CHAPTER ELEVEN
Seohyun menghabiskan waktu seminggu di sela-sela waktu mengajarnya untuk berburu perabotan yang akan di
gunakannya di rumah barunya. Memilih wallpaper untuk kamar tidur, ruang membaca
dan juga ruang-ruang lainnya, menelpon agen properti memberitahukan tentang
beberapa perabotan dan wallpaper yang harus di ganti dengan pilihannya.
Hari ini adalah hari di mana Seohyun akan memasuki rumah barunya. Ada
beberapa perabotan yang masih harus di tata ulang sehingga Seohyun memilih
memakai pakaian yang akan membuatnya nyaman untuk mengerjakan semua hal
tersebut. Seohyun memilih memakai celana jeans selutut dengan tshirt pink yang
sedikit ketat di tubuhnya, mengikat rambutnya dan sebuah syal berwarna senada
dengan tshirtnya di ikatkan ke kepalanya serta sepatu kets warna putih. Seohyun
nampak puas melihat penampilan dirinya di cermin.
Yoona berjanji akan membantunya. Walaupun tak yakin akan datang tepat waktu
tapi Seohyun tetap merasa senang. Sementara kedua orang tuanya akan menyusul
karena akan membeli beberapa hadiah kecil untuknya setelah tentu saja memasak
untuk di bawa ke rumah Seohyun.
Di ceknya kembali barang-barang yang akan di bawanya, sekoper pakaiannya,
peralatan mandi dan tentu saja peralatan make up seadanya yang di milikinya.
Buku-buku sudah di ikat dengan rapi demikian pula beberapa barang lainnya.
Setelah merasa semuanya siap Seohyun tersenyum sambil berdendang kecil dia
meraih tas rangselnya ketika ponselnya berdering.
“ Yoboseyo ? “, ucap Seohyun saat melihat hanya nomor yang tampak di layar
ponselnya.
“ Selamat pagi nenek sihir, aku dengar hari ini kau akan pindah ke rumah
kita “, suara dari seberang menekankan kata ‘kita’ dalam nada suaranya.
“ Tahu dari mana ? “, tanya Seohyun acuh, dia tak ingin harinya di rusak
oleh pria menyebalkan yang sedang berusaha membuatnya kesal di seberang sana.
“ Well, Ibumu menelpon Ibuku mengabarkan kalau hari ini kau akan pindah,
Ibuku lalu menelponku pagi-pagi sekali padahal aku sedang butuh tidur hingga
siang, menyuruhku membantumu dan bila aku menolak kau tahu sendiri apa yang
akan di lakukannya lalu dia memberikan nomor teleponmu, begitulah kira-kira aku
mendapatkan nomor teleponmu “, jawab Yonghwa sambil menguap.
Seohyun mau tak mau tersenyum. Setelah pertengkaran hebat mereka seminggu
yang lalu, Seohyun berharap Yonghwa menghilang dari hidupnya. Pria itu begitu
menyebalkan dan selalu mengajaknya bertengkar. Dan Seohyun tak ingin
kebahagiannya hari ini di rusak olehnya.
“ Tenang saja, kau adalah mahluk terakhir di dunia ini yang aku harap
membantu kepindahanku, jadi lanjutkan saja tidurmu dan biarku aku menikmati
hariku yang indah tanpa pria menyebalkan yang selalu mengajakku bertengkar “,
ucap Seohyun lalu mematikan ponselnya. Laki-laki itu bisa melanjutkan tidurnya
dia tidak akan peduli sama sekali.
♥ ♥ ♥
Yonghwa tertawa kecil sambil meletakkan ponselnya kembali ke meja nakas di
samping tempat tidurnya. Yonghwa sudah bisa menebak kalau Seohyun pasti tidak
ingin dia datang membantunya dan Yonghwa sangat senang dengan hal tersebut.
Pagi-pagi sekali Ibunya sudah menelponnya berulang-ulang kali,
membangunkannya dan menyuruhnya untuk membantu Seohyun padahal hari ini Yonghwa
berharap dia bisa bangun siang dan hanya bermalas-malasan setelah seminggu
penuh sibuk mengurus kasus perceraian yang di tanganinya. Hari minggu
seharusnya menjadi hari di mana dia bisa melepaskan segala urusan kantor dan
bersantai.
Yonghwa kembali menarik selimutnya dan berencana melanjutkan tidurnya yang
terganggu ketika ponselnya berdering. Yonghwa mencoba mengacuhkannya tapi
ponselnya terus berdering hingga membuatnya kesal. Itu pasti Ibu, pikirnya
malas sambil meraih ponselnya.
“ Eomma, berhentilah menggangguku, aku sangat mengantuk “.
“ Dasar pemalas, mengapa kau masih tidur ? Kau itu seharusnya sudah bangun
dan pergi menolong Seohyun “, sahut Ibunya.
Yonghwa mengerang malas dan menguap.“ Dia bilang tidak mau di bantu “.
“ Kau ini bagaimana sih ? Walaupun begitu kau tetap harus membantunya,
malahan seharusnya kau juga membereskan barang-barangmu dan pindah bersamanya.
Kalian kan suami istri. Mana ada suami istri yang tinggal terpisah seperti
kalian ? “.
Yonghwa menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal. Pagi-pagi Ibunya tersayang
sudah mulai menceramahinya dengan segala urusan pernikahan yang di kutuknya.
Dan Yonghwa tahu Ibunya tidak akan pernah bosan. Dia betul-betul berada dalam
kesulitan besar.
“ Tapi kan kami tidak menikah benar-benar, Ibu “.
“ Ibu punya surat yang menjelaskan bahwa pernikahan kalian sah dan
berhentilah mencari-cari alasan untuk menghindarinya “.
Yonghwa bangun dari tidurnya menyibak selimut dengan malas dan turun dari
tempat tidurnya sambil terus mendengarkan Ibunya yang seakan tidak bisa
berhenti. Berjalan keluar kamar dan langsung menuju ke dapur. Dia butuh
secangkir kopi.
“ Ngomong-ngomong, kapan Ibu akan mendaftarkan pernikahan kami ? Bukankah
kami butuh akte nikah yang sah ? “, tanya Yonghwa sambil menyalakan mesin
pembuat kopinya.
“ Memangnya kenapa ? “, tanya Ibunya dengan nada selidik.
“ Well, karena setahu anakmu ini, surat nikah itu harus di daftarkan biar
akte nikahnya bisa di terbitkan “, jawab Yonghwa sambil meraih gelas dari dalam lemari konter dan menuangkan kopi
lalu berjalan ke arah meja dapur dan duduk di salah satu kursi.
“ Ibu yang akan mengurus semua itu, kau tidak usah bersusah payah, lagi
pula Ibu tahu kalau Ibu memberitahukan soal itu kepadamu maka kau akan memakai
relasimu untuk mengambil akte nikah tersebut sebelum Ibu lalu mulai berniat
untuk mengajukan perceraian “.
Yonghwa yang sedang mengecap kopinya langsung terbatuk-batuk mendengar
perkataan Ibunya. Daebak, Ibunya ternyata sangat pintar.
“ Bukan begitu Ibu “, kata Yonghwa sambil menepuk-nepuk dadanya mengusir
batuk.
“ Sudahlah, Ibu ini Ibumu, Ibu tahu apa yang ada di pikiranmu jadi
sebaiknya kau buang saja pikiran itu jauh-jauh dari kepalamu. Ibu menyukai
Seohyun dan bagi Ibu hanya dia yang akan menjadi menantu Ibu. Titik “.
“ Ahh itu kan karena Seohyun anak sahabat Ibu “, ucap Yonghwa skeptis
sambil kembali menghirup kopinya.
“ Itu adalah bonus ! Sudahlah, lebih baik kau bersiap untuk pergi membantu
Seohyun atau Ibu terpaksa harus terbang ke Seoul dan menjewer kupingmu sambil
menyeretmu ke hadapan Seohyun sambil menjerit-jerit ! “.
Telepon terputus.
Yonghwa meletakkan gelas kopinya lalu mengusap wajahnya dengan kedua
tangannya. Sejak malam kejadian tersebut Yonghwa merasa hidupnya tidak lagi
seperti biasanya. Yonghwa merasa tidak ada lagi kebebasan yang selalu di
banggakannya. Sekarang yang ada hanyalah dia merasa kedua kakinya telah di
borgol dan lebih parahnya borgol itu milik Ibunya. Kalau harus memilih lebih
baik borgol Polisi daripada Ibunya.
♥ ♥ ♥
Seohyun sedang berusaha keras menyeret meja kerjanya yang walaupun tidak
terlalu berat tapi rasanya tidak ringan untuk di tarik naik ke lantai atas.
Seohyun sedikit kesal, karena dia sudah mengatakan kepada agen properti agar
meja kerjanya langsung di naikkan ke lantai atas tapi ternyata malah di
letakkan di bawah. Bagaimana mungkin dia bisa menaikkan meja tersebut ke lantai
atas sendirian ?
Seohyun mengumpat kesal ketika tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.
“ Ada yang bisa aku bantu ? “.
Tanpa berpaling Seohyun tahu itu Yonghwa dan walaupun dia tidak berharap
Yonghwa datang, tapi satu sisi hatinya senang karena dia bisa meminta Yonghwa
membantunya menaikkan meja tersebut ke atas.
“ Aku kan sudah bilang aku tidak butuh bantuanmu “, kata Seohyun sambil
berbalik dan berkacak pinggang memandang Yonghwa yang berdiri di depan pintu.
“ Tapi aku datang bersama bala bantuan lho “.
Dan tepat setelah Yonghwa mengucapkan kalimat tersebut tiga kepala
menyembul di belakangnya. Seohyun bisa mengenali Jonghyun dengan tentu saja
lesung pipinya yang selalu menghias pipinya saat dia tersenyum. Tapi dua yang
lain masih terasa asing baginya. Ketiganya tersenyum sambil melambaikan
tangannya. Ketiganya nampak lebih tinggi dari Yonghwa.
“ Apakah kau yakin tidak butuh bantuan kami ? “, kata Yonghwa sambil
melangkah masuk di ikuti oleh ketika temannya. “ By the way, kenalkan mereka
adalah sahabat-sahabat yang sudah seperti saudara bagiku “.
Yonghwa lalu menyuruh ketiganya berbaris rapi lalu mulai memperkenalkan
ketiganya. Satu persatu mereka membungkuk sopan saat Yonghwa menyebut nama
mereka. “ Jonghyun, Minhyuk dan Jungshin “.
Seohyun tersenyum sambil membungkukkan tubuhnya membalas salam hormat
mereka dengan sedikit kikuk. “ Seohyun “, ucapnya memperkenalkan dirinya.
“ Aku sudah tahu “, kata Jonghyun tersenyum. “ Kita sudah berkenalan
sebelumnya, ingat ? “.
Seohyun tidak perlu harus memeras otak untuk mengingatkan dirinya kalau
Jonghyun termasuk orang yang menyaksikan pernikahannya dengan Yonghwa malam
itu.
“ Yah, tentu saja saya ingat “, jawab Seohyun sopan.
“ Hey, jangan terlalu formal, kita bisa kan bercakap-cakap dengan santai “,
tegur Jonghyun sambil tetap tersenyum “ Lagi pula kami ini tidak tua-tua amat
kok “.
Seohyun tertawa pelan. Seohyun sama sekali tidak menyiapkan diri untuk ini.
Dia mungkin akan bisa mengatasi Yonghwa sendiri tapi dengan ketiga orang
tersebut rasanya seperti perawan di sarang penyamun. Tapi bukankah itu lebih
aman. Lagipula melihat postur tubuh mereka yang tinggi-tinggi dan tegap rasanya
akan mudah menyelesaikan semuanya dengan bantuan mereka.
“ Hyungsunim ternyata lebih cantik dari photo yang di surat kabar itu “,
Junghsin yang kata Yonghwa adalah maknae mereka berempat bersuara.
“ Kan sudah aku bilang kalau dia sangat cantik “, kata Jonghyun
“ Tapi menurut hyung, dia seperti nenek sihir “, kali ini Minhyuk yang
bersuara membuat Seohyun melototkan matanya ke arah Yonghwa.
“ Dia memang nenek sihir kok, jangan dekat-dekat dengannya atau kau bisa di
sihirnya menjadi katak bisulan “, kata Yonghwa. “ Tapi sepertinya dia lupa
membawa tongkat sihirnya – lagi “.
“ Percayalah, itu yang paling aku sesali saat ini “, ucap Seohyun sambil
menatap Yonghwa dengan tatapan yang siap menerkam.
“ Seharusnya kau membawanya, setidaknya kau cukup menggoyangkannya untuk
memindahkan semua barang-barang ini ke tempatnya “.
“ Tapi aku akan lebih memilih menggoyang-goyangkannya dan memindahkanmu
jauh-jauh hingga ke gurun Sahara “.
“ Apakah itu ancaman ? “, suara Yonghwa terdengar bernada takut yang di
buat-buat. Seohyun mendelik sementara ketiga pria tampan yang lainnya saling
menyikut sambil berusaha menahan tawanya.
“ Hyung, sudahlah. Kapan kita akan membantu hyungsunim bila kalian berdua
bertengkar seperti ini “, lerai Jungshin. “ Hyungsunim, apa yang bisa kami
bantu ? “, tanya Jungshin sambil memandang ke sekeliling mereka.
“ Sepertinya meja itu yang harus kita angkat terlebih dahulu “, kata
Minhyuk sebelum Seohyun sempat menjawab pertanyaan Jungshin. Dia lalu menarik Jungshin
dan mendekati meja yang sedari tadi membuat Seohyun kesal karena harus
menyeretnya mendekati tangga. “ Apakah meja ini akan di bawah ke atas ? “.
Seohyun menganggukkan kepalanya sambil berjalan ke arah meja tersebut lalu
bersiap-siap kembali mendorong saat Jungshin menghalanginya.
“ Ini adalah pekerjaan untuk pria “, kata Jungshin sambil tersenyum dan
memperlihatkan ototnya. Seohyun sama sekali tidak tersenyum.
Seohyun selalu benci saat seorang pria menyombongkan gendernya seakan-akan
kaum wanita adalah mahluk paling lemah. Tapi Seohyun tak ingin bertengkar saat
ini dia hanya mundur membiarkan kedua pria tersebut mengangkat meja tersebut
dan membawanya keatas sementara dia berjalan ke arah dapur mencoba
mengendalikan dirinya sambil menyandarkan tubuhnya ke meja konter.
Seohyun melihat Jonghyun menyusul keduanya naik keatas sementara Yonghwa
hanya menyandarkan tubuhnya ke dinding sambil melipat kedua tangannya di
dadanya, pandangannya mengarah tepat ke arah Seohyun. Jengah di tatap seperti itu, Seohyun
membalikkan tubuhnya mencoba berkonsentrasi memasukkan beberapa gelas, piring
dan perlengkapan dapur yang lain ke lemari konter dapur. Lebih baik dia
terlihat sibuk.
Terlalu sibuk dengan pikirannya Seohyun tidak menyadari Yonghwa sudah
berdiri di sampingnya membuat Seohyun terkejut dan hampir saja menjatuhkan
piring yang di pegangnya tapi Yonghwa segera menangkapnya sebelum menyentuh
lantai.
“ Kau mengagetkanku “, ucap Seohyun mencoba menenangkan dirinya sambil
melotot kepada Yonghwa.
“ Tidak perlu berterima kasih “, kata Yonghwa sambil meletakkan piring
tersebut ke dalam lemari bersama piring yang lainnya. Lalu mengambil beberapa
piring lain yang tersisa dan memasukkannya ke dalam lemari. Seohyun
memandangnya dengan tidak senang.
“ Bagaimana kalau hari ini kita gencatan senjata – piss “, kata Yonghwa
sambil mengacungkan dua jarinya ke wajah
Seohyun. “ Kalau kita terus menerus bertengkar maka kita akan
membuang-bunag energi dan tenaga untuk hal yang bodoh “.
“ Seingatku kaulah yang selalu memulai pertengkaran kita “, Seohyun
mengingatkan.
“ Well, itu karena aku suka melihatmu marah “, kata Yonghwa sambil menatap
Seohyun, matanya terlihat menggoda. “ Mengingatkan aku pada Amber, ponakanku
yang berumur 3 tahun “.
“ Apakah kau ingin aku lempar dengan panci ini ? “, tanya Seohyun sambil
memegang sebuah panci kecil yang biasa di pakai untuk memasak ramen siap-siap
melemparkannya ke wajah Yonghwa.
Yonghwa tertawa sambil menjauh dan menggeleng-gelengkan kepalanya dan
mengangkat kedua tangannya.
“ Damai, damai, Ok ? “, ucapnya.
Seohyun meletakkan panci tersebut ke dalam lemari konter bawah. “ Tenang
saja, panci ini lebih berharga dari dirimu “, kata Seohyun.
“ Kalau begitu aku harus menculik panci itu “.
“ Silakan saja “, dan Seohyun menutup lemari konter tersebut dengan kakinya
lalu berbalik menghadap kearah Yonghwa.
“ Hai kalian berdua, apa lagi yang harus kami
kerjakan ! “.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Sebuah Catatan Kaki.
Hai semuanya, maaf ya kalau update next chapternya agak terlambat hehe, kali ini update hingga chapter 11 karena harus bersibuk-sibuk ngurus nikahan adik sepupu, so semoga puas dulu hingga chapter 11. Insya Allah akan secepatnya di update lanjutannya.
Thanks ya masih mau baca ♥♥♥
4 komentar
Write komentarHuwaaaa.. terbayar sudah penantianku.. wkwkwkwk.. thanks kak zee (^▼^)) ..
Replytiap hari ngecek akhirx muncul jg langsung 4 chapter..bahagianya,makasih kak
ReplyTiap hari ngecek akhirx rilis juga,,terbayar sudah rinduku,,hehehe,,oia eonni orang sulawesi ya?
Replyiya, aku di Makassar ^_^
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon