CHAPTER TWO
Yonghwa menatap kepergian
Seohyun yang perlahan menghilang. Benar-benar menatapnya setelah apa yang telah
di lakukannya malam ini, mengacuhkannya. Seohyun terlihat sangat seksi dengan
gaun biru beludru yang di kenakannya dan terkutuklah dirinya karena baru
menyadari hal tersebut setelah wanita itu pergi meninggalkannya.
Tidak di ragukan lagi
Seohyun sangatlah cantik, matanya yang berbinar, bibirnya yang begitu
mengundang untuk di kecup yang selalu tersenyum. Gadis itu berjalan dengan
penuh keanggunan, kakinya yang panjang dan indah. Tanpa satu cela.
Mungkin itulah sebabnya
Yonghwa mengajak Seohyun malam ini untuk menemaninya di pesta pernikahan
sahabatnya yang sudah dianggapnya sebagai saudara kandungnya sendiri. Tapi
bukan karena kecantikannya, Yonghwa mendapati dirinya ingin lebih banyak
mengetahui dan mengenal sosok Seohyun.
“ Jangan bilang kalau kau
tertarik pada gadis itu, Yonghwa “, kata Jessica yang berdiri di samping
YongHwa dengan nada yang meremehkan. “ Sepertinya sahabat sehati seperti kalian
bertiga satu demi satu akan jatuh dan tergelepar bagaikan lalat yang terkena
pukulan telak “, ucapnya lagi.
Yonghwa memalingkan
wajahnya dan menatap Jessica dengan pandangan jijik. “ Dan apa urusannya
denganmu ? “, balas YongHwa datar. “ Kau bahkan tidak termasuk dalam daftar
tamu yang di undang ke acara ini, kau seharusnya tidak ada di sini “.
“ Ini adalah pernikahan
KhwangHee, kau pikir di mana lagi aku seharusnya berada “.
“ Yang pasti bukan di sini
“.
YongHwa berpaling dan
mendapati DongHue sudah berdiri di belakangnya. Menatap Jessica dengan
pandangan tajam dan ekspresi wajah yang sangar. Dan YongHwa tahu dengan pasti
mengapa DongHue bersikap seperti itu terhadap Jessica.
DongHue. kwangHee dan YongHwa
adalah produk rumah tangga yang berantakan. Ketiganya bertemu di sebuah panti
asuhan karena di buang oleh ibu mereka. DongHue saat itu berusia sepuluh tahun
sementara KwangHee delapan tahun dan YongHwa tujuh tahun. Bukan hal yang mudah
untuk bisa bertahan dengan kehidupan di panti asuhan. Mereka bersekolah di
sekolah umum di mana terkadang mereka di permalukan. Makan dengan apapun yang
di sediakan oleh pengurus panti yang kadang hanya sekali sehari. Kehidupan
keras yang menempa mereka menjadi pribadi yang mandiri dan menghargai kerja
keras.
Saat berusia dua belas
tahun DongHue memutuskan untuk berlayar menjadi pelaut sementara KwangHee dan
YongHwa masih bertahan di panti asuhan. Selama kurang lebih lima belas tahun
KwangHee dan YongHwa menjadi tanggungan DongHue dan saat akhirnya DongHue
berhenti berlayar, mereka akhirnya mempunyai modal untuk berusaha.
Saat itu DongHue sudah
berusia dua puluh lima tahun, mereka memakai semua uang yang di hasilkannya
untuk membeli sebuah bangunan tiga lantai di salah satu distrik kecil di
selatan kota dan itulah cikal bakal hotel bintang lima yang mereka miliki saat
ini yang sudah memiliki beberapa anak cabang di beberapa negara di Asia dan
Eropa.
Tidak mudah membangun
kerajaan bisnis mereka. Tahun-tahun penuh perjuangan terbayar sudah. Mereka
bertiga menjadi pebisnis yang cukup di segani di bidang perhotelan dan resort.
Kehidupan sudah menjadi lebih baik, sangat amat baik malah.
Ketiganya sama-sama
berprinsip wanita bukanlah bagian dari kehidupan mereka, wanita hanyalah
penghias bukan keharusan. Walaupun prinsip tersebut akhirnya runtuh saat
DongHue jatuh cinta pada Yuri, anak salah satu pemilik hotel besar saingan
bisnis mereka yang sedang mengalami masalah besar. KwangHee dan YongHwa merasa
di khianati, tapi Yuri sangatlah baik dan berhasil mengambil hati mereka
berdua.
Dan saat itu Jessica masuk
ke dalam kehidupan KwangHee, wanita licik tapi berbulu domba. Dengan
kecantikannya dia berhasil menjerat KwangHee dengan segala tipu dayanya. Dan
setelah apa yang sudah KwangHee berikan kepadanya, Jessica malah menikah dengan
seorang pria berusia renta pemilik salah satu resort besar yang tadinya menjadi
proyek besar KwangHee. Double pengkhianatan membuat KwangHee menjadi apatis dan
melarikan dirinya ke minuman keras. DongHue dan YongHwa akhirnya bisa
mengembalikan semangat hidup KwangHee di bantu oleh Ailee, wanita cantik
berhati malaikat anak seorang artis besar yang sudah lama vakum dari dunia
keartisan.
Dan sekarang saat KwangHee
sedang berbahagia dengan pernikahannya, Jessica muncul dan bagi YongHwa dan
DongHue, wanita itu tidak pantas untuk merusak hari bahagia KwangHee.
“ Ada apa Jessica ? “,
tanya DongHue dingin. “ Apakah Mr. Park sudah tak bisa lagi menahanmu di
kerajaan bisnisnya yang sedang goncang ? “.
Jessica – wanita tersebut
mendelik tajam ke arah DongHue. Dia terlihat tidak senang dengan sindirin yang
di tujukan DongHue kepadanya.
“ Apakah salah kalau aku
datang untuk mengucapkan selamat kepadanya ? “, sahut Jessica kesal. “ Bagaimanapun
KwangHee pernah begitu spesial untukku “.
“ Begitu spesialnya hingga
kau mengkhianatinya ? “, sindir YongHwa dengan nada meremehkan. “ Tidak Jessica, aku tidak akan
mengizinkan kau melangkah ke ruangan tersebut satu langkahpun “.
“ Dia bisa mencobanya,
YongHwa “, ucap DongHue datar. “ Aku akan dengan senang hati melemparkannya
keluar dan hanya Tuhan yang tahu betapa inginnya aku melakukannya saat ini “.
Wajah Jessica memucat tapi
dia terlihat masih bisa menguasai dirinya. Di tatapnya kedua pria besar di
hadapannya dengan pandangan tajam. Bukanlah keputusan yang bagus bila harus
membiarkan dirinya di seret dan di permalukan oleh DongHue.
“ Aku tidak akan pergi
kemana-mana “, kata Jessica menolak. “ Aku ingin bertemu KwangHee dan tentu
saja mempelainya “.
“ Apakah kau pikir salah
satu dari kami ingin bertemu denganmu ? “, sembur DongHue. “ kau tidak di undang
dan kusarakan kau pergi dari sini, sekarang ! “.
YongHwa menatap DongHue
dengan tatapan kagum. YongHwa tahu DongHue pasti sedang berusaha keras menahan
dirinya.
Wanita di depannya nampak
bersemu merah padam. Matanya berkilat-kilat berbahaya mendengar kata-kata
DongHue dan menatap dengan menantang tatapan maa DongHue yang tajam. Tapi
YongHwa tahu dengan pasti, siapa yang akhirnya akan menang.
“ Bersikap sopanlah
DongHue, dan jangan pernah berani melakukan hal trsebut kepadaku “, kali ini
suara Jessica sedikit bergetar dan kepercayaan dirinya sedikit memudar.
“ Coba saja ! “.
YongHwa menatap Jessica. “
DongHue benar, sebaiknya kau pergi dari sini “, katanya dingin.
Dalam hati YongHwa mengakui
dia sendiri sebenarnya tidak terlalu menikmati pesta pernikahan ini, baik
pikiran maupun tubuhnya serasa berada di tempat lain dan karena itu YongHwa
merasa di berhutang maaf pada Seohyun. Tidak heran Seohyun meninggalkannya.
“ Akan kuantar kau
kemanapun kau mau pergi “, tawar YongHwa. “ Tapi kau tidak boleh di sini “.
“ Sayangnya aku tetap mau
di sini “, dengan yakin Jessica tetap bersikeras.
“ Sebenarnya apa yang kau
inginkan Jessica ! “, bentak DongHue tidak sabar.
“ kenapa kau pikir aku
menginginkan sesuatu “, Jessica membela diri.
“ Karena orang sepertimu selalu
menginginkan sesuatu “, guman DongHue.
“ Beraninya kau !! “,
histeris Jessica.
“ Percayalah, dia berani “,
kata YongHwa datar. “ Dan aku juga berani melakukan hal tersebut. jadi
sebaiknya kau pergi dari sini “.
Melihat Jessica yang hanya
terdiam dan mematung, YongHwa memegang lengannya dan menariknya menjauh dari
ruang resepsi hingga ke ujung koridor. Sejenak YongHwa bisa merasakan Jessica
berusaha berontak dan melepaskan tangannya tapi cengkraman tangan YongHwa
semakin mengerat membuatnya meringis kesakitan.
“ Sebaiknya menjauhlah
sejauh kau bisa Jessica, atau kami tidak akan segan-segan melakukan hal apapun
terhadapmu “, ancam YongHwa sambil melepaskan cengkraman tangannya. Di lihatnya
Jessica menggosok-gosok lengannya bekas cengkraman YongHwa. “ Kau tak akan
mendapatkan apapun dari kami jadi sebaiknya kau kembali saja ke suamimu dan
mulailah menjadi istri yang baik “.
YongHwa benar-benar
berusaha menahan dirinya untuk tidak menyeret Jessica ke arah lobby. Berharap
dengan sangat wanita tersebut segera berlalu. YongHwa masih ada urusan yang
harus di selesaikannya saat ini. Dan urusan tersebut bernama Seohyun.
Sepanjang malam ini YongHwa
benar-benar bertingkah seperti orang idiot, cemberut ke semua orang, nyaris tak
menyapa siapapun di pesta dan terlebih lagi tidak memperdulikan wanita cantik
yang menjadi pasangannya datang ke pesta malam ini.
YongHwa memang merasa di
khianati oleh DongHue dan KwangHee. YongHwa akan tetap pada komitmennya –
pernikahan tak ada di kamusnya. Tapi bukan berarti dia tidak suka wanita.
YongHwa tentu saja menyukai wanita selama wanita tersebut hanya menjadi teman
kencan semalam dan tidak banyak tuntutan. Dan sangatlah gampang menemukan
wanita seperti itu di manapun. Tapi mengapa dia justru tidak memperhatian bahwa
dia mempunyai tetangga yang sangat cantik dan itupun sudah tiga bulan menjadi
tetangganya ?
YongHwa benar-benar tidak
percaya. Kemana perginya alarmnya yang akan selalu berbunyi saat ada wanita
cantik di dekatnya ?
“ Ada yang lucu YongHwa ? “,
tanya Jessica saat melihat YongHwa tersenyum.
“ Aku benar-benar tidak
punya waktu untuk bercakap-cakap denganmu Jessica. Kau tahu jalan masuknya jadi
kau juga tahu jalan keluarnya. Aku tak akan menghabiskan waktuku berdiri di
sini dan meladenimu “, kata YongHwa sambil berbalik dan berjalan menjauhi
Jessica.
“ Mau mengejar Cinderella,
YongHwa “, ejek Jessica dengan suara keras di belakangnya.
YongHwa perlahan
membalikkan badannya dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya
untuk menenangkan dirinya.
“ Aku tidak pernah mengejar
seorang wanita pun selama hidupku “. Dan Yonghwa kembali membalikkan badannya
berjalan ke arah ruang resepsi.
YongHwa tidak sedang
mengejar Seohyun. Lagipula mereka tinggal di gedung apartemen yang sama. Yang
sekarang YongHwa harus lakukan adalah masuk ke dalam ruangan resepsi. Menemui KwangHee
dan Ailee mengucapkan selamat dan mencoba mencari alasan yang paling masuk akal
untuk segera meninggalkan pesta tersebut.
Sayangnya tidak semudah
yang di rencanakannya........
♥ ♥ ♥
Cukup lama Seohyun menjawab
bel pintu yang di bunyikan YongHwa. Tapi gadis tersebut cukup berharga untuk di
tunggu karena ketika akhirnya Seohyun membuka pintu, Seohyun telah berganti
baju dari gaun biru beludru menjadi celana denim ketat dan atasan pendek
berwarna pink, rambutnya di ikat asal dengan gaya – asal tidak menutupi
wajahnya – justru membuat Seohyun terlihat sangat muda. Berapa kira-kira umur
gadis di depannya ini, pikir YongHwa sambil tersenyum.
“ YongHwa ? “. Seohyun
sedikit terkejut melihat YongHwa berdiri di depan pintunya.
“ Aku membawakan sampanye “
, kata YongHwa sambil mengangkat botol sampanye di tangan kirinya sementara
tangan kanannya memegang dua gelas. “ Sebuah kekeliruan yang harus di perbaiki “,
tambah YongHwa dengan suara sedikit parau.
Mata Seohyun membesar tak
percaya. “ Bukankah sebaiknya kau menikmatinya bersama Jessica ? “.
Dan Seohyun sama sekali
tidak membuka lebar pintu apartemennya apalagi menggeser badannya dan
menyilahkan YongHwa untuk masuk ke dalam. Dan siapa YongHwa yang akan
menyalahkan hal tersebut. Seohyun sangat pantas melakukan hal tersebut. Semua
salahnya dari awal, iya kan ?
“ Jessica ? “, ucap YongHwa
datar. “ Well, itu satu kekeliruan lain dan aku yakin bisa di atasi lain waktu “.
“ Kau tidak berhutang
penjelasan apapun padaku “.
“ Aku tahu “, ucap YongHwa
tajam. Tentu saja dia tidak berutang penjelasan kepada Seohyun apapun itu. “
Tapi maukah kau mengizinkan aku setidaknya membayar kekeliruan yang telah aku
lakukan padamu ? “.
Seohyun diam sesaat lalu
perlahan menggeserkan tubuhnya dan membuka pintu apartemennya lebih lebar dan
membiarkan YongHwa melangkah masuk ke dalam apartemennya.
Melangkah memasuki
apartemen Seohyun, YongHwa di buat terpesona. Apartemen Seohyun sangat menawan,
begitu... hangat. Apartemen Seohyun tidaklah jauh berbeda dengan apartemen
YongHwa, bahkan saat YongHwa memilih apartemen, YongHwa sempat memasuki
apartemen ini hingga akhirnya di memilih apartemen yang sekrang di tinggalinya
karena memiliki pemandangan yang lebih bagus dari apartemen yang di tempati
Seohyun saat ini.
Apartemen Seohyun di
dekorasi dengan ornamen berwarna krem dan keemasan yang di hasilkan dari gorden
yang menjuntai panjang di jendela apartemen. Sentuhan bantal-bantal berwarna
pastel dan karpet yang menghiasi ruang tamu dengan sofa besar dan beberapa
kursi bantalan besar yang terlihat empuk semakin mempercantik apartemennya.
Sangat jauh berbeda di bandingkan apartemennya yang nampak monoton dan kosong
walaupun ada bebrapa perabotan yang hampir sebagian besar adalah interior dari
apartemen itu sendiri. Lagipula itu hanya apartemen yang lebih banyak menjadi
tempat persinggahan – atau bahkan hanya sebagai tempat berganti pakaian.
“ Apartemennya nampak
sangat nyaman, mungkin kau bisa memperkenalkan siapa yang mendesign semua ini
untukmu “, kata YongHwa sambil meletakkan botol sampanye dan gelas yang di
pegangnya ke meja tepat di depan sofa. “ Setidaknya kau bisa menyebutkan
namanya “.
“ Seohyun “, jawab Seohyun
pelan.
“ Kau yang menatanya ? “,
tanya YongHwa sambil menaikkan alisnya.
Seohyun mengangguk dan
tersenyum kecil melihat keterkejutan di wajah YongHwa. “ Aku kebetulan memang
seorang perancang interior “.
YongHwa kembali mengamati
apartemen Seohyun. Mendapati dirinya kembali terkagum-kagum akan keahlian
Seohyun menata apartemen miliknya. “ Rasanya kau tidak akan tertarik jika ada
tawaran kerja untukmu “.
Seohyun mendudukkan dirinya
di salah satu kursi berlengan sementara YongHwa duduk di sofa dan mulai membuka
botol sampanye lalu menuangkannya ke dalam gelas. Lalu menyerahkan satu gelas
kepada Seohyun. Sementara tatapan mata Seohyun terlihat waspada.
“ Pekerjaan apa ? “.
“ Menata apartemenku “,
jawab YongHwa sambil meminum sampanye di gelas yang di pegangnya. “ Memangnya kau pikir maksudku apa ? “.
Seohyun mengedipkan bahunya
dan perlahan meraih gelas berisi sampanye dan meneguknya sedikit.
“ Dan mengapa kau begitu
yakin aku akan menerimanya ? “, tanya Seohyun terlihat tak terlalu berminat.
“ Mungkin karena aku bisa
membayar mahal untuk itu “, sahut YongHwa ringan.
“ Dan apa yang kau ingin
aku lakukan untuk apartemenmu ? “, tanya Seohyun hati-hati. “ Ruangan yang mana
? “.
“ Semuanya “, putus YongHwa
sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. “ Apakah kau mampu
mengerjalannya ? “.
Sepertinya Seohyun akan
mengucapkan sesuatu tapi kemudian di lihatnya gadis tersebut menahan mulutnya
sambil menarik napas dalam-dalam.
Kalau menurut YongHwa,
Seohyun mungkin belum banyak mendapat tawaran sejak kepindahannya ke Seoul tiga
bulan ini. Dan apa yang dia tawarkan tentu akan membantu Seohyun di bidang
finansial, melihat bahwa apartemen yang mereka tempati termasuk salah satu
apartemen elit di Seoul dan harga sewanya cukup mahal jadi bisa jadi........
Sialan memangnya dia pikir dirinya adalah badan amal ?
Yonghwa menghentikan
pemikiranya yang mulai ngawur dengan kembali meneguk sampanye di tangannya.
Mencoba bersikap santai dengan menumpukankaki kirinya di atas paha kanannya.
“ Jadi apakah kau sanggup ?
“, YongHwa mengulang pertanyaannya. “ Atau apakah kau perlu melihat apartemenku
terlebih dahulu ? “.
“ Aku rasa apartemenmu tak
jauh beda dari apartemenku “, jawab Seohyun kembali menyesap sampanyenya dan
menatap YongHwa dari balik gelasnya.
“ Memang persis seperti ini
“, jawab YongHwa pendek. “ Kapan kau bisa memulainya ? “.
Seohyun menatap YongHwa
dengan pandangan tak percaya yang jelas-jelas tergambar di wajahnya. Seohyun
pasti berpikir kalau dirinya terlalu percaya diri bahwa Seohyun akan menerima
tawarannya.
“ Aku perlu tahu apa yang
kau inginkan untuk apartemenmu tersebut, mungkin sedikit ide darimu sebelum aku
memulainya “.
YongHwa menatap Seohyun
takjub. Gadis di depannya benar-benar membuatnya tak percaya, untuk sesaat tadi
YongHwa bisa melihat kalau Seohyun akan menolak tawarannya.
“ Bukankah seharusnya
perancangnya yang memberikan ide ? “.
Seohyun menyipitkan matanya
menatap YongHwa.
“ Maksudku, biasanya kan
perancangnya yang mengajukan ide-ide yang lalu akan di diskusikan dengan
pemilik apartemen sampai terjadi kesepakatan antara si perancang dengan pemilik
apartemen lalu kemudian perancang mulai melanjutkan pekerjaannya “.
“ Mengapa aku merasa kau
sedang mempermainkan aku ? “, tanya Seohyun terus terang sambil menatap Yonghwa
dengan pandangan curiga.
“ Tentu saja tidak “, sahut
YongHwa cepat.
“ Maafkan aku, tapi sebagai
orang yang berkecimpung di bidang perhotelan apalagi memiliki hotel berbintang
lima, rasanya akan dengan mudah kau mendapatkan seorang perancang design untuk
apartemenmu. Tentu saja yang lebih profesional dan pekerjaannya di akui banyak
orang “.
Pemikiran yang masuk akal,
guman YongHwa dalam hati. Di tatapnya Seohyun dengan pandangan penuh minat.
Seohyun bukan wanita biasa, dia cukup pintar dan sangat berterus terang. Dan
walaupun hasil designnya cukup bagus dia tetap merasa bahwa dia bukan orang
yang tepat.
“ Well, tapi......... “.
Perkataan YongHwa terpotong
saat bel interkom luar berbunyi. Pasti ada orang di bawah yang ingin masuk ke
apartemen. Sekali lagi bel interkom luar berbunyi.
“ Tidakkah sebaiknya kau
jawab dulu ? “, saran YongHwa ketika di lihatnya Seohyun tidak beranjak
sedikitpun dari kursinya.
“ Mungkin itu satu
kekeliruan, aku tidak mengenal seorangpun di Seoul “, jawab Seohyun acuh.
“ Tapi menurutku sebaiknya
kau menjawabnya “, kata Yonghwa saat bel tersebut kembali berbunyi dan kali ini
nadanya terus menerus. “ Bunyinya sangat memaksa untuk seseorang yang sedang
keliru memencet bel “, guman YongHwa.
Seohyun meletakkan gelasnya
ke meja lalu beranjak mendekati interkomnya tapi berbalik dan menatap YongHwa
dengan tatapan seakan tidak ingin pembicaraannya di interkom di dengar oleh
YongHwa. Mengetahui hal itu YongHwa berdiri dan berjalan ke arah jendela dan
menatap keluar memandang langit malam di luar sana.
“ Ya “. Terdengar Seohyun
menjawab Interkomnya. YongHwa memasang telinganya lebih terbuka. “ Apa yang kau lakukan di sini ? “, jawab
Seohyun lagi kelihatannya dia mengenal siapapun itu yang sedang berbicara
dengannya di interkom tersebut. “ Tidak JungShin ! aku bilang tidak maka tidak
! “.
JungShin ? seorang pria.
Dan mengapa Seohyun melarangnya masuk ? Siapa gerangan JungShin ini ? Bukankah
Seohyun tidak mengenal siapapun di Seoul seperti katanya tadi.
“ JungShin, pokoknya aku
tidak peduli dan kau tidak boleh tinggal di apartemenku aku bahkan tidak peduli
kalau kau tidak mempunyai tempat tinggal sekalipun. Tidak, tidak boleh dan
tinggalkan aku sendiri ! “. Dan YongHwa mendengar Seohyun membanting gagang
interkomnya.
YongHwa memfokuskan
pandangannya keluar jendela tapi pikirannya tertuju ke Seohyun. JungShin pastilah
seorang laki-laki. Apa hubungan Seohyun dengan JungShin ? Apakah Seohyun
berbohong mengatakan dia tidak mengenal siapapun di Seoul ? Berdasarkan
kesimpulan yang YongHwa ambil , JungShin dan Seohyun saling kenal dan
kelihatannya mereka berdua cukup akrab untuk waktu yang lama. Cukup akrab bila
pria tersebut merasa bisa tinggal di apartemen Seohyun bersama dengan Seohyun..
Tapi siapakah JungShin ?
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
3 komentar
Write komentarAwalx z kira 3 brother itu saudarax yong,, dan ternyata spertix hyun,,,emm,,jarang2 aq nemu ff mereka jadi saudarax hyun,,,pasti nantix akan menarik,, dan banyak tokoh2 disini yg baru juga,, biasax cuma skitaran snsd dan cn blue,,, wah sangat penasaran,,,ditunggu chapter selanjutx kk zee,,
ReplyAwalx z kira 3 brother itu saudarax yong,, dan ternyata spertix hyun,,,emm,,jarang2 aq nemu ff mereka jadi saudarax hyun,,,pasti nantix akan menarik,, dan banyak tokoh2 disini yg baru juga,, biasax cuma skitaran snsd dan cn blue,,, wah sangat penasaran,,,ditunggu chapter selanjutx kk zee,,
Replysebenarnya ini adalah cerita intermezo karena sedang menyiapkan fanfic yang lain hehehe tapi semoga yang ini ceritanya bisa di terima ya
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon