Yonghwa dengan tergesa-gesa menyelesaikan semua urusan keimigrasian sesaat setelah pesawat yang di tumpanginya mendarat di bandara.
Yonghwa mengeluarkan ponselnya dan mulai melakukan panggilan. Beberapa saat teleponnya tak diangkat membuat Yonghwa melakukan panggilan ulang.
" Halo ?"
" Lin Hyung ? Ini Yonghwa ", sahut Yonghwa setelah mendengar jawaban dari seberang.
" Oh Yonghwa, ada apa ? ", tanyanya.
" Hyung, aku sedang di Beijing dan baru saja tiba. Aku ada urusan yang sangat penting dan urgent ", jawab Yonghwa sambil kepala celingukan mencari taksi. Sebuah taksi berhasil dia dapatkan dan segera dia naik dan menyuruh sopir mengantarnya ke Kedubes Korea Selatan.
" Urgent ? ".
" Hyung aku sedang dalam perjalanan ke Kedubes Seoul. Bisakah kita bertemu di sana ? Ada yang perlu aku bicarakan dengan hyung ", kata Yonghwa.
" Yonghwa kau membuatku curious, Ok, I am on the way, see you there ".
Yonghwa mematikan panggilan ponselnya. Lalu mulai menatap ke arah jalan yang ramai. Salju nampak turun perlahan, sebagian bahu jalan terlihat tertutup salju. Sepertinya musim dingin ini menjadi sangat buruk di negara tirai bambu ini. Yonghwa lalu menatap jam dipergelangan tangannya, sudah hampir 18 jam sejak pesawat yang ditumpangi Seohyun menghilang. Apakah Tim SAR sudah menuju ke lokasi ?
Yonghwa mematikan panggilan ponselnya. Lalu mulai menatap ke arah jalan yang ramai. Salju nampak turun perlahan, sebagian bahu jalan terlihat tertutup salju. Sepertinya musim dingin ini menjadi sangat buruk di negara tirai bambu ini. Yonghwa lalu menatap jam dipergelangan tangannya, sudah hampir 18 jam sejak pesawat yang ditumpangi Seohyun menghilang. Apakah Tim SAR sudah menuju ke lokasi ?
Yonghwa lalu menghubungi Jonghyun untuk menanyakan berita terkini serta bagaimana kabar di Seoul.
" Hyung, kau sudah sampai ? " jawab Jonghyun dari seberang.
" Jonghyun, apakah ada kabar terbaru. Aku baru saja sampai dan sekarang menuju ke Kedubes. Aku belum bisa menghubungi posko Tim SAR " , tanya Yonghwa.
" Kabar terakhir yang aku dapat sebuah helicopter yang membawa Tim SAR sudah diterbangkan ke lokasi tapi sejauh ini belum ada info apakah mereka berhasil menemukan atau belum ", sahut Jonghyun dari seberang.
" Bagaimana keadaan Ibu Seohyun, apakah dia sudah kerumah sakit ? ".
" Sudah hyung, Jungshin yang mengantarnya. Sekarang aku dan Minhyuk sedang mengurus pemberangkatan kami ke sana malam ini ".
" Baiklah. Jonghyun aku titip Ibu Seohyun pada kalian. Gomawo ".
" Hyung, jangan berterima kasih, ini sudah kewajiban kami. Jangan khawatir ".
" Hubungi aku segera saat kalian tiba di sini. Aku sudah sampai di kantor Kedubes. Sudah dulu, Ok "
" Hyung, take care ok. See ya ".
Yonghwa memutuskan panggilan. Membayar ongkos taksi dan segera turun. Dengan tergesa Yonghwa melangkah masuk ke dalam kantor tersebut. Mengisi buku tamu, mendapat nametag visitor dan beberapa saat menunggu hingga akhirnya dia bisa bertemu dengan Dubes Seoul di Beijing.
Senyum hangat dia berikan kepada Yonghwa. Menyuruhnya duduk dan menanyakan maksud kedatangannya.
" Sir, aku kesini berhubungan dengan kecelakaan pesawat yang.mengangkut korban longsor dan Tim SAR ", jawab Yonghwa.
" Oh, iya. Kami sendiri baru saja mengirim staf kami ke posko Tim SAR. Salah satu dokter yang bertugas adalah warga Korea Selatan. Dr. Seo. Kabar terakhir yang kami dapatkan sebuah heli telah di kirim ke lokasi. Apa hubunganny denganmu ? ", tanyanya.
" Dr. Seo adalah tunangan saya, Sir ", jawab Yonghwa.
" Omo " , katanya dengan wajah terkejut. " Saya turut prihatin Tuan Jung. Tapi anda tak perlu khawatir kami akan berusaha sekuat tenaga untuk menolongnya ".
" Pak Dubes, apakah anda bisa mengikut sertakan saya dalam misi penyelamatan itu ? " , tanya Yonghwa. Sekali lagi laki-laki yang duduk di balik meja itu terlihat terkejut.
" Saya ingin turun langsung ke lokasi tersebut, saya ingin menemukan tunangan saya ".
" Tuan Jung, saya mengerti perasaan anda, tapi apakah anda yakin ? ", tanyanya terlihat tidak percaya.
" Tentu saja Sir, saya tidak.pernah seyakin ini. Dr. Seo adalah tunangan saya dan tidak ada yang lebih penting bagiku selain menemukannya dalam kondisi apapun ", jawab Yonghwa dengan sangat yakin. Sejak awal itulah yang menjadi tujuannya.
" Saya mengerti Tuan Jung, tapi akan sangat susah bagi kami mengizinkan anda untuk terjun langsung ke lokasi pencarian, bukan saja karena lokasinya yang cukup berbahaya tapi juga prosedur yang harus di lakukan. ".
" Bapak Dubes tidak bisakah anda mewakilkan saya sebagai staf kedutaan yang turun ke lapangan ? Anda tak perlu khawatir saya memegang licence untuk Search and Rescue dari Pemerintah Seoul. Dan saya membawa id saya. Saya hanya perlu bantuan anda dalam.prosedurnya ", pinta Yonghwa sambil mengeluarkan sesuatu dari dompetnya dan menyodorkannya kepada sang Dubes.
Lama pria tersebut terdiam. Dia mengamati kartu id SAR yang diberika Yonghwa. Sementara Yonghwa menatapnya dengan tidak sabar. Setiap detik sangatlah berarti baginya. Setiap detik sangatlah penting untuk Seohyun segera di selamatkan.
" Baiklah Tuan Jung, saya akan menghubungi staf kami yang sudah berada disana menunggu di posko SAR untuk mengurus keberangkatan anda ikut tim yang akan menuju ke lokasi. Saya akan berikan surat pengantar buat anda ", kata pria itu akhirnya dan mendengar itu Yonghwa menarik napas lega.
" Tapi Tuan Jung, anda harus ingat bahwa anda ikut bersama tim penyelamat maka anda harus mentaati prosedur mereka. Saya tahu saat ini anda mungkin sudah tidak sabar ingin segera ke lokasi tapi tetap harus menjaga keselamatan anda sendiri ", katanya sambil mengingatkan Yonghwa.
" Khamsamida, terima kasih atas bantuan bapak. Saya tentu saja akan tetap mengikuti prosedur yang berlaku ", kata Yonghwa dengan penuh perasaan terima kasih.
Pria itu kemudian menghubungi stafnya dan memerintakan untuk mengurus prosedural Yonghwa untuk ikut dalam tim penyelamat . Lalu setelah ia menutup telepon lalu memanggil salah seorang staf kedutaan meminta untuk membuatkan surat pengantar yang nanti akan dia tanda tangani.
Tidak lama Yonghwa sudah keluar dari ruangan sang Dubes sambil memegang selembar amplop dengan logo kenegaraan Korea Selatan. Bergegas Yonghwa berjalan keluar tapi seseorang memanggil namanya.
" Yonghwa !! ".
Yonghwa berbalik dan mendapati sahabatnya Lin berdiri tidak jauh darinya.
" Oh hyung, sudah lama ? ", tanya Yonghwa sambil memeluk Lin sahabatnya.
" Sekitar lima menit yang lalu. Sebenarnya ada apa ? Mengapa kau tiba-tiba ada disini ? .
" Hyung sebaiknya kita berangkat. Nanti aku ceritakan di perjalanan ",
Berdua mereka lalu bergegas melangkah ke mobil Lin yang terparkir di depan kantor tersebut.
* * * * *
" Apa ? " , Lin menginjak rem secara mendadak karena dia kehilangan fokus mendengar penuturan Yonghwa, hampir saja mereka menabrak mobil di depan mereka yang berhenti karena traffic light berubah menjadi merah.
" Hyung please, focus on your drive ", kata Yonghwa mengingatkan.
" Jadi dokter yang menjadi salah satu penympang di pesawat itu adalah tunanganmu ? Dr. Seo Juhyun itu tunanganmu ? ", tanyanya masih tidak percaya. Yonghwa hanya mengangguk.
" Dan sekarang kau disini akan bergabung dengan tim penyelamat ?", tanyanya lagi dan kembali Yonghwa menganggukkan kepalanya.
" Apakah kau gila !? ".
" Hyung lampunya sudah hijau ", tegur Yonghwa.
" Yonghwa, kau tidak tahu bagaimana berbahayanya lokasi pesawat tersebut jatuh. Daerah itu adalah daerah dengan intensitas badai salju yang besar. Hutan lebat dengan tebing yang curam berada di pegunungan yang cukup terjal. Kenapa tidak kau biarkan saja tim SAR yang melaksanakan misi penyelamatan itu ? '.
Yonghwa terdiam. Bila mengikuti logikanya yang sering di pergunakan, memang bukan hal yang mudah ikut serta dalam misi ini. Tetapi kali ini Yonghwa akan mengikuti apa yang hatinya inginkan. Dia ingin berada disana, merasakan curam dan terjal serta dinginnya udara oleh badai salju yang melanda. Dia ingin merasakan bagaimana situasi yang dialami oleh Seohyun.
" Aku tahu hyung ", kata Yonghwa pelan. " Mungkin kali ini aku terlalu mengikuti emosiku. Tapi itulah keputusanku. Aku tidak.peduli bagaimana situasi dan kondisi disana, aku akan siap menghadapinya ".
" Tapi Yonghwa.... ".
" Hyung, melakukan misi penyelamatan bukanlah yang pertama bagiku. Aku sudah pernah melakukannya. Tapi yang paling utama bagiku adalah aku ingin berada disana saat mereka menemukan Seohyun apapun kondisinya. Aku berdoa semoga dia selamat dan bisa bertahan. Tapi aku tidak bisa hanya duduk dan berdoa ".
Keduanya terdiam. Lin kembali fokus menyetir mobilnya. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke Kantor Markas Tim SAR, tempat dipusatkannya misi penyelamatan 12 penumpang pesawat naas tersebut.
Yonghwa memandang keluar jendela, sebentar lagi malam menjelang, tapi salju masih turun walaupun tidak sederas saat dia tiba tadi. Tiba-tiba dia kembali mendengar rintihan yang memanggil namanya. Yonghwa memejamkan matanya mencoba memusatkan pikirannya. Suara rintihan itu kembali terdengar. Seohyun, bisiknya perlahan.
" Yonghwa ada apa ? Mengapa kau memanggil nama Seohyun ? ", tanya Lin sambil menatap Yonghwa.
" Entahlah hyung ", jawab Yonghwa sambil membuka matanya. " Hari ini aku terus mendengar suara rintihan yang memanggil namaku. Saat di pesawat aku pikir aku hanya bermimpi. Tapi aku mendengarkannya lagi sekarang dan suara itu semakin melemah ".
Lin tertegun, dia merasakan desiran di tengkuknya membuatnya otomatis mengusap belakang lehernya. Apakah.Seohyun sedang berusaha mengirimkan pesan ke Yonghwa. Apakah memang ada ikatan seperti itu ?
" Mungkin hanya halusinasi saja karena pikiranmu hanya tertuju pada keselamatan Seohyun ".
" Ya, bisa jadi hyung, bisa jadi ".
Halaman Kantor Pusat Search and Rescue cukup ramai saat mereka memasuki halamannya. Beberapa mobil van dari stasiun TV local terparkir di sana. Para reporter yang terlihat sibuk melaporkan perkembangan yang terjadi.Sepertinya mereka baru saja mendapat informasi terbaru dan itu membuat Yonghwa untuk segera turun dari mobil dan mencari tahu apa yang terjadi.
Lin belum memarkirkan mobilnya dengan baik ketika Yonghwa membuka pintu mobil dan melompat keluar, membuat Lin berteriak dan menegurnya tapi Yonghwa tidak memperhatikannya, dia bergegas masuk ke dalam markas SAR tersebut.
" Tuan Jung Yonghwa ? ".
Yonghwa menghentikan langkahnya yang tergesa ketika mendengar namanya di panggil oleh seseorang. Yonghwa berpaling ke arah suara panggilan tersebut dan melihat seorang pria dengan jas panjang melangkah menghampirinya.
" Tuan Jung Yonghwa ? ", tanyanya dan Yonghwa mengangguk. " Saya Park Yojin, stap kedutaan Seoul. Saya diperintahkan untuk mengurus segala keperluan anda ", katanya.lagi sambil mengulurkan tangannya dan di sambut oleh Yonghwa.
" Tuan Park, saya melihat para reporter terlihat sedang sibuk melakukan laporan. Apakah ada informasi baru ? ", Yonghwa langsung menanyakan situasi terbaru pada Tuan Park.
" Baru saja ada konferensi pers dari Ketua Tim SAR. Ada kabar dari lokasi, tim.pencari berhasil menemukan lokasi pesawat, mereka berhasil mengambil gambar pesawat tersebut tapi cuaca disana kembali tidak bersahabat sehingga Tim Pencari hanya memasang tanda untuk Tim yang akan terjun ke lokasi ", jelas Tuan Park.
" Apakah ada tanda- tanda penumpang yang selamat ? ", tanya Yonghwa memburu.
" Sejauh ini Tim SAR belum bisa memastikan hal tersebut ", jawab Tuan Park. Yonghwa menarik napas panjang dadanya terasa berat. Sebuah tepukan lembut dari belakangnya dan Lin muncul di sampingnya.
" Saya sudah mengurus prosedur agar anda bisa ikut dalam Tim SAR, mari ikut saya, ada prosefur yang harus anda sendiri yang harus melengkapinya ".
Tuan Park berjalan masuk ke sebuah ruangan diikuti oleh Yonghwa dan Lin. Beberapa saat kemudian mereka keluar ditemani oleh seorang laki-laki bertubuh tegak dengan memakai seragam bertuliskan Search and Rescue di belakangnya.
" Tuan Jung, anda akan kita berangkatkan bersama Tim SAR yang akan melalui rute darat. Nanti akan ada briefing komando yang akan menjelaskan segala sesuatunya. Untuk saat ini kita sedang memantau keadaan cuaca, saat kami mendapat info cuaca yang bersahabat kita akan langsung berangkat ".
" Terima kasih Pak Ching atas kerjasamanya ", kata Yonghwa.
" Tuan Jung, saya dengar tunangan anda termasuk salah satu korban. Saya sempat berkenalan dengan Dr. Seo saat kami akan memberangkatkan misi kemanusiaan ke lokasi bencana longsor. Dia begitu bersemangat. Saya pribadi berharap mereka semua selamat. Karena tim kamipun termasuk di dalamnya ". kata Pak Ching sambil menepuk pundak Yonghwa.
" Sayapun berharap dan berdoa untuk itu, Pak Ching ", ucap Yonghwa
" Beristirahatlah Tuan Jung, kita sewaktu-waktu bisa berangkat dan sebaiknya anda dalam kondisi yang fit. Saya akan Meminta anggota saya untuk menyiapkan perlengkapan untuk anda. Maaf saya permisi dulu ", kata Pak Ching yang di angguki oleh Yonghwa sambil mengucapkan terima kasih. Pria itupun kembali masuk ke ruangannya.
" Benar kata Pak Ching, sebaiknya kau istirahat Yong, sejak tiba kau belum beristirahat. Bagaimana kalau aku belikan makan malam. Kau pasti lapar ", ucap Lin.
" Aku tidak lapar ", kata Yonghwa sambil menggeleng.
" Ayolah teman, sedari tadi pasti kau belum makan. Lokasi pesawat cukup berat Yong, kau butuh tenaga. Aku akan memesan makanan dan akan aku pastikan kau makan. Untuk kali ini jangan keras kepala " Lin memaksa, lalu dia meraih ponselnya dan berjalan menjauh.
" Apakah anda akan terus di sini Tuan Park ? " tanya Yonghwa dan pria tersebut menganggukkan kepalanya.
" Saya ditugaskan disini selama 2 X 24 jam untuk memantau dan memberi info ke kantor ". Yonghwa mengangguk mendengarnya. Syukurlah setidaknya dia ditemani seseorang yang bisa mengerti bahasanya dan mungkin akan mengartikan beberapa kata yang tidak dia ketahui.
Mereka lalu berjalan ke arah kursi tunggu yang ada di sudut ruangan. Duduk disana sambil terdiam. Tuan Park nampak sibuk dengan ponselnya. Sementara Yonghwa mencoba memejamkan matanya. Mencoba tidur sebentar saja. Sekali lagi Yonghwa mendengar rintihan lirih yang memanggil namanya. Seohyun bisiknya dalam hati, aku akan membawamu pulang. Bertahanlah, juseyo...
* * * * *
23.22 Malam.
Belum juga ada tanda mereka akan bergerak ke lokasi. Laporan cuaca dari BMKG setempat masih memberi lampu merah pada mereka.
Sejam yang lalu Yonghwa menerima telepon dari Jonghyun kalau mereka sudah tiba di Beijing. Yonghwa lalu meminta tolong Lin untuk menjemput dan mengurus hotel untuk mereka. Yonghwa tadi sempat berbicara dengan Ibu Seohyun yang terdengar masih shock. Ibu Seohyun sangat ingin segera ke posko SAR tapi Yonghwa meyakinkannya bahwa lebih baik dia istirahat di hotel dan besok baru ke sana. Dan syukurlah dia mau mendengar apa yang Yonghwa katakan.
Yonghwa melangkah keluar halaman, menatap langit China yang kelam. Yonghwa menarik napas panjang dan menghembuskannya kuat-kuat seakan ingin membuang sebagian beban yang memberatkan dadanya.
Seohyun bisiknya sambil terus memandang langit yang kelam. Disana pasti sangat dingin bukan ? Kau pasti kedinginan dalam hutan yang lebat itu. Apakah kau takut ? Jangan takut, aku akan segera menjemputmu. Kau ingin bertemu denganku bukan ? Kau mungkin ingin memukulku, memakimu bahkan menamparku atas semua yang telah kau alami. Bertahanlah kau akan segera bisa melakukan itu semua padaku dan aku tidak akan protes.
Seohyun, jangan menyerah ya, bagiku kau selalu adalah gadisku yang kuat dan tidak mudah menyerah bahkan saat aku kesal dan menyuruhmu pergi menjauh kau tetap tidak menyerah. Sekarang tolong lakukan itu. Jangan menyerah dan teruslah berjuang untuk hidup, mungkin bukan untukku tapi untuk kedua orang tuamu yang sangat mencintaimu serta untuk mereka yang mengasihi dan menyayangimu. I wish I could fly, aku pasti sudah akan terbang ke sana menjemputmu. Seohyun sayang sekali pahlawanmu ini tidak mempunyai sayap ataupun jubah terbang.
Yonghwa kembali menarik napas dan menghembuskannya. Malam semakin larut, kini sudah hampir 28 jam sejak pesawat dinyatakan hilang, walaupun tim pencari shdah menemukan lokasi dan reruntuhan pesawat tapi cuaca tidak memungkinkan melakukan evakuasi. Menurut hasil breafing tadi mereka akan melakuka penyelamatan dengan jalur darat membuka ruang untuk heli bisa mendarat dan melakukan evakuasi. Tapi mereka belum pasti jam berapa mereka akan berangkat .
Sebuah panggilan dari pengeras suara menggema mengumumkan untuk segera berkumpul di ruang briefing. Yonghwa bergegas kembali masuk.ke dalam dan mendapati beberapa anggota Tim SAR berlari masuk ke ruangan tersebut. Semoga ini berita baik, bisik Yonghwa.
Yonghwa duduk disalah satu kursi yang mengelilingi meja besar yang berada di tengah. Mencoba fokus menangkap kata-kata yang diucapkan komandan tim. Semua Tim terlihat penuh perhatian mendengar perintah dan tugas yang mereka aka laksanakan.
Mereka akan segera berangkat menuju desa terdekat dari lokasi dan dari sana mereka akan mulai merambah hutan menuju ke lokasi. Yonghwa merasa sangat bersemangat, dia sudah tidak sabar. Seohyun sudah terlalu lama menunggu disana.
" Baiklah sekarang tolong siapkan semua perlengkapan kalian dan kita akan berangkat 20 menit dari sekarang. Bubar dan.laksanakan ! ", kata Komandan SAR yang langsung di jalankan oleh semua anggota tim termasuk Yonghwa.
Di depan ruangan nampak Tuan Park sedang menunggunya dengan membawa segelas kopi untuknya, Yonghwa menerimanya dengan wajah berterima kasih, lalu.mereka berjalan ke loker tempat Yonghwa menyimpan semua peralatan yang tadi di terimanya, mengeluarkannya dan mengeceknya kembali lalu Yonghwa memakai jaket hangatnya, mengikat kuat tali sepatunya, topi dan masker penutup wajah dia selipkan dikantongnya lalu menyelipkan kacamata hitam di kantong seragamnya. Setelah semua siap Yonghwa lalu mengangkat rangselnya dan berjalan ke belakang markas dimana semua anggota SAR yang berjumlah 15 orang termasuk dirinya sudah berada disana lengkap dengan peralatan mereka sementara yang lainnya sedang sibuk.memasukkan beberapa peralatan yang besar kedalam badan heli comando yang akan mengangkut mereka ke desa tersebut.
" Hyung !! "
Sebuah panggilan dari belakang membuat Yonghwa berbalik. Jonghyun dan Lin terlihat berjalan ke arahnya.
" Hyung, aku dengar kau akan segera berangkat ", ucap Jonghyun sambil menepuk lengannya. Yonghwa menganggukkan kepalanya.
" Hyung, ibu Seohyun menitipkan ini ", kata Jonghyun sambil mengulurkan keranjang kecil. Yonghwa menatapnya dengan pandangan bertanya.
" Selimut kesayangan Seohyun ", lanjut Jonghyun " Beliau berpesan tolong pakaikan selimut ini pada Seohyun saat kau menemukannya ", kata Jonghyun dengan nada suara bergetar. Yonghwa lalu menerima tas kecil tersebut dan.mengeluarkan selimut Seohyun dari dalamnya.
Yonghwa tidak pernah tahu Seohyun mempunyai selimut kesayangan. Ah masih banyak yang belum dia tahu tentang Seohyun, pikirnya sesaat. Selimut berwarna pink dengan gambar tokoh kartun Keroro Tamama. Yonghwa ingat Seohyun memang suka menonton film kartun itu. Seulas senyum hadir di bibirnya. Yonghwa lalu membuka rangselnya dan memasukkan selimut itu ke dalamnya.
" Hyung hati-hati juseyo " , sahut Jonghyun disela-sela suara mesin heli yang sudah di nyalakan.
" Jonghyun, katakan pada Ibu Seohyun aku akan membawa Seohyun pulang, jangan khawatir. Dan.kau tolong jaga beliau. Aku harus segera berangkat ", pamit Yonghwa dengan suara yang keras. Jonghyun lalu memeluknya begitu juga dengan Lin.
" Jaga dirimu di sana, semoga berhasil ", sahut Lin sambil melambaikan tangannya. Yonghwa balas melambaikan tangannya tapi tetap membelakangi mereka. Sebuah lambang victory dia berikan lalu menghilang masuk ke dalam badan heli bersama dengan anggota SAR yang lain.
00.45 heli perlahan mulai bergerak dan baling- balingnya semakin kencang berputar. Terbanglah, bisik Yonghwa. Bawa aku segera kesana, bidadari pujaanku sudah menunggu....
Langit gelap dan deru heli yang menggema memecah kesunyian malam. Semoga cuaca akan bersahabat, doa Yonghwa dalam hati.
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon