CHAPTER
TEN
Hampir pagi ketika Yonghwa akhirnya kembali ke kondonya. Semalaman dia di
sibukkan dengan urusan Adam Chou. Dari hasil pemeriksaan laboratorium kriminal
terkumpul banyak bukti diantaranya beberapa photo, brosur-brosur perjalanan,
peta yang bisa mereka jadikan dasar untuk menyusuri beberapa kasus lain yang di
lakukan oleh Adam Chou.
Yonghwa muak melihat wajah Adam Chou yang kadang-kdang menyeringai saat dia
menginterogasinya. Rasa-rasanya dia ingin meninju wajahnya hingga dia tidak
bisa lagi menyeringai dan menampakkan giginya yang hitam karena pengaruh rokok
dan bau mulutnya yang sangat mengganggu.
Yonghwa kemudian menyerahkan tugas interogasi kepada Minhyuk tapi
sebelumnya mereka mendiskusikan bagaimana cara agar si Adam Chou itu mau
mengakui kesalahannya. Mereka berdua mencari strategi bagaimana mendapatkan
pengakuan darinya.
Tapi, sepanjang percakapannya dengan Minhyuk, pikiran Yonghwa tak bisa
fokus, pikirannya justru melayang ke kejadian sebelumnya, saat mereka berhasil
menangkap Adam Chou, saat dia menceritakan penangkapan Adam kepada Seohyun dan
saat tingkah Seohyun yang menyiksanya sehingga dia tidak mampu berkata-kata.
Demi Tuhan, Yonghwa merasa kehilangan sesuatu yang sangat vital baginya,
bahkan melebihi oksigen yang dibutuhkan untuk hidup. Kehilangan sesuatu yang
sangat penting eksistensinya bagi hidupnya. Selama hidup belum pernah Yonghwa
di serang oleh perasaan kehilangan seperti saat ini.
Kesalahan utamanya adalah saat dia memutuskan untuk
berperan sebagai suaminya....... Masalahmu Jung Yong Hwa, kau tidak tahu kapan
harus memainkan peranmu dan kapan harus mengakhirinya, kau tidak tahu lagi yang
mana yang sandiwara dan yang mana yang nyata !!
“ Selamat pagi, nak “.
“ Ayah !! “. Langkah Yonghwa yang berjalan menuju dapur terhenti saat mendengar
sapaan dari ayahnya, berniat mencari sesuatu untuk menghilangkan rasa sakit di
hatinya. “ Sepagi ini, ayah sudah bangun ? “.
“ Sebenarnya ayah sudah bangun sejak tadi dan sengaja menunggumu “.
“ Menungguku ? Ada apa ? “.
“ Ayah ingin berbicara denganmu “.
Yonghwa mendekati lemari pendingin dan membukanya lalu menarik sekaleng
beer dingin, membukanya lalu meneguknya hingga setengah.
“ Berbicara mengenai apa, ayah ? “.
“ Mengenai....... mengapa jau membutuhkan minuman itu sepagi ini ? “.
Dari nada bicara ayahnya, Yonghwa tahu bahwa dia akan mendapatkan kuliah di
pagi hari dari ayahnya. “ Aku capek, Ayah. Semalaman aku harus menginterogasi
bajingan sialan itu dan sekarang aku butuh instirahat “.
“ Sejak kapan kau mulai mengeluh dengan pekerjaan yang kau sukai itu , nak
? “.
“ Ayah, ini adalah kasus yang khusus, dan setelah berhasil
menyelesaikannya, aku merasa sangat letih “, Yonghwa mencoba memberi alasan.
Setelah apa yang terjadi dia tidak ingin di kuliahi oleh ayahnya.
Yonghwa lalu membawa kaleng birnya lalu duduk di hadapan ayahnya,
berhadap-hadapan siap untuk mendengar segala apa yang akan ayahnya katakan.
Ayahnya meraih kaleng bir di tangannya, menjauhkannya dari jangkau Yonghwa
lalu menatap anaknya tersebut dengan tatapan penuh kasih sayang.
“ Mengapa ayah tidak percaya dengan semua omonganmu itu, nak ? “, katanya
sambil menatap Yonghwa lekat-lekat. “ Tapi ayah tidak akan berbicara tentang
pekerjaanmu itu. Ayah lebih tertarik untuk membahas tentang Seohyun “.
Tepat ke sasaran. Yonghwa menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sambil
melipat kedua tangannya di depan dadanya, bagaikan tameng yang bisa
melindunginya. Perutnya terasa mulas.
“ Kasusnya sudah selesai, buat apa lagi kita bicara soal Seohyun “.
“ Bukan kasusnya yang ayah ingin bicarakan, tapi ayah memberi selamat atas
keberhasilanmu menangkap orang yang mengancamnya “.
“ Terima kasih, Yah “.
“ Masalahnya adalah baru pertama kali ini ayah melihatmu begitu terlibat
dengan klienmu. Rasanya aneh bahwa untuk kasus seperti ini kau harus terlibat
secara emosional hingga harus berperan sebagai suaminya hanya untuk memberikan
perlindungan 24 jam terhadap Seohyun “.
Yonghwa terdiam, bahkan dirinya pun tak tahu mengapa dia harus melakukan
itu semua.
“ Melihat bagaimana kalian berciuman kemarin, aku dan ibumu tidak pernah
menyangka bahwa pernikahan kalian adalah sebuah sandiwara. Dan setelah
mengetahui semua kebenaran tersebut, ayah jadi bisa mengambil sebuah kesimpulan
“.
Kesimpulan, oh yeah. Bahkan Yonghwa sendiri tak bisa menyimpulkan apa yang
sedang terjadi pada dirinya sendiri.
“ Kau jatuh cinta pada Seohyun. Jatuh cinta pada klienmu sendiri yang
sebenarnya tidak boleh kau lakukan sebagai seorang IP yang handal “.
“ Boleh juga kesimpulan, ayah “. Brengsek,
bolehkah kita tidak usah membicarakan hal ini, rutuki dirinya sendiri dalam
hati. Ini adalah pembicaraan yang berbahaya dan dia tidak siap.
“ Sepanjang malam ayah berpikir, apa yang menyebabkan kau mengambil
tindakan seperti itu. Melihat bagaimana kau menjalani peranmu dengan begitu
bahagia. Aku bertanya pada diriku, anakku adalah seorang detektif yang handal
dan profesional, dan melindungi klien adalah tugas utamanya. Tapi apakah harus
menjadi suami samaran ? Dan anehnya ayah merasa alasan harus melindunginya
selama 24 jam itu hanyalah sebuah alasan
yang di buat-buat. Sejak awal kau sudah mempunyai perasaan yang beda
terhadap Seohyun. Benarkan ? “, tanya
Ayah Yonghwa sambil menatap anaknya yang sedang mengusap-usap rambutnya.
Yonghwa tertegun mendengar perkataan ayahnya. Dia telah jatuh cinta pada
Seohyun sejak awal pertemuan mereka ? Yonghwa kembali mengingat kesan
pertamanya saat bertemu dengan Seohyun, mengingat semua yang telah dia lakukan.
Ayahnya benar, untuk kasus ini dia tidak perlu harus melakukan pernikahan
bohongan dan menjadi suami kliennya walaupun cuma samaran. Bila harus melindunginya
selama 24 jam, dia sebenarnya cukup hanya mengerahkan Ipnya untuk mengawasi dan
melindungi Seohyun. Mengapa harus menjadi suaminya ? Jung Yong Hwa you are stupid !.
Diam-diam ayah Yonghwa menyunggingkan senyum kecil di bibirnya. Keterdiaman
anaknya sebenarnya sudah merupakan jawaban dari pertanyaannya. Sebagai ayah,
dia cukup mengenal Yonghwa. Dia cukup menghormati keputusan anaknya tersebut
saat pertama kali mengatakan kepadanya bahwa dia tidak ingin meneruskan tradisi
perusahaan tapi dia ingin menjadi seorang detektif swasta. Dia selalu ingin
memberikan perlindungan kepada siapapun. Dia tahu pekerjaan itu memiliki resiko
yang besar, Yonghwa bisa saja terluka saat menjalankan tugasnya melindungi
kliennya, dia juga bahkan berpikiran bahwa anaknya tersebut kemungkinan tidak
akan pernah menikah karena pekerjaannya tersebut. Tapi sekarang dia tahu
anaknya sedang jatuh cinta dan sebuah harapan terkembang dalam hatinya bahwa
akhirnya Yonghwa akan memutuskan bersarang
dan membentuk keluarga untuk dirinya.
“ Yonghwa, ayah tidak akan meminta banyak hal darimu. Hanya akan memberi
nasehat yang mungkin bisa kau pertimbangkan. Yonghwa, umur manusia itu semakin
hari semakin bertambah, kita tidak bisa terus menerus merasa waktu berhenti dan
kita tetap akan bisa muda. Seorang lelaki baru akan di sebut lelaki sejati bila
dia bisa menanggung beban dan tanggung jawab untuk istri dan anak-anaknya,
keluarganya. Ayah yakin kau mencintai Seohyun, dan kau merasa nyaman menjadi
suaminya walaupun hanya sandiwara. Mengapa tidak menjadikan sandiwara ini
menjadi kenyataan ? Kehidupan pernikahan adalah kehidupan yang menyenangkan.
Kau tidak akan pernah merasa lelah saat pulang ke rumah di sambut senyum penuh
kasih dari istrimu serta pelukan hangat dari anak-anakmu. Mempunyai seseorang untuk
berbagi dan tentu saja seseorang yang bisa kau peluk dan memelukmu di malam
hari bukan bantal guling yang menemanimu tidur. Apalagi bila seseorang tersebut
adalah seorang wanita yang bernama Seohyun “.
Yonghwa meresapi setiap kata yang keluar dari mulut ayahnya yang selalu di
hormatinya itu. Pernikahan, istri dan anak. Tanggung jawab sebagai lelaki
sejati. Mengapa semua itu sekarang begitu mengganggunya. Dan memeluk Seohyun di
malam hari benar-benar sebuah godaan yang sangat menarik.
Ekspresi wajah ayah Yonghwa berubah serius saat dia menatap dalam-dalam ke
mata Yonghwa mencoba membaca apa yang berusaha di sembunyikannya didalam
hatinya. “ Jangan bilang kau akan melepaskan Seohyun. Kalau kau berpikiran
seperti itu maka ayah akan benar-benar khawatir dengan dirimu. Kau harus
meraihnya, Seohyun adalah kebahagianmu dan masa depanmu, ayah sangat yakin akan
hal itu. Jangan buang kebahagian itu nak, kau harus meraihnya. Camkanlah itu,
Yonghwa “.
Lalu ayah Yonghwa kembali mengulurkan kaleng bir yang tadi di jauhkannya
dari Yonghwa dan sambil berdiri dia berkata , “ Pengganti macam apa ini ? “.
Lalu berjalan tapi sebelum menghilang dari dapur dia berkata “ Jangan tidur
dulu. Antarkan kami ke bandara, kami akan pulang ke Busan pagi ini. Kami datang
dengan penuh harapan dan bersiap merayakan pernikahanmu, tetapi tidak ada yang
perlu di rayakan disini jadi lebih baik kami pulang “.
Ayah, kau tidak tahu, anakmu ini sudah berubah.
Anakmu ini sekarang benar-benar telah jatuh cinta dan berniat tidak akan
melepaskan cinta itu. Sabarlah, tak lama lagi kalian akan bisa berdansa di
acara pernikahan kami, pernikahan aku dan Seohyun. Tunggu saja !!.
Yonghwa lalu berdiri dan membuang kaleng birnya ke dalam tempat sampah. Dia
ingin membersihkan dirinya. Yonghwa yakin penampilannya sangat tak nyaman untuk
di lihat siapapun. Tapi sebelumnya dia ingin meluruskan tubuhnya yang sedikit
terasa penat.
Yonghwa membaringkan tubuhnya ke ranjangnya dan samar-samar mencium harum
tubuh Seohyun yang tertinggal di bantalnya. Yonghwa memejamkan matanya mencoba
membayangkan bahwa Seohyunlah yang sedang memeluknya saat ini. Yonghwa
mengerang, kembali mengingat reaksi Seohyun saat dia mengantarnya pulang ke
rumah orang tuanya.
Seohyun terlihat begitu ingin segera keluar dari hidupnya, sikapnya jelas
terlihat semalam betapa dia ingin Yonghwa segera pergi dari hadapannya bahkan
tidak membiarkan Yonghwa bertemu kedua orang tuanya yang nyata-nyata memintanya
untuk masuk ke rumah mereka. Yonghwa mengerang. Apakah Seohyun tidak
mencintainya ? Apakah pengamatan Bruce tidak lagi seakurat biasanya ? Ataukah
hanya dirinyalah yang mencintai tanpa ada timbal balik dari Seohyun.
Yonghwa menarik bantal dan menutupi wajahnya. Kesalahan 1501 ! Aroma Seohyun di bantal terasa bagaikan kecupan di
wajahnya. Kembali Yonghwa mengerang kesal. Demi Tuhan dia bukan lagi seorang
remaja tanggung berusia belasan tapi mengapa dia merasa bagaikan seperti itu.
Gelisah tidak menentu. Galau tak bertepi........
Sialan Seohyun, apa yang telah kau lakukan pada
diriku !
Tapi Yonghwa bukan tipe orang yang mudah menyerah. Dia mencintai Seohyun
dan bertekad akan membuat Seohyun membalas perasaan cintanya. Dia mungkin belum
tahu bagaimana, tapi dia akan membuat Seohyun menyadari perasaannya,
secepatnya. Yonghwa melemparkan bantal yang menutupi wajahnya, lalu bangkit dan
berjalan ke arah kamar mandi.
Miss Seohyun, bersiaplah untuk terjebak masalah
seumur hidup denganku !!!
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Sebuah Catatan Kaki
Maaf kalau chapter kali ini rada pendek yah hehe, tapi semoga tetap bisa bikin senang.
Sincerely Love and Muach ♥
10 komentar
Write komentar:ng :ng :ng makasih kak zee muachhhh.. next chapter ya..
Replyiya sama2 @Rifcha.
ReplySalam ya sama penghuni grup, maaf hpnya blom fix, nanti kalo dah berhasil ngebujuk hubby buat beliin hp canggih aku pasti bikin ribut di grup hehehe
Ditunggu kelanjutannya eonni,fighting
Replyiya makasih . ditunggu ya
ReplyGrup apa ya eonni?masukin juga dong,,z yongseo shipper dari tahun 2010
ReplyGrup apa ya eonni?masukin juga dong,,z yongseo shipper dari tahun 2010
Replygrup LINE tapi lagi ga bisa aktif karena HP rusak, nanti deh aku invite
ReplyDitunggu lanjutnya ya unnie
ReplyAmiiiiinn kak zee.. hehehe,
Replysemangat kak zee nulisnya.. wkwkwk aku selalu setia menunggumu.. wkwkwk :ng :ng
siap !!
Replyhehehe
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon