Spring is coming. Musim dimana bunga-bunga bermekaran dan pohon-pohon cherry blossom yang berwarna pink begitu menyejukkan mata. Seohyun sangat menyukai musim ini, dari 4 musim, di musim semi dia selalu merasa mnjelma menjadi seorang bidadari yang kemanapun berjalan selalu diiringi dengan kelopak bunga cherry blossom yang beterbangan dan saat itu dia akan bertemu dengan pangeran pujaannya yang berjalan tersenyum ke arahnya sambil membawa bunga di tangannya. Khayalan masa kecil yang masih di sukainya.
Hari ini Seohyun merasa sangat senang, ujian praktek pembuatan cake untuk musim seminya mendapat pujian dari guru bimbingannya. Dan dia di beri kesempatan untuk menampilkan kreasi cakenya tersebut pada bazaar musim semi yang diadakan di kampusnya setiap musim semi. Seohyun sangat bahagia semua orang akan berkesempatan mencicipi resep barunya tersebut.
Sejak dulu Seohyun bercita-cita menjadi seorang koki handal di bidang cake dan pudding. Seohyun selalu berpikiran cake yang lembut dan enak serta puding yang lezat akan selalu menghadirkan perasaan bahagia. Seohyun ingin mempunyai toko kue sendiri dimana dia akan bisa memajangkan semua kreasi cake maupun pudding hasil racikannya kepada semua orang.
I am half way to my dream, kata Seohyun dalam hati sambil melangkah menikmati cerahnya hari ini. Udara terasa begitu sejuk, harus bunga semerbak terbawa angin menghadirkan perasaan damai dan tenang. Ini adalah tahun terakhirnya di Le Cordon Bleu, dan dia akan mendapatkan diplomanya. Berharap dari uang tabungan dari kerja part timenya Seohyun bisa membuka toko kecil untuknya memulai impiannya. Seohyun sudah mencari beberapa tempat dan dia jatuh hati pada sebuah toko kecil tepat diujung jalan dengan etalase toko yang cantik, dan pemiliknya akan menyewakannya karena dia akan pergi meghabiskan masa tuanya dengan berlibur. Beribu rencana telah Seohyun rancang di benaknya. Dan dia tidak sabar untuk itu semua.
Seohyun menarik napas panjang merasakan aroma manisnya cherry blossom di sepanjang jalan di taman Hangang. Ini adalah pertengah april dan bunga cherry sedang mekar-mekarnya. Suasana tamanpun terlihat ramai dikunjungi orang, ada yang berpasangan, ada yang datang dengan anak dan istrinya, bahkan ada beberapa turis mancanegara. Seohyun tersenyum menikmati suasana tersebut. Spring is always bring happiness.
Sedang asyik-asyiknya menikmati suasana taman yang asri dan bunga cherry yang indah, Seohyun tiba-tiba dikagetkan oleh seseorang yang menabraknya dari belakang. Karena kaget buku-buku kuliah yang dipegangnya terjatuh dan berserakan. Seohyun menjerit kaget karena hampir terjatuh tapi seseorang yang tadi menabraknya segera memegang lengannya menghalanginya untuk terjatuh.
" Maaf, aku benar-benar minta maaf ", kata si penabrak sambil melepaskan Seohyun dan mulai memungut buku-buku Seohyun yang berserakan sementara Seohyun masih blank. Orang tersebut lalu menyodorkan buku-buku tersebut kepada Seohyun tapi Seohyun hanya bisa menatapnya terpaku. Mata cowok di depannya itu sangat bening dan besar, senyum yang tersungging di bibirnya juga sangat manis, ahh apakah dia pangeran musim seminya ?? Seohyun menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba kembali ke alam nyata. Sambil sedikit kaku Seohyun tersenyum sambil meraih buku-buku tersebut.
" Maafkan aku, aku begitu fokus untuk mengambil gambar bunga cherry yang sedang mekar sampai tak sadar menabrakmu ", dia mencoba menjelaskan, Seohyun menganggukkan kepalanya lalu kemudian menggelengkan kepalanya membuat cowok tersebut menatapnya heran lalu kemudian dia menganggukkan kepalanya lalu menggelengkan kepalanya dengan pandangan yang bertanya.
" Ohh maksudku gwenchanayo ", kata Seohyun sambil berusaha terlihat normal walaupun saat ini dia merasa dadanya sedang berdebar kencang.
" Ahh baiklah ", katanya. " Yonghwa, Jung Yonghwa ", katanya lagi sambil mengulurkan tangannya membuat Seohyun sedikit bingung.
" Ehh, Seohyun ", kata Seohyun sambil menerima uluran tangannya. Jadi pangeran ini bernama Jung Yong Hwa, Dragon Yong , bisik hati Seohyun membuatnya tersenyum sendiri.
" Ada yang lucu ? ", tanya Yonghwa, Seohyun menggelengkan kepalanya.
" By the way, senang berkenalan denganmu Seohyun ", ucapnya sambil tersenyum, Seohyun menganggukkan kepalanya dan kedua tangannya mendekap erat buku-bukunya di dadanya. Sedikit akward, canggung.
" Kelihatannya kau sangat suka membuat kue ", kata Yonghwa mencoba memecahkan kecanggungan di antara mereka.
" Tahu dari mana aku suka membuat kue ? ", Seohyun bertanya dengan heran. Yonghwa tersenyum geli sambil menunjuk buku yang ada dalam dekapan Seohyun. Seohyun menyadari kebodohannya dan tertawa kecil sambil mengibaskan tangannya ke kepalanya.
" Pabo ", kata Seohyun. " Aku sekolah di salah satu kampus culinery di sini ".
" Wah enak dong ya bisa makan kue enak setiap hari. I love cake specially chocolate cake ", kata Yonghwa sambil menampilkan ekspresi lucu. " Apakah kau butuh tester man ? ". Seohyun tertawa mendengarnya.
" Actually, para koki hebat yang menjadi tester man kami ", jawab Seohyun dan Yonghwa terlihat begitu kecewa.
" Ahh itu tidak adil, seharusnya yang menjadi tester man itu ya seperti aku ini, pasti akan jujur dalam menilai ".
" Mungkin nanti, kapan-kapan ", kata Seohyun.
" Baiklah, anggap saja aku belum beruntung kali ini mendapat kue enak gratisan ", dan mereka berduapun tertawa.
Seohyun merasa aneh, mereka belum juga 10 menit berkenalan tapi terasa sudah mengenalnya bertahun-tahun. Pria didepannya ini sangat menarik, selain tentu saja phisiknya yang OK, juga cara dia membuat Seohyun tertawa benar-benar menarik hati Seohyun.
" Aku sangat suka cherry blossom, setiap tahun aku berusaha memindahkan keindahannya ke dalam selembar photo. Spring always be my favorite season from all season ", kata Yonghwa sambil menatap ke arah pohon Cherry yang sedang berbunga lebat. Lalu meraih kamera yang tergantung di lehernya dan mulai mengambil beberapa gambar.
" Sudah berapa lama kau melakukan kegiatan ini ? ", tanya Seohyun.
" Sejak SMA aku sudah banyak mengambil photo Cherry Blossom dari berbagai tempat. Aku berburu sampai ke Jeju Island, Busan dan beberapa tempat lainnya. Aku selalu merasa tersihir dengan keindahannya ", jawab Yonghwa
Seohyun tersenyum dan kembali mengamati Yonghwa yang sedang mengambil beberapa gambar dengan cameranya yang terlihat sangat canggih dan mahal. kelihatannya pria didepannya ini bukan pria biasa, hobinya saja membutuhkan biaya yang mahal. Bayangkan traveling ke semua tempat hanya untuk mengabadikan Cherry Blossom di musim semi.
" Maukah kau berdiri di dekat pohon itu, aku akan mengambil beberapa foto dirimu dengan latar belakang cherry blossom ".
" Aku ?? Ahh tidak usah ", tolak Seohyun sambil mengoyang-goyangkan tangannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Ayolah, kau dan cherry blossom itu nampak sangat menyatu, aku ingin mengabadikannya ", bujuk Yonghwa, Seohyun bimbang. Mereka adalah stranger to each other, rasanya aneh bila kemudian nanti Yonghwa memiliki foto dirinya, membayangkannya saja membuat Seohyun tergidik.
" Aku tidak akan menggunakannya untuk mengguna-gunai dirimu, tenang saja ", ucap Yonghwa sedikit menggoda membuat Seohyun meringis. Apa sih, bisik Seohyun dalam hati, ada-ada saja.
Dan semuanya kemudian mengalir begitu saja, keakraban yang terjalin hanya dalam sekejap. Yonghwa kemudian mengambil beberapa gambar Seohyun dengan latar belakang bunga cherry blossom, bahkan mereka selfie bareng sambil tersenyum. Kemudian mereka berdua berkeliling sambil menikmati cerahnya hari dan harumnya bunga-bunga cherry yang bermekaran. Hingga Seohyun tersadar kalau dia harus segera pergi, karena sebentar lagi dia harus bekerja.
" Maaf, aku harus segera pergi, atau aku akan terlambat masuk kerja ", kata Seohyun sambil menghentikan langkahnya dan sedikit membungkukkan badannya lalu berlari meninggalkan Yonghwa dengan tergesa-gesa membuat Yonghwa tidak sempat untuk menahannya dan hanya bisa melambaikan tangannya sambil memandang sosok Seohyun yang menghilang di antara orang-orang yang sedang menikmati keindahan bunga cherry. Ah, aku lupa menanyakan berapa nomor teleponnya, bagaimana aku akan memberikan salinan foto-foto yang tadi mereka ambil, rutuk Yonghwa dalam hati sambil menepuk kepalanya. Semoga mereka akan bertemu kembali.
* * * * * * *
Seminggu sudah sejak pertemuan mereka, Seohyun kembali sibuk dengan hari-harinya kuliah dan bekerja, mengumpulkan setiap uang yang di dapatkannya demi impian yang ingin dia wujudkan. Untuk sementara Seohyun melupakan sosok pangeran naganya, Yonghwa. Hingga tiba-tiba hari ini seorang masuk ke dalam toko kue tempatnya bekerja dan sosok tersebut sekali lagi membuatnya terkejut.
" Ternyata disinilah kau bekerja, aku sudah mencarimu di semua toko kue yang ada di Seoul, aku yakin kau pasti bekerja di salah satu toko kue karena kau sangat menyukai membuat kue " ujar Yonghwa saat melihat sosok Seohyun yang sedang berdiri di depan counter sambil berucap selamat datang. Seohyun meringis dan sedikit merasa tidak enak hati karena beberapa rekan kerjanya meenatap mereka berdua bergantian.
" Selamat sore, ada yang bisa kami bantu ", kata Seohyun sambil tersenyum ke arah Yonghwa.
" Ohh maaf, aku mau memesan kue cake yang paling enak, apa saja yang anda punya ? ", tanya Yonghwa merasa tak enak hati merasa semua yang di situ sedang menatap mereka. Seohyun kembali tersenyum dan dengan ramah merekomendasikan beberapa kue terenak yang mereka miliki. Yonghwa lalu memilih sebuah cake coklat yangterlihat sangat enak dan meminta untuk di bungkuskan dan kemudian kembali memesan sepotong cheese cake dan ice americano untuk dia nikmati di toko tersebut.
Seohyun lalu menyebutkan pesanannya dan menyebutkan harganya, setelah membayarnya Yonghwa kemudian menunggu pesanannya dengan memilih meja yang berada di pojokan dengan pemandangan ke arah jalan raya. Sebentar saja dia sudah menikmati cheese cake tersebut dengan nikmatnya.
Seohyun berusaha untuk tidak mengingat kalau Yonghwa ada di toko ini, berusaha untuk tetap bersikap normal dalam melayani semua pelanggan. Hari ini tak ada kuliah dan Seohyun memutuskan mengambil shift full time hingga malam. Hingga pukul 7 malam, Yonghwa masih betah duduk di sana, sambil sesekali menatapnya dan tertangkap oleh Seohyun, dan Yonghwa akan menampilkan ekspresi lucu yang membuat Seohyun tersenyum kecil. Apakah dia akan terus di sana hingga toko tutup ? Seohyun bertanya-tanya dalam hatinya. mengingat reaksi Yonghwa tadi sepertinya dia sedang tidak ada janji dengan seseorang. Apakah dia menunggunya ? Seohyun sedikit bergetar. Ada apakah gerangan si pangeran naga menunggunya ?
Lima belas menit sebelum toko tutup akhirnya Seohyun melihat Yonghwa beranjak dari kursinya dan meraih bungkusan kue yang tadi dibelinya lalu berjalan keluar toko setelah sebelumnya melemparkan senyum kepada Seohyun. Seohyun menganggukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih atas kedatangannya dan memintanya untuk kembali ke toko mereka.
Akhirnya, setelah seharian letih berdiri melayani pelanggan yang datang, Seohyun bisa bernapas lega. Setelah membersihkan counter dan menyerahkan segala seuatunya kepada manager toko, Seohyun kemudian melangkah ke arah ruang ganti karyawan. Seohyun menjatuhkan tubuh lelahnya ke kursi yang terletak di dalam kamar, meluruskan punggung dan melemaskan otot kakinya. Setelah beberapa saat Seohyun lalu mengganti bajunya dan meraih tas serta buku kuliah yang selalu dia bawa untuk belajar. Waktunya pulang. Seohyun memberi ucapan selamat malam pada beberapa rekan kerja dan manager yang masih sibuk menghitung pemasukan mereka hari ini. jam di dinding menunjukkan pukul 9 lewat 25 menit.
Seohyun membuka pintu toko dan menarik napas menghirup udara malam yang hangat saat matanya tertuju ke sosok yang sedang bersandar di tiang lampu jalan sambil tersenyum kearahnya. Yonghwa ? bisiknya dalam hati. Apakah dia benar-benar menunggunya ?
" Akhirnya. Aku sudah capek menunggumu selesai kerja ", kata Yonghwa sambil berjalan ke arah Seohyun. " Pantatku saja masih terasa perih karena duduk ".
" Kau menungguku ? weiyo ? ", tanya Seohyun sambil menunjuk dirinya sendiri.
" Tentu saja !! Seperti yang aku bilang tadi aku sudah mencarimu ke semua toko kue di kota ini ", jawab Yonghwa
" Mencariku ? Tapi untuk apa ? ", tanya Seohyun lagi bingung. Yonghwa lalu menyerahkan bungkusan kue yang tadi dipegangkan kepada Seohyun, lalu mengeluarkan sesuatu dari tas rangselnya, sebuah amplop Yonghwa acungkan sambi berkata " Untuk ini ".
Yonghwa lalu mengeluarkan isi amplop tersebut dan menunjukkan foto-foto mereka saat pertama bertemu. " Aku mencarimu untuk menyerahkan foto-foto ini, waktu itu kau tergesa-gesa hingga aku tidak sempat menanyakan bagaimana aku bisa menghubungimu, akhirnya aku keluar masuk semua toko kue untuk mencarimu, dan hari ini aku beruntung ", kata Yonghwa enteng tapi membuat Seohyun merasa terharu.
Yonghwa menghabiskan waktu berharganya untuk mencari dirinya hanya untuk sekedar memberikan hasil jepretan cameranya kepada dirinya padahal dia bisa saja cuek dan tidak memperdulikan hal tersebut, dia bahkan bisa saja tidak mencetaknya.
" Ya Tuhan, aku minta maaf sudah merepotkan dirimu, sungguh kau membuatku terharu ", kata Seohyun sambil memberikan senyuman termanis yang dia miliki. Yonghwa hanya tertawa kecil lalu menyerahkan amplop tersebut kepada Seohyun. Seohyun lalu mengembalikan bungkusan kue Yonghwa tapi Yonghwa menolaknya.
" Aku membelinya untukmu, tidak sebenarnya aku membelinya untuk kita berdua. Bisakah aku menikmati kue tersebut denganmu ? ", tanya Yonghwa.
" Tentu saja aku bersedia, aku tak sejahat itu untuk menolaknya ", kata Seohyun tertawa. " Bagaimana kalau kita ke apartemenku saja, dekat kok dari sini, supaya lain kali kau bisa datang dan mencariku di sana, dan tidak lagi harus mencari di semua universitas di Seoul ", ajak Seohyun dengan sedikit bercanda membuat Yonghwa tertawa keras dan menjadi pusat perhatian beberapa orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.
Dan Seohyun melangkah mendahului Yonghwa yang mengikutinya dan kemudian menjajari langkahnya. Walaupun hari ini terasa sangat melelahkan, tapi Seohyun merasa semua rasa letihnya hilang sirna dengan Yonghwa di sampingnya. Kalau ini adalah sebuah mimpi maka jangan bangunkan dirinya hingga mimpinya berakhir.
* * * * * * *
Musim semi tahun ini terasa begitu beda dengan tahun-tahun sebelumnya. lebih terasa indah bahkan lebih indah dari bunga cherry yang mulai berguguran. Seohyun merasa sangat bahagia. Kehadiran Yonghwa membuat hari-harinya terasa lebih berwarna. Kadang saat Seohyun pulang kuliah Yonghwa menjemputnya dan menemani Yonghwa berburu objek untuk cameranya. membuatkan kue dan membiarkan Yonghwa mencicipinya untuk pertama kalinya, dan Yonghwa akan dengan jujurnya mengatakan bahwa kue buatannya sangat lezat terutama cake gogumanya. Actually Spring more colorful with Yonghwa.
Hari ini akhirnya satu impian Seohyun menjadi nyata. tabungannya akhirnya cukup untuk menyewa toko kecil di ujung jalan. Toko kue yang menjadi impiannya. Tabungannya bahkan masih tersisa untuk membeli beberapa peralatan membuat kue dan juga counter untuk kuenya. Lagi pula toko itu adalah bekas toko kue dan walaupun sudah tua tapi masih sangat terawat dengan rapi. Seohyun sangat senang melihatnya. Hari ini dia akhirnya menandatangani surat kontrak toko tersebut, dan sang pemilik yang juga mempunya impian yang sama dengan dirinya ketika muda memberikan setengah harga sewa untuk Seohyun dan Seohyun merasa sangat berterima kasih. Dan sekarang kunci toko tersebut sudah ada di tangannya. Seohyun tersenyum dengan bangga pada dirinya sendiri. My dream getting closer now, ucap Seohyun dalam hati.
Seohyun membuat janji dengan Yonghwa dan memberikan alamat toko tersebut dan mereka akan bertemu disana. Sambil bersenandung kecil Seohyun melangkah dengan sangat gembira menuju toko kue tersebut saat dilihatnya Yonghwa sudah berdiri disana sambil membawa sekotak kue dan Sebuah buket bungan ditangannya, pakaian sporty yang dikenakannya membuat nampak makin semakin tampan.
" Hai, sudah lama ? ", tanya Seohyun
" Tidak juga ", jawab Yonghwa.
Seohyun lalu membuka pintu toko tersebut masuk dan menyalakan lampunya. Bau ruangan yang harum menyapanya. Counter kue dan meja kursi semua terbuat dari kayu, dindingnya juga dilapisi dengan wallpaper bercorak kayu. Benar-benar seperti yang Seohyun impikan. Dan semua ini membuat Seohyun meneteskan air mata bahagia.
" Ya Tuhan, terima kasi ", ucap Seohyun sambil menghapus air matanya dan mulai meraba meja dan counter yang sangat terasa halus.
Yonghwa hanya mengamatinya dengan tatapan yang penuh makna, menyaksikan semua keharuan yang hadir di wajah Seohyun, kebahagian yang terpancar di matanya. Sungguh melihat impian Seohyun perlahan menjadi nyata membuat Yonghwa merasa sangat senang menjadi orang yang menemaninya pertama kali ke toko ini.
" Semuanya sempurna, bahkan dapur dan peralatan membuat kuenya pun semuanya lengkap. Apakah aku seberuntung ini ? Bisakah kau mencubit lenganku ? ", pinta Seohyun dan Yonghwa dengan lembut mencubit lengan yang di sodorkan Seohyun kepadanya.
" Pabo, kau tidak sedang bermimpi, semua ini adalah nyata ", kata Yonghwa sambil menepuk pelan poni Seohyun yang selalu membuatnya gemes.
" Ahh, its not dream. Ayo kita naik kelantai atas. kata si pemilik toko aku bisa tinggal di lantai atas, disana ada kamar, dapur kecil dan kamar mandi ", kata Seohyun sambil menarik tangan Yonghwa dan mulai menaiki tangga naik kelantai atas.
Di lantai atas kembali Yonghwa melihat keharuan, kebahagian kembali terpancar di wajah Seohyun dan kembali Yonghwa merasa da getar aneh di dalam dadanya. Sungguh Seohyun telah membuatnya melihat banyak hal kecil yang bisa di syukuri hingga hal terbesar yang harus di hargai. Yonghwa banyak belajar setelah mengenal Seohyun selama 2 bulan terakhir ini.
Yonghwa hidup di lingkungan yang berbeda dengan Seohyun. Kedua orang tuanya adalah pengusaha kaya dengan beberapa perusahaan baik di Seoul maupun di beberapa kota di kota besar di Korea Selatan. Sebagai anak tunggal, dia tahu dia akan mewarisi semua perusahaan dan semua kekayaan yang kedua orang tuanya miliki. Dengan semua kemudiahan yang dimilikinya Yonghwa terkadang lupa dengan impiannya sendiri, dan Seohyun mengembalikan impian itu kepadanya. Sejak dulu Yonghwa ingin menjadi seorang photografer terkenal dan memiliki galery serta menghasilkan karya yang akan di kenal di seluruh dunia. Dia ingin memamerkan hasil jepretannya ke semua orang. Tapi Yonghwa tahu dia punya tanggung jawab besar atas semua karyawan yang dimiliki perusahaan orang tuanya, dan dia tidak boleh egois.
" Yonghwa !! Yonghwa !! ", terdengar Seohyun memanggilnya dan Yonghwa tersadar dari lamunannya.
" Iya, ada apa ? ", tanya Yonghwa sambil memandang Seohyun.
" Apa yang sdang kau pikirkan, dari tadi aku berbicara padamu tapi sepertinya kau tidak mendengarkannya ? ". tanya Seohyun sambil menatap Yonghwa.
" Tidak apa-apa kok aku hanya terharu melihat kau berhasil meraih setengah mimpimu, sementara aku harus mengesampingkan semua mimpi yang aku miliki karena tanggung jawab yang ada di pundakku ", jawab Yonghwa, sambil meletakkan bungkusan kue dan buket bunga diatas meja kecil yang ada di ruangan tersebut lalu duduk bersila di lantai.
Seohyun mengikuti Yonghwa duduk di lantai, Di tatapnya wajah Yonghwa yang terlihat muram. Dia pasti punya sesuatu yang membuatnya resah, wajahnya tak bisa menutupi hal tersebut. Seohyun perlahan menyentuh tangan Yonghwa.
" Bukankah sebaiknya menceritakan masalahmu, aku akan dengan senang hati mendengarkannya ", kata Seohyun pelan. Yonghwa berpaling memandangnya.
" Tidak, hari ini kita lebih baik merayakan keberhasilanmu membeli toko ini ", elak Yonghwa sambil meraih kotak kue yang di bawanya dan membukanya. Tapi Seohyun menggeleng.
" Aku akan lebih bahagia hari ini jika kau mau berbagi apa yang meresahkan hatimu padaku. Rasanya selama ini aku egois, selalu membebanimu dengan mendengarkan semua cerita dan keluh kesahku. Aku juga ingin menjadi tempatmu berbagi, bukankah kita berteman ? ".
" Seohyun, aku berterima kasih kau mau berbagi semua cerita denganku dan aku merasa senang. Aku senang saat matamu berpijar cerah saat kau berbagi impian masa depanmu padaku. Aku senang.... "
" Jadi biarkan aku merasakan hal sama denganmu ".
Yonghwa terdiam. Selama ini dia tidak terbiasa berbagi perasaan dan cerita kepada seseorang. menjadi anak tunggal pengusaha kaya membuatnya mandiri dan hidup dengan tidak mempercayai arti persahabatan karena takut mereka hanya melihatnya sebagai anak orang kaya, Yonghwa selalu takut mereka punya niat khusus berteman dengan mereka. Dari kecil hingga dewasa dia terbiasa menutupi semua keresahannya sendiri dan lebih banyak berbagi dengan hasil-hasil jepretan kameranya. Tapi entah mengapa saat bertemu dengan Seohyun dia merasakan hal yang berbeda. Dia yang biasanya tak percaya malah mempercayai Seohyun. Dan Yonghwa tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi.
Seohyun menatap Yonghwa dengan pandangan yang membuat Yonghwa melelh, mata indah itu bagaikan mata seoranga anak kecil yang polos. Yonghwa tersenyum sambil berucap, " Aigoo... "
" Seohyun ahh, mari kia nikmati dulu kue ini, aku lapar ", kata Yonghwa sambil mengeluarkan sebuah cake ukuran mini dengan tulisan " Selamat untuk toko barunya ". Seohyun tertawa kecil melihat tulisan di cake tersebut.
" Tapi kita tidak punya minuman. Bagaimana kalau kau tunggu di sini aku akan beli minuman ringan serta piring dan garpu untuk kuenya ", dan tanpa mendengarkan ucapan Yonghwa , Seohyun berdiri dan melesat turun ke bawah.
Ahh padahal aku membawa semuanya di rangselku, kata Yonghwa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu dia mengeluarkan piring dan garpu serta coke ukuran sedang 2 botol dari rangsel yang sedari tadi di bawanya. Meletakkannya di meja lalu dia bangkit dan mulai melihat-lihat keadaan sekelilingnya. Kamar tidurnya kecil, ada penghangat ruangan di sana walaupun kecil, kamar mandipun lumayan bersih dan ada dapur kecil di sudut ruangan. jendela kecil dengan pemandangan jalan didepan toko agak sedikit berdebu. Secara keseluruhan Seohyun beruntung mendapatkan toko ini dengan harga sewa yang pantas. Ahh mungkin karena dia tulus, maka segalanya di permudah Tuhan untuknya, bisik Yonghwa dalam hati.
Yonghwa mendengar bunyi derik pintu di buka lalu suara langkah kaki yang menaiki tangga dengan tergesa-gesa, dan Seohyun muncul dengan wajah yang bersemu merah mungkin dia kelelahan karena berlari-lari.
Seohyun menarik napas panjang mengimbangi napasnya yang berburu karena capek berlari dari mini market. Belum lagi hilang capeknya,Seohyun melotot menatap meja kecil yang sudah di tata oleh Yonghwa, ada coke 2 botol plus piring dan garpu kecil. Dengan bibir yang terbuka Seohyun menunjuk meja dan Yonghwa bergantian. Yonghwa hanya tertawa sambl mendekatinya lalu mengambil keranjang kecil belanjaannya dan meletakkannya di lantai dekat meja lalu dia kembali duduk disana.
" Kau menyiapkan ini semuanya ", Seohyun akhirnya bersuara.
" Kau terlalu excited sampai tidak mendengarkan kata-kataku dan lari begitu saja padahal aku sudah membawa semuanya ", kata Yonghwa
Seohyun kemudian berjalan ke arah Yonghwa dan duduk di depannya. " Apakah kau juga membawa pisau kue untuk memotongnya ? ", tanya Seohyun penasaran dan berseru Inngggg saat Yonghwa mengeluarkan pisau kue dari rangselnya. " Aigo, aku benar-benar bodoh hahahaha ", kata Seohyun lagi sambil menertawakan kebodohannya sendiri.
" Syukurlah kalau kau menyadarinya ", canda Yonghwa
" Yak !!! ", seru Seohyun dan Yonghwa tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Seohyun.
" Sudahlah kita potong kuenya dan mari kita rayakan hari bahagia ini ", kata Yonghwa sambil menyerahkan pisau kepada Seohyun, dan Seohyun kemudian memotongnya menjadi beberapa bagian dan mulai menaruhnya ke piring, satu untuk Yonghwa dan satu lagi untuknya, sementara Yonghwa membuka tutup botol coke dan meletakkannya di satu didepan Seohyun dan dirinya.
" Selamat atas toko barunya , chukkae chukkae Seohyunie. I hope kau akan meraih impian besarmu dengan toko ini, dan berharap akan ada lagi toko-toko lainnya di masa depan ", ucap Yonghwa sambil mengangkat botol cokenya ke udara dan Seohyun melakukan hal yang sama lalu keduanya menyentuhkan kedua botol mereka dan berseru cheer bersamaan.
" Gomawoyong, terima kasih banyak atas doanya, dan terima kasih karena mau menemaniku merayakan ini, aku sangat terharu akhirnya hari ini tiba juga. Aku akan berusaha keras untuk mewujudkan impianku menjadi Master Of Cake dan mempunyai banyak toko kue dimana-mana " Seru Seohyun dengan semangat membuat Yonghwa sedikit merasa konyol dengan tingkahnya. Tapi seperti inilah Seohyun yang dia kenal dalam dua bulan ini. Pure dan apa adanya.
" Fighting !!! ".
" Fighting !!! "
lalu keduanya tertawa dan meminum coke mereka lalu mulai memakan kue coklat cheese yang di bawa Yonghwa. Sesaat keduanya menikmati kue tersebut tanpa kata. Seohyun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan ke langit-langit kamar dan terakhir matanya tertuju keluar jendela. Tiba-tiba setitik air mata membasahi pipinya. Seohyun terlalu terharu.
" Hey ! hari ini bukan hari untuk bersedih ", kata Yonghwa sambil mengulurkan tissue yang di beli Seohyun di toko, satu-satunya yang lupa Yonghwa bawa. Seohyun terdiam dan mengusapkan tissue tersebut ke pipinya. lalu,
" Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, ayahku hanya pegawai biasa dan Ibuku adalah ibu rumah tangga yang baik. Sejak kecil aku selalu senang melihat ibu membuat kue, kue apapun. Ibuku sangat suka membuat kue dan kue buatannya sangat enak, bahkan hasil kue buatanku tidak akan bisa mengalahkan enaknya kue buatan ibu. Karena itu aku bercita-cita ingin menjadi seorang cheft yang handal di bidang pembuatan cake. Aku mulai belajar mengenal bahan-bahan dan alat-alat membuat kue, saat aku membantu ibu membuat kue. Ibuku dulu bercita-cita ingin memiliki sebuah toko kue, tapi dengan gaji ayah, impian itu tinggal menjadi impian semata baginya. Dan aku ingin melanjutkan mimpinya. Aku ingin membuka sebuah toko kue dengan namanya ".
" Waktu aku mengatakan hal tersebut Ibu sangat terharu dan memelukku dengan erat, dia mengatakan bahwa dia akan sangat bangga bila aku berhasil menggapai impianku tersebut. Dia lalu diam-diam membuat kue dan menitipkan ke toko-toko kue dan menabung sedikit demi sedikit untuk tambahan uang kuliahku kelak dan membantuku mewujudkan impianku dengan caranya sendiri tapi hal tersebut justru membuatnya kelelahan dan mulai sakit-sakitan. Uang hasil tabungannya sangat lebih dari cukup untuk membiayai pengobatan tapi ibuku bersikeras untuk tidak mau memakainya untuk dirinya sendiri. Waktu itu ibu terserang penyakit kanker otak, rasa pusing yang teramat sangat sering sekali dia rasakan, tapi dia selalu menutupinya, hingga akhirnya suatu hari dia terjatuh dan tak sadarkan diri hingga akhirnya dia meninggalkan aku dan ayah ".
Seohyun terdiam, air matanya kini deras mengalir di pipinya, bayangan akan wajah ibunya membuatnya sangat sedih. Yonghwa hanya memandangnya dengan terdiam. Yonghwa bisa tahu betapa berat baginya saat hal tersebut terjadi.
" Setelah kematian Ibu, ayah memutuskan berhenti bekerja dan mulai berusaha membuka usaha sendiri, dia memulai usaha pengadaan bahan-bahan pembuatan kue dan menawarkannya ke toko-toko kue ataupun pabrik-pabrik kue yang ada di Daejon. Rumah kami berubah menjadi gudang penyimpanan, setiap pulang sekolah aku membantunya, tapi terkadang dia menolak dan menyuruhku belajar dengan giat dan dia yang akan bekerja, tapi aku tetap bersikeras membantunya, aku tak ingin setelah kehilangan ibu aku juga harus kehilangan ayah karena begitu sibuk mencari uang demi diriku. Sedikit demi sedikit usaha ayah mulai berkembang dan hingga kini. Dan aku akhirnya bisa berkulaih di Seoul dengan bea siswa pendidikan yang aku dapatkan. Dan uang yang aku pakai untuk menyewa toko ini adalah uang hasil tabungan ibu dan juga hasil kerja sampinganku selama kuliah. Biasanya setiap akhir bulan aku akan menjenguk ayah di Daejon dan membantunya mengerjakan pembukuan. Ayah belum tahu akan hal ini, dia pasti akan sangat terkejut saat aku mengatakan hal ini langsung padanya ", sebuah Senyum tersungging di bibir Seohyun, dia sedang membayangkan wajah ayahnya saat dia mengatakan bahwa dia berhasil menyewa sebuah toko kue di Seoul. Tiba-tiba saja Seohyun merindukannya.
" Ayah dan ibumu pasti akan sangat bangga padamu ", kata Yonghwa dan Seohyun menganggukkan kepalanya.
" Aku pun berharap seperti itu ", kata Seohyun.
" Kau lebih beruntung dari aku, Seohyun ", Yonghwa berkata perlahan sambil menyendokkan sepotong kue ke mulutnya.
" Maksudmu ? :, tanya Seohyun
" Ya, kamu sangat beruntung mempunyai orang tua yang sangat mensupport impian dan cita-citamu, dan melakukan apa saja untuk mewujudkannya untukmu ". kembali Seohyun menangkap gurat kesedihan di wajah Yonghwa namun dengan cepat berusaha dia tutupi. Dia ingin Yonghwa berbagi dengannya tapi dia tidak akan memaksanya melakukan hal tersebut. Bila Yonghwa ingin bercerita maka dia akan dengan sabar menunggunya.
" Kau tahu, ibuku selalu berkata, dalam hidup ini kita harus selalu mensyukuri sekecil apapun nikmat yang kita dapatkan, jangan melihat ke atas tapi lihatlah ke bawah, seseorang mungkin akan iri dengan apa yang kita miliki, dan itu membuatku belajar untuk mensyukuri apa yang aku miliki ", kata Seohyun sambil meraih botol coke dan mulai meneguknya perlahan.
" Ibumu adalah wanita yang bijaksana, Seohyun ". Dan Seohyun mengangguk. Ibunya memang wanita yang bijaksana yang selalu memandang segala hal dengan positif. Seohyun bangga pada ibunya.
Sebentar kemudian Yonghwa mulai bercerita tentang keluarganya, tentang kehidupan masa kecilnya, tentang sekolah, tentang teman-temannya, dan juga tentang impiannya untuk menjadi seorang Photografer terkenal. Dan Seohyun mendengarkannya semua dengan diam dan hanya menatap wajah Yonghwa yang ekspresinya berubah-rubah menunjukkan perasaannya.
" Aku selalu ingin menjadi seorang Photografer, aku pernah mengutarakan hal tersebut pada ayahku, tapi kemudian dia mulai membeberkan segala hal yang harus aku lakukan. Dia kemudian mengingatkan semua tanggung jawab yang harus aku emban. Aku harus berpikir tentang ratusan karyawan yang menyandarkan kehidupan mereka dengan loyalitas mereka pada perusahaan kami. Dia membuatku merasa bersalah mempunya impian yang muluk-muluk dan tak memikirkan orang lain ".
Seohyun sedikit terkejut mendengar perkataan Yonghwa barusan. Apakah seperti itu ayah dari seorang Jung Yong Hwa ? Tapi apa yang di katakannya ada benarnya kecuali di bagian dimana dia membuat anaknya sendiri menjadi bersalah mempunya sebuah impian. Bukankah setiap orang berhak mempunya impian dalam hidupnya ?.
" Kadang aku berharap aku bukanlah anak pengusaha kaya, atau kadang aku berharap mempunyai saudara tua yang bisa menggantikan ayahku kelak, sayangnya inilah aku, seorang anak tunggal dengan tanggung jawab yang besar. Aku tidak bisa egois. Aku hidup berdasarkan apa yang di kehendaki oleh kedua orang tuaku, sekolah di sekolah ternama, kuliah di universitas ternama dengan mayor sesuai dengan keinginan mereka. Aku hanya bisa belajar photografy dari buku-buku dan video-video baik di youtube maupun video-video yang banyak di jual ".
" Tapi bagian paling menggembirakan bagiku ketika ayahku memberikan seperangkap alat photografy di hari ulang tahunku yang ke 17 tahun. Dia menghormati impianku tapi hanya sebatas hobi bukan profesi, tanggung jawabku tetaplah menjadi presdir perusahaan kelak ".
Seohyun bisa membayangkan bagaimana kehidupan lelaki tampan di depannya. Kehidupan mereka sangat berbanding terbalik, kalau orang tuanya mengsupport impian dan cita-citanya sementara Yonghwa sebaliknya. Betul kata Ibuku, kita harus selalu mensyukuri apa yang kita miliki, karena orang lain di suatu tempat sangat menginginkan kehidupan seperti yang kita jalani. Life is worth anyway.
Yonghwa meneguk coke di depannya, setelah menceritakan kisah kehidupan serta mimpi-mimpinya membuatnya menjadi haus. Hatinya terasa plong setelah menceritakan semua kepada Seohyun. Ringan membuatnya dapat bernapas dengan lega.
Seohyun bangkit dan berjalan mendekati jendela dan memandang keramaian di jalanan serta lampu-lampu jalan dan toko yang berkelap kelip. Keheningan tercipta di ruangan tersebut. Yonghwa lalu bangkit menyusul Seohyun dan berdiri di sampingnya.
" Aku rasa apa yang di katakan oleh ayahmu ada benarnya, cuma maafkan jika aku tak begitu setuju dengan caranya menekankan tanggung jawab yang akan kau jalankan. Ayahmu benar, bahwa perusahaan memiliki banyak karyawan langsung maupun tidak langsung dan otomatis mereka menyandarkan hidup mereka pada perusahaan. Aku membayangkan bagaimana jadinya ayahku yang kerja di sebuah perusahaan akan bisa menghidupi kami bila pada akhirnya perusahaan tempatnya bekerja akan bangkrut karena si pewaris lebih memilih mengejar mimpinya ketimbang menjalankan tanggung jawabnya ", kata Seohyun sambil tetap menatap keluar jendela. Yonghwa berpaling dan menatapnya dengan pandangan terkejut.
" Lagi pula ", lanjut Seohyun. " kau tidak perlu meninggalkan tanggung jawabmu hanya untuk menjadi seorang photografer terkenal. Lihatlah sisi baiknya ".
" Sisi baiknya ? ", tanya Yonghwa penasaran dengan pemikiran Seohyun.
" Ya, sisi baiknya. Sebagai seorang presdir kamu akan mempunyai uang yang banyak, kau bisa membuka galery dengan uang tersebut. Sebagai bisnis man kau akan sering pergi ke mana -mana baik di dalam negeri maupun keluar negeri untuk urusan bisnis. Bukankah kau bisa mempergunakan kesempatan itu untuk mendapatkan objek photo. kau bisa meluangkan waktu disela waktu bisnismu untuk berjalan-jalan mencari objek yang baru. Iya kan ? ", tanya Seohyun sambil berpaling menatap Yonghwa dan pandangan keduanya bertemu. Sesaat mereka saling berpandang dan terkunci di pijar mata masing-masing hingga Seohyun akhirnya memalingkan kepalanya kembali menatap ke luar jendela.
" You know what, kau betul. Aku harus bisa mengambil sisi positif setiap hal dalam hidupku. terima kasih Seohyun untuk pendapat dan masukannya. Aku beruntung bisa mengenalmu ", kata Yonghwa bersemangat sambil menepuk pundak Seohyun.
Seohyun tersenyum. Ada aliran hangat yang mengalir di tubuhnya saat tangan Yonghwa menepuk pundaknya. Dan Seohyun segera bergerak menjauh dan berjalan ke arah meja lalu membereskan semua yang ada di atas meja tersebut. Sudah waktunya mereka mengakhiri malam ini.
" Sudah malam, sebaiknya kita segera membersihkan semua ini. Aku ada kuliah besok pagi dan harus kerja shift sore ", kata Seohyun
" Kapan kau akan memulai membuka toko kuemu ? ", tanya Yonghwa sambil membantu Seohyun membereskan remah-remah kue yang berserakan di lantai.
" Mungkin di awal summer. Aku masih harus mencari beberapa karyawan yang akan membantuku di toko, karena aku tak akan bisa melakukannya sendiri ", jawab Seohyun
" Summer sound good. Fighting !! ", kata Yonghwa sambil mengepalkan tangannya dan Seohyun mengikutinya sambil berteriak "Fighting !!" lalu keduanya berjalan menuruni tangga dan keluar. Seohyun lalu mengunci toko tersebut.
" Terima kasih mau menemaniku malam ini ", kata Seohyun dan Yonghwa hanya mengangguk. Lalu Seohyun mulai melangkah meninggalkan Yonghwa sambil melambaikan tangannya.
" Hati-hati di jalan !! " teriak Yonghwa dan Seohyun hanya menganggukkan kepalanya. Sambil berjalan membawa keranjang sampah yang di pegangnya, Seohyun berjalan menembus gelapnya malam yang kian jatuh. Ahhh life is beautiful indeed.
" Bukankah sebaiknya menceritakan masalahmu, aku akan dengan senang hati mendengarkannya ", kata Seohyun pelan. Yonghwa berpaling memandangnya.
" Tidak, hari ini kita lebih baik merayakan keberhasilanmu membeli toko ini ", elak Yonghwa sambil meraih kotak kue yang di bawanya dan membukanya. Tapi Seohyun menggeleng.
" Aku akan lebih bahagia hari ini jika kau mau berbagi apa yang meresahkan hatimu padaku. Rasanya selama ini aku egois, selalu membebanimu dengan mendengarkan semua cerita dan keluh kesahku. Aku juga ingin menjadi tempatmu berbagi, bukankah kita berteman ? ".
" Seohyun, aku berterima kasih kau mau berbagi semua cerita denganku dan aku merasa senang. Aku senang saat matamu berpijar cerah saat kau berbagi impian masa depanmu padaku. Aku senang.... "
" Jadi biarkan aku merasakan hal sama denganmu ".
Yonghwa terdiam. Selama ini dia tidak terbiasa berbagi perasaan dan cerita kepada seseorang. menjadi anak tunggal pengusaha kaya membuatnya mandiri dan hidup dengan tidak mempercayai arti persahabatan karena takut mereka hanya melihatnya sebagai anak orang kaya, Yonghwa selalu takut mereka punya niat khusus berteman dengan mereka. Dari kecil hingga dewasa dia terbiasa menutupi semua keresahannya sendiri dan lebih banyak berbagi dengan hasil-hasil jepretan kameranya. Tapi entah mengapa saat bertemu dengan Seohyun dia merasakan hal yang berbeda. Dia yang biasanya tak percaya malah mempercayai Seohyun. Dan Yonghwa tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi.
Seohyun menatap Yonghwa dengan pandangan yang membuat Yonghwa melelh, mata indah itu bagaikan mata seoranga anak kecil yang polos. Yonghwa tersenyum sambil berucap, " Aigoo... "
" Seohyun ahh, mari kia nikmati dulu kue ini, aku lapar ", kata Yonghwa sambil mengeluarkan sebuah cake ukuran mini dengan tulisan " Selamat untuk toko barunya ". Seohyun tertawa kecil melihat tulisan di cake tersebut.
" Tapi kita tidak punya minuman. Bagaimana kalau kau tunggu di sini aku akan beli minuman ringan serta piring dan garpu untuk kuenya ", dan tanpa mendengarkan ucapan Yonghwa , Seohyun berdiri dan melesat turun ke bawah.
Ahh padahal aku membawa semuanya di rangselku, kata Yonghwa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu dia mengeluarkan piring dan garpu serta coke ukuran sedang 2 botol dari rangsel yang sedari tadi di bawanya. Meletakkannya di meja lalu dia bangkit dan mulai melihat-lihat keadaan sekelilingnya. Kamar tidurnya kecil, ada penghangat ruangan di sana walaupun kecil, kamar mandipun lumayan bersih dan ada dapur kecil di sudut ruangan. jendela kecil dengan pemandangan jalan didepan toko agak sedikit berdebu. Secara keseluruhan Seohyun beruntung mendapatkan toko ini dengan harga sewa yang pantas. Ahh mungkin karena dia tulus, maka segalanya di permudah Tuhan untuknya, bisik Yonghwa dalam hati.
Yonghwa mendengar bunyi derik pintu di buka lalu suara langkah kaki yang menaiki tangga dengan tergesa-gesa, dan Seohyun muncul dengan wajah yang bersemu merah mungkin dia kelelahan karena berlari-lari.
Seohyun menarik napas panjang mengimbangi napasnya yang berburu karena capek berlari dari mini market. Belum lagi hilang capeknya,Seohyun melotot menatap meja kecil yang sudah di tata oleh Yonghwa, ada coke 2 botol plus piring dan garpu kecil. Dengan bibir yang terbuka Seohyun menunjuk meja dan Yonghwa bergantian. Yonghwa hanya tertawa sambl mendekatinya lalu mengambil keranjang kecil belanjaannya dan meletakkannya di lantai dekat meja lalu dia kembali duduk disana.
" Kau menyiapkan ini semuanya ", Seohyun akhirnya bersuara.
" Kau terlalu excited sampai tidak mendengarkan kata-kataku dan lari begitu saja padahal aku sudah membawa semuanya ", kata Yonghwa
Seohyun kemudian berjalan ke arah Yonghwa dan duduk di depannya. " Apakah kau juga membawa pisau kue untuk memotongnya ? ", tanya Seohyun penasaran dan berseru Inngggg saat Yonghwa mengeluarkan pisau kue dari rangselnya. " Aigo, aku benar-benar bodoh hahahaha ", kata Seohyun lagi sambil menertawakan kebodohannya sendiri.
" Syukurlah kalau kau menyadarinya ", canda Yonghwa
" Yak !!! ", seru Seohyun dan Yonghwa tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Seohyun.
" Sudahlah kita potong kuenya dan mari kita rayakan hari bahagia ini ", kata Yonghwa sambil menyerahkan pisau kepada Seohyun, dan Seohyun kemudian memotongnya menjadi beberapa bagian dan mulai menaruhnya ke piring, satu untuk Yonghwa dan satu lagi untuknya, sementara Yonghwa membuka tutup botol coke dan meletakkannya di satu didepan Seohyun dan dirinya.
" Selamat atas toko barunya , chukkae chukkae Seohyunie. I hope kau akan meraih impian besarmu dengan toko ini, dan berharap akan ada lagi toko-toko lainnya di masa depan ", ucap Yonghwa sambil mengangkat botol cokenya ke udara dan Seohyun melakukan hal yang sama lalu keduanya menyentuhkan kedua botol mereka dan berseru cheer bersamaan.
" Gomawoyong, terima kasih banyak atas doanya, dan terima kasih karena mau menemaniku merayakan ini, aku sangat terharu akhirnya hari ini tiba juga. Aku akan berusaha keras untuk mewujudkan impianku menjadi Master Of Cake dan mempunyai banyak toko kue dimana-mana " Seru Seohyun dengan semangat membuat Yonghwa sedikit merasa konyol dengan tingkahnya. Tapi seperti inilah Seohyun yang dia kenal dalam dua bulan ini. Pure dan apa adanya.
" Fighting !!! ".
" Fighting !!! "
lalu keduanya tertawa dan meminum coke mereka lalu mulai memakan kue coklat cheese yang di bawa Yonghwa. Sesaat keduanya menikmati kue tersebut tanpa kata. Seohyun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan ke langit-langit kamar dan terakhir matanya tertuju keluar jendela. Tiba-tiba setitik air mata membasahi pipinya. Seohyun terlalu terharu.
" Hey ! hari ini bukan hari untuk bersedih ", kata Yonghwa sambil mengulurkan tissue yang di beli Seohyun di toko, satu-satunya yang lupa Yonghwa bawa. Seohyun terdiam dan mengusapkan tissue tersebut ke pipinya. lalu,
" Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, ayahku hanya pegawai biasa dan Ibuku adalah ibu rumah tangga yang baik. Sejak kecil aku selalu senang melihat ibu membuat kue, kue apapun. Ibuku sangat suka membuat kue dan kue buatannya sangat enak, bahkan hasil kue buatanku tidak akan bisa mengalahkan enaknya kue buatan ibu. Karena itu aku bercita-cita ingin menjadi seorang cheft yang handal di bidang pembuatan cake. Aku mulai belajar mengenal bahan-bahan dan alat-alat membuat kue, saat aku membantu ibu membuat kue. Ibuku dulu bercita-cita ingin memiliki sebuah toko kue, tapi dengan gaji ayah, impian itu tinggal menjadi impian semata baginya. Dan aku ingin melanjutkan mimpinya. Aku ingin membuka sebuah toko kue dengan namanya ".
" Waktu aku mengatakan hal tersebut Ibu sangat terharu dan memelukku dengan erat, dia mengatakan bahwa dia akan sangat bangga bila aku berhasil menggapai impianku tersebut. Dia lalu diam-diam membuat kue dan menitipkan ke toko-toko kue dan menabung sedikit demi sedikit untuk tambahan uang kuliahku kelak dan membantuku mewujudkan impianku dengan caranya sendiri tapi hal tersebut justru membuatnya kelelahan dan mulai sakit-sakitan. Uang hasil tabungannya sangat lebih dari cukup untuk membiayai pengobatan tapi ibuku bersikeras untuk tidak mau memakainya untuk dirinya sendiri. Waktu itu ibu terserang penyakit kanker otak, rasa pusing yang teramat sangat sering sekali dia rasakan, tapi dia selalu menutupinya, hingga akhirnya suatu hari dia terjatuh dan tak sadarkan diri hingga akhirnya dia meninggalkan aku dan ayah ".
Seohyun terdiam, air matanya kini deras mengalir di pipinya, bayangan akan wajah ibunya membuatnya sangat sedih. Yonghwa hanya memandangnya dengan terdiam. Yonghwa bisa tahu betapa berat baginya saat hal tersebut terjadi.
" Setelah kematian Ibu, ayah memutuskan berhenti bekerja dan mulai berusaha membuka usaha sendiri, dia memulai usaha pengadaan bahan-bahan pembuatan kue dan menawarkannya ke toko-toko kue ataupun pabrik-pabrik kue yang ada di Daejon. Rumah kami berubah menjadi gudang penyimpanan, setiap pulang sekolah aku membantunya, tapi terkadang dia menolak dan menyuruhku belajar dengan giat dan dia yang akan bekerja, tapi aku tetap bersikeras membantunya, aku tak ingin setelah kehilangan ibu aku juga harus kehilangan ayah karena begitu sibuk mencari uang demi diriku. Sedikit demi sedikit usaha ayah mulai berkembang dan hingga kini. Dan aku akhirnya bisa berkulaih di Seoul dengan bea siswa pendidikan yang aku dapatkan. Dan uang yang aku pakai untuk menyewa toko ini adalah uang hasil tabungan ibu dan juga hasil kerja sampinganku selama kuliah. Biasanya setiap akhir bulan aku akan menjenguk ayah di Daejon dan membantunya mengerjakan pembukuan. Ayah belum tahu akan hal ini, dia pasti akan sangat terkejut saat aku mengatakan hal ini langsung padanya ", sebuah Senyum tersungging di bibir Seohyun, dia sedang membayangkan wajah ayahnya saat dia mengatakan bahwa dia berhasil menyewa sebuah toko kue di Seoul. Tiba-tiba saja Seohyun merindukannya.
" Ayah dan ibumu pasti akan sangat bangga padamu ", kata Yonghwa dan Seohyun menganggukkan kepalanya.
" Aku pun berharap seperti itu ", kata Seohyun.
" Kau lebih beruntung dari aku, Seohyun ", Yonghwa berkata perlahan sambil menyendokkan sepotong kue ke mulutnya.
" Maksudmu ? :, tanya Seohyun
" Ya, kamu sangat beruntung mempunyai orang tua yang sangat mensupport impian dan cita-citamu, dan melakukan apa saja untuk mewujudkannya untukmu ". kembali Seohyun menangkap gurat kesedihan di wajah Yonghwa namun dengan cepat berusaha dia tutupi. Dia ingin Yonghwa berbagi dengannya tapi dia tidak akan memaksanya melakukan hal tersebut. Bila Yonghwa ingin bercerita maka dia akan dengan sabar menunggunya.
" Kau tahu, ibuku selalu berkata, dalam hidup ini kita harus selalu mensyukuri sekecil apapun nikmat yang kita dapatkan, jangan melihat ke atas tapi lihatlah ke bawah, seseorang mungkin akan iri dengan apa yang kita miliki, dan itu membuatku belajar untuk mensyukuri apa yang aku miliki ", kata Seohyun sambil meraih botol coke dan mulai meneguknya perlahan.
" Ibumu adalah wanita yang bijaksana, Seohyun ". Dan Seohyun mengangguk. Ibunya memang wanita yang bijaksana yang selalu memandang segala hal dengan positif. Seohyun bangga pada ibunya.
Sebentar kemudian Yonghwa mulai bercerita tentang keluarganya, tentang kehidupan masa kecilnya, tentang sekolah, tentang teman-temannya, dan juga tentang impiannya untuk menjadi seorang Photografer terkenal. Dan Seohyun mendengarkannya semua dengan diam dan hanya menatap wajah Yonghwa yang ekspresinya berubah-rubah menunjukkan perasaannya.
" Aku selalu ingin menjadi seorang Photografer, aku pernah mengutarakan hal tersebut pada ayahku, tapi kemudian dia mulai membeberkan segala hal yang harus aku lakukan. Dia kemudian mengingatkan semua tanggung jawab yang harus aku emban. Aku harus berpikir tentang ratusan karyawan yang menyandarkan kehidupan mereka dengan loyalitas mereka pada perusahaan kami. Dia membuatku merasa bersalah mempunya impian yang muluk-muluk dan tak memikirkan orang lain ".
Seohyun sedikit terkejut mendengar perkataan Yonghwa barusan. Apakah seperti itu ayah dari seorang Jung Yong Hwa ? Tapi apa yang di katakannya ada benarnya kecuali di bagian dimana dia membuat anaknya sendiri menjadi bersalah mempunya sebuah impian. Bukankah setiap orang berhak mempunya impian dalam hidupnya ?.
" Kadang aku berharap aku bukanlah anak pengusaha kaya, atau kadang aku berharap mempunyai saudara tua yang bisa menggantikan ayahku kelak, sayangnya inilah aku, seorang anak tunggal dengan tanggung jawab yang besar. Aku tidak bisa egois. Aku hidup berdasarkan apa yang di kehendaki oleh kedua orang tuaku, sekolah di sekolah ternama, kuliah di universitas ternama dengan mayor sesuai dengan keinginan mereka. Aku hanya bisa belajar photografy dari buku-buku dan video-video baik di youtube maupun video-video yang banyak di jual ".
" Tapi bagian paling menggembirakan bagiku ketika ayahku memberikan seperangkap alat photografy di hari ulang tahunku yang ke 17 tahun. Dia menghormati impianku tapi hanya sebatas hobi bukan profesi, tanggung jawabku tetaplah menjadi presdir perusahaan kelak ".
Seohyun bisa membayangkan bagaimana kehidupan lelaki tampan di depannya. Kehidupan mereka sangat berbanding terbalik, kalau orang tuanya mengsupport impian dan cita-citanya sementara Yonghwa sebaliknya. Betul kata Ibuku, kita harus selalu mensyukuri apa yang kita miliki, karena orang lain di suatu tempat sangat menginginkan kehidupan seperti yang kita jalani. Life is worth anyway.
Yonghwa meneguk coke di depannya, setelah menceritakan kisah kehidupan serta mimpi-mimpinya membuatnya menjadi haus. Hatinya terasa plong setelah menceritakan semua kepada Seohyun. Ringan membuatnya dapat bernapas dengan lega.
Seohyun bangkit dan berjalan mendekati jendela dan memandang keramaian di jalanan serta lampu-lampu jalan dan toko yang berkelap kelip. Keheningan tercipta di ruangan tersebut. Yonghwa lalu bangkit menyusul Seohyun dan berdiri di sampingnya.
" Aku rasa apa yang di katakan oleh ayahmu ada benarnya, cuma maafkan jika aku tak begitu setuju dengan caranya menekankan tanggung jawab yang akan kau jalankan. Ayahmu benar, bahwa perusahaan memiliki banyak karyawan langsung maupun tidak langsung dan otomatis mereka menyandarkan hidup mereka pada perusahaan. Aku membayangkan bagaimana jadinya ayahku yang kerja di sebuah perusahaan akan bisa menghidupi kami bila pada akhirnya perusahaan tempatnya bekerja akan bangkrut karena si pewaris lebih memilih mengejar mimpinya ketimbang menjalankan tanggung jawabnya ", kata Seohyun sambil tetap menatap keluar jendela. Yonghwa berpaling dan menatapnya dengan pandangan terkejut.
" Lagi pula ", lanjut Seohyun. " kau tidak perlu meninggalkan tanggung jawabmu hanya untuk menjadi seorang photografer terkenal. Lihatlah sisi baiknya ".
" Sisi baiknya ? ", tanya Yonghwa penasaran dengan pemikiran Seohyun.
" Ya, sisi baiknya. Sebagai seorang presdir kamu akan mempunyai uang yang banyak, kau bisa membuka galery dengan uang tersebut. Sebagai bisnis man kau akan sering pergi ke mana -mana baik di dalam negeri maupun keluar negeri untuk urusan bisnis. Bukankah kau bisa mempergunakan kesempatan itu untuk mendapatkan objek photo. kau bisa meluangkan waktu disela waktu bisnismu untuk berjalan-jalan mencari objek yang baru. Iya kan ? ", tanya Seohyun sambil berpaling menatap Yonghwa dan pandangan keduanya bertemu. Sesaat mereka saling berpandang dan terkunci di pijar mata masing-masing hingga Seohyun akhirnya memalingkan kepalanya kembali menatap ke luar jendela.
" You know what, kau betul. Aku harus bisa mengambil sisi positif setiap hal dalam hidupku. terima kasih Seohyun untuk pendapat dan masukannya. Aku beruntung bisa mengenalmu ", kata Yonghwa bersemangat sambil menepuk pundak Seohyun.
Seohyun tersenyum. Ada aliran hangat yang mengalir di tubuhnya saat tangan Yonghwa menepuk pundaknya. Dan Seohyun segera bergerak menjauh dan berjalan ke arah meja lalu membereskan semua yang ada di atas meja tersebut. Sudah waktunya mereka mengakhiri malam ini.
" Sudah malam, sebaiknya kita segera membersihkan semua ini. Aku ada kuliah besok pagi dan harus kerja shift sore ", kata Seohyun
" Kapan kau akan memulai membuka toko kuemu ? ", tanya Yonghwa sambil membantu Seohyun membereskan remah-remah kue yang berserakan di lantai.
" Mungkin di awal summer. Aku masih harus mencari beberapa karyawan yang akan membantuku di toko, karena aku tak akan bisa melakukannya sendiri ", jawab Seohyun
" Summer sound good. Fighting !! ", kata Yonghwa sambil mengepalkan tangannya dan Seohyun mengikutinya sambil berteriak "Fighting !!" lalu keduanya berjalan menuruni tangga dan keluar. Seohyun lalu mengunci toko tersebut.
" Terima kasih mau menemaniku malam ini ", kata Seohyun dan Yonghwa hanya mengangguk. Lalu Seohyun mulai melangkah meninggalkan Yonghwa sambil melambaikan tangannya.
" Hati-hati di jalan !! " teriak Yonghwa dan Seohyun hanya menganggukkan kepalanya. Sambil berjalan membawa keranjang sampah yang di pegangnya, Seohyun berjalan menembus gelapnya malam yang kian jatuh. Ahhh life is beautiful indeed.
* * * * * * *
4 komentar
Write komentarBest 👍👍👍👍 ff yang kamu buat semua best 👍👍
ReplyBlog anda tidak pernah membosankan ..fighting semoga sering membuat ff yongseo hehehe
ReplySemoga tidak bosa ya hehe
Replygomawoyong ♥♥♥
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon