CHAPTER
THREE
Selamat malam Bapak-bapak dan Ibu-ibu ....
Seohyun mendengar MC sudah membuka acara dari booth No.2 dimana dia berada.
Mendengar MC mulai menerangkan peraturan game tersebut dan tentu saja tidak
lupa menegaskan akan ada pernikahan sandiwara yang akan di gelar saat sang
fanelis akhirnya menentukan pilihan hatinya. Dan Seohyun tiba-tiba merasa
kembali ke zaman purbakala, sayangnya kali ini bukan fanelis yang berkelahi
memperebutkan wanitanya tapi justru wanitanya yang harus membujuk agar di
pilih. Benar-benar bukan typical seorang Seohyun.
“ Fanelis kita adalah seorang most wanted bachelor
berusia 30 tahun , tampan, kaya dan seksi “.
Most Wanted Bachelor, dengus Seohyun. Yang pasti bukan dirinya
Saat terdengar suara fanelis tersebut, Seohyun mengerutkan keningnya,
sepertinya dia merasa kenal dengan suara tersebut tapi kemudian pandangan
Seohyun bertemu dengan tatapan mata ibunya dan itu membuatnya terkejut.
Apa yang sedang ibunya lakukan di acara ini ?
Keterkejutan Seohyun berubah menjadi kegelisahan. Bagaimana dia tidak
merasa gelisah, Ibunya berada di ruangan yang sama dengannya, Ibunya, yang
selama ini begitu sering menguliahinya dengan tetek bengek pernikahan,
umurnyalah yang sudah cukup untuk menikah, atau umurnyalah yang sudah tua dan
takut tak bisa menimang cucu dan sebagainya dan sebagainya, yang terkadang
membuat Seohyun merasa pusing sendiri sekaligus sebel.
Memangnya kenapa kalau umurnya sudah pantas untuk
menikah ??
“ Kandidat No. 2 ? “.
Seohyun tak bergeming terlalu sibuk dengan keterkejutannya sendiri.
Keberadaan Ibunya membuatnya tidak fokus pada apa yang sedang terjadi.
“ Kandidat No. 2
!! ? “.
No. 2 ? Itukah dirinya. Seohyun akhirnya tersadar dan berusaha untuk fokus.
Apakah si fanelis tadi bertanya padanya ?? memangnya apa yang dia tanyakan ??
“ M-maaf “, nada suara Seohyun sedikit gugup membuatnya menelan ludah
perlahan. “ Bisakah anda mengulang pertanyaan anda ?? “.
“ Sepertinya anda tertidur di dalam sana, apakah booth anda cukup nyaman ?
“, terdengar candaan dari MC yang mencoba mencairkan suasana. Seohyun tersenyum
kecut.
“ Baiklah , pertanyaan saya adalah apakah anda orang yang berani
berkomitmen ? “.
Berkomitmen ? ulang seohyun dalam hati.
“ Tergantung berkomitmen dalam hal apa. Kalau dalam menjalankan tugas saya
sebagai pengajar tentu saya berkomitmen untuk itu “, jawab Seohyun
“ Bagaimana dengan komitmen pernikahan ? “,
Komitmen pernikahan ? Seohyun terdiam sesaat. Dia adalah orang yang percaya
komitmen pada pernikahan tapi tak ingin terlibat dengan komitmen tersebut.
“ Kalau melihat kedua orang saya yang begitu bahagia dengan pernikahan
mereka, saya percaya pada komitmen akan sebuah pernikahan “.
“ Apakah anda ikut game ini karena ingin terikat dengan komitmen pernikahan
? “.
Suara fanelis tersebut terdengar bernada sarkasme dan mengejek di telinga
Seohyun.
“ Tidak ! “, Seohyun menjawab dengan singkat.
“ Jadi atas dasar apakah ? “.
“ Persahabatan. Komitmen saya pada sahabat saya yang meminta saya untuk
membantunya “, jawab Seohyun dengan nada acuh. Dan Seohyun mendengar nada-nada
kecewa dari para undangan yang menyaksikan game tersebut.
Sedikit jeda, lalu kemudian Seohyun mendengar fanelis tersebut bertanya
kepada kandidat No.1. Dan dari suara kandidat tersebut nampaknya kandidat No.1
cukup menaruh minat untuk mencari calon suami yang bisa dia handalkan. Dengan
suara yang sedikit terdengar menggoda dan dibuat seksi, kandidat No.1 menjawab
semua pertanyaan si fanelis.
Yeah, sebaiknya si fanelis memilih kandidat No.1 yang sepertinya bahkan
siap untuk telanjang demi menarik perhatian si fanelis. Seohyun menjadi muak
dan perutnya terasa mulas. Tidak bisakah dia sedikit menaikkan standar harga
dirinya ? terlalu murahan , sungut Seohyun dalam hatinya kesal.
Seohyun kembali bertatapan dengan mata ibunya yang terlihat berbinar dan
tersenyum penuh makna. Aigo, semoga ibunya tidak berharap malam ini Seohyun
akan menikah ! Tapi tatapan mata Ibunya justru terlihat penuh tekad.
Tuhan tolonglah.............
“ Kandidat No. 2 . Apakah anda menyukai anak-anak ? “.
♥ ♥ ♥
“ Apakah saya menyukai anak-anak ? Tentu saja. Saya sangat menyukai
anak-anak. Anak-anak adalah mahluk terindah yang pernah di ciptakan, keluguan
dan kelucuan mereka selalu bisa melelehkan baja sekalipun “.
Yonghwa menganggukkan kepalanya mendengar jawaban dari kandidat No. 2
tersebut. Setidaknya setelah pertanyaannya yang sedari tadi di jawab dengan
acuh tak acuh, kali ini kandidat No.2 menjawabnya dengan sepenuh hati. Tanpa
nada yang di buat-buat seperti kandidat No. 1 dan 2 yang terkesan ingin
menjerat lehernya dengan rantai pernikahan. Dan itu membuat Yonghwa bergidik.
Yonghwa lalu mengedarkan pandangannya berusaha untuk tidak bertatapan
dengan ibunya, yang sesaat yang lalu sempat membuatnya terkejut dan mengutuk
Jonghyun dalam hatinya. Dia harus membuat perhitungan dengan sahabatnya itu
setelah acara ini selesai.
Kehadiran ibunya di acara ini membuat Yonghwa merasa terintimidasi.
Bagaimana tidak, Ibunya sudah terlalu sering memintanya untuk menikah, berusaha
menjodohkannya dengan begitu banyak anak gadis koleganya dan Yonghwa harus
jungkir balik mencari alasan untuk tidak memenuhi keinginan ibunya untuk
bertemu wanita-wanita tersebut. Dan sekarang Ibunya di sini dan demi Tuhan,
mata ibunya nampak terlihat bercahaya dan bahagia. Dan Yonghwa merasa terjebak.
Sedari tadi dia melihat tatapan Ibunya berpindah-pindah dari dirinya ke
kandidat-kandidat yang berada di booth tersebut, dan anehnya setiap kali dia
bertanya kepada Kandidat No.2 Ibunya tersenyum senang dan matanya berbinar.
Oh jangan sampai Ibunya menyukai kandidat yang berada di booth No.2 itu.
Dan kalau memang demikian, maka dia harus menghindarkan dirinya dari memilih
kandidat tersebut. Yonghwa tidak akan pernah mau terlibat dengan para kandidat
tersebut di luar acara ini tapi dengan kehadiran Ibunya sepertinya nasib
buruknya baru saja di tuliskan oleh yang Kuasa.
Yonghwa kembali fokus ke game yang sedang di mainkannya – walau dengan
enggan. Kali ini Yonghwa memilih bertanya pada Kandidat No.3. Dan kembali
Yonghwa harus mendengar jawaban palsu yang di lontarkan wanita tersebut dengan
suaranya yang di buat seksi tapi terdengar seperti seseorang yang sedang
terkena ashma di telinga Yonghwa.
Lalu kemudian Yonghwa mengajukan pertanyaan kepada kandidat No.1 dan tak
jauh beda dengan kandidat sebelumnya. Yonghwa juga muak mendengar suaranya yang
terlalu di buat-buat agar terdengar manja dan demi segala yang dia tak sukai,
wanita tersebut mempunya tawa yang sangat membuatnya merinding.
“ Kandidat No.2 Boleh saya tahu type pria idaman anda ? “, Yonghwa
memutuskan untuk bertanya kepada
Kandidat No.2. Dari jawaban-jawabannya yang bernada tidak terlalu
tertarik membuat Yonghwa penasaran. Lama baru kemudian dia mendengar wanita
tersebut menjawab pertanyaannya.
“ Saya tidak mempunyai type pria idaman “.
Sudah dia duga, wanita di dalam booth No.2 tersebut sama seperti dirinya.
Jawabannya sangat tegas dan jelas. Cukup bagi Yonghwa untuk menyimpulkan bahwa
kandidat No.2 adalah bukan type wanita yang siap untuk menikah. Bila pertanyaan yang sama dia lontarkan
kepada kedua kandidat lainnya, dengan mudah Yonghwa akan bisa menebaknya,
tampan dan bisa menjadi kepala keluarga yang baik. Baik tentu saja dalam hal
baik finansialnya maupun baik yang lainnya dalam tanda kutif.
“ Apakah anda percaya cinta pada pandangan pertama , Kandidat No.2 ? “.
Seperti sebelumnya saat Yonghwa bertanya, akan ada sedikit jeda waktu
sebelum akhirnya wanita tersebut menjawab.
Sedikit lama, sepertinya dia sedang memikirkan jawaban apa yang harus dia
berikan.
“ Bagi saya, cinta pada pandangan pertama itu hanyalah ada dalam dongeng “,
jawabnya singkat. Jawaban yang membuat Yonghwa tersenyum. Setidaknya dirinya
dan nona kandidat No.2 tersebut mempunyai kesamaan pandangan.
“ Apa hobi anda Kandidat No.2 ? “, penasaran Yonghwa kembali bertanya.
“ Tidak ada “.
Singkat dan cepat membuat Yonghwa mengernyit, mencoba membayangkan seperti
apa orang di balik booth No.2 tersebut. Sarkasme dan terkesan tidak terlalu
berminat dengan dirinya dan praktis tanpa basa basi.
Point yang bagus
Kali ini Yonghwa sengaja melayangkan pandangannya tepat ke meja ibunya,
mencoba mencari keterkejutan atau apa sajalah yang bisa dia jadikan tanda untuk
dirinya sendiri, tapi wajah Ibunya tetap terlihat senang dengan jawaban si
Kandidat No.2 tersebut. Dilihatkan Ibunya sedang berbisik kepada seseorang yang
duduk di sebelahnya, terlihat akrab lalu keduanya tertawa. Wanita tersebut
hampir seumuran ibunya, nampak anggun dan kecantikan masa mudanya masih terukir
jelas di wajahnya.
Berpindah dari meja ibunya Yonghwa mengalihkan tatapannya ke sudut ruangan
di mana Jonghyun – sahabatnya – nampak sedang berbincang akrab dengan Yoona.
Saat pandangan Jonghyun bertemu dengan tatapannya, Yonghwa mengrimkan sinyal –
awas kau nanti, tunggu saja pembalasanku – tapi Jonghyun hanya mengacungkan
jempolnya.
“ Baiklah para hadirin kita akan mengakhiri sesi
kali ini, dan selanjutnya akan kami persilahkan anda sekalian untuk berkesempatan mengajukan
pertanyaan kepada ketiga kandidat yang ada
di atas panggung yang anda rasa sangat cocok untuk di pasangkan dengan fanelis
kita tapi kami hanya akan batasi untuk 3 pertanyaan saja “
Oh Yeah, sekarang nasibnya di tangan para undangan. Ataukah dia harus
mengatakan , nasibnya berada di tangan
ibunya ? Yonghwa mendesah kesal sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran
kursi tempatnya duduk.
Dan mengapa dia merasakan sesuatu yang buruk akan
terjadi pada dirinya.
♥ ♥ ♥
Jadi sekarang, para undanganpun di beri kesempatan untuk bertanya dan
memilih, mengapa Yoona tidak mengatakan akan ada sesi seperti itu ?
Seohyun mengerucutkan bibirnya kesal. Dia seratus persen yakin, Ibunya akan
sangat senang dengan sesi ini. Seohyun yakin, salah satu yang akan mengajukan
pertanyaan kepada dirinya adalah Ibunya sendiri. Bukankah itu sangat melegakan ?
Merasa gerah dengan situasi tersebut, Seohyun lalu melepaskan dua buah kancing
mejanya dan lebih menurunkan gagang kacamatanya. Seohyun tidak menyadari bahwa
apa yang baru saja dia lakukan justru membuat beberapa undangan tertarik untuk
memperhatikan dirinya. Beberapa mulai berbisik dan tersenyum.
Seorang tamu kemudian bertanya pada kandidat No. 3, dan di jawab dengan
panjang lebar dan bertele-tele oleh wanita tersebut. Acuh, Seohyun
menghembuskan napasnya beberapa kali sambil memutar bola matanya – tak berminat
sedikitpun mendengar jawaban tersebut.
Tepuk tangan memenuhi hall saat wanita tersebut – akhirnya – menyelesaikan jawaban
panjangnya yang sama sekali tidak Seohyun mengerti sedikitpun. Samar- samar dia mendengar desahan napas puas
dari balik tirai di sebelah kirinya. Wanita di sebelahnya pasti sudah mempersiapkan
dirinya untuk semua pertanyaan yang kira-kira akan di tanyakan kepadanya. Hebat
!!
“ Kandidat No.2 “.
Seohyun menahan napasnya saat mendengar seseorang menyebut Kandidat No.2.
Refleks Seohyun mengarahkan pandangannya pada meja di mana wanita tersebut
berdiri. Meja di mana ibunya duduk tapi bukan ibunya yang bertanya melainkan
wanita yang duduk di sebelahnya sementara Ibunya terlihat tersenyum penuh
makna.
“ Kandidat No. 2, bolehkan saya tahu apa arti keluarga buat anda ? “.
Sesaat Seohyun mencerna pertanyaan tersebut. Arti keluarga bagi dirinya.
Senyum tulus tiba-tiba terpancar dari wajahnya.
“ Keluarga bagi saya adalah segalanya, keluarga
adalah sebuah tempat di mana saya selalu ingin pulang. Tidak ada yang lebih
penting dari keluarga. Saat senang bahkan di saat susah keluargalah yang
menjadi tempat kita bersandar dan saya sangat mencintai keluarga saya melebihi
apapun “.
Tepuk tangan riuh kembali memenuhi hall tersebut dan Seohyun bisa melihat
senyum penuh kepuasan di wajah wanita yang bertanya padanya, demikian juga di
wajah ibunya. Jawaban terpanjang yang Seohyun berikan sejauh ini.
Sesi berakhir setelah sebuah pertanyaan terlontar untuk Kandidat No.1 dan
Seohyun akhirnya bisa bernapas lega. Seohyun yakin finalis yang katanya the
most wanted bachelor itu tidak akan memilih dirinya dan perasaan itu membuat
Seohyun senang.
Sialnya pada undangan menunjuk dirinya sebagai Kandidat yang sangat pantas
untuk fanelis tersebut. Dan mereka mulai riuh bertepuk tangan meminta fanelis
untuk memilih dirinya. Demi Tuhan, Seohyun tidak suka dengan situasi tersebut.
♥ ♥ ♥
Riuh para hadirin yang menghadiri malam amal di hall tersebut membuat
Yonghwa tersenyum masam. Mereka meminta dirinya untuk memilih kandidat No.2
yang sedari tadi rasanya tampak tidak berminat sama sekali untuk di pilih
olehnya.
Kalau mau jujur dia senang dengan jawaban sarkasme dan praktis dari
Kandidat No.2. Yonghwa bisa menyimpulkan bahwa mereka – walaupun tidak
sepenuhnya pasti – sama-sama tidak terlalu menyukai menjadi bagian dari
permainan ini. Dan sepertinya mereka –para hadirin- pun yang sedari tadi
mengikuti permainan tersebut juga memilihnya untuk dirinya.
Haruskah dia memilih kandidat No.2 tersebut ?
Tiba-tiba Yonghwa melihat Ibunya memberikan isyarat untuk dirinya memilih
Kandidat No.2 dengan menaikkan tangannya dengan 2 jari dan menunjuk ke arahnya.
Sebenarnya ada apa dengan kandidat No. 2 . Mengapa bahkan ibunya begitu
terlihat antusias dengan wanita tersebut. Sampai - sampai Yonghwa bisa mendengar suara ibunya
yang mengharuskannya memilih wanita yang ada di balik booth No. 2 tersebut.
Penasaran. Yonghwa akhirnya memutuskan untuk memberi kepuasan pada semua
yang sudah memintanya untuk memilih Kandidat No. 2
“ Terima kasih untuk para kandidat yang telah menjawab semua pertanyaan-
pertanyaan saya “, pengantar basa basi ala Pengacara Jung Yonghwa membuat hall menjadi sunyi.
Semua mata kini bertuju padanya. “
Sayangnya saya tidak bisa memilih ketiga- tiganya, ottoke ? “. Dan suara tawa
para undangan terdengar mendengar ucapan Yonghwa tersebut.
“ Saya menyukai ketiga-tiganya dalam menjawab semua pertanyaan yang saya
ajukan. Tapi karena saya hanya bisa memilih satu saja diantara tiga, dan
sepertinya para hadirin yang berada di sini juga sama semangatnya dengan saya,
maka saya memilih kandidat No. 2 “.
Tepuk tangan dan sorakan terdengar menyambut perkataan Yonghwa yang
akhirnya memilih Kandiday yang mereka inginkan. Dan tiba-tiba sebuah letusan
kecil dan confetti yang berjatuhan dari atas panggung dan perlahan booth no. 2
bergerak maju dan tirai yang menutupinya jatuh tergerai ke lantai panggung. Dan
apa yang Yonghwa lihat membuatnya terbelakan bagaikan terkena petir dengan
kekuatan berjuta-juta voltase.
Wanita menyebalkan yang telah menghancurkan bemper mobilnya yang menatapnya
dengan keterkejutan yang sama dengan
dirinya duduk dengan tegang di kursinya. Sesaat Yonghwa mengutuk pilihannya.
Apakah semua mahluk yang bernama wanita sudah punah dari bumi ini dan hanya
menyisahkan dia seorang ?
Demi segalanya, bisakah dia membatalkan pilihannya dan memilih kandidat
lainnya ?
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Chapter Two Chapter Four
6 komentar
Write komentarHahahahah aiiggooo gemas dehhh ..can't wait for next chapter
ReplyOmg,,nanti mereka bakalan menikah,,penasaran dengan ekspresi kesal yong ke buinnya,,nanti jadinya benci bilang cinta dong eonni
Replynext chapter masih OTW hhehehe
Replykasih tau ga' ya ? hehehehhe
Reply:ng :ng ... lama gag ngubrek.ngubrek kak zee.. next chapter dong kakkkkkkk..... ora sabar aku..
Replymemang dari mana Rifcha ? hehehehe
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon