#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

ACCIDENTALLY WE MARRIED !!





CHAPTER TWENTY ONE

Dugaan Yonghwa tidak melesat, saat dia melangkahkan kakinya mengikuti Ibu Seohyun memasuki ruang keluarga dimana Seohyun dan ayahnya sedang bercakap-cakap, Seohyun menatapnya seperti sedang melihat hantu. Ada rasa ketakutan yang Yonghwa lihat walaupun berusaha di tutupinya. Melihat Yonghwa datang, ayah Seohyun berdiri dan menyambutnya dengan keramahan seorang ayah.
“ Senang akhirnya bisa bertemu lagi denganmu, Yonghwa “, sapanya. “ Apa kabar ? “, katanya sambil mengulurkan tangannya dan Yonghwa menyambutnya dengan hangat.
“ Baik “, jawab Yonghwa. “ Saya minta maaf baru sempat berkunjung sekarang “, kata Yonghwa formal sambil membungkukkan sedikit badannya.
“ Santai sajalah “, tegur lembut ayah Seohyun melihat Yonghwa yang agak sedikit grogi. “ Duduklah “, katanya sambil kembali duduk di kursi yang tadi didudukinya.
“ Yonghwa akan ikut makan malam dengan kita “, kata Ibu Seohyun mengumumkan membuat Seohyun terbelalak tak menyangka. Yonghwa hanya melemparkan senyum kecil ke arahnya.
“ Maaf bila menyusahkan “, ucap Yonghwa tapi Ibu Seohyun menepuk lengannya lembut sambil menggelengkan kepalanya. Sebelum lupa Yonghwa lalu menyerahkan buket bunga indah yang di belinya kepada Ibu Seohyun dan di sambut dengan ucapan terima kasih dan kecupan di pipinya oleh Ibu Seohyun.
“ Bunganya cantik sekali “, puuji Ibu Seohyun tulus. Yonghwa lalu mengeluarkan kotak berukuran sedang dari tas yang sedari tadi di tentengnya. Sambil duduk Yonghwa menyerahkan kotak tersebut kepada ayah Seohyun.
Sepasang jam tangan dengan merek terkenal.
“ Saya membelikannya untuk Paman dan Bibi, semoga kalian menyukainya “, kata Yonghwa.
Ayah Seohyun lalu mengeluarkan jam tangan tersebutdari kotaknya dan melepaskan jangan tangan yang di pakainya lalu dia memasang jam tangan pemberian Yonghwa di tangannya. Sebuah kata pujian mengalir dari bibirnya saat dia menyerahkan jam yang satu lagi kepada Ibu Seohyun.
“ Seharusnya kau tidak usah repot-repot seperti ini, Yonghwa “, tegur ayah Seohyun yang mendapat persetujuan dari Ibu Seohyun tapi Yonghwa hanya menggeleng sambil mengatakan bahwa dia tidak merasa repot.
Yonghwa melirik Seohyun yang hanya diam menyaksikan apa yang sedang terjadi di depan matanya. Tatapan mata Seohyun yang tajam sangat berbeda dengan tatapannya yang selalu mengganggu tidurnya. Tapi Yonghwa sudah mengantisipasi semua itu.
“ Baiklah, kalian di sini dulu, sementara kami menyiapkan makan malam “, sambil berkata seperti itu, Ibu Seohyun memberi isyarat agar Seohyun mengikutinya ke dapur. Dan tanpa suara Seohyun berdiri dan mengikuti ibunya melangkah menuju ke dapur.

♥ ♥ ♥

Mengapa Ibu tidak bilang kalau akan mengundang Yonghwa makan malam bersama kita ? “, protes Seohyun saat keduanya sudah berada di dapur. Seohyun tidak siap bertemu Yonghwa malam ini walaupun ada sedikit rasa senang melihatnya.
“ Maaf, Ibu lupa memberitahumu “, jawab Ibu Seohyun tidak terlalu menanggapi protes Seohyun. Dia kemudian mulai sibuk menginstruksikan apa saja yang harus pelayan rumahnya lakukan. Sesekali Ibu seohyun mencicipi masakan yang masih di hangatkan di atas kompor lalu dia berjalan keluar menuju ruang makan untuk mengecek semuanya. Seohyun hanya diam sambil mengikutinya.
“ Tapi kan kita sedang tidak merayakan apapun Ibu, mengapa harus mengundangnya ? “, Seohyun masih berusaha protes.
“ Memangnya kenapa sih ? “, tanya Ibu Seohyun pura-pura kesal sambil menghadap Seohyun dan menatapnya dengan pandangan bertanya.
“ Tidak apa-apa sih, tapi........ “.
“ Sudahlah, kamu ini selalu saja begitu setiap kali ibu mengundang seseorang datang makan malam “, potong Ibu Seohyun sebelum Seohyun sempat menyelesaikan kalimat protesnya lebih lanjut.
“ Eomma “, rajuk Seohyun.
“ Lagi pula Yonghwa adalah menantu rumah ini jadi wajar saja kalau Ibu mengundangnya makan malam justru kau itu keterlaluan, seharusnya kau sudah sejak dulu mengajaknya makan malam bersama kita “.
Seohyun sudah bersiap protes kembali saat Ibunya memberi isyarat agar dia lebih baik diam dan menyuruh Seohyun memanggil ayahnya dan Yonghwa untuk ke ruang makan. Dengan enggan Seohyun berjalan kembali ke ruang keluarga.
Saat dia masuk di lihatnya ayahnya sedang terlibat pembicaraan seru dengan Yonghwa karena mereka berdua tertawa dan terhenti saat melihat kedatangan Seohyun.
“ Waktunya makan malam “, Seohyun mengumumkan.
“ Ahh syukurlah, kami berdua sudah lapar “, kata ayah Seohyun sambil berdiri di ikuti oleh Yonghwa yang sekali lagi hanya tersenyum kecil.
Mendahului Yonghwa, ayah Seohyun berjalan lebih dahulu ke ruang makan meninggalkan Yonghwa dan Seohyun yang tampak terlihat kikuk. Saat Seohyun berjalan mendahului, Yonghwa memegang tangan Seohyun dan menghentikannya.
“ Bagaimana kabarmu, Seohyun ? “, tanya Yonghwa sambil menatap dalam ke mata Seohyun. “ Aku harap kedatanganku tidak membuatmu benar-benar menyihirku menjadi katak bisulan “, candanya.
Seohyun tersenyum kecil, candaan yang sudah terlalu sering di ucapkan Yonghwa tapi selalu bisa membuat Seohyun tersenyum. Tiba-tiba dia merasa merindukan candaan-candaaan seperti itu lagi.
“ Sebaiknya kita segera ke ruang makan “, ucap Seohyun sambil melepaskan tangannya.
“ Baiklah, aku juga sudah sangat lapar, sejak siang aku belum makan “, ucap Yonghwa membuat Seohyun menghentikan langkahnya yang sudah beberapa langkah dan balik menghadap Yonghwa.
“ Kau seharusnya makan tepat waktu dan jangan pernah terlambat makan “, tegur Seohyun.
“ Yah, mau bagaimana lagi “, desah Yonghwa sambil memasang mimik sedih. “ Istriku sedang marah dan dia lupa untuk mengingatkanku untuk makan tepat waktu “.
Seohyun memutar kedua bola matanya lalu kembali berjalan menuju ruang makan. Siapa yang sudi jadi istrimu, memangnya aku ini jam alarm makan tepat waktu, guman Seohyun dalam hati dengan sedikit kesal.
Tapi Seohyun mau tak mau merasa bersalah. Dia tahu sikapnya membuat Yonghwa bertanya-tanya dan rasanya tak adil bila malam ini dia masih bersikap menghindar dan menghancurkan makan malam keluarga pertama mereka.
Makan malam pertama keluarga mereka ?
Seohyun tidak yakin apakah dia senang ataukah dia harus ke kamar mandi dan menyiram kepalanya dengan air dingin.

♥ ♥ ♥

Makan malam yang menyenangkan simpul Yonghwa. Yonghwa beberapa kali memuji masakan yang di hidangkan karena rasanya yang enak dan Ibu Seohyun hanya tersenyum mendengar pujiannya sambil berucap masakan buatannya biasa-biasa saja. Makan malam yang di selingin perbincangan yang hangat. Anehnya Yonghwa merasa sudah bertahun – tahun  menjadi bagian keluarga Seohyun, terasa tak asing.
Seohyun walaupun lebih banyak diam, sesekali menimpali percakapan yang terjadi di meja makan. Kadang-kadang karena pertanyaan ayah atau ibunya yang di tujukan kepadanya membuatnya harus menjawab, atau karena Yonghwa yang sesekali mengikut sertakan dirinya dalam setiap percakapannya.
Intinya malam ini Seohyun menjadi seorang anak yang bertingkah laku baik. Dan Yonghwa tersenyum dalam hati.
Hingga saat mereka berdua duduk di ruang keluarga sementara kedua orang tua Seohyun beralasan untuk meninggalkan mereka berdua dengan alasan yang jelas sangat di buat-buat. Yang satu tiba-tiba merasa dia harus menelpon seseorang dan yang satu lagi harus membereskan sesuatu di dapur yang Yonghwa tahu pasti tidak harus di lakukan olehnya karena toh mereka memiliki pelayan yang mengurus semuanya. Tapi apapun itu alasan eduanya, Yonghwa sangat berterima kasih di dalam hatinya.
Rasanya aneh setelah beberapa minggu mereka akrab dan bisa bercanda malam ini mereka kembali ke situasi dimana keduanya merasa aneh, kikuk dan tidak nyaman. Terutama bila tatapan Seohyun yang seakan menuduhnya ikut merencanakaan semua ini.
“ Masakan ibumu sangat enak “, ucap Yonghwa memecah kesunyian diantara mereka.
“ Kau sudah mengatakannya beberapa kali “.
“ Oh “, kata Yonghwa sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi berusaha untuk membuat dirinya nyaman.  “ Sayangnya selama ini kau selalu hanya menyuguhkan ramen padaku “, lanjutnya membuat Seohyun mendelik.
“ Jadi kau tidak suka ? “, nada suara Seohyun terdengar ketus.
Yonghwa tidak ingin memulai pertengkaran, tapi pertengkaran adalah sesuatu yang mereka suaki yang membuat mereka bisa berkomunikasi tanapa merasa canggung.
“ Well “. Yonghwa mengangkat bahunya.
Seohyun menatap Yonghwa tak percaya. Sesekali di lihatnya Seohyun menarik napas berulang kali berusaha menenangkan dirinya.
“ Tapi “, kata Yonghwa sambil tersenyum. “ Aku tak pernah memakan ramen yang bisa membuat perasaanku menjadi hangat sebelumnya “.
“ Itu karena kau lapar “.
“ Mungkin. Tapi aku belum pernah makan ramen tengah malam bersama istriku sebelumnya “, canda Yonghwa dengan menekankan nada suaranya saat berucap istriku.
“ Aku bukan istrimu “, tukas Seohyun dengan datar.
“ Sejauh yang aku tahu sih, pernikahan kita belum di batalkan “, Yonghwa mengingatkan.
“ Bisakah kau tidak mengungkit-ungkit masalah tersebut ? “, nada suara Seohyun terdengar seperti berasal dari tempat yang jauh.
Yonghwa berpikir sebaiknya mengubah topik pembicaraan.
“ Bagaimana kabarmu seminggu ini ? Kau terlihat sedikit agak kurusan “, kata Yonghwa sambil menatap Seohyun dengan pandangan yang dalam.
Merasa sedikit kikuk di pandangi seperti itu, Seohyun mengedarkan pandangannya keluar jendela besar yang menhadap ke taman belakang rumahnya. “ Aku baik-baik saja, menjalani hidup seperti yang seharusnya “, kata Seohyun setelah beberapa saat terdiam.
“ Aku senang mendengarnya “, ucap Yonghwa tulus.
“ Bagaimana dengan dirimu ? “, tanya Seohyun dan Yonghwa berseru ‘yes!’ dalam hatinya. Setidaknya Seohyun ingin mengetahui bagaimana keadaannya seminggu ini. Uring-uringan setengah mati kata Yonghwa dalam hatinya.
“ Sama seperti dirimu, menjalani hidupku seperti seharusnya “. Di lihatnya Seohyun menganggukkan kepalanya.
Keduanya lalu terdiam. Yonghwa menyisip tehnya, pandangannya tetap mengarah kepada Seohyun yang duduk berseberangan dengannya. Menagamati Seohyun dalam diam. Nenek sihir di depannya tersebut hanya menatap keluar jendela. Apakah dia sedang mengumpulan kekuatan semesta untuk menyihirnya ?
Sembilan kurang seperempat, waktu yang di tunjukkan jam dinding yang ada di ruangan tersebut. Kedua orang tua Seohyun belum juga ada yang memasuki ruangan di mana Yonghwa dan Seohyun berada.
“ Sudah malam sebaiknya aku pamit. Bisakah kau memanggil kedua orang tuamu ?
Seohyun bangkit permisi untuk menengok apa yang sedang di kerjakan kedua orang tuanya dan seitar beberapa menit kemudian Seohyun dan kedua orang tuanya masuk ke ruangan tersebut. Yonghwa lalu berdiri bermaksud untuk pamit.
“ Kenapa cepat-cepat sih pulangnya ? “, kata Ibu Seohyun. “ Kau kan baru pertama kali ini ke rumah kami “.
Yonghwa tersenyum. “ Kalau di izinkan , saya akan sering-sering datang kemari “, kata Yonghwa. “ Dan terima kasih untuk makan malamnya “, ucapnya sambil membungkukkan badannya.
“ Bagaimana kalau kalian pulang bersama, sekalian mengantar Seohyun pulang “, kata ayah Seohyun
“ Ayah ! “, tukas Seohyun cepat. “ Saya kan bawa mobil sendiri. Lagipula sudah biasa pulang sendiri tidak perlu diantar, merepotkan saja “.
“ Saya tidak akan keberatan mengantar Seohyun pulang “, sahut Yonghwa dengan senyum tipis di bibirnya sementara matanya melirik Seohyun sekilas.
Kekesalan nampak jelas di wajah Seohyun, dia tahu dia tidak akan menang. Tiga orang di depannya sudah bersekutu melawannya.
“ Simpan saja mobilmu biar nanti ayah suruh sopir mengantarnya ke rumahmu “, ucap ayah Seohyun sambil membelai kepala putri semata wayangnya tersebut.  Seohyun tahu itu adalah sebuah ultimatum yang harus di ikutinya.
“ Tunggu sebentar “, lata Ibu Seohyun lalu keluar berjalan ke dapur dan pulang membawa beberapa kotak plastik yang di masukkannya ke dalam dua tas kecil. “ Kalian berdua bawa pulang ini ya “, katanya sambil memyerahkan masing-masing satu kepada Yonghwa dan Seohyun.
“ Wah, saya jadi merepotkan lagi “, ucap Yonghwa sambil menerima pemberian tersebut. Ibu Seohyun menggeleng sambil menepuk lengan Yonghwa dengan ekspresi pura-pura marah tapi senyum terkembang di wajahnya. Yonghwa mengucapkan terima kasih.
Berempat mereka berjalan keluar, Seohyun pamit sebentar untuk mengambil tasnya. Di teras udara yang dingin menyapa mereka. Yonghwa mengencangkan jaketnya. Sementara Seohyun memeluk kedua orang tuanya untuk berpamitan.
Yonghwa menyalami keduanya lalu berjalan bersisian dengan Seohyun menuju mobil Yonghwa yang di parkirkan di depan rumah orang tua Seohyun.
“ Malam ini ada fenomena supermoon “, kata Yonghwa saat mereka sudah berada di dalam mobil Seohyun. “ Bagaimana kalau kita menikmatinya, lagi pula katanya supermoon seindah malam ini hanya akan ada lagi delapan belas tahun ke depan “.
Seohyun diam, dia tahu malam ini memang ada supermoon, tapi menikmatinya bersama Yonghwa membuat Seohyun berpikir dua kali.
“ Bagaimana ? “, tanya Yonghwa karena Seohyun tak juga menanggapinya.
“ Bukankah kau ingin pulang ? “, tanya Seohyun. Yonghwa menyeringai.
“ Tadinya, tapi karena ada mahluk manis yang menemani........ “, Yonghwa menggantung kata-katanya.
“ Sejak kapan aku berubah menjadi mahluk manis ? bukannya aku nenek sihir ? “, komentar Seohyun dengan datar. Yonghwa tertawa kecil lalu menyalakan mobilnya.
“ Jadi kau lebih suka di panggil nenek sihir ternyata “, tawa Yonghwa masih tersisa saat dia menjalankan mobilnya. Seohyun mendelik seakan ingin memukulnya dengan tongkat sihirnya.
“ Aku akan lebih suka menjadi nenek sihir saat ini “, ucap Seohyun sambil menatap lurus ke depan dengan tangan yang di silangkannya di depan dadanya.
“ Kenapa ? Kau ingin menyihirku ? “.
“ Hal tersebut akan sangat menyenangkan “.
“ Aigoo, kau akan menyihirku menjadi apa ? katak ? “.
“ Bebek ! “.
“ Kuak kuak kuak “, Yonghwa menirukan bunyi bebek sambil memonyongkan bibirnya menirukan paruh seekor bebek.
Walaupun Seohyun berusaha sekuat tenaganya untuk tidak tersenyum, Yonghwa tetap bisa melihat bibirnya berkedut menahan senyum.
“ Kalau kau mau menyihirku, tidak bisakah menyihirku menjadi pangeran tampan ? “.
“ Kau bisa bermimpi untuk itu “, ujar Seohyun.
“ Umm, artinya aku masih harus menunggu sampai tiba di apartemen kalau begitu “, Yonghwa memalingkan kepalanya ke arah Seohyun. “ Aku akan langsung tidur saat tiba biar aku bisa mimpi menjadi pangeran yang tampan “.
Kesekian kalinya bibir Seohyun berkedut. Yonghwa tahu dia sedang berusaha untuk tetap tidak tergoda dengan guyonan Yonghwa.
“ Kalau kau mau tersenyum, tersenyum sajalah “, kata Yonghwa akhirnya. “ Kasiihan, bibirmu akan berkedut terus menerus “, katanya lagi sambil menunjuk bibir Seohyun.
Seohyun menggelengkan kepalanya memutar kedua bola matanya dan memalingkan tatapannya keluar jendela.
“ Ahh “, guman Yonghwa. “ Bagaimana, mau menikmati supermoon bersamaku ? Aku tahu satu spot yang bagus untuk menikmatinya “, tawar Yonghwa lagi.
“ Baiklah, karena kau memaksa “.

♥ ♥ ♥

Seohyun menatap keluar saat Yonghwa menghentikan mobilnya di sebuah taman di tepi sebuah danau kecil. Taman tersebut hanya di terangi lampu-lampu jalan, beberapa orang nampak sedang berada di taman tersebut, seperti nay mereka juga melakukan hal yang sama dengan yang akan mereka lakukan malam ini. Menikmati supermoon.
Yonghwa membukakan pintu dan Seohyun keluar dari mobil. Dia tidak memakai jaket hanya sweater dan udara malam yang dingin membuatnya meyilangkan kedua tangannya di lengannya, mencoba mengusir dingin.
Yonghwa melepaskan jaket panjangnya dan menyampirkan di bahu Seohyun mebuat Seohyun merasa tidak enak hati. Malam ini Yonghwa mengenakan celana kain berwana khaki dengan kemeja lengan panjang biru dan sweater berwarna senada. Jujur, Yonghwa terlihat sangat tampan.
“ Tidak usah “, tolak Seohyun tapi Yonghwa menahan tangannya yang hendak menari jaket tersebut.
“ Tenang saja, au masih punya jaket yang lain “, kata Yonghwa lalu membuka pintu mobil bagian belakang dan menarik jaket dari dalam.
“ Bukankah itu jaketku ? “, tanya Seohyun sedikit terkejut. Yonghwa menganggukkan kepalanya.        “ Kalau begitu biar aku memakai jaketku saja “.
“ Ehh tidak boleh “, tolak Yonghwa buru-buru memakai jaket tersebut sambil menghalangi Seohyun yang bermaksud menariknya.  “ Kau pakailah jaketku dan aku akan memakai jaketmu. Cocok kan ? “.
Seohyun menatap Yonghwa takjub. Mahluk aneh tapi nyata. Bukankah lebih baik bila mereka masing-masing memakai jaket mereka ?
“ Ohh tatapanmu membuatku takut “, goda Yonghwa lalu berjalan mendahului Seohyun memasuki taman tersebut. “ Katanya Supermoonnya akan nampak jelas di subuh hari tapi menjelang pergantian hari juga bagus “, oceh Yonghwa sementara Seohyun mengikutinya dari belakang. Yonghwa berhenti dan menunggu Seohyun lalu meyamakan langkahnya dengan Seohyun.
Seohyun menatap ke tengah danau yang nampak benderang oleh cahaya bulan yang sangat terang. Beberapa pasangan nampak duduk di sekitar danau sambil menikmati pemandangan bulan yang luar biasa indahnya malam ini. Seohyun menikmati semua itu kecuali ocehan Yonghwa yang tak henti, seharusnya mereka membawa tikar, seharusnya mereka membeli makanan kecil, seharusnya ini seharusnya itu. Yonghwa is such a witty guy, Seohyun memutuskan hal tersebut dalam hatinya mendengar semua ocehan Yonghwa.
“ Lihat-lihat ! “, seru Yonghwa. “ Di situ ada undakan kecil yang bisa kita duduki. Ayo !! “, katanya sambil menarik tangan Seohyun dan mempercepat langkahnya menuju undakan kecil yang di tunjuknya.
“ Pemandangan yang indah “, kata Yonghwa setelah mereka berdua duduk di undakan tersebut. Seohyun menyetujui dalam hatinya.
Pandangan Seohyun tertuju ke tengah danau tersebut di mana pantulan bulan terlihat beriak oleh gelombang air yang tenang.
“ Katanya saat pergantian hari kita bisa meminta sesuatu “, ucap Yonghwa. Seohyun memalingkan wajahnya sekilas ke arah Yonghwa yang sedang menengadah menatap bulan. Seohyun terpana melihat siluet wajah Yonghwa yang di terangi cahaya bulan, buru-buru Seohyun kembali memalingkan pandangannya ke arah danau. Hatinya berdesir.
Seminggu waktunya di sia-siakan untuk menghindari Yonghwa, membunuh debar-debar aneh yang kadang menjalari hatinya, semua tak ada gunanya. Dalam semalam Yonghwa membuatnya kembali merasakan apa yang seminggu ini di hindarinya. Tanpa di sadarinya, Seohyun mendesah.
“ Ada apa ? “, tanya Yonghwa sambil menatapnya.
“ Apanya yang ada apa ? “, Seohyun balik bertanya tak mengerti.
“ Tadi kau mendesah, apakah kau tidak suka aku ajak ke sini ? “, jelas Yonghwa dengan wajah muram.
Seohyun merasa bersalah. Seohyun menggelengkan kepalanya mencoba tersenyum. “ Tentu saja aku suka “.
“ Tapi mengapa kau mendesah seperti itu ? “.
Seohyun tak mungkin berterus terang bahwa Yonghwalah yang membuatnya mendesah. Yonghwa bisa-bisa merasa diatas angin karena hal tersebut.
“ Bagaimana kabarmu seminggu ini ? “. Seohyun mencoba mengalihkan topik percakapan dan melihat kening Yonghwa berkernyit.
“ Seperti hari-hari biasa, di penuhi dengan sidang dan sidang, pertemuan mediasi dan hal-hal yang tidak menarik untuk di ceritakan “, ucap Yonghwa sambil mencabut rumput kecil yang ada di dekat kakinya kemudian memilingnya dengan kedua tangannya.
“ Oh “. Hanya itu yang Seohyun ucapkan sebagai komentar dari perkataan Yonghwa dan Yonghwa tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.
“ Kau sangat lucu, Seohyun “, katanya dan Seohyun menanggapinya dengan menaikkan kedua bahunya.
Keduanya kemudian terdiam hanya memandang hamparan air di depan mereka. Seohyun sibuk menata hatinya yang seakan ingin melompat keluar. Pengkhianat, umpatnya pda dirinya sendiri. Kau seharusnya tidak berdebar-debar seperti ini.
“ Apakah kau berani menunggu sebentar di sini  ? “, tanya Yonghwa memecah keheningan diantara mereka.
“ Memangnya kenapa ? “, tanya Seohyun.
“ Aku akan pergi sebentar membeli minuman buat kita berdua. Atau kau mau ikut? “, ajak Yonghwa. Seohyun menggeleng. Dia memilih menunggu di sini sendiri. Mungkin dengan begitu dia bisa kembali menata pikiran dan hatinya.
“ Baiklah, jangan kemana-mana ! “, kata Yonghwa dengan nada memperingati. Dia lalu bangkit menepuk-nepuk celananya. “ Jangan tersenyum pada siapapun, jangan berbicara dengan siapapun, aku tidak akan lama“, katanya lagi lalu berlari kecil sebelum Seohyun sempat berkomentar.
Seohyun menatap Yonghwa yang perlahan menjauh sambil menghela napas. Di sekitar tempatnya duduk ada beberapa pasangan yang juga sedang menikmati fenomena malam ini. Jadi Seohyun merasa sedikit tenang, kalau ada yang mendekatinya dengan maksud jahat, Seohyun tahu akan banyak yang menolong.
Seohyun menangkupkan dagunya dengan kedua tangannya menengadah menatap bulan yang tampaknya sedang mengejek suasana hatinya. Bahkan bulan pun berkhianat seperti hatinya. Kembali Seohyun mendesah.
Ada apa dengan hatiku ?




♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Previous
Next Post »

5 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
18 November 2016 pukul 22.25 delete

Kak zee.. huwaaa aku kangen, miane baru nongol.. lagi dikejar research unt proposal TT.TT .. semangat kak zee.. keren abissss.. muaaachhhh.. salam kangen dan pelukku selalu unt mu.. hahahaha

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
19 November 2016 pukul 13.37 delete

Bebek?yah,,,pas bgt hyun baru2 apload gambar bebek,,dan yong adalah duckx hyun,,, hehehe,,
Mkin cinta ma ff ini,,makaci kak zee,,,

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
19 November 2016 pukul 18.44 delete

Semangat ya Rifcha 💪💪

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
20 November 2016 pukul 21.21 delete

Iya kak zee, heheheh.. lanjutin cerita.nya huwwaaa keren abiiiss.. ketawa mulu pas baca.. hahahah

Reply
avatar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥