#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

DONT SAY NO




CHAPTER THREE

“ Aku dalam masalah yang besar “, ucap Seohyun saat Hyo membuka pintu apartemennya.
“ Masuklah “, Hyoyeon membuka lebar pintu apartemennya, menarik tangan Seohyun masuk ke dalam apartemennya lalu menutup pintunya.
Seohyun menjatuhkan tubuhnya ke sofa, pandangannya kosong sama seperti pikirannya yang sedang kacau.
Sejak Yonghwa mengajukan sebuah tawaran akan sebuah pernikahan yang akan saling menguntungkan buat mereka berdua dan Seohyun mengiyakannya, Seohyun merasa telah melakukan satu kesalahan paling besar dalam hidupnya. Tapi satu sisi yang tak bisa di tepisnya justru merasa bahagia.
Seohyun bingung sendiri. Setelah kepulangan mereka dari makan siang kemarin, Seohyun lebih banyak diam dan selebihnya lebih memilih menghindar dan beralasan ada banyak permintaan terjemahan yang harus di kerjakannya. Hingga saat siang tadi Yonghwa pamit untuk kembali ke Seoul tapi dia berjanji akan kembali untuk membicarakan pernikahan mereka, Seohyun hanya menganggukkan kepalanya dan lebih banyak berada di belakang Ayahnya.
Yonghwa telah membicarakan soal pernikahan mereka kepada Ayah Seohyun. Walaupun agak terdengar bimbang, Ayah Seohyun menyatakan kegembiraannya dengan memeluk Yonghwa dan mengatakan bahwa dia tidak akan pernah bisa mendapatkan orang yang tepat untuk Seohyun selain Yonghwa.
Begitu ironis, pikir Seohyun. Ayahnya memikirkan kebahagiaannya tapi secara bersamaan tidak mengizinkan dirinya untuk mendiskusikan hal penting dengannya. Seohyun mendengus melihat adegan di depan matanya itu.
“ Yonghwa melamarku “, ucap Seohyun pelan dan langsung membuat Hyo terbelalak tak percaya mendengar apa yang di katakan Seohyun.
“ No way ! “, serunya sambil duduk di samping Seohyun. “ Yonghwa melamar dirimu, wah matahari mungkin sudah terbit dari barat pagi ini. Apakah kau menerima lamarannya ? “.
Seohyun menganggukkan kepalanya dan Hyo sekali lagi terhenyak kaget.
“ Demi Tuhan Seohyun. Apa yang telah kau lakukan pada dirimu sendiri ? “, sahut Hyo. “ Kita semua tahu Yonghwa bahkan tidak pernah menaruh perhatian sedikitpun padamu, bajingan sialan itu bahkan baru saja di campakkan oleh tunangannya yang cantik tapi bodoh itu, kau dan aku tahu situasinya. Yonghwa sedang terluka, harga dirinya tercabik-cabik dan sekarang dia menjadikanmu pelarian atas semua yang terjadi padanya. Seojuhyun, apakah kau sudah kehilangan akal ?? “.
Seohyun menunduk menekuri tangannya yang saling berkait. Wajahnya sedih dan pikirannya kusut. Seohyun sudah bisa mengira bagaimana reaksi Hyoyeon saat dia menyampaikan kabar tersebut. Sahabatnya itu pasti akan menganggapnya sudah tidak waras.
“ Mengapa kau menerimanya, Seohyun ? Aku tahu kau bukan orang yang akan mau melibatkan dirimu sendiri dalam masalah ? “tanya Hyo saat melihat Seohyun hanya diam tertunduk.
“ Karena pernikahan ini akan menguntungkan kami berdua “, jawab Seohyun pelan.
“ Demi Tuhan, pernikahan itu bukan bisnis yang akan saling menguntungkan ! Rasanya aku ingin mengetok kepala kalian berdua dengan pemukul baseball “.
“ Lagipula ini ada hubungannya dengan Ayahku “.
Hyoyeon mengernyit sambil membuka mulutnya tak percaya. “ Jangan bilang Ayahmu yang meminta kalian menikah, jangan bilang ini ada hubungannya dengan hubungan bisnis antara Yonghwa dan Ayahmu. Arrgghh kau membuatku gila Seohyun ! “.
Hyoyeon menepuk lengan Seohyun gemas, lalu bangkit dan berjalan ke dapur kecilnya membuka kulkas dan mengeluarkan dua kaleng coke dingin, membuka satu untuk dirinya sendiri lalu meneguknya hingga setengah lalu membawa satu lagi untuk Seohyun yang hanya menerimanya tapi tak berniat membuka apalagi meminumnya.
“ Bagaimana kalau kau ceritakan dari awal “, kembali Hyo duduk di sofa tapi kali ini dia menaikkan kedua kakinya melipatnya dan menempatkan dirinya di ujung sofa sambil menatap Seohyun. “ Aku butuh mendengar keseluruhan masalah ini “.
Seohyun menarik napas lalu perlahan-lahan menghembuskannya sambil memainkan kaleng coke di tangannya. Dia lalu mulai menceritakan semuanya. “ Sampai sekarangpun aku masih berpikir aku sudah gila karena menyetujuinya “, ucap Seohyun mengakhiri ceritanya.
Hyoyeon terdiam mencoba mencerna apa yang baru di ceritakan oleh Seohyun. Dan yang di rasakannya adalah kemarahan, bukan terhadap Yonghwa walaupun bukan berarti dia tidak marah terhadapnya, tetapi lebih kepada kedua orang tua Seohyun. Mereka tidak berhak memperlakukan Seohyun seperti itu. Hyoyeon adalah mungkin merupakan saksi bagaimana beban sebagai anak benar-benar di rasakan oleh Seohyun, mulai dari bagaimana perlakuan Ibunya yang akhirnya membuatnya menjadi seperti saat ini, dan Ayahnya yang hanya menganggapnya sebagai satu beban. Mereka benar-benar bukan contoh orang tua yang patut di jadikan teladan.
Lama keduanya diam, Seohyun dengan kekusutan pikirannya dan Hyoyeon dengan pemikirannya untuk menolong sahabatnya.
Seohyun pada dasarnya sangat cantik, kata Hyoyeon dalam hati, sayangnya Seohyun menyembunyikan hal tersebut di balik dandanan uniknya selama ini. Seohyun mempunyai bentuk tubuh yang sempurna karena mereka sering berenang dan Hyo bisa melihat bahwa tubuh Seohyun adalah sebuah mahakarya, dan Hyoyeon bertekad akan membuat sahabatnya tersebut menyadari apa yang di milikinya.
“ Baiklah, kalau memang begitu kejadiannya “, ucap Hyoyeon sambil menepuk kedua tangannya. “ Besok aku akan meminta cuti selama dua hari dan kita berdua akan pergi ke Seoul dan belanja pakaian baru serta tentu saja beberapa perlatan make up dan yang paling utama membuat sedikit perubahan pada rambutmu yang sembrawut itu “.
Seohyun terkesiap mendengar perkataan Hyoyeon. Pandangan matanya terbelelak menatap Hyoyeon. “ A-apa tadi katamu ? belanja pakaian, make up dan rambut ? “, tanya Seohyun bingung.
Hyoyeon menganggukkan kepalanya penuh tekad. “ Bila kau akan menjadi nyonya rumah untuk pesta-pesta yang akan di selenggarakan calon suami brengsekmu itu, kau perlu beberapa gaun pesta dan juga sedikit mempelajari bagaimana merias wajahmu untuk menjadi pusat perhatian di          pesta.  Dan yang paling penting membuat Jung Yong Hwa melihat apa yang di lewatkannya pada dirimu “.
“ Ehh entahlah “, Seohyun sedikit enggan.
“ Tidak ada kata entahlah, Seohyun. Kau hanya perlu minta izin kepada Ayahmu dan mari kita membuat lobang besar di rekening kartu kredit Ayahmu “.
“ Sebenarnya Ayahku sedang ke Seoul untuk urusan bisnis dan katanya sih mau mencari apartemen atau rumah yang akan di tempatinya nanti jika pindah ke Seoul “.
“ Ahh berita yang menyenangkankan. Besok kau hanya perlu mengunci semua jendela dan pintu di rumahmu dan kita akan shopping selama dua hari, dan tak usah khawatir, Seoul kota yang besar, kita tidak akan bertemu Ayahmu di sana kecuali tiba-tiba saja Ayahmu sedang ingin berbelanja “, ucap Hyoyeon dengan tawa kecil di bibirnya.
“ Tapi___ “.
Hyoyeon menutup mulut Seohyun dengan tangannya dan Seohyun buru-buru melepaskan tangan Yoyeon dari mulutnya.
“ No tapi-tapian, kita akan pergi besok dan kita akan bersenang-senang, lagipula kau punya utang liburan denganku jadi anggap saja kita impas “.

♥ ♥ ♥

Dan dua hari bersama Hyoyeon benar-benar membuat Seohyun kewalahan. Mereka berdua bagaikan dua orang dewasa yang baru saja menang lotre dan menghabiskan uang lotre tersebut dengan berbelanja baju-baju dengan brand terkenal dan mahal. Dari satu toko ke toko lain, dari gaun, pakaian dalam, pakaian tidur yang terlalu seksi menurut Seohyun sampai ke  sepatu-sepatu dengan high heel yang bikin Seohyun sedikit ngeri.
Seohyun kemudian harus mengikuti kursus kilat cara merias wajah dan melakukan perawatan di sebuah salon mulai dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Dan rambutnya, rambutnya yang dulu di biarkan acak-acakan dan hanya di gelung sekedarnya sekarang berubah sangat drastis. Hyoyeon tidak mau mendengarkan protes Seohyun, dia menyebut dirinya sebagai Ibu Peri bagi Seohyun dan Seohyun hanya boleh menurut dan tak boleh membantah.
Dan setelah semuanya yang di lakukan dengan rambutnya dan juga wajahnya serta kacamata bulatnya yang di ganti dengan soft lens, Seohyun berubah bagai itik kotor menjadi seekor angsa putih yang menawan. Bukti nyata dari perubahannya adalah bagaimana semua orang menatap kagum kepadanya dan Hyoyeon hanya bisa tersenyum bangga akan keberhasilannya merubah Seohyun.
Dan sekarang disinilah dirinya, menunggu Ayahnya yang memintanya menjemput di stasiun karena entah kenapa tiba-tiba saja Tuan Seo ingin pulang dengan menggunakan kereta. Seohyun melirik jam tangan mungilnya dan mendesah karena ternyata ada keterlambatan kedatangan  kereta dari Seoul.
Beberapa pasang mata yang menatapnya takjub membuat Seohyun merasa risih. Seharusnya dia tidak berdandan seperti ini saat  menjemput Ayahnya, tapi keinginan kuat untuk membuat Ayahnya berkomentar tentang penampilan barunyalah yang membuatnya mengenakan gaun terusan tanpa lengan berwarna putih dengan aksen bunga matahari yang membuatnya terlihat begitu menikmati musim panas, topi dengan pinggiran lebar yang di beri scarf melingkar berwarna senada dengan aksen gaunnya membuat penampilannya terlihat begitu menawan. Dan tentu saja sepatu dengan sol rendah membuatnya semakin bersinar diantara para penumpang yang sedang menantikan kedatangan kereta.
Tapi apakah komentar Ayahnya memang dia perlukan ? Bukankah selama ini apapun yang di lakukannya pada dirinya tak bisa mendapatkan komentar yang baik dari kedua orang tuanya ? Jadi reaksi Ayahnya tidak akan mengganggu. Tapi jujur segala perubahan ini membuat Seohyun berpikir bahwa ini bukanlah dirinya. Bukan ini yang menjadi alasan Yonghwa melamarnya. Yang di lamar Yonghwa adalah Seohyun yang polos dan tidak terlalu peduli dengan apa dan bagaimana berdandan untuk menarik hati kaum pria, Seohyun yang apa adanya, Seohyun yang – kuno !.
Seohyun melirik ke jendela stasiun yang memantulkan bayangan dirinya. Semua yang di lihatnya adalah benar-benar 180 derajat berbeda dari dirinya. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, Seohyun merasa sangat menyukai perubahan yang di alaminya. Hyoyeon benar, tak satupun wanita yang tidak bahagia dengan kecantikan yang mereka miliki, aneh, akhirnya Seohyun bisa merasakan hal seperti itu.
Seohyun tidak tahu apa yang akan di pikirkan Yonghwa saat melihat perubahan dirinya. Mungkin saja Yonghwa tidak akan menyukai perubahannya sedikitpun. Dan jika nantinya Yonghwa membatalkan pernikahan mereka, apakah itu sesuatu yang buruk ?
Seohyun mendesah. Mungkin memang ini semua salahnya, tak memikirkan segalanya dengan benar hanya terbawa napsu akan kekecewaaannya terhadap rencana masa depan Ayahnya yang bahkan tidak melibatkan dirinya. Seohyun menarik napas panjang dan kembali memandang sedih tampilan dirinya di kaca. Dia telah mempertaruhkan seluruh kebahagiaan masa depannya saat dia setuju dengan rencana Yonghwa bahkan saat dia tahu bahwa mustahil baginya bisa mendapatkan cinta Yonghwa.
Seojoohyun, you are so stupid !!!
Mungkin bila dia tidak mencintai Yonghwa tidak akan berdampak terlalu buruk. Tapi sayangnya dia mencintai Yonghwa bahkan melebihi cintanya pada dirinya sendiri. Adakah yang lebih bodoh dari   itu ?
Dan akhirnya kereta yang di tunggunya tiba juga. Seohyun mulai mencari-cari sosok Ayahnya di antara penumpang yang turun dari kereta tersebut sambil menggigit bibirnya pelan. Dan saat di lihatnya sosok Ayahnya, Seohyun menegakkan bahunya dan berbisik pada dirinya sendiri, apapun komentar Ayahnya, dia tidak akan merasa tersinggung ataupun sedih.
Tapi ada sedikit keterkejutan di wajah n Seohyun melihat bahwa ternyata Ayahnya tidak sendiri. Ada seseorang yang menemaninya, dan wajah keduanya terlihat begitu berseri-seri. Baiklah setidaknya bukan Cuma Ayahnya yang terkejut, gumam Seohyun.
Seohyun masih menata hatinya ketika Ayahnya dan wanita yang bersamanya hampir saja melewatinya, sampai Seohyun menyentuh tangan Ayahnya dan menyapanya, “ Ayah, seharusnya Ayah memberiku kabar kalau ternyata kereta Ayah mengalami keterlambatan ? “.
Bukannya menjawab pertanyaan Seohyun, Ayah Seohyun justru tertegun melihat putrinya tersebut. “ Seohyun ? “, ucapnya ragu. “ Demi Tuhan, apa yang kau lakukan pada dirimu, Ayah bahkan tidak bisa mengenalimu ? “.
Seohyun tersenyum kecut, kecewa tapi memang apa yang dia harapkan ? Perkataan Ayahnya tidak memberinya pengharapan apapun juga, kalau Ayahnya saja berkomentar seperti ini bagaimana dengan Yonghwa ?
“ Ini bukan seperti dirimu “, ucap Ayahnya sambil kembali mengamati keseluruhan penampilan Seohyun. “ Mengenakan pakaian seperti ini, kau tampak seperti orang asing bagiku. Jangan bilang kau membeli pakaian ini dari toko lokal di Daegu ? “.
“ Aku dan Hyo membelinya di Seoul beberapa hari yang lalu “, jawab Seohyun datar. Di lihatnya Ayahnya tersenyum lebar. Apakah dia selucu itu, tanya Seohyun dalam hati. Sedih.
“ Seharusnya Ayah sudah menduga kalau perubahanmu ini adalah perbuatan dari sahabatmu itu “, ucap Ayah Seohyun sambil tertawa kecil. “ Tapi Ayah suka dengan apa yang di lakukannya terhadap dirimu, Ayah bahkan suka cara berdandanmu yang terlihat begitu menawan “.
“ Kau seharusnya tidak mengatakan hal seperti itu ? “, wanita yang tadi menemaninya menegur Ayah Seohyun dengan halus dan menatap Seohyun dengan senyuman yang sangat tulus terpancar di wajahnya yang walaupun umurnya mungkin sudah seumur ibunya, tapi paras kecantikan masa mudanya masih menghias wajahnya.
“ Oh, maaf aku sampai lupa memperkenalkan kalian berdua “, kata Ayah Seohyun sambil menepuk keningnya. “ Seohyun ini Ny. Hwang. Dia adalah asisten pribadi Ayah di Seoul yang selama ini membantu Ayah menangani segala urusan di Seoul “.
Mrs Hwang tersenyum sambil mengulurkan tangannya dan Seohyun menyambutnya dengan senyum ragu-ragu, bertanya-tanya ada apa antara Ayahnya dan wanita yang ada di depannya.
“ Ayahmu banyak bercerita tentang dirimu, senang akhirnya bisa mengenalmu secara langsung “, Ny. Hwang meremas lembut tangan Seohyun. Ketulusan kembali terpancar dari wajahnya.
“ Selamat datang di Daegu Ny. Hwang, maaf tapi saya tidak menyangka bahwa Ayah akan mengajak seseorang bersamanya “, kata Seohyun sambil menyunggingkan senyuman di wajahnya.
“ Sayalah yang harus meminta maaf merepotkanmu “.
“ Bagaimana kalau basa basinya kita lanjutkan di rumah saja “, sahut Ayah Seohyun tepat saat peluit kereta berbunyi. Seohyun meringis sambil meminta maaf lalu berjalan mendahului keduanya ke tempat parkir di mana dia memarkirkan mobilnya.
Ayah Seohyun meminta kunci mobil dan membiarkan Seohyun duduk di kursi belakang dan mempersilahkan Ny. Hwang untuk duduk di depan, dan tanpa protes Seohyun membiarkan dirinya duduk di belakang dan mencoba terlihat santai.
Setelah mendengar komentar Ayahnya, Seohyun merasa tamasya dua hari ke Seoul bersama Hyoyeon adalah merupakan pemborosan yang mahal. Seohyun seharusnya tidak membiarkan Hyo membujuknya karena pada dasarnya dia tahu tak akan ada yang peduli seberubah apa dirinya. Semua orang tetap akan memandangnya sebagai Seohyun yang rendah diri dan tidak menarik.
Sambil menatap keluar jendela, Seohyun mulai memikirkan apa yang seharusnya dia lakukan setibanya di rumah. Hal pertama yang akan di lakukannya adalah mengeluarkan semua pakaian-pakaian mahal yang telah di belinya dan memasukkannya ke dalam kardus, menyingkirkan semua peralatan make up yang di tatanya di meja hias dan yang kedua adalah menelpon Yonghwa. Menjelaskan bahwa dia sudah mempertimbangkan semuanya dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka.
Dan itulah yang akan di lakukannya dan Seohyun terus memperingatkan dirinya sendiri dengan tegas bahwa itulah yang akan di lakukannya saat mobil mereka memasuki halaman rumah. Seohyun membuka pintu mobil saat mobil berhenti tepat di depan teras. Menunggu Ayahnya membukakan pintu mobil buat Ny. Hwang dan melangkah ke teras sambil mengeluarkan kunci rumah dari tas bertali panjang yang sedari tadi di selempangkannya ke tubuhnya.
Berusaha menjadi tuan rumah yang baik, Seohyun mempersilahkan Ny. Hwang memasuki rumah mereka. Tapi Seohyun tahu bahwa Ayahnyalah yang akan menjadi tuan rumah untuk wanita tersebut karena Ayahnya meminta dirinya untuk membawa tas Ny. Hwang ke kamar tamu yang biasa mereka gunakan saat ada tamu berkunjung.
“ Oh iya sayang, maukah kau menyiapkan minuman dingin untuk kami setelah kau membawa tas tersebut ke atas ? “, kata Ayah Seohyun saat baru saja Seohyun melangkahkan kakinya menaiki anak tangga pertama menuju ke lantai atas. Seohyun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum mengiyakan permintaan Ayahnya. “ Dan setelah itu, Ayah ingin berbicara denganmu “.
Seohyun kembali menganggukkan kepalanya dan kembali menaiki tangga. Mencoba menerka-nerka apa gerangan yang akan di bicarakan Ayahnya dengannya ? Apakah ada hubungannya dengan kedatangan Ny. Hwang ? Seohyun menggelengkan kepalanya pelan dan menghembuskan napas perlahan.

♥ ♥ ♥

“ Jadi kalian berdua akan menikah ? “, tanya Seohyun pelan setelah mendengar penjelasan panjang Ayahnya akan maksud kedatangan Ny. Hwang dan apa yang membuatnya memutuskan untuk menikahinya setelah berkencan dengannya setahun setelah kematian ibu Seohyun, bagaimana mereka menyembunyikan hal tersebut dan mengapa perlu menyembunyikan hal tersebut pada Seohyun.
“ Kami akan menikah setelah kau menikah dengan Yonghwa “, jawab Ayah Seohyun sambil tersenyum mesra ke arah Ny. Hwang yang duduk di sudut sofa. “ Bagaimanapun kami tidak ingin merusak rencana pernikahan kalian. Bahkan Ny. Hwang akan membantumu mempersiapkan segala sesuatunya. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Ayah mengajaknya ikut “.
Seohyun menganggukkan kepalanya. Pernikahan dirinya dan Yonghwa. Sayang sekali bahwa malam ini dia justru akan menelpon Yonghwa dan membatalkan pernikahan mereka, jadi mungkin kedatangan Ny. Hwang hanyalah sia-sia belaka.
Tapi Seohyun tentu saja tidak akan mengatakan hal tersebut kepada mereka. Seohyun tidak enak hati memudarkan bercak-bercak harapan di wajah Ayahnya dan senyuman tulus wanita di depannya.
“ Saya senang, bahwa anda akan menjadi pendamping bagi Ayah saya, Ny. Hwang “, ucap Seohyun.   “ Saya sedikit khawatir meninggalkannya saat saya harus mengikuti suami saya setelah menikah nantinya “, dusta Seohyun dengan senyuman yang di buat sebahagia mungkin.
“ Panggil saja saya Bibi Hwang, sayang. Tolong jangan terlalu formal “, pinta Ny. Hwang. “ Dan saya merasa senang, kau merestui hubungan kami ini “.
“ Bagaimana kalau malam ini kita makan malam di luar ? “, usul Ayah Seohyun.
“ Mungkin sebaiknya Ayah dan Ny – Bibi Hwang saja yang pergi. Ada beberapa hal yang harus saya lakukan malam ini “, tolak Seohyun sambil memasang ekspresi menyesal di wajahnya. “ Mungkin lain kali “.
Lima belas menit kemudian Seohyun meninggalkan keduanya dan berjalan naik menuju ke arah kamarnya. Menutup pintu kamarnya dengan perasaan yang dia sendiri sulit ungkapkan. Bahagia, sedih dan cemas bercampur dalam hatinya.
Seohyun kemudian berjalan menuju lemari pakaiannya, membukanya dan menatap isinya yang sudah diatur dengan rapi oleh dirinya dan Hyoyeon. Sahabatnya tersebut sudah menyimpan semua pakaian yang selama ini di kenakannya jauh di bagian bawah dan menggantinya dengan semua pakaian yang telah mereka beli. Melipat semua pakaian berkabung – sebutan Hyo pada deretan gaun kuno hitam dan abu-abu miliknya – dan menggantinya dengan berbagai gaun berwarna warni dan tentu saja mantel – matel musim gugur dan musim dingin yang telah mereka beli.
Seohyun menyentuh pakaian-pakaian tersebut dengan ujung jarinya, menimbang – nimbang apakah benar dia harus mengepak semuanya dan memasukkan ke dalam kardus dan mengembalikan semua pakaian berkabungnya kembali ke deretan atas. Satu sisi Seohyun berontak, apakah dia tidak berhak menggunakan semua pakaian indah tersebut ?
Sebaiknya Seohyun menelpon Yonghwa sekarang dan tidak usah menunggu malam. Sekarang sudah pukul lima sore dan Seohyun yakin Yonghwa pasti sudah tidak lagi berkutat dengan pekerjaan kantornya. Dan mungkin setelah itu dia akan menunggu ayahnya datang dan mengatakan bahwa pernikahan antara dirinya dan Yonghwa sudah di batalkan.
Seohyun meraih ponselnya dari dalam tas dan mendapati ponselnya ternyata tidak aktif. Seohyun pasti terburu-buru saat bergegas ke stasiun sampai-sampai dia lupa mengaktifkan ponselnya setelah menchargernya.
Seohyun menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjangnya dan mengaktifkan ponselnya, ragu-ragu di carinya nama Yonghwa di daftar contact ponselnya. Setelah menarik napas berulang-ulang Seohyun menekan tombol dial dan menunggu beberapa saat sampai nada sambung terdengar. Sekali, dua kali hingga beberapa kali tak juga di angkat oleh Yonghwa. Seohyun mematikan sambungan tersebut.
Menunggu lima menit, Seohyun kembali menghubungi ponsel Yonghwa tapi kembali hanya deringan sambungan yang di dengarnya. Mungkin Yonghwa masih sibuk, ucap Seohyun dalam hati. Mungkin memang dia harus menunggu malam hari untuk menghubunginya.
Seohyun turun ke dapur dan saat memasuki dapur di lihatnya Ayahnya juga berada di sana. Saat di lihatnya Seohyun memasuki dapur, wajah tua itu tersenyum.
“ Apa yang Ayah lakukan di dapur ? “, tanya Seohyun sambil melangkah ke arah kulkas dan mengeluarkan kotak jus dari dalamnya.
“ Ayah sedang mengambil air minum “, jawab Ayah Seohyun sambil mengangkat gelas yang sudah terisi air di tangannya.
Seohyun mengambil gelas dari lemari konter mengisinya dengan jus lalu meminumnya sambil menatap lurus kearah Ayahnya.
“ Ayah, apakah Ayah ingin mengatakan sesuatu padaku ? “, tanya Seohyun pelan membuat Ayahnya berpaling menatapnya bingung. “ Mungkin Ayah ingin menyampaikan sesuatu padaku ? “.
“ Benarkah ? “.
“ Kurasa begitu “. Bagaimanapun mereka berdua harus membicarakan hal tersebut sebelum Seohyun kembali menelpon Yonghwa dan membatalkan pernikahan mereka. “ Pensiun, menjual aset perusahaan, menjual rumah, pindah ke Seoul ? “.
“ Ahhh “, ucap Ayah Seohyun jelas tidak merasa nyaman dengan apa yang di katakan Seohyun. “ jadi Yonghwa telah memberitahumu rencana tersebut. Sebenarnya Ayah akan membicarakan hal tersebut denganmu __ “.
“ Dan kapankah itu Ayah ? “, potong Seohyun. “ Saat pemilik baru perusahaan kita muncul di rumah ini, atau mungkin saat pemilik baru rumah kita ini akan menghuni rumah ini ? “.
“ Bukan seperti itu, Seohyun “. Tatapan tajam Ayahnya menyapu wajah Seohyun. “ Bagaimana kalau kita duduk ? “.
Seohyun melangkah mendahului Ayahnya menarik sebuah kursi dari meja makan di dapur dan duduk sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya menunggu penjelasan Ayahnya.
“ Sebenarnya, kau tidak perlu merasa di abaikan dengan rencana Ayah tersebut, Seohyun “, kata Ayah Seohyun sambil duduk di depan putrinya tersebut.
“ Lalu mengapa aku merasa demikian, Ayah ? “.
“ Sebenarnya ini adalah saran dokter. Sejak dokter menyarankan Ayah untuk hidup lebih santai – tidak sayang, Ayah tidak apa-apa jangan khawatir “, ucap Ayah Seohyun saat melihat wajah khawatir Seohyun. “ kau tahu saat kau bertambah tua, penyakit seperti tekanan darah yang tidak stabil selalu menjadi hal yang tak bisa kau atasi dengan baik, itulah kemudian yang menyebabkan Ayah berpikir untuk pensiun. Dan gagasan tersebut Ayah cetuskan saat bertemu Yonghwa. Kami bertukar pikiran, apa yang terbaik untuk semuanya, untuk perusahaan, untuk semua karyawan dan tentu saja untuk menjaga kestabilan masa depanmu. Aku bisa saja menjual saham kepada Yonghwa tapi kemudian Ayah berpikir akan lebih bagus jika saham tersebut Ayah alihkan kepada dirimu, sehingga bagaimana pun itu akan menjamin masa depanmu sebagai pemilik saham terbesar “.
“ Lalu kemudian Ayah mendiskusikannya dengan Ny. Hwang sebagai orang yang selama ini menjadi pengganti Ayah dalam mengurus semua bisnis ini, dan dia mengatakan memang sudah saatnya aku mulai memperhatikan kesehatanku dan bersantai menikmati masa tua. Dan kepergian Ayah ke Seoul adalah untuk mengurus pengalihan saham tersebut dan tentu saja mencari rumah untuk Ayah tempati nantinya “.
“ Lalu kau dan Yonghwa mengumumkan pernikahan kalian, dan itu bagaikan bom yang di jatuhkan tepat di kepala Ayah. Ayah senang bahwa kau memilih Yonghwa menjadi suamimu, dan itu juga menjadi satu pertimbangan Ayah saat berada di Seoul. “.
“ Jadi bukan karena Ayah mengabaikanmu dan tidak ingin berbagi dan meminta pendapatmu, tetapi bahwa Yonghwa dan kau akan menikah membuat Ayah berpikir bahwa Ayah tak perlu mengungkapkan hal tersebut padamu. Dan Ayah minta maaf Seohyun “, ucap Ayahnya.
“ Ayah pasti mengira aku ini sangat bodoh “, ucap Seohyun sedih. “ Jadi apakah Ayah sudah menemukan rumah yang tepat utnuk Ayah dan Ny. Hwang ? “.
Ayah Seohyun mengangguk. “ Ayah mendapat rumah yang jaraknya tidak jauh dari kediaman Yonghwa. Jadi kau bisa datang bertemu Ayah kapan saja kau mau “. Ayah Seohyun lalu bangkit dari kursi tapi kembali terduduk, di pandanganinya wajah putrinya yang terlihat begitu penuh beban. Senyum sayang muncul di wajahnya yang mulai berkeriput. “ Ayah tidak bisa berpura-pura tidak senang saat Yonghwa memberitahukan rencana pernikahan kalian. Kurasa semua Ayah di dunia ini ingin menyerahkan putrinya pada pria yang dipercayanya bisa melindungi dan membahagiakan putrinya – dan bagi Ayah orang itu adalah Yonghwa. Tapi, apakah kau yakin, Yonghwa bisa membuatmu bahagia ? “.
Jika saja Yonghwa mencintainya seperti dirinya mencintainya, Seohyun yakin Yonghwa bisa membahagiakan dirinya. Tapi sayangnya Yonghwa tidak mencintainya. Pernikahan mereka murni bisnis dan saling menguntungkan. Seohyun tahu dengan pasti dia tidak akan pernah bahagia, bahkan akan sengsara dan malam ini keputusannya untuk menghubungi Yonghwa dan membatalkan pernikahan mereka, adalah keputusan yang paling tepat yang akan di ambilnya. Dan besok dia akan mengumumkan pembatalan tersebut kepada Ayahnya.
“ Biarkan saja aku yang akan mengkhawatirkan hal tersebut, Ayah “, guman Seohyun pelan sambil berdiri dari kursinya. “ Dan mengapa Ayah tidak istrahat saja, bukankah Ayah akan keluar untuk makan malam ? “.
Saat berjalan dari dapur dan menuju tangga, Seohyun mengeluarkan ponselnya dan bermaksud menelpon Yonghwa kembali sambil menaiki tangga. Tapi suara pintu depan yang terbuka membuat Seohyun memutar kepalanya. Suara Yonghwa membuatnya sangat terkejut.
“ Jadi kau ada di sini ? Aku sangat khawatir, aku menelponmu siang tadi dan kau tidak mengangkatnya bahkan ponselmu mati, Seohyun___ “.
Suara Yonghwa menghilang. Seohyun memandang pria tersebut. Yonghwa balas menatap Seohyun. Matanya tajamnya yang berbulu lentik, meneliti tubuh Seohyun dari atas hingga ke bawah. Wajahnya, payudaranya yang nampak padat di balik gaun terusan berleher V yang di pakainya, pinggangnya yang ramping, perutnya yang rata, pahanya yang ramping dan kakinya yang jenjang.
Yonghwa menatap Seohyun seperti belum pernah melihat Seohyun sebelumnya. Seolah apa yang ada di depannya bukanlah Seohyun dan itu membuatnya terpana. Untuk pertama kalinya Yonghwa menatap Seohyun sebagai seorang wanita. Wanita yang menggairahkan.
Dari mana datangnya wanita yang menggairahkan tersebut ?

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Chapter Two    Chapter Four
Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
Unknown
AUTHOR
11 Februari 2017 pukul 21.38 delete

eonni zeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee.. next chap dong.. uwaaaaa kangen..

Reply
avatar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥