Yonghwa duduk di samping ranjang Seohyun. Ditatapnya wajah Seohyun dengan penuh perasaan. Sesekali Yonghwa merapikan selimutnya dan mengelus pipinya yang sudah mulai menghangat.
" Seohyun, tahukah kamu ini adalah hari ke 15 kau terbaring disini. Apakah kau tidak lelah ? Bangunlah, bukalah matamu. Apakah kau tidak merindukan kami ? " .
" Seohyun, aku merindukanmu, merindukan keceriaanmu yang selama beberapa tahun ini hanya dapat ku nikmati dari jauh ".
" Kadang aku cemburu melihatmu bercanda, tertawa riang bersama Jungshin, Minhyuk dan Jonghyun. Berapa kali aku harus menahan kecewa saat kau tak datang pada setiap acara pertemuan orang tua kita. Kau pasti sangat marah dan membenciku saat itu. Apakah kau masih membenciku sampai sekarang ? ".
" Kau boleh membenciku selama yang kau mau tapi tolong jangan diam seperti ini. Bangunlah, makilah aku sampai kau merasa puas, aku tidak akan keberatan "
" Kau jangan betah disana, Seohyun. Belum saatnya kau berada disana. Tempatmu adalah disini bersama kami, bersamaku. Bukankah masih banyak hal yang ingin kau lakukan ? Pulanglah kami semua menunggumu Kami semua merindukan keceriaanmu. Apakah kau tidak sayang pada orang tuamu ? ".
" Seohyun, dokter bilang sudah ada kemajuan pada pengobatanmu. Kondisimu perlahan mulai stabil, obat yang diberikan sudah mulai beraksi baik pada sel-sel otakmu. Paru-parumu pun sudah mulai membaik. Itu kabar yang sangat membahagiakan untuk kami semua ".
" Melihat kondisimu sekarang, aku merasa bahagia. Setelah hari itu aku merasa akan kehilangan dirimu saat detak jantungmu terhenti. Kau membuatku sangat ketakutan dan tak tahu harus bagaimana. Aku hanya bisa meminta mereka untuk terus mencoba memacu jantungmu hingga akhirnya detakannya kembali. Betapa aku sangat bersyukur hari itu, dan hari ini aku kembali bersyukur perlahan kondisimu mulai membaik ".
" Tapi mengapa kau tak juga membuka matamu ? Apakah kau sangat tak ingin melihat wajahku selama-lamanya ? Apakah kau benar-benar sangat membenciku ? ".
" Seohyun, bukalah matamu, jangan cuma berbaring diam seperti ini. Aku.... aku ... ".
Yonghwa tak dapat lagi melanjutkan kata-katanya tenggorokannya terasa sakit akibat menahan tangis yang berusaha dia sembunyikan. Dia tidak boleh terlihat lemah, dia tidak boleh menangis walaupun kadang airmatanya jatuh tanpa bisa dia hindari.
Yonghwa meraih tangan Seohyun, mengenggamnya, seperti yang selama 15 hari belakangan ini dia lakukan. Menggenggam tangan Seohyun membuatnya merasa kuat dan sekaligus berharap bisa menghadirkan kehangatan dalam tubuh Seohyun.
Perlahan Yonghwa meletakkan kepalanya di samping kepala Seohyun. Menatap Seohyun dari dekat. Perlahan rasa kantuk menyerangnya Yonghwa perlahan memejamkan matanya dan sekejap dia sudah tertidur.
* * * * *
" Seohyun... ? ".
Yonghwa melihat Seohyun berdiri tidak jauh darinya, dengan gaun putih yang dikenakannya. Rambutnya tergerai dengan sebuah mahkota bunga melingkar diatas kepalanya terlihat begitu sangat cantik. Semburat merah nampak di pipinya yang putih dan bibirnya sedang tersenyum kepadanya.
" Seohyun, apakah ini dirimu ? Yeppuda, kau terlihat sangat cantik dan anggun ", kata Yonghwa sambil perlahan maju mendekati Seohyun. Tapi gadis itu berjalan menjauhinya.
" Jangan pergi, ku mohon ", pinta Yonghwa sambil menghentikan langkahnya.
Seohyun berbalik menatapnya. Matanya yang bening menatap Yonghwa dengan penuh makna. Seohyun hanya tersenyum tapi tak satupun kata keluar dari bibirnya. Dia hanya diam disana.
Yonghwa memandang sekelilingnya. Tempat ini begitu indah, bunga aneka warna, kupu-kupu dan rumput yang hijau serta aliran sungai kecil dengan air yang sangat jernih. Dimanakah ini ? tanya Yonghwa dalam hati. Apakah ini alam yang mengurung Seohyun ? .
Seohyun masih berdiri disana, menatapnya dengan mata jernihnya dan bibirnya yang tersenyum. Yonghwa terpaku.
Tidak, Seohyun harus kembali. Tidak peduli alam ini begitu indah dan damai tapi tempat Seohyun bukan disini . Tempat Seohyun adalah bersamanya, bersama orang-orang yang menyayanginya. Yonghwa harus membujuk Seohyun untuk kembali.
" Seohyun ahh, tempat ini begitu cantik tapi tidakkah kau merasa sepi ? Tidakkah kau merindukan ayah dan ibumu ? Tidakkah kau merindukan Jungshin yang konyol, Minhyuk yang selalu menyebut dirinya adalah kembaranmu serta Jonghyun yang selalu berusaha melindungimu dan aku ? Tidakkah kau ingin memakiku ? ".
" Kami semua kehilangan dirimu. Merindukanmu, bahkan aku yang jahat padamu pun sangat merindukan kehadiranmu. Bila aku mengizinkanmu mengikutiku seumur hidup maukah kau kembali ? ".
Seohyun hanya diam, memandang Yonghwa dengan pandangan yang membuat Yonghwa bertanya-tanya. Seulus senyum masih juga tersungging di bibirnya. Perlahan, Seohyun berjalan mundur dan berbalik memunggungi Yonghwa dan berjalan semakin jauh dan semakin jauh. Yonghwa berlari mengejarnya namun hanya hampa yang dia raih.
" Seohyun !!!!!!!!!! ", jerit Yonghwa sambil terus menggapai-gapai tubuh Seohyun yang perlahan menghilang. " Please dont go, jangan tinggalkan aku. Seohyun !!!! ".
Yonghwa tersadar dari mimpinya. Mimpi yang sangat aneh. Perlahan diangkatnya kepalanya dan memandang wajah Seohyun yang masih tertidur. Yonghwa lalu memegang pipinya dan memeriksa monitor yang ada di samping tempat tidur Seohyun. Semuanya masih normal. Yonghwa membasuh peluhnya yang tiba-tiba membasahi keningnya.
Apakah maksud mimpinya tadi. Baru kali ini Yonghwa bermimpi seperti itu. Jangan katakan itu pertanda yang buruk. Tidak !, bisik Yonghwa dalam hati. Dipandanginya kembali wajah Seohyun. Di elusnya rambut Seohyun yang tergerai. Please, Seohyun jangan tinggalkan aku, jangan tinggalkan kami, bisik Yonghwa, setetes airmata jatuh membasahi pipinya. Setelah hari itu, baru sekali ini Yonghwa kembali meneteskan airmata kesedihannya.
Yonghwa mendengar ketukan perlahan di pintu kamar Seohyun. Yonghwa lalu menghapus airmatanya, lalu melangkah ke arah pintu. Mungkin sudah waktunya berganti dengan Ibu Seohyun. Belum sempat Yonghwa membuka pintu, pintu tersebut sudah dibuka dari luar dan wajah Ibu Seohyun muncul dari baliknya.
" Apakah aku mengganggumu ? ", tanya Ibu Seohyun tapi Yonghwa menggeleng.
" Aniyo Ibu ", jawab Yonghwa. Ibu Seohyun tersenyum memandang Yonghwa. Ada bekas airmata di pipinya, membuat Ibu Seohyun heran.
" Apakah kau baik-baik saja, anakku ? ", tanyanya. Yonghwa terdiam, tapi lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
" Tidak apa-apa. Mungkin karena tadi ketiduran di dalam. Sepertinya aku butuh secangkir kopi ", jawab Yonghwa.
" Istrahatlah, biar Ibu yang menjaga Seohyun. Ngomong-ngomong di luar ada Lin mencarimu ", kata Ibu Seohyun sambil menepuk lengan Yonghwa dengan perasaan sayang.
" Ne. Kalau begitu saya keluar dulu ", kata Yonghwa lalu berjalan keluar kamar dan menutup pintu. Ibu Seohyun memandang pintu yang tertutup itu sambil menarik napas panjang. Yonghwa ternyata benar-benar sangat menyayangi Seohyun, ucapnya pelan sambil tersenyum.
Berjalan perlahan ke samping tempat tidur Seohyun, Ibu Seohyun menatap wajah putrinya. Sampai kapan kau akan tertidur anakku ? bisiknya dalam hati. Bangunlah, tidakkah kau lihat betapa kami kehilangan dirimu ? Ibu sangat merindukan pelukan hangat dan suara manjamu, bisik Ibu Seohyun sambil mengelus tangan putrinya.
Ya Tuhan, bangunkan dia, jangan kau tahan dia disana, kembalikanlah dia kepada kami, Ku mohon Ya Tuhan, ku mohon..................
Seohyun hanya diam, memandang Yonghwa dengan pandangan yang membuat Yonghwa bertanya-tanya. Seulus senyum masih juga tersungging di bibirnya. Perlahan, Seohyun berjalan mundur dan berbalik memunggungi Yonghwa dan berjalan semakin jauh dan semakin jauh. Yonghwa berlari mengejarnya namun hanya hampa yang dia raih.
" Seohyun !!!!!!!!!! ", jerit Yonghwa sambil terus menggapai-gapai tubuh Seohyun yang perlahan menghilang. " Please dont go, jangan tinggalkan aku. Seohyun !!!! ".
* * * * *
Yonghwa tersadar dari mimpinya. Mimpi yang sangat aneh. Perlahan diangkatnya kepalanya dan memandang wajah Seohyun yang masih tertidur. Yonghwa lalu memegang pipinya dan memeriksa monitor yang ada di samping tempat tidur Seohyun. Semuanya masih normal. Yonghwa membasuh peluhnya yang tiba-tiba membasahi keningnya.
Apakah maksud mimpinya tadi. Baru kali ini Yonghwa bermimpi seperti itu. Jangan katakan itu pertanda yang buruk. Tidak !, bisik Yonghwa dalam hati. Dipandanginya kembali wajah Seohyun. Di elusnya rambut Seohyun yang tergerai. Please, Seohyun jangan tinggalkan aku, jangan tinggalkan kami, bisik Yonghwa, setetes airmata jatuh membasahi pipinya. Setelah hari itu, baru sekali ini Yonghwa kembali meneteskan airmata kesedihannya.
Yonghwa mendengar ketukan perlahan di pintu kamar Seohyun. Yonghwa lalu menghapus airmatanya, lalu melangkah ke arah pintu. Mungkin sudah waktunya berganti dengan Ibu Seohyun. Belum sempat Yonghwa membuka pintu, pintu tersebut sudah dibuka dari luar dan wajah Ibu Seohyun muncul dari baliknya.
" Apakah aku mengganggumu ? ", tanya Ibu Seohyun tapi Yonghwa menggeleng.
" Aniyo Ibu ", jawab Yonghwa. Ibu Seohyun tersenyum memandang Yonghwa. Ada bekas airmata di pipinya, membuat Ibu Seohyun heran.
" Apakah kau baik-baik saja, anakku ? ", tanyanya. Yonghwa terdiam, tapi lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
" Tidak apa-apa. Mungkin karena tadi ketiduran di dalam. Sepertinya aku butuh secangkir kopi ", jawab Yonghwa.
" Istrahatlah, biar Ibu yang menjaga Seohyun. Ngomong-ngomong di luar ada Lin mencarimu ", kata Ibu Seohyun sambil menepuk lengan Yonghwa dengan perasaan sayang.
" Ne. Kalau begitu saya keluar dulu ", kata Yonghwa lalu berjalan keluar kamar dan menutup pintu. Ibu Seohyun memandang pintu yang tertutup itu sambil menarik napas panjang. Yonghwa ternyata benar-benar sangat menyayangi Seohyun, ucapnya pelan sambil tersenyum.
Berjalan perlahan ke samping tempat tidur Seohyun, Ibu Seohyun menatap wajah putrinya. Sampai kapan kau akan tertidur anakku ? bisiknya dalam hati. Bangunlah, tidakkah kau lihat betapa kami kehilangan dirimu ? Ibu sangat merindukan pelukan hangat dan suara manjamu, bisik Ibu Seohyun sambil mengelus tangan putrinya.
Ya Tuhan, bangunkan dia, jangan kau tahan dia disana, kembalikanlah dia kepada kami, Ku mohon Ya Tuhan, ku mohon..................
* * * * *
" Hi sobat, bagaimana kabarmu ? ", tanya Lin saat melihat Yonghwa keluar dari kamar Seohyun. Yonghwa tersenyum dan menarik napas panjang.
" Beginilah ", jawab Yonghwa. " Kau sudah dari tadi datangnya ? ", tanyanya kemudian sambil duduk di sebelah Lin.
" Belum lama, baru saja, cuma tadi aku sempat berbincang-bincang dengan Ibu Seohyun menanyakan bagaimana kabar Seohyun ", jawab Lin. " Kau terlihat sangat kusut, ayo kita ke kantin dan minum kopi ", ajak Lin sambil berdiri. Yonghwa mengangguk dan berdiri. Yah, dia butuh secangkir kopi, pikir Yonghwa. Keduanya lalu berjalan menuju ke arah lift, kantin berada di lantai bawah. Secangkir kopi semoga bisa menenangkan perasaannya karena mimpi anehnya tadi.
Seperti biasa kantin rumah sakit tak pernah sepi, Yonghwa berjalan ke counter dan memesan segelas Ice Americano sementara Lin hanya meminta Cappucino. Setelah pesanan mereka terima, keduanya lalu berjalan ke salah satu meja yang berada di sudut ruangan kantin dan kebetulan belum terisi. Yonghwa menjatuhkan tubuhnya ke kursi, menyisip kopinya lalu perlahan merelakskan leher dan punggungnya. Lin hanya menatapnya sambil tersenyum.
" Kau pasti benar-benar sangat mencintai Seohyun , hah ? ", ucap Lin. Yonghwa hanya tersenyum kecil.
" Aku dengar keadaan Seohyun hari ini mulai membaik. Semoga dia segera bisa terbangun dari komanya. Aku sungguh ingin mengenal sosok gadis yang sudah membuat sahabatku menjadi seperti ini ", kata Lin sedikit bercanda mencoba mencairkan suasana.
" Ya, semoga saja, dan bila hal itu terjadi, tolong jangan jatuh cinta padanya ", canda Yonghwa dan keduanya tertawa.
" Tapi aku lihat wajahmu sedikit muram, mungkin kau mau berbagi dengan sahabatmu ini ? ", tanya Lin sambil memandang wajah Yonghwa yang walaupun berusaha menutupi dengan senyum dan tawa tapi jelas wajah tersebut ada kesedihan yang berusaha disembunyikan.
" Tidak ada apa-apa Lin ", jawab Yonghwa enggan. Lin menggelengkan kepalanya.
" Ayolah teman, berbagilah denganku, siapa tahu dengan begitu kau akan merasa lebih baik. Ayolah beri temanmu ini sesuatu untuk di pikirkan bersamamu ", desak Lin. Yonghwa diam dan hanya menarik napas panjang. Pandangannya menyapu ke arah kantin rumah sakit.
" Tadi aku bermimpi, dan mimpi itu terasa sangat aneh ", kata Yonghwa akhirnya.
" Mimpi ? Mimpi apa ? ", tanya Lin penasaran.
" Entahlah, aku melihat Seohyun berpakaian putih, gaun itu sangat sederhana namun indah, dikepala Seohyun ada mahkota bunga putih. Dia terlihat sangat cantik ", kata Yonghwa sambil menatap langit-langit kantin mencoba membayangkan kembali sosok Seohyun dalam mimpinya.
" Dia terlihat sangat cantik, matanya jernih menatapku, bibirnya tersenyum tapi dia hanya diam tak bersuara ".
Yonghwa lalu terdiam, Lin hanya memandangnya dan menunggu Yonghwa kembali menceritakan mimpi yang dialaminya. Lama Yonghwa terdiam dengan pemikirannya sendiri, seakan mencoba mencari arti dari mimpinya sendiri.
" Tapi Seohyun pergi, dia menghilang dan aku berusaha menggapainya tapi dia sudah tiada. Apakah pertanda mimpiku itu, Lin ? ", tanya Yonghwa sambil meraih gelas dan kembali meminum kopinya yang sudah mulai dingin.
" Entahlah. Aku sama sekali tidak bisa mengartikan mimpi. Tapi mungkin itu hanyalah wujud dari perasaan rindumu padanya ", jawab Lin tersenyum. Yonghwa menganggukkan kepalanya. Mungkin, mungkin memang benar itu hanyalah mimpi dari perwujudan kerinduannya.
" Semoga saja ", kata Yonghwa pelan.
Lalu keduanya kembali terdiam. Suasana kantin semakin ramai, sepertinya sebentar lagi jam makan siang. Biasanya saat makan siang kantin akan penuh dengan pengunjung serta para penjaga pasien. Tiba-tiba Ponsel Yonghwa berbunyi dan itu panggilan dari Ibu Seohyun. jantung Yonghwa berdetak kencang, ada apakah gerangan ?
Yonghwa segera menekan tanda terima panggilan " Halo ? ".
" Yonghwa segeralah kembali ke sini, cepatlah !! ", suara Ibu Seohyun terdengar seperti sedang panik. Yonghwa semakin merasa jantungnya berhenti berdetak. Wajahnya tegang.
" Ada apa ? ", tanya Lin tapi Yonghwa segera berdiri dan berlari keluar ruang kantin. Lin segera mengikutinya dari belakang. Yonghwa terus menerus menekan tombol pada lift, tidak sabar menunggu lift yang terbuka. Tepat saat sebuah lift terbuka, Yonghwa langsung melompat masuk diikuti oleh Lin dan langsung menekan nomor lantai kamar Seohyun.
" Yonghwa, ada apa ? ", tanya Lin bingung.
" Entahlah, tapi Ibu Seohyun terdengar panik, semoga tidak terjadi apa-apa dengan Seohyun. Oh Shit !! mengapa lift ini tersaa sangat lambat ", umpat Yonghwa.
Pintu lift terbuka dan bagai terbang Yonghwa berlari ke arah ruang ICU tempat kamar Seohyun berada. Dari jauh di lihatnya Ibu Seohyun sedang berdiri sambil memandang pintu kamar Seohyun dengan gelisah. Saat tiba di sana Ibu Seohyun langsung memeluk Yonghwa.
" Seohyun ? ada apa dengan Seohyun? ", tanya Yonghwa kepada Ibu Seohyun.
" Yonghwa, saat kau pergi tadi, ibu memegang tangan Seohyun dan tangan Seohyun bergerak. Ibu sangat kaget dan segera memanggil dokter dan perawat, sekarang mereka sedang memeriksa Seohyun ", jawab Ibu Seohyun dengan wajah antara bahagia dan gelisah.
Apa ? tangan Seohyun bergerak ? benarkah itu ?
" Benarkah, Ibu ? Benarkah tangan Seohyun bergerak ? ", tanya Yonghwa masih tidak percaya dengan apa yang dia dengarkan barusan. Ibu Seohyun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum meyakinkan Yonghwa. Yonghwa menatap pintu kamar yang tertutup di depannya. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang terpancar dari wajahnya. Ya Tuhan, semoga ini adalah kabar baik bagi mereka, semoga Seohyun tersadar dari komanya, semoga ya Tuhan, doa Yonghwa dalam hati.
Pintu kamar Seohyun terbuka dan Yonghwa langsung bertanya pada dokter yang keluar dari dalam.
" Bagaimana dokter ? ", tanya Yonghwa memburu. Dokter hanya tersenyum memandangnya.
" Siapa diantara anda yang bernama Yonghwa ? ", tanya dokter tersebut.
" Saya, dokter ", kata Yonghwa dengan dada yang berdebar kencang.
" Syukurlah, Seohyun sudah tersadar dari komanya ", kata Dokter membuat Yonghwa dan Ibu Seohyun tak dapat menahan kegembiraan mereka. Yonghwa memeluk Ibu Seohyun yang terisak bahagia, sementara dirinya tanpa terasa juga menangis bahagia. Lin yang ada diantara mereka hanya bisa mengucap syukur sambil menepuk punggung Yonghwa dengan bahagia.
" Dan Tuan Yonghwa, andalah orang pertama yang dia tanyakan saat dia terbangun. Silakan masuk sepertinya Nona Seohyun sangat ingin bertemu dengan anda ", kata Dokter tersebut, dan Yonghwa merasa tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Seohyun memanggil namanya ? Benarkah ?
" Masuklah nak, cepatlah temui Seohyun ", kata Ibu Seohyun tapi Yonghwa seperti terpaku di tempatnya berdiri. Yonghwa tidak tahu perasaan apa yang kini berkecamuk di hati dan benaknya. Hingga Lin kembali menepuk punggungnya dan mendorongnya ke arah pintu.
" Yonghwa, dia menunggumu, masuklah ", kata Lin. Yonghwa mmenatap Lin dan Lin menganggukkan kepalanya meyakinkan Yonghwa.
Yonghwa menarik napas panjang, perlahan dia menyentuh gerandel pintu kamar Seohyun dan membukanya perlahan.
Dua orang perawat nampak sedang melepas beberapa alat yang tadinya terpasang ditubuh Seohyun. Yonghwa hanya berdiri sambil memandang Seohyun yang berbaring dengan mata tertutup. Masih belum percaya dengan yang dikatakan dokter barusan.
Dua orang perawat tersebut akhirnya selesai dan menganggukkan kepala pada Yonghwa lalu berjalan keluar meninggalkan Yonghwa yang masih terpaku.
Perlahan Yonghwa melangkahkan kakinya mendekati tempat tidur Seohyun. Perlahan duduk di kursi dan tidak berani menyentuh Seohyun walaupun untuk sekedar memastikan gadis tersebut telah benar-benar sadar dari komanya.
" Yonghwa oppa ", sebuah suara lirih terdengar memanggil namanya. Sontak Yonghwa berdiri dan mendekat ke tempat tidur Seohyun. Tidak percaya Yonghwa melihat Seohyun tersenyum memandangnya.
" Ne, Seohyunie ", jawab Yonghwa. Seohyun mengulurkan tangannya dan Yonghwa segera memegang tangannya dengan kedua tangannya.
" Istirahatlah, jangan terlalu banyak gerak dan bersuara " , kata Yonghwa dengan nada khawatir membuat Seohyun tersenyum.
" Gomawoyo Oppa ", ucap Seohyun lirih.
" Sudahlah Seohyun.. "
" Terima kasih karena kembali menjadi pahlawan dan menyelamatkanku. Aku selalu tahu Oppa akan datang menyelamatkanku ", potong Seohyun. Yonghwa menggelengkan kepalanya.
" Aku pasti akan mencarimu dan menyelamatkanmu, Seohyun. Terima kasih karena kau mau menungguku ", ucap Yonghwa pelan.
Seohyun memejamkan matanya dan saat dia membuka matanya, Yonghwa melihat mata bening itu berkaca-kaca membuat Yonghwa khawatir.
" Seohyunie apakah kau baik-baik saja, apakah aku perlu memanggil dokter ", tanya Yonghwa dan Seohyun menggeleng pelan. Sekarang airmata sudah mengalir di pipinya yang perlahan mulai memerah. Yonghwa mengusap air mata tersebut.
" Jangan menangis Seohyun, please ".
" Oppa... "
" Nee ".
" Bogoshipoyo ".
" Seohyunie... "
" Jangan membenciku " . Yonghwa menggelengkan kepalanya.
" Aku tidak pernah membencimu ".
" Oppa, apakah aku terlalu menyebalkan dan membuatmu kesal ? Miane Oppa, aku tidak akan lagi membuatmu kesal ".
" Seohyunie, kau boleh membuatku kesal, aku tidak akan marah, bahkan jika kau terus mengikutiku aku tidak akan keberatan. Kau boleh memarahiku, memakiku menamparku aku tidak akan marah. Kau boleh melakukan apapun yang kau inginkan padaku, aku tidak akan marah ", kata Yonghwa sambil menggenggam tangan Seohyun.
" Oppa "
" Tapi Seohyunie, tolong berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan meninggalkan kami, meninggalkanku lagi . Berjanjilah padaku ", pinta Yonghwa. Seohyun menganggukkan kepalanya dengan pelan dan lemah.
" Mian, telah merepotkan kalian semua, membuat kalian sedih ".
" Sudahlah Seohyun, istrahatlah. Kondisimu masih belum 100% pulih. Aku akan disini menunggumu, aku takkan kemana-mana. Kita masih punya banyak waktu untuk berbicara ".
" Oppa sudah berapa lama aku berbaring disini ? ", tanya Seohyun lirih.
" Dua minggu, Seohyunie ", jawab Yonghwa.
" Dua minggu ? Dua minggu aku tertidur tapi aku selalu merasakan Oppa ada di sampingku dan bercerita padaku ".
Yonghwa menatap Seohyun. Apakah selama dua minggu ini Seohyun terbaring koma tapi tetap bisa mendengarkan suaranya ?
" Benarkah ? ".
Seohyun tidak menjawab. Dia lalu memejamkan matanya mencoba mengingat semua yang terjadi tapi kepalanya terasa sakit, sebuah erangan keluar dari bibirnya.
" Ada apa ?", tanya Yonghwa panik " Yang mana yang sakit ? Aku panggil Dokter, tunggulah aku panggil Dokter ", kata Yonghwa tapi Seohyun menarik tangannya dan menggelengkan kepalanya.
" Oppa, gwenchana. Aku tidak apa-apa ", kata Seohyun.
" Kalau begitu istrahatlah. Aku akan bertukar dengan Ibumu, beliau juga sangat mengkhawatirkan dirimu. Melihatmu tentu akan membuatnya sangat bahagia ".
" Aku juga sangat merindukannya ", ucap Seohyun pelan. " Aku ingin bertemu dan memeluknya ".
Yonghwa mengangguk. Dia lalu mengusap pipi Seohyun lalu berucap " Terima kasih Seohyun karena telah kembali, jangan pergi lagi '. Lalu Yonghwa mengecup pipi tersebut dan berbisik " I love You, Seohyun. Aku sangat mencintaimu ".
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon