si pengacara ganteng Jung Yong hwa, kau membuatku iri saja “, kata Taeyeon sambil meletakkan bunga tersebut di atas mejanya lalu dia sendiri menarik kursi dan duduk di hadapan Seohyun. “ Jadi bukankah seharusnya sekrarang kalian berdua sedang bulan madu ? mengapa kau justru harus mengajar hari ini ? “.
Seohyun selalu menyukai  Taeyeon. Rekan dosennya itu sangat baik dan manis kecuali rasa keinginan tahuannya yang terlalu besar akan urusan pribadi orang lain. Terlalu kepo kalau istilah mahasiswanya.
Seohyun mencoba tersenyum. Bulan madu ?
“ Memangnya harus bulan madu ? “, tanya Seohyun enggan, tak ingin membuat Taeyeon lebih penasaran dan mulai mengorek masalah pribadinya.
“ Aigoo Seohyun ssi. Bukankah pasangan pengantin baru selalu pergi berbulan madu ? “. Taeyeon tertawa renyah menanggapi pertanyaan Seohyun.
“ Well tidak ada bulan madu. Kami berdua sibuk “, kata Seohyun tegas berusaha menunjukkan bahwa dia tidak ingin di ganggu lebih lanjut. Peristiwa semalam sudah membuatnya sakit kepala, jangan sampai rasa penasaran Taeyeon membuat kepalanya meledak.
“ Hmmm, benar juga. Jung Yong Hwa ssi adalah pengacara yang terkenal pasti dia sangat sibuk, sedangkan kau sendiri juga sibuk menyiapkan UTS “.
Setidaknya kau mengerti, bisik Seohyun dalam hati. Dia lalu menyingkirkan koran dari atas mejanya lalu mulai membuka laptopnya dan berusaha terlihat sedang sibuk.
“ Bisakah kau meningalkan aku ? Ada beberapa soal yang harus aku selesaikan sebelum kuliah di mulai “, kata Seohyun sedikit bernada mengusir.
Taeyeon berdiri dan tersenyum. Sambil menganggukkan kepalanya dia berkata, “ Kapan-kapan buatlah pesta kecil untuk memperkenalkan suamimu pada kami semua. Kami tentu akan sangat senang bisa mengenalnya dan mengucapkan selamat atas pernikahan kalian “.
Seohyun tersenyum manis mendengar perkataan Taeyeon. In your dream, umpatnya dalam hati. Tak akan ada pesta ataupun hal-hal seperti itu.
Seohyun harus segera bertemu Yonghwa untuk membahas pembatalan pernikahan mereka. Pernikahan mereka bahkan belum berlangsung sehari dan dia sudah cukup mendapat masalah dengan rasa ingin tahu semua orang di sekitarnya.
Seohyun memuja kehidupannya, memuja idealismenya sebagai seorang penganut feminisme. Seohyun tidak butuh pria angkuh menjengkelkan dan menyebalkan untuk mendampinginya. Hidupnya begitu aman tenteram damai dan sejahtera. Dan Seohyun akan mempertahankan kehidupannya.
Pernikahan mereka harus segera di batalkan !!

♥ ♥ ♥

 Hari yang panjang dan melelahkan. Seohyun membuka apartemennya, meletakkan kunci mobilnya di meja kecil dekat pintu dan menutup pintunya. Seohyun sangat ingin berendam air hangat dan tidur. Tubuhnya letih dan pikirannya pun sangat letih.
Seohyun berjalan perlahan memasuki kamar tidurnya, meletakkan tasnya ke meja kerjanya lalu beranjak ke kamar mandi. 30 menit kemudian Seohyun sudah bersiap untuk tidur ketika ponselnya berdering. Sedikit malas Seohyun berjalan ke arah meja kerjanya dan mengecek siapa yang menelpon. Ibunya.
“ Ada apa ibu ? “.
“ Sayang apakah kau sudah melihat hadiah yang ibu berikan ? “. Dahi Seohyun mengeryit. Hadiah ?
“ Hadiah ? hadiah apa ? “.
“ Aduh kamu ini kebiasaan, coba kamu lihat di meja dapur. Pasti kamu belum ke dapur kan, apakah kau sudah makan ? “.
“ Belum “, jawab Seohyun singkat lalu berjalan keluar ke kamar menuju dapur dan di sana sebuah kotak mungil berwarna pink dengan pita biru lucu terletak pasrah di meja dapurnya. Seohyun meraih kotak tersebut sambil mencoba menerka-nerka apa isinya.
“ Sudah lihat hadiahnya ? Tadi Ibu ke apartemen kamu tapi tidak bisa berlama-lama untuk menunggumu pulang jadi hadiahnya ibu simpan di meja dapur. Apakah kau suka ? “.
Seohyun menjepit ponselnya dengan bahunya lalu perlahan melepaskan ikatan pita lucu tersebut dan perlahan membuka kotak kecil tersebut. Sebuah cincin perak sederhana tapi sangat cantik dan terlihat sedikit kuno.
“ Cincin ? “, ucap Seohyun.
“ Bukan sembarang cincin, cincin itu adalah cincin antik yang berumur hampir 50 tahun lho “.
“ 50 tahun ? “.
“ Iya, cincin itu ibu beli waktu ibu jalan-jalan ke Eropa, katanya di dunia ini cincin itu hanya ada sepasang saja. Cincin itu tadinya milik pangeran dari sebuah kerajaan kecil di Eropa tapi Ibu lupa namanya, pokoknya cincin itu punya kisah yang unik. Nantilah ibu ceritakan. Sudah kau coba ? “.
“ Tapi kan ibu ke Eropa sudah lima tahun yang lalu, mengapa baru sekarang cincinnya ibu kasih ke aku ? “, tanya Seohyun penuh selidik. Tangannya menarik cincin tersebut dari kotaknya dan mulai mengamatinya. Cincin tersebut jelas sudah berumur di lihat dari beberapa gurat halus yang ada di permukaannya yang hanya terlihat bila cincin tersebut diamati dengan seksama. Ada ukiran kecil menjalar melingkari cincin tersebut dan sebuah berlian kecil di pasang tepat di tengahnya. Di dalam lingkaran cincin tersebut ada sebuah kalimat yang setelah Seohyun lihat tepat di bawah lampu tertulis “ Love is the key “. Seringai kecil tersungging di bibir Seohyun.
“ Itu karena Ibu baru menemukannya setelah terselip di lemari “, jawab Ibu Seohyun. “ Waktu melihat cincin itu Ibu teringat dirimu, makanya Ibu beli. Sudah kamu pakai belum ? cocok ? “.
Perlahan Seohyun memasukkan cincin tersebut ke jari manisnya, sebuah setruman kecil membuatnya tersentak dan hampir saja melepaskan jepitan bahunya pada ponselnya. Cincin itu sangat pas di jarinya. Seperti memang di buat sesuai dengan ukuran jarinya. Seohyun menjauhkan tangannya untuk melihat bagaimana penampakan cincin tersebut di jarinya.
“ Cincinnya cocok dan sangat cantik. Terima kasih Ibu “.
“ Ya sudah kalau kau suka. Ibu senang mendengarnya. Ibu tutup dulu ya jangan lupa makan. I love you “, sahut Ibu Seohyun terdengar bahagia.
“ I love you too, Mom “, sahut Seohyun lalu menutup teleponnya. Diletakkannya ponselnya di dekat kotak tempat cincin tersebut sekali lagi memandang cincin yang menghiasi jari manisnya. Sambil mengedipkan bahunya Seohyun berjalan ke arah kulkas untuk mengambil air minum dan berniat untuk kembali tidur.

♥ ♥ ♥

“ Bos ada titipan untukmu “.
Yonghwa yang baru saja melangkah memasuki kantornya menatap Sunny sekretarisnya dengan kening bertaut. Di liriknya jam tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.
“ Kamu belum pulang ? “, tanya Yonghwa sambil berjalan ke arah meja sekretarisnya.
“ Baru akan mau pulang. Saya baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan “, jawab Sunny sambil meraih tasnya dan berdiri. Tangannya meraih sesuatu di dalam laci mejanya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru dengan pita berwarna pink lucu lalu menyerahkannya kepada Yonghwa.  “ Bingkisan dari Ibu bos “, ucap Sunny saat melihat wajah Yonghwa yang penuh tanda tanya. “ Dan bos, semua bingkisan bunga dan ucapan untuk bos sudah saya masukkan ke ruangan bos dan ada pesan dari Pak Leeteuk untuk menemuinya di kafe yang biasa setelah bos pulang kerja malam ini “.
Yonghwa mengerang kecil. Hari ini sangat melelahkan. Ponselnya tak berhenti berdering dan semua relasinya bahkan hakim di persidangan juga mengucapkan selamat atas pernikahannya. Yonghwa yakin ruang kantornya pasti sudah penuh dengan bingkisan ucapan selamat.
“ Dan bos “, kata Sunny lagi sambil tersenyum “ Selamat atas pernikahannya “. Dan Sunny berjalan keluar pintu setelah mengucapkan kata-kata tersebut sambil tersenyum.
Kantor sudah mulai sepi. Firma hukum yang di dirikannya beberapa tahun yang lalu memang tidak memiliki banyak karyawan. Pengacara yang dia pekerjakan pun tidak terlalu banyak tapi semuanya berkompoten dan profesionalisme mereka tak di ragukan. Dalam beberapa tahun saja mereka sudah banyak menyelesaikan perkara-perkara di bidang perceraian. Sebagian besar ada yang sudah berkeluarga dan hidup bahagia sementara beberapa yang lainnya sama seperti dirinya menikmati hidup bebas tanpa komitmen. Yonghwa yakin para kolega dan rekannya sedang menunggunya di kafe tersebut untuk merayakan pernikahannya.
Berjalan menuju ruangannya Yonghwa mengamati bingkisan mungil yang di berikan oleh ibunya. Hari ini bukan ulang tahunnya jadi ini bukan hadiah ulang tahun. Pasti hadiah ini ada hubungannya dengan pernikahan semalam.
Yonghwa meletakkan tasnya ke meja lalu duduk. Tangannya mulai membuka pita kecil mungil berwarna pink yang mengikat kotak biru tersebut. Sebuah cincin. Yonghwa menarik cincin tersebut lalu meletakkannya ke telapak tangannya. Cincin yang terbuat dari perak, sebuah berlian kecil berkilau di tengah cincin tersebut. Ukiran yang terlihat di ukir dengan indah melingkari cincin tersebut. Sementara di dalam lingkaran cincin tertulis kalimat “ Love is the key “.
Cinta sama sekali bukanlah kunci menurut kamus Yonghwa.
Yonghwa lalu meletakkan cincin tersebut kembali ke kotaknya dan meraih ponsel dari balik saku jasnya.
“ Ibu ? “, ucap Yonghwa saat mendengar sapaan dari seberang.
“ Yonghwa aahh “, terdengar sapaan khas ibunya “  Apakah kau sudah menerima hadiah dari ibu ? “ tanyanya.
“ Sudah, terima kasih “.
“ Itu bukan sembarang cincin, itu adalah cincin yang sudah di buat sekitar 50 tahun yang lalu, milik seorang pangeran muda dari sebuah kerajaan kecil di Eropa. Ibu membelinya saat lelang barang-barang antik saat Ibu berjalan-jalan ke Eropa “.
“ Jalan-jalan ke Eropa ? “, tanya Yonghwa sambil mencoba mengingat-ingat kapan Ibunya ke Eropa. “ Memangnya kapan Ibu pernah ke Eropa ? “.
“ Anak nakal ! “, sahut Ibunya dari seberang dengan nada memarahi. “ Kau pikir Ibu harus selalu melapor ke kamu kalau ibu mau kemana saja ? “.
“ Tidak ibu, Cuma heran saja, bisa-bisanya aku tidak ingat Ibu pernah ke Eropa “.
“ Sudahlah “, kata Ibu Yonghwa “ Sudah kau coba cincinnya ? “.
“ Belum “.
“ Cobalah, waktu Ibu melihat cincin itu terlihat sangat pas untukmu “.
Yonghwa kembali meraih cincin tersebut lalu menyelipkannya ke jari manisnya. Ada perasaan tersentrum saat cincin tersebut melekat ke jarinya. Aneh, pikir Yonghwa. Cincinnya sangat pas untuknya.
“ Oh iya Ibu lupa, cincin itu mempunyai kutukan, cincin itu hanya akan keluar dari jarimu oleh seseorang yang merupakan belahan jiwamu, cinta sejatimu “.
Yonghwa tertawa kecil. Ibunya benar-benar terlalu romantis atau terlalu berlebihan, mana ada cincin yang di kutuk seperti itu. Yonghwa lalu mencoba mengeluarkan cincin tersebut dari jarinya tapi anehnya cincin tersebut tidak bergerak sedikitpun seakan menyatu dengan kulitnya. Yonghwa meletakkan ponselnya setelah sebelumnya menekan tombol speaker lalu mulai menarik-narik cincin tersebut dengan segenap tenaganya tapi cincin tersebut tak juga bisa dia gerakkan.
“ Jangan tertawa, di cincin itu ada tulisan love is the key kan ?? itulah petunjuk melepaskan cincin tersebut. Tapi Ibu juga tidak terlalu mempercayai legenda cincin tersebut saat mereka bercerita . Kata mereka cincin itu akhirnya terlepas dari tangan si pangeran saat dia bertemu dengan cinta sejatinya. Bukankah romantis ? “, terdengar Ibu Yonghwa tertawa dari seberang. Entah mengapa terdengar seperti nenek sihir yang mengutuk cincin tersebut.
“ Ibu “, kata Yonghwa lirih sambil menatap cincin yang ada di jari manisnya “ Cincinnya tak bisa aku keluarkan “ dan terdengar jeritan kecil dari Ibunya.



♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Chapter Six Chapter Eight
Previous
Next Post »

5 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
5 Oktober 2016 pukul 21.58 delete

Gemes bngt ma pasangan ini,,kpn mereka seatap bareng eonni,,,wahhh gak sabar,,hihihi

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
6 Oktober 2016 pukul 10.29 delete

Aigoo aigoo.. simpankan cincin yang sama dengan itu ya Tuhan ku.. wkwkwk

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
6 Oktober 2016 pukul 16.29 delete

tunggu saja hahahahahaha

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
6 Oktober 2016 pukul 16.30 delete

sini sini PO dulu cincinnya hahahaha

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
11 Oktober 2016 pukul 19.52 delete

Wkwkwkwwk.. kak zee kok blum update.. hiksss kebawa mimpi nih..

Reply
avatar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥