#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

THE SEASONS CHAPT.5 - FALL FOR PRAGUE DESTINY PART 1.


Praha di musim gugur, udara pagi ini mulai terasa dingin menyengat saat Seohyun melangkahkan kakinya keluar dari apartemen kecil tempatnya tinggal selama hampir setengah tahun. Seperti hari-hari biasa Seohyun selalu menyempatkan diri untuk sekedar joging di pagi hari sebelum harinya di sibukkan dengan kerja di salah satu coffee shop kecil dan sore harinya mengikuti cooking classnya yang membawanya ke Praha. 
Seohyun menikmati pemandangan sepanjang taman tempat biasa dia menghabiskan waktu untuk jogging, pohon-pohon yang sudah mulai meranggas, daun hijau berganti dengan daun kuning kecoklatan, jalan setapakpun penuh dengan daun-daun yang berserakan.  Sesekali Seohyun berhenti dan mencari spot untuk selfie dan mengirimkan photonya ke ayahnya ataupun Yuri yang saat ini mengambil alih toko kue kecilnya di Seoul. Dengan cara itu dia berbagi keindahan Praha dengan mereka berdua. 
" Seohyun !! " , sebuah teriakan menghentikan langkahnya, Seohyun lalu berbalik ke arah datangnya suara, Jungshin - salah seorang teman yang di kenalnya di Praha- nampak sedang berlari-lari kecil ke arahnya. 
" Dobrý den, jak se máte? " sapa Jungshin saat tepat berada di depannya. Seohyun tersenyum dan menjawab kalau dia baik-baik saja.
" Rupanya kau suka jogging juga ya ? ", tanya Jungshin lagi.
" Sebenarnya tidak ", jawab Seohyun santai " Tapi aku menikmati keindahan kota Praha justru di sat jogging di pagi hari ", lanjut Seohyun. 
Jungshin mengangguk-anggukkan kepalanya. Sesekali dia menggosokkan tangannya menepis dingin. Musim gugur ini udara mulai terasa basah dan dinginnya sudah mulai terasa. 
" By the way, apakah kau juga suka jogging di sini ?? Aneh kok kita baru ketemu sekarang ?? " , tanya Seohyun sambil mengernyitkan keningnya dan menatap Jungshin. Pakaian Jungshin sama sekali bukan pakaian untuk jogging. Jaket panjang dengan sweater abu-abu dan celana Jins bukanlah pakaian untuk jogging.
" Tidak ", jawab Jungshin sambil menggelengkan kepalanya. " Sesungguhnya aku sedang menunggu seseorang di sini ", kata Jungshin dan kali ini dengan pandangan yang menyapu taman tempat mereka bertemu mencari-cari seseorang, mau tak mau Seohyun melakukan hal yang sama lalu mengutuk perbuatannya yang bodoh.
" Jangan bilang kau sedang menunggu seorang gadis ?? ", tembak Seohyun sedikit bercanda.
" Apakah kau cemburu kalau aku menjawab iya ? ", Jungshin balas bercanda.
" Ah Jungshin ssi, kau membuat hatiku patah sepagi ini ", kata Seohyun dengan mimik terluka sambil memegang dadanya. Keduanya lalu tertawa.
" Aku sedang menunggu seseorang, dan sebelum kau mulai menggodaku lagi, aku menunggu teman yang sudah kuanggap seperti hyung, kami berjanji ketemu di sini pagi ini, kami akan berburu moment autumn ", kali ini sambil berkata Jungshin mengangkat tas kecil kulit yang di bawanya. 
" Wah, dua penggila photography, kapan-kapan jadikan aku objeknya, aku rasa aku cukup photogenic ", sekali lagi ada nada menggoda di suara Seohyun.
" Tapi kau masih kalah photogenic dari bangunan-bangunan bersejarah, mungkin saat kau tua nanti, semakin tua bangunan semakin antik ", kali ini Jungshin yang menggodanya, sesaat Seohyun memasang muka merajuk lalu kembali mereka tertawa. 
" Sepertinya temanmu terlambat ", ucap Seohyun sambil melirik jangan tangan mungil dipergelangan tangannya, jam 7:30. " Baiklah, sepertinya aku tidak bisa mengobrol lama, aku harus bergegas kalau tidak ingin terlambat masuk kerja. Senang bertemu denganmu, Jungshin chingu ".
" Kapan-kapan kita bisa janjian untuk bertemu, aku ingin mengenalkanmu dengan Hyungku ", ucap Jungshin. 
" Kau tahu nomor teleponku bukan ? Teleponlah aku , ok ? Aku pergi dulu, bye ", sambil melambaikan tangannya Seohyun lalu berlari-lari kecil meninggalkan Jungshin. Hari ini joggingnya tidak sesuai target tapi senang bisa bertemu dengan teman senegara. Matahari mulai menampakkan diri, hawa dingin sedikit mulai menghangat dan Seohyun semakin mempercepat langkahnya.

                                                                       * * * * * * * 
Yonghwa mengedarkan pandangan ke seantero taman saat matanya menangkap sosok yang di carinya sedang bercakap dengan seorang gadis. Sambil melangkah Yonghwa melihat Jungshin melambaikan tangannya dan gadis tersebut berlalu sambil berlari-lari kecil menjauh.
" Jungshin !! ", panggil Yonghwa ketika jarak antara dirinya dan Jungshin tinggal beberapa meter. Jungshin berpaling dan melambaikan tangannya ke arah Yonghwa.
" Hyung, senang melihatmu, bagaimana kabarmu ? ", tanya Jungshin sambil memeluk Yonghwa sesaat dan lalu melepaskan pelukannya. " Seharusnya hyung menelponku biar aku bisa menjemputmu di bandara ".
Yonghwa tersenyum, " Aku tak ingin merepotkan dirimu, lagipula semalam sudah cukup larut ".
" Tinggallah bersamaku, apartemenku cukup luas untuk menampung dirimu ", sedikit bercanda Jungshun menawarkan apartemennya tapi Yonghwa menggelengkan kepalanya.
"  Hotelnya sudah aku booking untuk seminggu, tawaranmu kadaluwarsa ", tolak Yonghwa. " Sudahlah bagaimana kalau kita berangkat ".
" Oke, sekarang hyung mau kemana, mobilku aku parkir di depan siap mengantar kemana saja ", Jungshin melangkah berjalan menuju arah keluar taman, Yonghwa mengikuti sambil sesekali masih memandang sekeliling menikmati pepohonan yang mulai berguguran daunnya. 
" Hyung bagaimana kesehatanmu ? Apakah sudah kembali normal ?', tanya Jungshin sambil mengemudikan mobilnya menuju ke arah Jembatan Charles, jembatan bersejarah yang membelah kota Praha. 
" Tidak sepenuhnya kembali normal ", jawab Yonghwa sambil memandang keluar jendela mobil. " Masih ada kenangan yang tetap tak bisa aku ingat sama sekali khususnya kejadian malam itu ".
" Syukurlah Hyung, saat melihat keadaanmu malam itu, aku rasanya sangat takut. Bayangan akan kehilangan dirimu benar-benar membuat aku, Minhyuk dan Jonghyun tak sanggup berkata apapun, apalagi saat dokter berkata bahwa Hyung dalam keadaan koma dengan geger otak yang sangat berat yang bisa membahayakan jiwamu ", Jungshin terdiam kembali membayangkan saat dia mendapat telepon di tengah malam buta mengabarkan kalau Yonghwa kecelakaan. 
" Maaf membuat kalian cemas ", ucap Yonghwa lirih tapi Jungshin menggelengkan kepalanya .
" Yang terpenting Hyung sekarang sudah sehat, memory yang masih hilang mungkin satu saat akan bisa hyung ingat kembali " , kata Jungshin sambil membelokkan mobilnya. Jalan-jalan masih lengang karena biasanya baru akan ramai menjelang jam 9 pagi. 
Yonghwa menikmati pemandangan sepanjang jalan, pepohonan yang menguning dengan cahaya matahari pagi yang membuatnya berkilauan. Beberapa daun kering jatuh ke kap mobil lalu tetbang terbawa angin. Musim gugur entah mengapa selalu menghadirkan perasaan biru. Mungkin karena musim ini ditandainya dengan bergugurannya dedaunan sementara konotasi gugur selalu terhubung ke hal yang mengharu biru, entahlah....
Tak lama mereka bisa melihat jembatan besar tersebut. Jungshin memarkirkan mobilnya di tempat parkir di sepanjang sungai. Mereka lalu menyiapkan peralatan memotret mereka. 
Jungshin dan Yonghwa memang memiliki hasrat yang sama soal photography , bedanya Jungshin lebih mendalaminya dengan mengambil kuliah yang berhubungan dengan photography sementara Yonghwa tetap mendalaminya sebagai sebuah hobi. 
" Aku senang mereka - orang tua Yonghwa - akhirnya mengizinkan Hyung mendalami hobi photography yang Hyung sukai ", kata Jungshin sambil masih sibuk dengan cameranya.
" Itu karena dokter menyarankan agar aku menjalani apa yang aku sukai untuk proses penyembuhan dan mereka tahu pasti apa yang akan membuatku senang " , kata Yonghwa sambil mengamgkat camera yang di pegangnya dan Jungshin tertawa kecil  " Dan juga karena akhirnya anak yang hilang sudah kembali ke rumah dan siap melaksanakan tugas yang menunggunya, meneruskan perusahan ", lanjut Yonghwa. Jungshin terbelalak dengan ekapresi muka terkejut.
" Don Joon Hyung is back ?? Woah itu kabar yang menggembirakan ", ujar Jungshin sedikit terlalu antusias dan Yonghwa hanya mengangguk lalu membuka pintu mobil dan melangkah turun.
Hanya beberapa saat keduanya mulai asyik mencari spot dan engle yang bagus untuk objek camera mereka, mulai dari pinggiran sungai hingga berjalan menyusuri jembatan lalu kembali ke tempat mereka memarkirkan mobil. Matahari sudah hampir berada di atas kepala, tapi sinarnya tidak terlalu menyengat karena tertutup awan mendung. 
Yonghwa menengadahkan kepalanya ke langit dan sesekali menjepretkan kameranya ke arah awan yang berarak. Lalu memandang arus sungai yang tenang dan kembali menjepretkan kameranya, sementara Jungshin lebih memilih membereskan perlengkapan cameranya.
" Hyung, kemana lagi kita ?? " tanya Jungshin dari dalam mobilnya. Yonghwa lalu masuk ke dalam mobil sambil tetap memegang cameranya. 
" Sepertinya hujan akan turun, apakah hyung mau ke Prague Castle ?? ", kembali bertanya.
" Sepertinya tidak untuk hari ini ", jawab Yonghwa. " Sebaiknya kita mencari makan, perutku sudah mulai berbunyi ", kata Yonghwa sambil menepuk perutnya yang lapar.
" Ide yang bagus. Mau makan apa kita ? Mau mencoba makanan khas Praha ?? ".
" Tidak, aku hanya ingin makan spagetty atau pasta, saat ini aku tidak mau mengambil resiko mencoba hal baru yang bisa membuatku merasa aneh ", jawab Yonghwa. Jungshin mengangguk dan mulai menjalankan mobilnya.
" Aku punya teman yang kerja di sebuah coffee shop, terakhir ke sana sepertinya mereka juga menyajikan menu untuk makan siang dan spagetti dan pasta ada dalam menu ", ucap Jungshin sambil memperhatikan jalan yang sudah mulai ramai.
" Terserah kau sajalah, aku kan tamu di sini, tidak tahu apapun, bahkan kalau bilang ada restoran di dasar sungaipun aku akan percaya ", Yonghwa menimpali perkataan Jungshin dengan sedikit bercanda. Jungshin tertawa.
" Ngomong-ngomong temanmu itu cowok atau cewek ? " tanya Yonghwa sedikit bernada menyelidik.
" Dia mahasiswi yang mendapat beasiswa untuk lebih mendalami ilmu kuliner di sini. Dia kerja sampingan di sana. Dan sebelum kau bertanya lagi, anaknya cantik ", jawab Jungshin sambil .
Yonghwa tertawa, selama ini dia memang suka menggoda Jungshin karena dongsaengnya tersebut sangat jarang terlihat dekat dengan lawan jenisnya, sesekali dia berkencan tapi kemudian tak ada cerita lanjutan. Kadang saat mereka berempat -Jonghyun,  Minhyuk, Jungshin dan dirinya - mereka kadang begitu seru membahas tentang cewek cantik di seputar mereka saat di sekolah, tapi Jungshin malah sibuk dengan camera yang selalu di bawanya.
" So, apakah ada cerita khusus tentang temanmu yang cantik itu ?? ". 
" Jungshin Chingu !! Aku hanyalah Chingu baginya, dan dia menegaskan hal itu bahkan sebelum aku berpikir akan jatuh cinta padanya. Seohyun is such a wonderful person, bercakap-cakap dengannya selalu membuat aku senang. Pagi ini aku bertemu dengannya di taman ".
Oh jadi cewek yang tadi pagi dia lihat bersama Jungshin itu dia, sayang dia tidak bisa melihat parasnya karena dia membelakangi dirinya.
" So , siapa nama gadis itu ? ", tanya Yonghwa sedikit penasaran.
" Seohyun, namanya Seohyun ", jawab Jungshin.
Seohyun, mengapa nama itu menggema di kepalanya ? Yonghwa mengernyitkan dahinya. Seohyun, sekali lagi Yonghwa mengucapkan nama tersebut di dalam hatinya. Dan entah mengapa setiap kali nama itu merasuk dalam benaknya, kepalanya terasa berdenyut dan dadanya terasa berdebar. Ada apa gerangan ?? 
" Hyung, are you ok ? ", tanya Jungshin sedikit cemas melihat perubahan mimik wajah Yonghwa." Apakah kau sakit ? ". 
Yonghwa diam tak menjawab pertanyaan Jungshin. Pikirannya masih tertuju pada nama yang di sebutkan Jungshin. Mengapa nama itu terasa akrab tapi juga membuat dada Yonghwa terasa sakit ? Apakah seseorang dengan nama itu menjadi bagian dari kenangannya yang hilang ? 
Tiba-tiba kepala Yobghwa terasa sangat sakit, denyutannya menghadirjan keringat yang perlahan membasahi keningnya. Sebuah erangan sontak keluar dari bibirnya dan tangannya memegang kepalanya yang terasa mau pecah.
Jungshin menghentikan mobilnya tepat saat lampu merah menyala. Dia berpaling dan menatap Yonghwa dengan cemas. Dia lalu menarik selembar tissue dan menyerahkannya kepada Yonghwa tapi ditolak oleh Yonghwa.
" Hyung, sebaiknya kita ke dokter, mungkin kau masih kecapaian ", katanya dengan cemas. Yonghwa menggeleng pelan.
" Kita kembali saja ke hotel. Aku butuh istrahat dan minum obat ", ucap Yonghwa pelan sambil menyandarkan kepalanya ke kursi dan memejamkan matanya. Setelah menyebutkan nama hotel tempatnya menginap, Jungshin melajukan mobilnya ke arah hotel tersebut.
Tidak sampai lima belas menit Jungshin sudah membaringkan Yonghwa ke ranjang di kamar hotelnya. Lalu sesuai intruksi Yonghwa, Jungshin lalu mencari obat penahan sakit yang di letakkan Yonghwa di dalam kopernya. Setelah menemukannya dia lalu mengambil segelas air dan membawanya ke Yonghwa yang lalu di minumnya dengan hanya sekali tegukan. 
Lebih baik hyung istrahat saja, besok baru kita mengunjungi Prague Castle dan tempat-tempat lainnya. Apakah hyung mau aku temani ? " tanya Jungsjin sambil duduk di sofa kecil yang terleyak tak jauh dari ranjang tempat Yonghwa terbaring.
" Tidak usah, aku tidak apa-apa hanya mungkin masih jetlag karena penerbangan yang lama. Sedikit tidur bisa menyelesaikan masalah. Pergilah, aku akan menghubungimu nanti ", jawab Yonghwa sambil duduk dan menyandarkan punggungnya ke bantal, rasa sakit di kepalanya perlahan mereda. 
" Yakin tidak ada yang bisa aku bantu, hyung ? ", tanya Jungshin perlahan berdiri dan berjalan ke meja kecil untuk mengambil kunci mobil yang dia letakkan diatas meja tersebut. Yonghwa menggeleng. 
" Teleponlah aku kalau-kalau hyung membutuhkan sesuatu, apartemenku cuma beberapa blok dari simi, aku pasti akan tiba secepat kilat ".
Yonghwa tertawa kecil mendengar perkataan Jungshin " Memangnya kau Flash ? " , ucapnya kemudian. 
" OK hyung, aku pergi dulu ", pamit Jungshin sambil berjalan kearah pintu membukanya lalu menutupnya dari luar. 
Yonghwa kembali membaringkan tubuhnya. Seohyun, nama itu kembali bergema di dalam kepalanya. Mengapa nama itu begitu akrab ? Siapakah Seohyun ?? Apakah ada hubungan antara dirinya dan Seohyun ?
Kembali rasa sakit menjalari kepala Yonghwa dan dia menyerah berhenti untuk mencoba mengingat dengan sekuat tenaganya, lalu di pejamkannya matanya, dan obat penahan sakitnya berperan besar membuatnya tertidur.


* * * * * * * 

Seohyun menekan bel apartemen Jungshin. Hari ini dia berjanji akan membantu Jungshin untuk menyiapkan makan malam untuk beberapa orang teman collegenya. Walaupun sebenarnya hari ini Seohyun berharap bisa mengunjungi Prague Castle tapi permohonan Jungshin membuatnya mengiyakan permintaannya saat dia menelpon Seohyun kemarin.
" Seohyun, please. Ada seorang teman yang ingin aku jamu secara khusus dan juga mengenalkannya kepada beberapa teman sehobi dan hey aku juga ingin mengenalkannya kepadamu. Ayolah, aku tahu kau sangat hebat dalam urusan memasak, jadikan kami kelinci percobaanmu, kami ikhlas tanpa protes. Mau ya Seohyun... ", bujuk Jungshin ditelepon. 
Dan disinilah dia, berdiri di depan apartemen Jungshin. Apartemen mewah yang terletak di salah satu pusat kota berbanding terbalik dengan apartemen kecilnya yang di sewanya bersama Sasha, rekan kerjanya di coffee shop. 
Tidak lama pintu apartemen Jungshin terbuka dan senyum sumringah Jungshin menyambutnya dengan penuh semangat. 
" Akhirnya kau datang juga, aku menunggumu sedari tadi, masuklah ", Jungshin membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan Seohyun masuk.
Apartemen Jungshin begitu cozy, sangat nyaman, teramat sangat nyaman malah. Seohyun mengedarkan pandangannya. Apartemen Jungshin berada di lantai 8, mempunya beranda dengan pemandangan kota Praha. Tirai mozaik kaca memisahkan ruang tamu dan dapur tapi tetap terhubung melalui dua pintu. Ada dua kamar tidur dan sebuah lukisan abstrak besar dengan pigura unik tergantung di dinding tepat diatas LCD TV besar yang di miliki. Wow, hanya itu yang bisa Seohyun katakan.
" Aku tak sempat berbelanja hari ini, ada tugas dadakan dan sayangnya aku juga tak bisa membatalkan acara malam ini, Yong hyung dua hari lagi akan balik ke Seoul, jadi please pake ilmu sihirmu dan sihirlah apapun yang ada di kulkas untuk menjadi hidangan yang lezat malam ini , please ", ucap Jungshin dengan bercanda membuat Seohyun tersenyum. Jungshin sejak awal perkenalan mereka selalu menganggap Seohyun adalah penyihir cantik yang khusus menyihir apapun menjadi makanan lezat dengan kekuatan sihir tangannya padahal dia bahkan tidak pernah mencicipi sedikitpun makanan yang Seohyun buat. Bagi Jungshin wanita yang pandai memasak adalah penyihir cantik. Pandangan yang aneh, pikir Seohyun saat itu.
Mereka lalu berjalan menuju ke arah dapur dan kembali Seohyun berucap wow dalam hati. Dapur Jungshin untuk kategori seorang pria adalah sangat lengkap dan elegan, rak dapur yang terbuat dari kayu marbei sementara pinggirinnya di hiasi dengan ornamen perak, lemari dapurpun demikian, lemari es besar dengan warna senada, sebuah meja panjang kecil dengan beberapa kursi di baliknya. Sangat tertata rapi. Seohyun bertanya-tanya apakah Jungshin pernah mempergunakan dapurnya untuk memasak.
" Menjawab pertanyaan di kepalamu itu, aku tidak pernah sempat memasak di dapur ini ".
Seohyun tersentak dan menatap Jungshin, bukan karena dia terkejut mendengar Jungshin tidak pernah menggunakan dapurnya tapi karena Jungshin bisa mengetahui apa yang dia pikirkan di kepalanya.
" Ok, selain karena dapurmu yang wow, aku juga harus berkata wow untuk ilmu membaca pikiranmu ", kata Seohyun heran.
" Well, bukan pertama kalinya hahahah ", kata Jungshin sambil terbahak, lalu dia berjalan menuju ke arah kulkas dan membuka untuk melihat isinya. " Hanya ini yang ada di dalam kulkas ", katanya lagi sambil menunjukkan isi kulkasnya. Seohyun mendekat.
Untuk ukuran - hanya - kulkas Jungshin cukup lengkap dan dengan beberapa bahan yang ada di dalamnya Seohyun yakin bisa memasak beberapa menu.
" Ada saran, menu untuk malam ini ? ", Seohyun mencoba mencari tahu apa yang Jungshin harapkan untuk makan malam yang akan dia siapkan.
" Yong Hyung suka pasta, dia sangat menyukai spagetti cheese cream. Dia adalah tamu utamaku malam ini. Tapi sebenarnya dia menyukai apa saja yang bisa dia makan ", jawab Jungshin.
" Dan ? ".
" Dessert mungkin ? atau apapun yang bisa kau sulap dari isi kulkas ini, seluruh dapur dan isinya adalah milikmu sekarang ".
" Berarti aku bisa membawanya pulang ?", canda Seohyun 
" Selama kau bisa mengangkat semuanya silakan saja ". Dan keduanya pun tertawa.
Seohyun lalu mulai memilah bahan-bahan yang dia dapatkan di dalam kulkas Jungshin. Sebagian besar isi kulkas adalah makanan instan, seperti mi instan. Ada spagetti ukuran tidak terlalu besar, ada pasta juga. Yep, Seohyun bisa membuat Spagetti Cheese Cream, bahannya lengkap, bahkan ada beberapa sayuran segar yang bisa dia buat salad. Bahwa untuk membuat Dumpling - makanan khas penduduk praha - pun ada, plus svíčková na smetaně - Sirloan dengan saus cream. Seohyun sudah membayangkan menu yang akan dia sajikan malam ini.
" Bila ada yang kurang katakan saja, di bawah ada minimarket kecil yang cukup lengkap, aku akan secepat kilat berlari ke sana untuk memenuhi permintaanmu ", ucap Jungshin dari belakang Seohyun.
" Ajaibnya semua isi kulkasmu, lengkap untukku menyajikan beberapa menu untuk kau dan teman-temanmu, jadi sebaiknya aku segera menyiapkan semuanya dan mulai memasak, bila kita ingin tepat waktu untuk menyajikannya dalam keadaan hangat ", ucap Seohyun sambil mulai mengeluarkan bahan-bahan yang akan dia pakai untuk menyiapkan menunya.
" Boleh aku meminjam celemekmu ? ", tanya Seohyun ketika semua bahan yang dia butuhkan sudah berpindah dari kulkas ke meja counter. Jungshin lalu membuka salah satu laci dan mengeluarkan gulungan celemek lalu menyerahkannya kepada Seohyun.
" Bagaimana kalau kau ikut membantuku ? Aku butuh asisten ", kata Seohyun sambil menyunggingkan senyum usil di bibirnya.
" Asal kau tidak meneriaki aku karena membuatmu semakin repot, bukan masalah bagiku ", Jungshin lalu kembali membuka laci dan mengeluarkan satu lagi celemek untuk dirinya. 
Mereka berdua kemudian mulai sibuk, sesekali terdengat instruksi Seohyun dan Jungshin segera mengerjakannya. Satu persatu menu sudah mereka berdua siapkan, di mulai dari dua masakan khas Praha, lanjut dengan memotong-motong sayuran untuk salad, memasak saus untuk pasta, dan ketika mereka baru saja selesai mengaturnya di meja makan, bunyi bel terdengar. 
" Right in time, phew, ternyata kita adalah tim yang solid ", kata Jungshin sambil melap keringat di keningnya dengan tissue. Dia lalu membuka celemek, mencuci tangannya dan berlalu meninggalkan Seohyun yang masih berkutat dengan dessert untuk membuka pintunya.
Seohyun mendengar sapaan ramah Jungshin dan beberapa pekikan bersahutan dari beberapa orang temannya. mendengar bahasa yang mereka pakai sepertinya malam ini tidak semua teman Jungshin adalah mahasiswa Korea. 
Seohyun lalu mulai mengatur dessert yang dia buat di atas piring saji, lalu mulai membersihkan dapur, mencuci beberapa peralatan masak, setelah semuanya rapi Seohyun melepaskan celemeknya tepat saat Jungshin memasuki dapur.
" Wow, dapurnya sudah bersih dan lihat dessertnya juga sudah ready, wah Seohyun dua jempolku saja rasanya kurang ", puji Jungshin
" Pastikan saja bahwa bukan saya yang harus mencuci piring setelah selesai makan ", canda Seohyun dan Jungshin lalu menggerakkan satu tangannya dengan gerakan hormat sambil ber teriak "Siap". Seohyun meringis melihatnya.
" Aku butuh membersihkan diri di kamar mandi ", Seohyun melipat celemeknya sambil menatap Jungshin.
" Kamar mandi tepat berada di ujung koridor kamar tidur, biar aku tunjukkan ", Jungshin lalu berjalan mendahului Seohyun, untunglah koridor kamar tidak melalui ruang tamu di mana beberapa orang teman Jungshin sedang bercengkrama. Rasanya aneh bila Seohyun harus bertemu dengan mereka saat dia merasa saat ini penampilannya sangat tidak layak.
Kamar mandi Jungshin tidak jauh beda mewahnya dengan ruangan-ruangan lainnya. Tidaklah heran karena ini adalah apartemen mewah. Kamar mandi yang sangat lengkap, bathtub yang besar, berada di salah satu sudut dengan beberapa lilin aromatheraphy yang tertata rapi, cermin yang cukup besar membuat kamar mandi tersebut terlihat sangat luas, dan jendela besar dengan pemandangan kota Praha tepat di samping bathtub tersebut. akan sangat menyenangkan berendam di sana saat malam hari ketika semua badan terasa penat, pikir Seohyun.
Mengeluarkan beberapa peralatan make up dari tas kecilnya, Seohyun lalu mulai membersihkan wajahnya dengan air hangat berlanjut dengan make up ringan dan terakhir Seohyun menggeraikan rambut hitamnya dan menyisirnya. Setelah merasa dandanannya cukup rapi begitupun dengan pakaiannya, Seohyun membereskan peralatannya dan memasukkan ke dalam tas. Sekali lagi melihat penampilan dirinya dan setelah yakin dia berjalan keluar. 
Seohyun sedikit mengintip ke arah ruang tamu, sepertinya sudah ada setidaknya 6 orang di sana dua diantaranya cewek berambut kecoklatan dengan wajah yang cantik. Well bukan pemandangan yang anehkan ? Dari tempatnya berdiri Seohyun dapat melihat setiap wajah teman-teman Jungshin kecuali seseorang yang membelakanginya. 
Jungshin yang melihat Seohyun lalu meninggalkan teman-temannya dan berjalan ke arah Seohyun dan mengajaknya untuk menemui teman-temannya. Walaupun rasanya aneh, Seohyun berjalan mengikuti Jungshin.
" Guys, kenalkan sang juru masak cantik kita malam ini. Tanpa dia kita hanya akan menyantap pizza malam ini dan tentu saja makanan china ", sahut Jungshin. 
Beberapa orang teman Jungshin yang kebetulan menghadap ke arah mereka langsung melambaikan tangannya sambil menyapa Seohyun dengan senyuman hangat dan Seohyun membalas senyuman mereka semua. 
" Dan oh ya Seohyun , aku perkenalkan dengan tamu istimewaku malam ini, Hyung perkenalkan temanku yang dulu pernah aku ceritakan padamu ", sahut Jungshin pada sosok yang sedang membelakangi mereka.
" Seohyun, perkenalkan Yonghwa hyung ", kata Jungshin tepat saat sosok itu berbalik dan menatap Seohyun. Dan dunia terasa bagaikan terjadi gempa dengan skala terbesar yang pernah terjadi dan entah mengapa saat itu Seohyun berharap apartemen ini menelannya dan menghilangkannya dari tempat ini.
Di depannya berdiri sosok yang sangat akrab dengannya - setidaknya dulu - tersenyum dan menatapnya dengan pandangan ingin tahu. Setelah setahun tak bertemu, Seohyun merasa dunianya porak poranda. Alangkah jauhnya takdir mempertemukan mereka kembali di negara yang jauh dari Seoul-Korea. 
" Hyung, kenalkan koki tercantik kita malam ini ", kata Jungshin tanpa memperhatikan perubahan pada wajah Seohyun. Tak ada keterkejutan di wajah itu, hanya senyuman yang dulu sangat Seohyun sukai. Tangannya terjulur ke arah Seohyun tapi Seohyun hanya terdiam dan menatap Yonghwa tak berkedip.
Jungshin lalu menyenggol lengannya, membuat Seohyun terperanjat dan tersadar. lalu dengan perasaan yang berkecamuk tak karuan Seohyun menyambut uluran tangan Yonghwa.
" Yonghwa, Jung Yonghwa, senang berkenalan denganmu ", kata Yonghwa sambil mengamati wajah Seohyun. Wajah yang terperanjat, kaget kalau boleh Yonghwa menyimpulkan.
" Seohyun ", lama akhirnya Seohyun berhasil mengeluarkan suaranya dari tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering.
Seohyun, kembali nama itu membuat Yonghwa merasa gamang. Sejak Jungshin menyebut nama itu beberapa hari yang lalu, di kepala Yonghwa selalu bergema nama itu siang dan malam. Dan sekarang sosok cantik di depannya ini dengan suara seraknya mengucapkan nama yang sama.
" Apakah kita pernah bertemu ? ", tiba-tiba kalimat yang Yonghwa tak pernah pikirkan tiba-tiba terlontar dari bibirnya, wajah cantik di depannya terperanjat. Tapi dia hanya diam tak menjawab.
" Ehh hyung, rayuan seperti itu sudah sangat kuno, berhentilah membuatnya pucat pasi seperti itu ", kata Jungshin saat akhirnya melihat perubahan pada wajah Seohyun. 
" Permisi........ ", tanpa menunggu reaksi Jungshin dan Yonghwa , Seohyun berbalik dan berjalan menuju kearah kamar mandi Jungshin, masuk dan lalu mengunci pintu dan menyandarkan tubuhnya ke pintu.
Beribu-ribu mil dia berlari meninggalkan kenangan bersama Yonghwa, berharap dia bisa melupakan semuanya. mengapa dia harus kembali bertemu dengan Yonghwa di sini. Semua kenangan tiba-tiba berputar di kepala Seohyun, semua kenangan akan hari-hari penuh cinta hingga ke hari dimana untuk terakhir kalinya dia menatap wajah itu yang terlihat sangat terluka dan marah. 
Seohyun berjalan menuju meja counter dan menatap wajah pucatnya di cermin. Ya Tuhan, Seohyun tak pernah menyiapkan hari dimana dia akan bertemu lagi dengan Yonghwa. dada Seohyun berdesir pelan. Rasa itu ternyata masih ada di sana, berdetak keras sehingga Seohyun merasa jantungnya akan lompat keluar dari tubuhnya.
Setelah begitu banyak malam dia lewati dengan menangis sambil memandangi cincin yang dia temukan, Seohyun akhirnya bisa melalui hari-harinya dengan lebih tenang. Bertemu orang-orang baru di negara yang asing membuatnya sedikit banyak melupakan Yonghwa. Tapi hari ini semuanya musnah tak berbekas.
Sebuah ketuka pelan di pintu menyadarkan Seohyun. Suara Jungshin yang terdengar cemas menanyakan apakah dia baik-baik saja. Seohyun jadi merasa tidak enak hati. Setelah kembali merapikan dirinya dan berusaha meyakinkan bahwa dia bisa melalaui malam ini, Seohyun menarik napas panjang dan membuka pintu dan mendapati Jungshin menatapnya dengan cemas. Sedikit kikuk Seohyun tersenyum.
" Aku baik-baik saja, hanya sedikit sakit perut ", ucap Seohyun.
" Apakah kau memerlukan obat ? ", Seohyun menggelengkan kepalanya.
" Aku tidak apa-apa kok, maaf membuatmu cemas. Sebaiknya kita segera menyuruh teman-temanmu untuk makan sebelum makanan yang kita sudah siapkan menjadi tidak hangat lagi ", kata Seohyun sambil mendorong tubuh tinggi Jungshin melangkah ke arah ruang tamu. 
Dan malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Seohyun yang berusaha untuk terlihat biasa saja. Yonghwa sesekali menanyakan hal-hal kecil kepada Seohyun seperti dimana dia tinggal, orang tuanya dan sesekali memuji masakannya. Pertanyaan-pertanyaan yang membuat Seohyun heran, apakah Yonghwa sudah melupakan dirinya ? apakah dia begitu terluka hingga berusaha nampak baru saja mengenal Seohyun ? pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk di benak Seohyun.
Seohyun mengasingkan dirinya ke dapur, setelah acara makan malam, kini Jungsin dan teman-temannya asyik membahas hobi photo mereka sambil minum dan menyantap cemilan kecil. Seohyun mulai memakai celemek dan sarung tangan untuk membersihkan piring-piring yang mereka gunakan saat makan malam. mencoba menyibukkan dirinya hingga dia tidak harus bergabung dengan mereka, Yonghwa terkhususnya. Dia tidak akan pernah sanggup berlama-lama dalam satu ruangan lagi dengan laki-laki yang ternyata masih menyisakan cinta di hatinya.
Terlalu asyik dengan pikirannya Seohyun tidak menyadari sosok yang ada di pikirannya berjalan memasuki dapur dan mendekatinya.
" Boleh aku bantu ? ", tanya Yonghwa membuat Seohyun terkejut dan hampir saja menjatuhkan piring yang di pegangnya tapi dengan sigap Yonghwa segera menangkapnya.
" Maaf ", kata Seohyun sambil mengambil piring yang ada di tangan Yonghwa.
" Saya yang minta maaf, membuatmu terkejut ", kata Yonghwa sambil tersenyum. Berhentilah tersenyum dan keluarlah, jerit Seohyun dalam hati.
"Aa, Ada yang kau perlukan ? ", tanya Seohyun sambil mencoba menghentikan debaran jantungnya.
" Tidak, hanya ingin lebih mengenal sosok yang menyiapkan makanan terlezat yang pernah aku makan ", ucap Yonghwa santai lalu berbalik dan menyandarkan tubuhnya ke counter dan melipat tangannya. Seohyun hanya diam, hanya berdoa semoga sosok sirna dan dia terbangun dari mimpi buruk, mimpi terburuk !.
" Tapi, Seohyun, apakah kita pernah bertemu sebelumnya ? ", pertanyaan itu kembali terlontar dari mulut Yonghwa dan entah mengapa pertanyaan itu membuat Seohyun marah. Cukup ! berada di ruangan ini saja sudah membuat Seohyun ingin menghilang dan pertanyaan itu benar-benar membuat Seohyun kesal. Apakah dia begitu membencinya hingga harus menghukumnya dengan cara seperti ini, berpura-pura tidak mengenalnya.
" Bagaimana menurutmu ? ", kali ini Seohyun menjawab dengan nada suara yang terdengar aneh di telinganya sendiri, bagai sebuah belati yang menyayat. Yonghwa terkejut dan mengernyitkan keningnya.
" Entahlah, tapi mendengar namamu saja membuat kepalaku sangat sakit ", jujur Yonghwa tapi kejujuran itu justru membuat Seohyun meradang. 
Seohtyun menghentikan kegiatannya dan melepaskan sarung tangannya lalu berkacak pinggang di depan Yonghwa.
" Berhentilah berpura-pura ! ", nada marah tak dapat lagi Seohyun sembunyikan dari suaranya. " Berhentilah bertingkah seperti kita baru saja bertemu dan saling tidak mengenal. Oh I wish I never know you at all !! ".
Yonghwa terperanjat, dia tidak pernah akan mendapat reaksi seperti ini dari seseorang yang baru di kenalnya. Sedikit terkejut dan membuatnya bertanya-tanya.
" Maaf, apakah aku menyinggung perasaanmu ? ".
Seohyun mencoba menarik napas panjang dan menenangkan dirinya. Kalau Yonghwa berharap sikapnya itu adalah bentuk balas dendamnya kepada Seohyun maka dia berhasil. Seohyun membuka celemeknya dalam diam menghindari pandangan Yonghwa. melipatnya dan menyimpannya di atas counter, mematikan keran air yang masih mengalir lalu meraih tasnya dan melangkah meninggalkan Yonghwa tanpa sepatah kata.
" Jungshin, aku minta maaf karena harus pulang lebih awal, ada keperluan tiba-tiba yang harus aku lakukan ", pamit Seohyun dan tanpa menunggu jawaban Jungshin, Seohyun berjalan ke arah pintu meraih jaketnya dan berjalan keluar.
Yonghwa berjalan dari arah dapur dan memandang Seohyun yang meninggalkan ruangan dengan pandangan heran dan penuh tanda tanya. tatapannya bertemu dengan tatapan Jungshin yang heran, dan Yonghwa hanya mengangkat kedua bahunya tak tahu apa yang terjadi.
Jungshin lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya mencoba memanggil Seohyun tapi dia tidak mendapati sosok itu di sepanjang koridor apartemen. Lalu dia melangkah masuk dan mendekati Yonghwa. 
" Hyung, apa yang terjadi ? ", tanya Junghsin masih bingung.
" Aku sendiri tidak tahu, aku hanya bertanya apakah aku bisa membantunya dan bertanya apakah kami pernah bertemu, dan dia bersikap seperti itu ", jawab Yonghwa.
" Hyung, mengapa kau terus menanyakan hal itu padanya ? ", tanya Jungshin.
" Entahlah, tapi aku merasa tak asing dengan namanya dan ada perasaan aneh saat aku menatapnya ".
" Please hyung, jangan bilang dia bagian yang hilang dari memorimu ". 
Yonghwa terdiam. Saat ini dia benar-benar berharap kenangan yang hilang dari kepalanya bisa kembali dan dia tidak harus kebingungan dan heran dengan perasaannya sendiri saat mendengar nama Seohyun bahkan saat akhirnya dia bertemu sosok pemilik nama tersebut. 
Jungshin menarik napas panjang. Ada rasa tak enak hati melihat Seohyun pamit dan buru-buru pulang, padahal ini sudah malam, seharusnya dia mengantar gadis itu pulang, apalagi di luar masih gerimis setelah sempat reda. Jungshin menatap wajah Yonghwa yang bingung, mencoba menganalisa situasi yang terjadi. Hari itu mendengar nama Seohyun, Yonghwa bagai terkena pukulan godam di kepalanya dan meminta pulang. Tadi saat Jungshin memperkenalkan Yonghwa kepada Seohyun gadis itu menjadi pucat dan berlari ke kamar mandi. Apapun itu, sepertinya ada tali yang terputus diantara keduanya, mungkinkah Seohyun adalah kenangan Yonghwa yang hilang ??

* * * * * * 





Previous
Next Post »

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥