Seoul, Korea Selatan. 4 tahun kemudian…
Seohyun mengedarkan pandangan-nya ke seluruh ruangan yang didominasi warna putih tulang. Sofa panjang berlengan berwarna senada di letakkan di tengah ruangan yang menghadap ke arah televisi yang diletakkan di arah yang berseberangan. Tanaman hias mirip bamboo menghiasi pojok ruangan itu. Seohyun melangkahkan kakinya dan membuka gorden yang menutupi jendela besar yang hampir sebesar satu dinding ruangan itu. Jendela besar tersebut terhubung dengan balkon yang berada di luar ruangan, pemandangan sungai Han dan pancaran sinar matahari musim semi Seoul seakan menyambut Seohyun ketika dia menginjakkan kakinya di balkon. Dia memenjamkan matanya dan membiarkan angin menerpa wajahnya. Dia menarik nafas dalam dan menghembuskan nya secara perlahan-perlahan. Sudah empat tahun rupanya. Waktu yang cukup lama sehingga membuatnya merindukan tanah kelahirannya ini, merindukan segala yang ada di Negara kelahirannya, termasuk Jung Yong Hwa. Lelaki itu..
Jantung Seohyun berpacu dua kali lipat ketika nama itu terlintas dipikirannya –ya, sejujurnya semenjak kejadian di kafe ketika mereka berada di Amerika, Seohyun sama sekali belum bisa melupakan Jung Yong Hwa. Lelaki itu terus menerus hadir di dalam pikirannya. Lelaki itu juga yang membuatnya memutuskan untuk bisa bertahan hidup sampai sekarang-. Pandangannya seakan menerawang, benar dia merindukannya. Sebesar dan sekeras apapun Seohyun mencoba, ia tidak bisa menampik kalau ternyata di lubuk hatinya yang paling kecil dia merindukan dan bahkan masih mengharapkannya. Tiba-tiba Seohyun menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia merasa terlalu banyak berkhayal setelah apa yang dilakukannya terhadap Jung Yong Hwa, namun dia masih saja mengharapkannya. Tidak, itu tidak mungkin. Yonghwa sunbae pasti sudah membenci bahkan melupakanku sekarang, pikirnya.
Dering ponsel membawanya kembali ke dunia nyata. Ia mengeluarkan ponsel dari tas tangannya dan menempelkan ponselnya ke telinga. “Ya, Ayah. Aku sudah sampai, maaf aku belum sempat menghubungimu, …. iya aku suka sekali dengan apartemennya, terimakasih ayah … sudah, sudah aku telpon, sepertinya Unnie sebentar lagi akan datang, Iya ayah, aku akan baik-baik saja.. baiklah.. dah ayah..” Pintu apartemen Seohyun terbuka cepat ketika ia menutup teleponnya. YoonA datang dan memberikan pelukan erat kepada Seohyun yang masih berdiri diam di balkon.
“Aaaah, Hyuuuun aku sangat merindukanmu”, kata YoonA yang masih belum melepaskan pelukannya kepada Seohyun.
“Unnie-ah, aku tak bisa bernafas, kau memelukku terlalu erat”, canda Seohyun
“Haha maafkan aku, aku terlalu senang bisa melihatmu kembali,” gumam YoonA sambil melepaskan Seohyun dari pelukannya, “Bagaimana kabarmu? Muka mu masih terlihat sedikit pucat? Apa kau benar – benar sudah sehat?” lanjut YoonA.
Seohyun tersenyum dan mengangguk mantap dan menjelaskan bahwa dia hanya kelelahan karena penerbangannya. YoonA kembali menatap dongsaeng yang sudah lama tidak ia temui itu dan berkata, “Ya, aku harap kau memang benar-benar sudah sehat. Penampilanmu juga berubah. Hey, ada apa ini dengan rambutmu?” YoonA menyentuh rambut Seohyun yang dicat hitam dan dipotong pendek sebahu.
“Kenapa? Tidak cantik ya, Unnie? Hmm padahal aku hanya ingin merubah penampilanku saja agar terlihat lebih segar.”
“Tidak, kau tidak cantik. Tapi…Sangat cantik,” sahut YoonA dengan kagum dan langsung disambut oleh tawa keduanya. Mereka pun melanjutkan percakapan tersebut ke ruang tamu dan saling bertukar cerita selama empat tahun ini.
* * * * *
“Oh begitu, baiklah.. Sampaikan salamku padanya ya.. Dah” Jonghyun menutup telponnya, “YoonA minta maaf karena tidak bisa ikut makan malam dengan kita, dia bilang dia sedang bersama Seohyun,” jelas Jonghyun kepada ketiga temannya yang memandangnya penuh tanya sesaat setelah menutup telponnya.
“Seohyun-ssi? Bukankah dia ada di Amerika?” Jungshin bertanya dengan ragu sambil sesekali melirik Yonghwa yang sedang duduk disampingnya dengan ekspresi tidak peduli.
“Ne, dia baru datang hari ini,” Jonghyun menjawab sambil membenarkan posisi duduknya, “YoonA berniat menemani Seohyun makan malam karena hari ini bertepatan dengan ulang tahun Seohyun juga,” lanjut Jonghyun.
“Jinjja? Wah hyung mengapa tak menyuruh mereka datang saja? Aku dan Seohyun kan bisa merasayakan ulang tahun bersama kalau begitu, lagipula kita juga sudah lama tak bertemu dengannya,” Minhyuk berkata dengan semangat dan sesaat melupakan ekspresi Yonghwa yang langsung berubah.
“Hm kurasa itu bukan ide yang bagus..,” sahut Jonghyun sambil menatap Yonghwa yang kemudian diikuti oleh kedua dongsaengnya. Yonghwa yang merasa jadi pusat perhatian tersenyum canggung dan berusaha mengalihkan topik pembicaraan berkata, “Minhyuk-ah apa kau ingin melihat kue-mu terbakar? Cepat tiup lilinnya!”. Minhyuk dkk., mengalihkan pandangannya kepada sepotong kue ulangtahun yang telah dihiasi lilin dengan angka 26 yang masih menyala dan kini tinggal menyisakan bagian kecilnya saja dan dia segera meniup lilin tersebut. Ketiga teman yang telah dianggap nya sebagai saudara lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan secara bergantian memberi ucapan serta hadiah untuk Minhyuk.
* * * * *
Seohyun membuka kotak kecil pemberian dari YoonA sebagai hadiah ulang tahunnya. Sebuah cincin perak dengan inisial Y ditengahnya tersimpan dengan cantik di dalam kotak tersebut. YoonA kemudian menunjukkan cincin yang terpasang di jari manis kanannya, cincin yang sama dengan milik Seohyun dengan inisial S. YoonA menjelaskan bahwa itu adalah cincin persahabatan mereka dan bukti sayangnya terhadap Seohyun. Seohyun tersenyum senang dan mengucapkan terimakasih kepada YoonA.
“Hyun-ah” panggil YoonA saat mereka sudah bersiap untuk pergi tidur
“Ne, unnie. Ada apa?” gumam Seohyun
“Apa yang akan kau lakukan setelah berada di Korea? Apa kau akan melanjutkan kuliahmu lagi?” tanya YoonA sambil menghadap dongsaengnya itu.
“Andwae, aku rasa itu akan membuang-buang waktu. Aku sudah berpikir matang-matang, aku rasa aku akan mulai jadi guru piano untuk anak-anak, aku sudah menemukan tempat yang pas,”
YoonA memandang Seohyun dan dengan hati-hati dia bertanya, “Lalu..bagaimana dengan mimpimu itu?”
“Ah, menjadi artis musical?” Seohyun terdiam sesaat dan menghadapkan wajahnya ke langit-langit kamarnya, “Aku rasa aku punya mimpi lain sekarang,” lanjutnya dengan nada suara yang dalam “sudahlah, sudah malam unnie, sebaiknya kita tidur sekarang kalau tidak kau akan terlambat bekerja besok” sahut Seohyun sambil membalikkan badannya membelakangi YoonA.
“Kau lupa? Aku mengambil cuti besok, hanya untukmu!” gerutu YoonA. Seohyun tertawa kecil sambil tetap membelakangi YoonA. “Oiya, omong-omong apa kau akan bertemu dengannya dan menjelaskan semuanya? Ini masih belum terlambat. Aku tau kau masih memikirkannya kan? Jangan bohongi hatimu Hyun,” YoonA berkata dengan sangat lembut dan tulus.
Seohyun tidak menjawab. Sesaat suasana menjadi sangat hening. Seohyun tahu benar apa yang dimaksud YoonA dan dia bisa meyakinkan bahwa apa yang dikatakan YoonA memang tidak salah. Entah mengapa rasanya setiap kali mengingatnya jantung Seohyun pasti berpacu lebih keras, hatinya memang ingin melakukan semua yang dikatakan oleh YoonA. Namun otak warasnya menolak jelas rencana itu. Empat tahun bukanlah waktu yang sebentar, dia berpikir semuanya pasti sudah banyak berubah dan tak akan bisa kembali lagi seperti semula. Seohyun memejamkan matanya, menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan, “Selamat Malam, Unnie”, dia memilih untuk tidur dan tidak menjawab pertanyaan YoonA.
“Hm, baiklah.. Selamat malam juga,” YoonA membelai lembut rambut belakang Seohyun dan memutuskan untuk ikut memejamkan matanya juga.
* * * * *
Seohyun duduk di balkon apartemennya dengan ditemani secangkir teh herbal hangat dan beberapa buah goguma rebus. Ini hari ketiganya di Seoul, dia melirik jam tangan yang dipakainya dan segera beranjak dari tempatnya tadi. Sudah waktunya. Aku harus pergi, kata Seohyun kepada dirinya sendiri. Hari ini adalah hari pertamanya menjadi guru piano di salah satu tempat les musik dan dia tidak ingin meninggalkan kesan pertama yang buruk di hari pertamanya.
“Terimakasih Nona Hyun, kau sudah bekerja keras hari ini. Sebaiknya kau segera pulang ke rumah dan beristirahat. Besok anak-anak pasti akan lebih merepotkan dari sekarang,” sahut Mrs. Chang selaku pemilik sekaligus guru music senior di tempat mengajar Seohyun dengan ramah.
Seohyun membungkukkan badannya dan berkata, “Sama-sama Mrs. Chang, aku sangat senang mengajar di sini. Kalo begitu aku pulang dulu ya, Sampai Jumpa besok Mrs. Chang” dengan senyumnya yang manis Seohyun pun berlalu meninggalkan Mrs. Chang dan pergi pulang menuju apartemennya.
Matahari sudah berganti tugas dengan rembulan, ini tandanya sudah hampir 6 jam ia mengajarkan piano di tempat kursus music itu. Musik dan anak-anak memang bisa membuat Seohyun lupa waktu. Ia pun tersenyum riang selama perjalanan dan memutuskan untuk mampir ke toko music terdekat yang menjual berbagai macam cd dan kaset tanpa memedulikan rasa lelahnya. Ia berjalan ke deretan musik klasik, dari dulu Seohyun memang lebih menyukai jenis musik yang satu ini, selain bisa mengasah kemampuan pianonya lebih dalam, musik ini juga entah mengapa bisa membuat Seohyun lebih relax dan nyaman. Seohyun menelusuri setiap barisan cd dari para musisi ternama seperti Beetthoven, Mozart, Kitaro-Koi dan lainnya, namun matanya terpaku pada cd musisi mendunia Pachelbels dengan karyanya yang terkenal yaitu Canon in D, dan dia pun memutuskan untuk membelinya dan berjalan menuju kasir sampai tiba-tiba dia bertemu dengan sosok pria yang begitu familier baginya.
Deg…
Jung Yong Hwa sunbaenim....
Benar, tidak salah lagi itu pasti dia. Walaupun sudah 4 tahun lamanya, tapi Seohyun tidak mungkin melupakan sosok itu. Wajahnya dan matanya yang bersinar masih sama seperti dulu. Dia tak berubah, pikir Seohyun yang tanpa sadar mematung di tempatnya. Dia terus memandangi pria yang sedang memilih jenis musik pop-rock itu ditempatnya, mata Seohyun jelas berbinar-binar ketika melihat pria yang telah lama dirindukannya. Merasa diperhatikan, pria itu melihat ke arah Seohyun dan selama beberapa saat mata mereka terpaut satu sama lain. Seohyun akhirnya memberanikan diri memberikan senyum kepada pria itu walaupun dia tahu pasti senyumnya terlihat sangat memalukan. Pria itu berjalan menghampiri Seohyun. Tangan Seohyun terkepal gugup sedangkan yang lainnya memegang cd itu semakin erat. Dia tak menyangka pria itu akan menghampirinya dan dia mencoba memasang senyum terbaiknya sekali lagi dan menyapa, “Sunn…”
Apa?!
Pria itu berjalan menghampirinya dan melewati Seohyun begitu saja bahkan sebelum Seohyun menyelesaikan kata sapaanya. Rahang Seohyun mengeras. Bagaikan tertimpa badai salju ia membeku ditempatnya dan tak percaya dengan apa yang terjadi. Jung Yong Hwa sunbaenim. Pria yang dirindukannya selama empat tahun ini, pria yang rela mengejarnya empat tahun lalu, kini berubah menjadi seseorang yang seolah tak mengenalnya. Kenangan itu pun kembali melintas di dalam otak Seohyun. Benar. Ini semua memang salahku. Mengapa aku masih mengharapkan sikapnya bisa kembali seperti dulu? Seohyun membalikkan badannya dan melihat pria itu yang sedang membayar belanjaannya di kasir. Ia tersenyum samar dan terus memperhatikannya sampai pria itu menghilang dari hadapannya.
Andai saja waktu bisa kuputar, aku akan memperbaiki semuanya.
Tapi apakah itu masih mungkin?
Author
Nama: ftetrau
line : 95
Penyuka Kpop, Gogumas, new writer, single
id line : ayamberenang123
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon