#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

ACCIDENTALLY WE MARRIED !!



CHAPTER NINETEEN

Yonghwa menyilangkan kedua tangannya ke belakang kepala dan menatap langit-langit kamar tidurnya. Belakangan ini dia merasa dirinya terkena imsomnia. Kepala setiap malam terus di penuhi oleh rasa herannya akan sikap Seohyun yang seakan menghindarinya bagaikan virus sakit yang sangat mematikan.
Seminggu sudah dan Yonghwa merasa hampa. Semua teleponnya tak diangkat, pesannya tak di baca apalagi di balas. Setiap Yonghwa datang kerumahnya, Seohyun tak ada. Sesekali pernah Yonghwa menunggu hingga jam dua subuh tapi Seohyun tak juga pulang ke rumah. Kemana gerangan Seohyun ?
Yonghwa bingung apa yang salah ?
Yonghwa mengerang dan melirik jam digital kecil di samping ranjangnya. Pukul 03 : 54 AM.  Bersyukur bahwa sekarang adalah hari minggu sehingga Yonghwa tidak perlu harus bangun untuk bekerja dalam beberapa jam. Meskipun tidak ada apappun yang membuatnya berpikir ia bisa tidur nyenyak malam ini.
Tak sabar dengan dirinya sendiri, Yonghwa bangkit berjalan ke ruang tamu dan membuka pintu balkom kecil apartemennya dan memandang sebagian kota Seoul yang sedang terlelap. Udara malam yang terasa menusuk menerpa kulitnya yang hanya memakai kaos oblong dan celana piyama tipis membuat Yonghwa bergidik.
Yonghwa berharap dia bisa melihat rumah Seohyun dari balkom, tapi sepertinya dia sedang mengharapkan sesuatu yang tak mungkin. Yonghwa menarik napas dan menghembuskannya kuat-kuat.
Seminggu ini dia banyak menyortir nama-nama rekan-rekan sejawatnya yang ingin di perkenalkannya dengan Seohyun. Semakin panjang daftarnya semakin panjang pula alasan mengapa tak satupun nama yang di rulisnya dalam daftar sesuai untuk Seohyun. Aneh, Yonghwa seakan mengetahui segala kejelekan semua rekannya, karena ada saja alasan pembenaran yang dia dapatkan mengapa si A tidak pantas untuk Seohyun dan mengapa si B terlalu beresiko untuk Seohyun.
Ada apa dengan dirinya ?
Yonghwa menghela napas, berjalan masuk dan menutup pintu dan kembali ke kamarnya dan mendapati kehampaan.
Sialan Seohyun, ada apa sih denganmu ?
Yonghwa mengganti celana piyamanya dengan jeans demikian juga dengan kaos oblongnya, meraih jaket, memasukkan ponsel dan dompetnya ke dalam kantong celananya. Meraih kunci mobilnya dan berjalan keluar.
Dia butuh berkendara untuk menjernihkan segala keresahannya.
Setengah jam kemudian Yonghwa hanya berputar-putar tanpa arah sambil menikmati sepinya jalan yang di laluinya, sesekali melihat beberapa petugas kebersihan kota sudah mulai melakukan pekerjaan mereka membersihkan daun-daun yang berguguran.
Bukankah seharusnya salju sudah turun ?
Atau musim dingin memutuskan untuk datang terlambat ?
Dan Yonghwa menghentikan mobilnya di depan apartemen Jonghyun. Menatap sebentar ke bangunan apartemen tersebut lalu keluar dari mobilnya. Yonghwa tidak peduli Jonghyun masih tidur atau tidak, Yonghwa butuh mencurahkan semua kekesalannya kepada seseorang. Dan Jonghyun selalu menjadi orang yang tepat.
Dua kali setelah Yonghwa membunyikan bel terdengar bunyi kunci yang di putar dari dalam dan wajah kusut Jonghyun yang baru bangun menyembul dari balik pintu. Tanpa banyak bicara Jonghyun membuka pintunya lebih lebar mempersilahkan Yonghwa untuk masuk.
Yonghwa masuk dan menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk milik Jonghyun. Menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sementara kedua kakinya di goyangnyakannya dengan gelisah.
“ Ada apa hyung ? sepagi ini ? “, tanya Jonghyun sambil menepuk pundak Yonghwa dan berjalan ke arah dapur mungil apartemennya menyalakan coffee maker lalu membuka kulkas dan meraih sebotol air putih dan meneguknya.
Yonghwa tak menjawab hanya menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa hingga kepalanya mendongak menatap langit-langit ruangan, pandangannya kosong.
Jonghyun meninggalkan Yonghwa sejenak dan masuk ke kamar mandi dan kembali sekitar sepuluh menit kemudian dengan penampilan yang jauh lebih baik daripada saat dia membuka pintu untuk Yonghwa. Berjalan ke dapur menuangkan kopi di dua buah gelas dan membawanya mendekati Yonghwa, lalu meletakkan gelas kopi untuk Yonghwa di meja sementara dia sendiri menyisip kopinya.
Yonghwa menegakkan tubuhnya meraih kopi diatas meja dan meneguknya beberapa teguk.
“ Jonghyun, ada apa dengan diriku ? “.
Jonghyun menaikkan alisnya sebelah mendengar pertanyaan Yonghwa. “ Well hyung, hanya kau yang tahu ada apa dengan dirimu “.
Yonghwa diam dan kembali meneguk kopinya.
“ Sebenarnya ada sih hyung ? Kau terlihat seperti orang yang tak tidur selama tiga hari “, ucap Seohyun sambil menatap Yonghwa.
“ Seminggu tepatnya “, koreksi Yonghwa.
“ Wah, kau pasti sedang berada dalam masalah besar “, ucap Jonghyun prihatin.
Yonghwa mengerang meletakkan gelas kopi yang masih di pegangnya dan mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
Jonghyun menatap Yonghwa. Terakhir kali dia melihat hyungnya seperti ini adalah saat dia di khianati oleh Yoo Ra beberapa tahun yang lalu. Dia datang ke apartemen Jonghyun sama seperti kali ini. Muka yang kusut, dan di bawah matanya ada bayangan hitam yang menandakan dia tak bisa tidur.
Apakah masalahnya kali ini berhubungan dengan Seohyun ?
“ Apakah masalahmu berhubungan dengan Seohyun ? “, tanya Jonghyun hati-hati.
“ Nenek sihir itu benar-benar brengsek ! “, ucap Yonghwa dengan nada jengkel.
“ Memangnya apa yang di lakukannya sehingga kau begitu kesal dan marah ? “.
“ Nenek sihir itu sudah seminggu ini menghindariku “, guman Yonghwa kesal. “ Dia tidak menjawab teleponku, tidak membalas pesan-pesan yang aku kirimkan “.
Jonghyun diam-diam tersenyum dalam hati. Hyungnya mendapat seseorang yang bisa menandinginya kali ini, pikir Jonghyun.
“ Mengapa tak ke rumahnya ? “.
“ Sudah. Setiap hari malah, tapi sepertinya Seohyun tak pernah pulang ke rumah itu “.
“ Sebenarnya apa yang terjadi antara kalian berdua ? “.
“ Aku tidak tahu ! “, kata Yonghwa marah sambil berdiri dan mulai berjalan mondar mandir. “ Aku tidak tahu apa yang salah. Terakhir kami bertemu, kami menghabiskan malam dengan menonton film di rumahnya, tak ada apa-apa hanya bercakap-cakap, lalu aku pamit pulang dan sejak itu dia mulai menghindari aku “.
“ Mungkin kau menyinggung perasaannya ? “, tanya Jonghyun. “ Kadang kita tidak tahu kan kalau ada kata-kata kita yang menyinggung ? “.
Yonghwa mengerang dan kata-kata kasar meluncur dari mulutnya membuat Jonghyun kaget. Baru kali ini dia mendengar Yonghwa berkata kasar seperti itu. Seohyun betul-betul telah membuatnya seperti orang gila.
“ Tak ada yang salah. Aku hanya memeluknya dan mengecup keningnya, hal yang biasa di lakukan dan aku tidak melihat Seohyun menolaknya. Jadi apa yang salah !! “, kata Yonghwa setelah bisa mengatasi dirinya yang sedang jengkel.
“ Hyung, boleh aku bertanya satu hal ? “, tanya Jonghyun pelan terkesan hati-hati sambil menatap Yonghwa lekat-lekat.
“ Bukankah sedari tadi kau hanya bertanya terus ? “, jawab Yonghwa.
Jonghyun meringis sambil mengusap belakang kepalanya.
“ Apakah kau mencintai Seohyun, hyung ? “.
Yonghwa terdiam. Apakah dia mencintai Seohyun ? pertanyaan Jonghyun bergema di setiap rongga kepalanya. Mengetuk kesadarannya akan hal yang selama ini yang coba di ingkarinya. Seohyun membangkitkan hal lama yang dulu dia pikir sudah tak bisa lagi dia rasakan. Rasa sakit yang di tinggalkan Yoo Ra dengan pengkhianatannya perlahan-lahan hilang. Yonghwa merasa terlahir menjadi pribadi baru setiap kali bersama Seohyun. Tersenyum sendiri saat mengingatnya dan sekarang dia uring-uringan karena Seohyun menghindarinya sementara dirinya tak kuasa menahan keinginannya untuk menatap wajah Seohyun dan mendengar tawanya atau sekedar melihat pipinya yang memerah karena marah padanya.
Jadi apakah dia jatuh cinta pada Seohyun ?
Melihat Yonghwa hanya terdiam, Jonghyun berucap, “ Kau sudah jatuh cinta pada Seohyun dan berhentilah mengingkarinya hyung “.
Yonghwa menjatuhkan tubuhnya kembali ke sofa.
“ Aku akan mengutuk Yoo Ra seumur hidupku untuk apa yang telah di lakukannya padamu. Kau berhak bahagia seperti dia ! Sialan hyung ! “, sahut Jonghyun. “ Yoo Ra mungkin sudah membuatmu merasa tak guna lagi untuk jatuh cinta, tapi kau tak bisa menolak cinta lain yang sedang mengetuk di pintu hatimu “.
“ Ada yang bilang, ketika cinta mengetuk, izinkan dia masuk, kau tidak tahu kebahagian apa yang akan di bawakannya untukmu “.
“ Kau mulai berfilsafat lagi, huh “, gusar Yonghwa.
“ Mungkin “, jawab Jonghyun singkat. “ Sekali ini jujurlah hyung, kau mencintai Seohyun kan ? “.
“ Ya, aku memang jatuh cinta padanya “, akhirnya Yonghwa mengakui apa yang selama ini di ingkarinya. “ Dan alangkah bodohnya aku menghabiskan seminggu waktuku untuk mencarikan seseorang yang cocok dengan Seohyun “, umpatnya pada dirinya sendiri.
“ Apa ? “, sahut Jonghyun kaget. “ Kau mencarikan apa untuk Seohyun ? “, tanyanya seakan dia sedang mengalami gangguan pedengaran.
“ Seohyun bilang dia belum pernah jatuh cinta dan bodohnya aku malah berpikir mengenalkannya dengan seseorang yang akan bisa mengajarkan bagaimana rasanya jatuh cinta “.
“ Apakah kau menemukan orang yang tepat ? “, tanya Jonghyun penasaran. Gila, kalau seandainya Yonghwa berhasil mendapat seseorang untuk di kenalkannya dengan Seohyun dan berharap dia boisa mengajarkan arti cinta pada Seohyun.
“ Sialannya Tidak ! “, jawab Yonghwa sambil mengusak tengkuknya. “ Setiap kali satu nama yang aku catat, maka aku akan menemukan seribu alasan mengapa dia tidak cocok untuk Seohyun. Aku frustasi dan lebih frustasi lagi karena sudah seminggu ini aku uring-uringan gara-gara Seohyun yang seakan menghilang begitu saja “, Yonghwa kembali mengerang.
Jonghyun tersenyum dengan kehagiaan yang membuncah di hatinya. Ini adalah kabar yang membahagiakan. Setelah sekian lama Yonghwa sibuk menjaga hatinya untuk tidak jatuh cinta dan kembali merasakan sakit hati karenanya, sekarang Yonghwa sudah kembali bisa jatuh cinta. Adakah kabar yang lebih baik ?
Jonghyun kembali meneguk kopinya, membiarkan Yonghwa menikmati apa yang baru saja di sadarinya. Di bangunkan sepagi ini untuk mendengar bahwa hyungnya jatuh cinta pada Seohyun benar-benar sangat setimpal.
Yonghwa merasa dunianya menjadi terang benderang. Mengakui bahwa dia mencintai Seohyun membuatnya merasa mendapat pencerahan. Seohyun adalah takdir yang tak bisa di hindarinya. Mengenal  Seohyun bukanlah sesuatu yang dia inginkan, mereka bertemu karena rasa persahabatan yang mereka miliki sangat besar. Orang asing yang tiba-tiba masuk ke dunianya dan membuatnya berantakan. Pernikahan yang salah, waktu yang salah. Tapi apakah sebuah kesalahan tak bisa di perbaiki ? Tuhan menyatukan mereka dalam sebuah pernikahan. Suka atau tidak suka. Kesalahan yang untuk pertama kalinya Yonghwa syukuri sebagai berkah yang tak terhingga dari yang diatas. Mengapa dia menolaknya ?
“ Masalahnya aku merasa, ada sesuatu yang di tutupi Seohyun “, kata Yonghwa seakan berkata pada dirinya sendiri.
“ Setiap orang punya rahasia sendiri-sendiri “, ucap Jonghyun.
“ Mungkin karena selama ini kami tak pernah betul-betul terbuka satu sama lain “ desah Yonghwa. “ Seohyun seakan menyembunyikan sesuatu, malam itu aku bertanya padanya mengapa dia tidak mau berkomitmen, dia hanya terdiam dan aku bisa melihat ada kabut di matanya. Aku tak tahu apakah dia pernah di sakiti, tapi saat dia bilang dia tidak pernah jatuh cinta, aku tahu Seohyun jujur “.
“ Sebaiknya cari tahu “, saran Jonghyun dan Yonghwa melemparkan pandangan penuh tanda tanya kepadanya. “ Mungkin kau bisa bertanya pada orang tuanya “, kata Jonghyun sambil mengangkat bahunya.
“ Lagipula Seohyun tak akan menghindarimu jika dia merasa semuanya baik-baik saja. Aku yakin, Seohyun juga mencintaimu dan itulah sebab mengapa dia menghindarimu ‘.
Yonghwa menganggukkan kepalanya, merasa apa yang di katakan Jonghyun masuk akal. Dan benar-benar berharap Seohyun juga mencintainya. Kalaupun tidak maka Yonghwa akan membuatnya belajar untuk mencintainya.
Seohyun istrinya dan seorang istri harus mencintai suaminya dalam suka dan duka, sakit dan sehat hingga maut memisahkan. Bukankah dia sudah berjanji hal tersebut di hadapannya, hakim, saksi dan Tuhan ?
Seohyun harus menepati janjinya, tapi dengan rela. Dan untuk itu Yonghwa akan berusaha meyakinkannya. Pasti !

♥ ♥ ♥

Sudah hampir tengah malam saat Seohyun berjalan masuk ke halaman rumahnya. Beberapa hari dia sengaja selalu pulang menjelang tengah malam berharap dia tidak harus berhadapan muka dengan Yonghwa bila tahu-tahu pria itu sudah tiba-tiba muncul di hadapannya.
Bukankah Yonghwa selalu begitu ?
Seohyun menghela napas. Tubuhnya sangat letih demikian juga pikirannya. Seminggu dia berusaha keras untuk menghindari Yonghwa. Mengacuhkan telepon dan pesan-pesan yang di kirimkannya. Pulang tengah malam dan berharap langsung tertidur tapi yang ada matanya hanya menerawang menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang entah melayang kemana.
Di bukanya tasnya untuk mengambil kunci rumah ketika sebuah suara tiba-tiba membuatnya terkaget dan membalikkan badannya ke arah datangnya suara. Yonghwa.
“ Baru pulang ? “, tanya Yonghwa yang berdiri di depan pagarnya sambil memasukkan kedua tangannya di saku jaketnya.
Seohyun tak menjawab dan berbalik membuka pintu. “ Maaf aku sangat letih dan ingin istirahat. Selamat malam “, sahut  Seohyun tanpa membalikkan badannya. Seminggu ini sudah sangat berat baginya dan kehadiran Yonghwa yang tiba-tiba tidaklah membantunya.
“ Selamat malam Seohyun, tidur yang nyenyak “, sahut Yonghwa sambil berjalan ke arah mobilnya yang sengaja di parkirkannya agak jauh dari rumah Seohyun.
Seohyun menutup pintu dan menyandarkan tubuhnya ke pintu. Seohyun tahu cepat atau lambat dia akan bertemu Yonghwa. Sekeras apapun keinginannya untuk menghindar, seohyun tahu tidak akan ada gunanya.
Seohyun menyalakan lampu dan sekejap ruangan menjadi terang benderang. Seminggu ini Seohyun merasa sudah mentelantarkan rumahnya. Pergi ketika hari masih sangat pagi dan kembali saat hari sudah akan berganti.
Seohyun menyeberangi ruangan menuju ke arah dapur dan membuka kulkas mengambil air dan meneguknya. Dia belum makan tapi terlalu malas untuk sekedar memasak ramen. Dengan malas Seohyun melangkahkan kakinya menaiki anak tangga rumahnya setelah sebelumnya mematikan lampu di lantai bawah.
Menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur empuknya, Seohyun merenggangkan kedua tangannya sambil menatap langit-langit kamarnya. Seohyun kemudian memejamkan matanya dan sekejap membukanya kembali karena yang terbayang justru wajah Yonghwa yang sedang menatapnya dengan pandangan yang tak dapat di artikannya.
Sialan Jung Yong Hwa, tidak bisakah kau membiarkan aku hidup dengan tenang. Tidakkah kau lihat apa yang telah kau lakukan pada diriku. Seperti orang gila yang berusaha lari dan bersembunyi seperti orang gila. Sebenarnya aku atau kau yang tukang sihir ?
Terlalu malas untuk mengganti bajunya dan membersihkan tubuhnya, Seohyun menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Samar-samar di dengarkan suara ponselnya yang bergetar di dalam tasnya. Malas, Seohyun mengacuhkannya.
Tapi ponselnya terus menerus berbunyi dan getarannya sangat mengganggunya. Seohyun menyibak selimutnya dan meraih tasnya yang tadi di letakkan begitu saja di lantai kamarnya dan mengambil ponselnya dari dalam tas.
Yonghwa.
Seohyun mengerang saat melihat siapa yang menelponnya lalu dia melemparkan ponselnya ke sudut tempat tidurnya dan mengacuhkannya. Sialnya sepertinya Yonghwa tidak akan berhenti menelponnya hingga dia menerimanya atau dia mematikan ponselnya.
“ Sudah malam tak bisakah kau menelpon besok saja, aku sudah sangat letih “, sahut Seohyun dengan nada ketus saat akhirnya memutuskan untuk menerima telepon tersebut.
“ Kau pasti belum makan. Aku membelikan makanan untukmu dan aku menaruhnya di depan pintu. Makanlah jangan sampai kau sakit “. Dan telepon terputus.
Seohyun menatap layar ponselnya. Ada rasa hangat yang tiba-tiba menjalar di pipinya. Seohyun benci perhatian yang di tunjukkan Yonghwa tapi tak dapat menahan rasa hangat yang tba-tiba memenuhi setiap rongga di dalam dadanya. Dan Seohyun membencinya.
Apa pedulimu aku makan atau tidak, apa pedulimu aku sakit. Uruslah dirimu sendiri dan jangan ganggu aku lagi, erang Seohyun sambil menghapus air matanya. Tidak tahukah kau bagaimana menderitanya aku ? Aku membencimu Jung Yong Hwa !!
Berhentilah mengutuki dirimu sendiri Seohyun !
Untuk sesaat Seohyun terisak di tepi tempat tidurnya lalu membiarkan rasa hangat di dalam hatinya mengambil alih logikanya.Sesaat Seohyun memutuskan untuk mengacuhkan apapun itu yang di simpan Yonghwa di depan pintu rumahnya tapi kemudian menyadari bahwa sejak kecil orang tuanya mengajarkan untuk menghargai pemberian orang apalagi bila pemberian tersebut adalah berupa makanan. Seohyun akhirnya melangkah turun dan membuka pintu rumahnya. Sebuah bungkusan putih di letakkan tepat di depan rumahnya, Seohyun meraihnya dan membawanya masuk ke dalam.
Yonghwa ternyata membelikannya makanan dari restoran China dan masih hangat saat Seohyun menyentuhnya dan mengeluarkannya dari dalam kantongan putih tersebut. Seohyun menatap makanan tersebut dan tahu bahwa dia sudah kalah.
Dia kalah oleh perasaanya yang berkhianat.
Setelah menyantap makanan tersebut dan membersihkan segalanya, Seohyun kembali naik ke atas dan meraih ponselnya. Setidaknya dia harus mengucapkan terima kasihnya, setelah menimbang beberapa saat , Seohyun menelpon Yonghwa dan dalam deringan pertama telepon di seberang diangkat.
“ Terima kasih “, ucap Seohyun pelan dan bersiap memutuskan sambungan teleponnya.
“ Aku merindukanmu, Seohyun “.
Dan kembali sambungan telepon terputus.


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Chapter Eighteen Chapter Twenty
Previous
Next Post »

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥