CHAPTER TWENTY ONE
Dugaan Yonghwa tidak melesat, saat dia melangkahkan kakinya mengikuti Ibu
Seohyun memasuki ruang keluarga dimana Seohyun dan ayahnya sedang
bercakap-cakap, Seohyun menatapnya seperti sedang melihat hantu. Ada rasa
ketakutan yang Yonghwa lihat walaupun berusaha di tutupinya. Melihat Yonghwa
datang, ayah Seohyun berdiri dan menyambutnya dengan keramahan seorang ayah.
“ Senang akhirnya bisa bertemu lagi denganmu, Yonghwa “, sapanya. “ Apa
kabar ? “, katanya sambil mengulurkan tangannya dan Yonghwa menyambutnya dengan
hangat.
“ Baik “, jawab Yonghwa. “ Saya minta maaf baru sempat berkunjung sekarang
“, kata Yonghwa formal sambil membungkukkan sedikit badannya.
“ Santai sajalah “, tegur lembut ayah Seohyun melihat Yonghwa yang agak
sedikit grogi. “ Duduklah “, katanya sambil kembali duduk di kursi yang tadi
didudukinya.
“ Yonghwa akan ikut makan malam dengan kita “, kata Ibu Seohyun mengumumkan
membuat Seohyun terbelalak tak menyangka. Yonghwa hanya melemparkan senyum
kecil ke arahnya.
“ Maaf bila menyusahkan “, ucap Yonghwa tapi Ibu Seohyun menepuk lengannya
lembut sambil menggelengkan kepalanya. Sebelum lupa Yonghwa lalu menyerahkan
buket bunga indah yang di belinya kepada Ibu Seohyun dan di sambut dengan
ucapan terima kasih dan kecupan di pipinya oleh Ibu Seohyun.
“ Bunganya cantik sekali “, puuji Ibu Seohyun tulus. Yonghwa lalu
mengeluarkan kotak berukuran sedang dari tas yang sedari tadi di tentengnya.
Sambil duduk Yonghwa menyerahkan kotak tersebut kepada ayah Seohyun.
Sepasang jam tangan dengan merek terkenal.
“ Saya membelikannya untuk Paman dan Bibi, semoga kalian menyukainya “,
kata Yonghwa.
Ayah Seohyun lalu mengeluarkan jam tangan tersebutdari kotaknya dan
melepaskan jangan tangan yang di pakainya lalu dia memasang jam tangan
pemberian Yonghwa di tangannya. Sebuah kata pujian mengalir dari bibirnya saat
dia menyerahkan jam yang satu lagi kepada Ibu Seohyun.
“ Seharusnya kau tidak usah repot-repot seperti ini, Yonghwa “, tegur ayah
Seohyun yang mendapat persetujuan dari Ibu Seohyun tapi Yonghwa hanya
menggeleng sambil mengatakan bahwa dia tidak merasa repot.
Yonghwa melirik Seohyun yang hanya diam menyaksikan apa yang sedang terjadi
di depan matanya. Tatapan mata Seohyun yang tajam sangat berbeda dengan
tatapannya yang selalu mengganggu tidurnya. Tapi Yonghwa sudah mengantisipasi
semua itu.
“ Baiklah, kalian di sini dulu, sementara kami menyiapkan makan malam “,
sambil berkata seperti itu, Ibu Seohyun memberi isyarat agar Seohyun
mengikutinya ke dapur. Dan tanpa suara Seohyun berdiri dan mengikuti ibunya
melangkah menuju ke dapur.
♥ ♥ ♥
“ Mengapa Ibu tidak bilang kalau akan mengundang Yonghwa makan malam bersama
kita ? “, protes Seohyun saat keduanya sudah berada di dapur. Seohyun tidak
siap bertemu Yonghwa malam ini walaupun ada sedikit rasa senang melihatnya.
“ Maaf, Ibu lupa memberitahumu “, jawab Ibu Seohyun tidak terlalu
menanggapi protes Seohyun. Dia kemudian mulai sibuk menginstruksikan apa saja
yang harus pelayan rumahnya lakukan. Sesekali Ibu seohyun mencicipi masakan
yang masih di hangatkan di atas kompor lalu dia berjalan keluar menuju ruang
makan untuk mengecek semuanya. Seohyun hanya diam sambil mengikutinya.
“ Tapi kan kita sedang tidak merayakan apapun Ibu, mengapa harus
mengundangnya ? “, Seohyun masih berusaha protes.
“ Memangnya kenapa sih ? “, tanya Ibu Seohyun pura-pura kesal sambil
menghadap Seohyun dan menatapnya dengan pandangan bertanya.
“ Tidak apa-apa sih, tapi........ “.
“ Sudahlah, kamu ini selalu saja begitu setiap kali ibu mengundang
seseorang datang makan malam “, potong Ibu Seohyun sebelum Seohyun sempat menyelesaikan
kalimat protesnya lebih lanjut.
“ Eomma “, rajuk Seohyun.
“ Lagi pula Yonghwa adalah menantu rumah ini jadi wajar saja kalau Ibu
mengundangnya makan malam justru kau itu keterlaluan, seharusnya kau sudah
sejak dulu mengajaknya makan malam bersama kita “.
Seohyun sudah bersiap protes kembali saat Ibunya memberi isyarat agar dia
lebih baik diam dan menyuruh Seohyun memanggil ayahnya dan Yonghwa untuk ke
ruang makan. Dengan enggan Seohyun berjalan kembali ke ruang keluarga.
Saat dia masuk di lihatnya ayahnya sedang terlibat pembicaraan seru dengan
Yonghwa karena mereka berdua tertawa dan terhenti saat melihat kedatangan
Seohyun.
“ Waktunya makan malam “, Seohyun mengumumkan.
“ Ahh syukurlah, kami berdua sudah lapar “, kata ayah Seohyun sambil berdiri
di ikuti oleh Yonghwa yang sekali lagi hanya tersenyum kecil.
Mendahului Yonghwa, ayah Seohyun berjalan lebih dahulu ke ruang makan
meninggalkan Yonghwa dan Seohyun yang tampak terlihat kikuk. Saat Seohyun
berjalan mendahului, Yonghwa memegang tangan Seohyun dan menghentikannya.
“ Bagaimana kabarmu, Seohyun ? “, tanya Yonghwa sambil menatap dalam ke
mata Seohyun. “ Aku harap kedatanganku tidak membuatmu benar-benar menyihirku
menjadi katak bisulan “, candanya.
Seohyun tersenyum kecil, candaan yang sudah terlalu sering di ucapkan
Yonghwa tapi selalu bisa membuat Seohyun tersenyum. Tiba-tiba dia merasa
merindukan candaan-candaaan seperti itu lagi.
“ Sebaiknya kita segera ke ruang makan “, ucap Seohyun sambil melepaskan
tangannya.
“ Baiklah, aku juga sudah sangat lapar, sejak siang aku belum makan “, ucap
Yonghwa membuat Seohyun menghentikan langkahnya yang sudah beberapa langkah dan
balik menghadap Yonghwa.
“ Kau seharusnya makan tepat waktu dan jangan pernah terlambat makan “,
tegur Seohyun.
“ Yah, mau bagaimana lagi “, desah Yonghwa sambil memasang mimik sedih. “
Istriku sedang marah dan dia lupa untuk mengingatkanku untuk makan tepat waktu
“.
Seohyun memutar kedua bola matanya lalu kembali berjalan menuju ruang
makan. Siapa yang sudi jadi istrimu, memangnya aku ini jam alarm makan tepat
waktu, guman Seohyun dalam hati dengan sedikit kesal.
Tapi Seohyun mau tak mau merasa bersalah. Dia tahu sikapnya membuat Yonghwa
bertanya-tanya dan rasanya tak adil bila malam ini dia masih bersikap
menghindar dan menghancurkan makan malam keluarga pertama mereka.
Makan malam pertama keluarga mereka ?
Seohyun tidak yakin apakah dia senang ataukah dia harus ke kamar mandi dan
menyiram kepalanya dengan air dingin.
♥ ♥ ♥
Makan malam yang menyenangkan simpul Yonghwa. Yonghwa beberapa kali memuji
masakan yang di hidangkan karena rasanya yang enak dan Ibu Seohyun hanya
tersenyum mendengar pujiannya sambil berucap masakan buatannya biasa-biasa
saja. Makan malam yang di selingin perbincangan yang hangat. Anehnya Yonghwa
merasa sudah bertahun – tahun menjadi
bagian keluarga Seohyun, terasa tak asing.
Seohyun walaupun lebih banyak diam, sesekali menimpali percakapan yang
terjadi di meja makan. Kadang-kadang karena pertanyaan ayah atau ibunya yang di
tujukan kepadanya membuatnya harus menjawab, atau karena Yonghwa yang sesekali
mengikut sertakan dirinya dalam setiap percakapannya.
Intinya malam ini Seohyun menjadi seorang anak yang bertingkah laku baik.
Dan Yonghwa tersenyum dalam hati.
Hingga saat mereka berdua duduk di ruang keluarga sementara kedua orang tua
Seohyun beralasan untuk meninggalkan mereka berdua dengan alasan yang jelas
sangat di buat-buat. Yang satu tiba-tiba merasa dia harus menelpon seseorang
dan yang satu lagi harus membereskan sesuatu di dapur yang Yonghwa tahu pasti
tidak harus di lakukan olehnya karena toh mereka memiliki pelayan yang mengurus
semuanya. Tapi apapun itu alasan eduanya, Yonghwa sangat berterima kasih di
dalam hatinya.
Rasanya aneh setelah beberapa minggu mereka akrab dan bisa bercanda malam
ini mereka kembali ke situasi dimana keduanya merasa aneh, kikuk dan tidak nyaman.
Terutama bila tatapan Seohyun yang seakan menuduhnya ikut merencanakaan semua
ini.
“ Masakan ibumu sangat enak “, ucap Yonghwa memecah kesunyian diantara
mereka.
“ Kau sudah mengatakannya beberapa kali “.
“ Oh “, kata Yonghwa sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi
berusaha untuk membuat dirinya nyaman. “
Sayangnya selama ini kau selalu hanya menyuguhkan ramen padaku “, lanjutnya
membuat Seohyun mendelik.
“ Jadi kau tidak suka ? “, nada suara Seohyun terdengar ketus.
Yonghwa tidak ingin memulai pertengkaran, tapi pertengkaran adalah sesuatu
yang mereka suaki yang membuat mereka bisa berkomunikasi tanapa merasa
canggung.
“ Well “. Yonghwa mengangkat bahunya.
Seohyun menatap Yonghwa tak percaya. Sesekali di lihatnya Seohyun menarik
napas berulang kali berusaha menenangkan dirinya.
“ Tapi “, kata Yonghwa sambil tersenyum. “ Aku tak pernah memakan ramen
yang bisa membuat perasaanku menjadi hangat sebelumnya “.
“ Itu karena kau lapar “.
“ Mungkin. Tapi aku belum pernah makan ramen tengah malam bersama istriku
sebelumnya “, canda Yonghwa dengan menekankan nada suaranya saat berucap
istriku.
“ Aku bukan istrimu “, tukas Seohyun dengan datar.
“ Sejauh yang aku tahu sih, pernikahan kita belum di batalkan “, Yonghwa
mengingatkan.
“ Bisakah kau tidak mengungkit-ungkit masalah tersebut ? “, nada suara
Seohyun terdengar seperti berasal dari tempat yang jauh.
Yonghwa berpikir sebaiknya mengubah topik pembicaraan.
“ Bagaimana kabarmu seminggu ini ? Kau terlihat sedikit agak kurusan “,
kata Yonghwa sambil menatap Seohyun dengan pandangan yang dalam.
Merasa sedikit kikuk di pandangi seperti itu, Seohyun mengedarkan
pandangannya keluar jendela besar yang menhadap ke taman belakang rumahnya. “
Aku baik-baik saja, menjalani hidup seperti yang seharusnya “, kata Seohyun
setelah beberapa saat terdiam.
“ Aku senang mendengarnya “, ucap Yonghwa tulus.
“ Bagaimana dengan dirimu ? “, tanya Seohyun dan Yonghwa berseru ‘yes!’
dalam hatinya. Setidaknya Seohyun ingin mengetahui bagaimana keadaannya
seminggu ini. Uring-uringan setengah mati kata Yonghwa dalam hatinya.
“ Sama seperti dirimu, menjalani hidupku seperti seharusnya “. Di lihatnya
Seohyun menganggukkan kepalanya.
Keduanya lalu terdiam. Yonghwa menyisip tehnya, pandangannya tetap mengarah
kepada Seohyun yang duduk berseberangan dengannya. Menagamati Seohyun dalam
diam. Nenek sihir di depannya tersebut hanya menatap keluar jendela. Apakah dia
sedang mengumpulan kekuatan semesta untuk menyihirnya ?
Sembilan kurang seperempat, waktu yang di tunjukkan jam dinding yang ada di
ruangan tersebut. Kedua orang tua Seohyun belum juga ada yang memasuki ruangan
di mana Yonghwa dan Seohyun berada.
“ Sudah malam sebaiknya aku pamit. Bisakah kau memanggil kedua orang tuamu
?
Seohyun bangkit permisi untuk menengok apa yang sedang di kerjakan kedua
orang tuanya dan seitar beberapa menit kemudian Seohyun dan kedua orang tuanya
masuk ke ruangan tersebut. Yonghwa lalu berdiri bermaksud untuk pamit.
“ Kenapa cepat-cepat sih pulangnya ? “, kata Ibu Seohyun. “ Kau kan baru
pertama kali ini ke rumah kami “.
Yonghwa tersenyum. “ Kalau di izinkan , saya akan sering-sering datang
kemari “, kata Yonghwa. “ Dan terima kasih untuk makan malamnya “, ucapnya
sambil membungkukkan badannya.
“ Bagaimana kalau kalian pulang bersama, sekalian mengantar Seohyun pulang
“, kata ayah Seohyun
“ Ayah ! “, tukas Seohyun cepat. “ Saya kan bawa mobil sendiri. Lagipula
sudah biasa pulang sendiri tidak perlu diantar, merepotkan saja “.
“ Saya tidak akan keberatan mengantar Seohyun pulang “, sahut Yonghwa
dengan senyum tipis di bibirnya sementara matanya melirik Seohyun sekilas.
Kekesalan nampak jelas di wajah Seohyun, dia tahu dia tidak akan menang.
Tiga orang di depannya sudah bersekutu melawannya.
“ Simpan saja mobilmu biar nanti ayah suruh sopir mengantarnya ke rumahmu
“, ucap ayah Seohyun sambil membelai kepala putri semata wayangnya tersebut. Seohyun tahu itu adalah sebuah ultimatum yang
harus di ikutinya.
“ Tunggu sebentar “, lata Ibu Seohyun lalu keluar berjalan ke dapur dan
pulang membawa beberapa kotak plastik yang di masukkannya ke dalam dua tas
kecil. “ Kalian berdua bawa pulang ini ya “, katanya sambil memyerahkan
masing-masing satu kepada Yonghwa dan Seohyun.
“ Wah, saya jadi merepotkan lagi “, ucap Yonghwa sambil menerima pemberian
tersebut. Ibu Seohyun menggeleng sambil menepuk lengan Yonghwa dengan ekspresi
pura-pura marah tapi senyum terkembang di wajahnya. Yonghwa mengucapkan terima
kasih.
Berempat mereka berjalan keluar, Seohyun pamit sebentar untuk mengambil
tasnya. Di teras udara yang dingin menyapa mereka. Yonghwa mengencangkan
jaketnya. Sementara Seohyun memeluk kedua orang tuanya untuk berpamitan.
Yonghwa menyalami keduanya lalu berjalan bersisian dengan Seohyun menuju
mobil Yonghwa yang di parkirkan di depan rumah orang tua Seohyun.
“ Malam ini ada fenomena supermoon “, kata Yonghwa saat mereka sudah berada
di dalam mobil Seohyun. “ Bagaimana kalau kita menikmatinya, lagi pula katanya
supermoon seindah malam ini hanya akan ada lagi delapan belas tahun ke depan “.
Seohyun diam, dia tahu malam ini memang ada supermoon, tapi menikmatinya
bersama Yonghwa membuat Seohyun berpikir dua kali.
“ Bagaimana ? “, tanya Yonghwa karena Seohyun tak juga menanggapinya.
“ Bukankah kau ingin pulang ? “, tanya Seohyun. Yonghwa menyeringai.
“ Tadinya, tapi karena ada mahluk manis yang menemani........ “, Yonghwa
menggantung kata-katanya.
“ Sejak kapan aku berubah menjadi mahluk manis ? bukannya aku nenek sihir ?
“, komentar Seohyun dengan datar. Yonghwa tertawa kecil lalu menyalakan
mobilnya.
“ Jadi kau lebih suka di panggil nenek sihir ternyata “, tawa Yonghwa masih
tersisa saat dia menjalankan mobilnya. Seohyun mendelik seakan ingin memukulnya
dengan tongkat sihirnya.
“ Aku akan lebih suka menjadi nenek sihir saat ini “, ucap Seohyun sambil
menatap lurus ke depan dengan tangan yang di silangkannya di depan dadanya.
“ Kenapa ? Kau ingin menyihirku ? “.
“ Hal tersebut akan sangat menyenangkan “.
“ Aigoo, kau akan menyihirku menjadi apa ? katak ? “.
“ Bebek ! “.
“ Kuak kuak kuak “, Yonghwa menirukan bunyi bebek sambil memonyongkan
bibirnya menirukan paruh seekor bebek.
Walaupun Seohyun berusaha sekuat tenaganya untuk tidak tersenyum, Yonghwa
tetap bisa melihat bibirnya berkedut menahan senyum.
“ Kalau kau mau menyihirku, tidak bisakah menyihirku menjadi pangeran
tampan ? “.
“ Kau bisa bermimpi untuk itu “, ujar Seohyun.
“ Umm, artinya aku masih harus menunggu sampai tiba di apartemen kalau
begitu “, Yonghwa memalingkan kepalanya ke arah Seohyun. “ Aku akan langsung
tidur saat tiba biar aku bisa mimpi menjadi pangeran yang tampan “.
Kesekian kalinya bibir Seohyun berkedut. Yonghwa tahu dia sedang berusaha
untuk tetap tidak tergoda dengan guyonan Yonghwa.
“ Kalau kau mau tersenyum, tersenyum sajalah “, kata Yonghwa akhirnya. “
Kasiihan, bibirmu akan berkedut terus menerus “, katanya lagi sambil menunjuk
bibir Seohyun.
Seohyun menggelengkan kepalanya memutar kedua bola matanya dan memalingkan
tatapannya keluar jendela.
“ Ahh “, guman Yonghwa. “ Bagaimana, mau menikmati supermoon bersamaku ?
Aku tahu satu spot yang bagus untuk menikmatinya “, tawar Yonghwa lagi.
“ Baiklah, karena kau memaksa “.
♥ ♥ ♥
Seohyun menatap keluar saat Yonghwa menghentikan mobilnya di sebuah taman
di tepi sebuah danau kecil. Taman tersebut hanya di terangi lampu-lampu jalan,
beberapa orang nampak sedang berada di taman tersebut, seperti nay mereka juga
melakukan hal yang sama dengan yang akan mereka lakukan malam ini. Menikmati
supermoon.
Yonghwa membukakan pintu dan Seohyun keluar dari mobil. Dia tidak memakai
jaket hanya sweater dan udara malam yang dingin membuatnya meyilangkan kedua
tangannya di lengannya, mencoba mengusir dingin.
Yonghwa melepaskan jaket panjangnya dan menyampirkan di bahu Seohyun mebuat
Seohyun merasa tidak enak hati. Malam ini Yonghwa mengenakan celana kain
berwana khaki dengan kemeja lengan panjang biru dan sweater berwarna senada.
Jujur, Yonghwa terlihat sangat tampan.
“ Tidak usah “, tolak Seohyun tapi Yonghwa menahan tangannya yang hendak
menari jaket tersebut.
“ Tenang saja, au masih punya jaket yang lain “, kata Yonghwa lalu membuka
pintu mobil bagian belakang dan menarik jaket dari dalam.
“ Bukankah itu jaketku ? “, tanya Seohyun sedikit terkejut. Yonghwa
menganggukkan kepalanya. “ Kalau
begitu biar aku memakai jaketku saja “.
“ Ehh tidak boleh “, tolak Yonghwa buru-buru memakai jaket tersebut sambil menghalangi
Seohyun yang bermaksud menariknya. “ Kau
pakailah jaketku dan aku akan memakai jaketmu. Cocok kan ? “.
Seohyun menatap Yonghwa takjub. Mahluk aneh tapi nyata. Bukankah lebih baik
bila mereka masing-masing memakai jaket mereka ?
“ Ohh tatapanmu membuatku takut “, goda Yonghwa lalu berjalan mendahului
Seohyun memasuki taman tersebut. “ Katanya Supermoonnya akan nampak jelas di
subuh hari tapi menjelang pergantian hari juga bagus “, oceh Yonghwa sementara
Seohyun mengikutinya dari belakang. Yonghwa berhenti dan menunggu Seohyun lalu
meyamakan langkahnya dengan Seohyun.
Seohyun menatap ke tengah danau yang nampak benderang oleh cahaya bulan
yang sangat terang. Beberapa pasangan nampak duduk di sekitar danau sambil
menikmati pemandangan bulan yang luar biasa indahnya malam ini. Seohyun
menikmati semua itu kecuali ocehan Yonghwa yang tak henti, seharusnya mereka
membawa tikar, seharusnya mereka membeli makanan kecil, seharusnya ini
seharusnya itu. Yonghwa is such a witty guy, Seohyun memutuskan hal tersebut
dalam hatinya mendengar semua ocehan Yonghwa.
“ Lihat-lihat ! “, seru Yonghwa. “ Di situ ada undakan kecil yang bisa kita
duduki. Ayo !! “, katanya sambil menarik tangan Seohyun dan mempercepat
langkahnya menuju undakan kecil yang di tunjuknya.
“ Pemandangan yang indah “, kata Yonghwa setelah mereka berdua duduk di
undakan tersebut. Seohyun menyetujui dalam hatinya.
Pandangan Seohyun tertuju ke tengah danau tersebut di mana pantulan bulan
terlihat beriak oleh gelombang air yang tenang.
“ Katanya saat pergantian hari kita bisa meminta sesuatu “, ucap Yonghwa.
Seohyun memalingkan wajahnya sekilas ke arah Yonghwa yang sedang menengadah
menatap bulan. Seohyun terpana melihat siluet wajah Yonghwa yang di terangi
cahaya bulan, buru-buru Seohyun kembali memalingkan pandangannya ke arah danau.
Hatinya berdesir.
Seminggu waktunya di sia-siakan untuk menghindari Yonghwa, membunuh
debar-debar aneh yang kadang menjalari hatinya, semua tak ada gunanya. Dalam
semalam Yonghwa membuatnya kembali merasakan apa yang seminggu ini di
hindarinya. Tanpa di sadarinya, Seohyun mendesah.
“ Ada apa ? “, tanya Yonghwa sambil menatapnya.
“ Apanya yang ada apa ? “, Seohyun balik bertanya tak mengerti.
“ Tadi kau mendesah, apakah kau tidak suka aku ajak ke sini ? “, jelas Yonghwa
dengan wajah muram.
Seohyun merasa bersalah. Seohyun menggelengkan kepalanya mencoba tersenyum.
“ Tentu saja aku suka “.
“ Tapi mengapa kau mendesah seperti itu ? “.
Seohyun tak mungkin berterus terang bahwa Yonghwalah yang membuatnya
mendesah. Yonghwa bisa-bisa merasa diatas angin karena hal tersebut.
“ Bagaimana kabarmu seminggu ini ? “. Seohyun mencoba mengalihkan topik
percakapan dan melihat kening Yonghwa berkernyit.
“ Seperti hari-hari biasa, di penuhi dengan sidang dan sidang, pertemuan
mediasi dan hal-hal yang tidak menarik untuk di ceritakan “, ucap Yonghwa
sambil mencabut rumput kecil yang ada di dekat kakinya kemudian memilingnya
dengan kedua tangannya.
“ Oh “. Hanya itu yang Seohyun ucapkan sebagai komentar dari perkataan
Yonghwa dan Yonghwa tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.
“ Kau sangat lucu, Seohyun “, katanya dan Seohyun menanggapinya dengan
menaikkan kedua bahunya.
Keduanya kemudian terdiam hanya memandang hamparan air di depan mereka.
Seohyun sibuk menata hatinya yang seakan ingin melompat keluar. Pengkhianat,
umpatnya pda dirinya sendiri. Kau seharusnya tidak berdebar-debar seperti ini.
“ Apakah kau berani menunggu sebentar di sini ? “, tanya Yonghwa memecah keheningan
diantara mereka.
“ Memangnya kenapa ? “, tanya Seohyun.
“ Aku akan pergi sebentar membeli minuman buat kita berdua. Atau kau mau
ikut? “, ajak Yonghwa. Seohyun menggeleng. Dia memilih menunggu di sini
sendiri. Mungkin dengan begitu dia bisa kembali menata pikiran dan hatinya.
“ Baiklah, jangan kemana-mana ! “, kata Yonghwa dengan nada memperingati.
Dia lalu bangkit menepuk-nepuk celananya. “ Jangan tersenyum pada siapapun,
jangan berbicara dengan siapapun, aku tidak akan lama“, katanya lagi lalu
berlari kecil sebelum Seohyun sempat berkomentar.
Seohyun menatap Yonghwa yang perlahan menjauh sambil menghela napas. Di
sekitar tempatnya duduk ada beberapa pasangan yang juga sedang menikmati
fenomena malam ini. Jadi Seohyun merasa sedikit tenang, kalau ada yang
mendekatinya dengan maksud jahat, Seohyun tahu akan banyak yang menolong.
Seohyun menangkupkan dagunya dengan kedua tangannya menengadah menatap
bulan yang tampaknya sedang mengejek suasana hatinya. Bahkan bulan pun berkhianat
seperti hatinya. Kembali Seohyun mendesah.
Ada apa dengan hatiku ?
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
5 komentar
Write komentarKak zee.. huwaaa aku kangen, miane baru nongol.. lagi dikejar research unt proposal TT.TT .. semangat kak zee.. keren abissss.. muaaachhhh.. salam kangen dan pelukku selalu unt mu.. hahahaha
ReplyBebek?yah,,,pas bgt hyun baru2 apload gambar bebek,,dan yong adalah duckx hyun,,, hehehe,,
ReplyMkin cinta ma ff ini,,makaci kak zee,,,
Semangat ya Rifcha 💪💪
ReplyAlhamdulillah
ReplyIya kak zee, heheheh.. lanjutin cerita.nya huwwaaa keren abiiiss.. ketawa mulu pas baca.. hahahah
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon