Seohyun melambaikan tangannya saat meliahat Hyoyeon memasuki cafe tempat mereka janjian untuk bertemu. Saat ini Seohyun merasa dia harus mengeluarkan semua yang ada di hatinya. Dan Seohyun selalu tahu diantara semuanya Unnies tersayangnya, Hyoyeon adalah pendengar yang baik. Saat ini Seohyun tidak butuh solusi dia hanya ingin seseorang untuk mendengarkan keresahan hatinya.
Seohyun sedang resah. Pikirannya saat ini sedang tidak bisa diajak kompromi. Ada rasa hampa yang tiba-tiba datang pada ruang hatinya yang seminggu yang lalu telah ditempati oleh seseorang. Ya, jujur Seohyun mulai merasakan jatuh cinta pada Yonghwa.
" Hi Seohyun ", sapa hangat Hyo sambil duduk didepan Seohyun. Senyum yang tadi tersungging manis dibibir merahnya hilang saat melihat wajah Seohyun yang tidak seperti biasanya. Hyoyeon melihat ada kesedihan disana, kesedihan yang sama saat Seohyun merasa begitu sedih papanya tak bisa menghadiri wisudanya. " Seohyun, ada apa ? "
" Hyunie... " Hyo menyentuh tangan Seohyun dan menghentikan tangan Seohyun.
" Unnie, begini ya rasanya jatuh cinta ? " Seohyun tiba-tiba bertanya. Pertanyaan yang membuat Hyo terbelalak.
" Akhirnya Ya Tuhan, Seohyun merasakan jatuh cinta juga " tanpa sadar Hyoyeon menjerit dan berdiri memeluk Seohyun. Seohyun yang selama ini begitu dingin pada lawan jenisnya akhirnya jatuh cinta juga. Ohh ini kabar yang sangat luar biasa.
Seohyun tidak bergeming dalam pelukan Hyoyeon. " Tapi mengapa rasanya begitu menyakitkan, Unnie ? " ucap Seohyun lirih. Hyoyeon melepaskan pelukannya dan memegang pundak Seohyun.
" Hyunie sayang ada apa ? " tanya Hyo kali ini dia menarik kursinya dan menempatkannya tepat disamping Seohyun perlahan dia duduk tapi pandangannya tak lepas dari wajah Seohyun. " Hyunie, why you said like that, what wrong ? tell me ".
" Unnie, ..... "
" Nei Seohyun ".
" I meet someone a week ago, he so kind and nice ".
" Bagus dong, berarti pria itu sangat istimewa ".
" Dia punya mata yang tajam dan senyum yang sangat menawan ".
" And.......... "
" I think I fall in love, but .. "
" Why but ? "
" Saya harus mulai melupakannya, Unnie ". Kali ini Hyo dapat melihat mata Seohyun berkaca-kaca. Kesedihan jelas nampak disana.
" Seohyun, kalo dia sangat baik, kind , nice, mengapa harus melupakannya. Apakah dia sudah punya kekasih ? " tanya Hyo tidak mengerti. Seohyun menggeleng.
" Entahlah Unnie ", jawabnya lirih.
" So ? "
" Hari ini saya mengetahui kalau dia ternyata seorang diplomat ", dan mata yang berkaca-kaca itu berubah menjadi air mata yang mengalir di pipinya yang halus. " Oettoke uniiee, what should I do ?? ".
Hyoyeon memeluk Seohyun dengan erat. Dia tahu betul betapa Seohyun sangat membenci profesi itu. Dia tahu betul seperti apa masa kecil seorang Seohyun yang terlahir sebagai seorang anak diplomat ternama di negara ini. Dia sangat faham bagaimana Seohyun selalau berusaha untuk tetap terlihat tabah saat Papanya tidak bisa menghadiri saat-saat dia membutuhkannya.
Terlahir sebagai putri tunggal seorang diplomat bukanlah hal yang diinginkan Seohyun. Dan seandainya dia bisa memilih dia akan lebih memilih menjadi anak seorang pegawai kantoran biasa. Hyoyeon pun terlahir dari keluarga diplomat, maka dia bisa merasakan kesedihan Seohyun. Mungkin itulah yang lebih membuat mereka lebih dekat dibanding dengan yang lain.
" Saya tidak ingin jatuh cinta pada seorang diplomat, Unnie. Saya tidak ingin berhubungan dengan segala hal yang berhubungan dengan diplomasi ", ucap Seohyun terbata-bata. " Mengapa Tuhan mempertemukan kami, mengapa ? ".
Hyoyeon melepaskan pelukannya. Ditariknya selembar tissue dan menghapus air mata di pipi Seohyun.
" Pesta hari ini adalah pesta pengangkatannya sebagai Duta Besar di Indonesia. Sekarang saya baru sadar mengapa waktu itu dia minta diantar ke kantor kedutaan Korea Selatan di Jakarta. Saya pikir mungkin dia seorang mahasiswa S2 yang sedang melakukan riset ". Seohyun menatap Hyoyeon " Unnie, wei ?? ".
" Seohyun, segala sesuatu yang terjadi pasti ada sebabnya. Mungkin pesta hari ini merupakan jalan dari Tuhan untuk memperlihatkan siapa sebenarnya dia. Coba bayangkan kalau kamu terlanjur berhubungan dengan dia dan baru mengetahuinya kemudian ", kata Hyoyeon sambil tersenyum. Seohyun tertunduk. Dia memncoba mencerna kata-kata Hyoyeon.
" Seohyun.. " kata Hyo pelan. " Apakah prinsipmu itu tidak bisa berubah ? Apakah kau benar-benar harus merelakan cinta pertamamu hilang begitu saja karena dia seorang diplomat negara ? ".
" Prinsipku sudah jelas unnie. Saya tidak ingin berhubungan dengan diplomat manapun. Saya tidak ingin mempunya suami seorang diplomat dan anak-anak saya akan merasakan hal yang sama seperti yang saya alami ", tegas Seohyun. Perlahan dia menyekah airmatanya, wajah itu sekarang berubah dingin. Tanpa ekspresi.
" Saya tidak ingin anak saya merasakan kekecewaan saat resital piano pertamanya yang tak bisa dihadiri oleh ayahnya hanya karena ayahnya sedang rapat membahas tentang negara. Saya tidak ingin ulang tahun anak saya harus dirayakan tanpa ayahnya setiap tahunnya. Saya tidak mau disaat wisuda anak saya tidak didampingi oleh ayahnya ", suara Seohyun sedikit bergetar mengingat semua kenangan masa kecilnya yang sangat menyedihkan baginya. Masa kecil dimana dia kehilangan seorang sosok ayah yang selalu dia dambakan berada di sisinya saat dia membutuhkannya. Dia sudah bosan dengan seribu satu alasan yang dilontarkan Ibunya tentang ketidakhadiran ayahnya. Cukup dia yang merasakannya.
Seohyun berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia hanya akan menikah dan punya anak dari seorang pria biasa, seorang pria yang akan selalu punya waktu untuk dirinya dan anak-anaknya kelak. Dia berjanji dan dia harus menepati janji tersebut, tida peduli betapa dia harus mengorbankan cinta pertamanya.
Usapan Hyo di lengannya menyadarkan Seohyun dari ingatan masa kecilnya. Diberikannya seulas senyum pada Hyo dan meraih cangkir mungil didepannya. Tehnya sudah terasa dingin tapi Seohyun meminumnya hingga habis.
" Gwenchanayo ? " tanya Hyo , Seohyun mengangguk.
" Aku lapar Unnie. Ayo kita pergi makan. Aku ingin makan ddubokki ".
" Hmm sound delicious. I am hungry too ".
Keduanya lalu berdiri. Tapi Seohyun meminta waktu untuk ke toilet untuk merapikan dandanannya. Hyo mengangguk. " Aku tunggu di depan ", katanya pad Seohyun.
Seohyun melangkah ke arah toilet yang berada di cafe tersebut. Dipandanginya wajahnya yang terlihat kacau. Dikeluarkannya bedak dan lipstik dari tasnya. Dipoleskannya bedak di wajahnya serta lipstik dibibirnya, lalu dia melepaskan ikatan rambutnya dan membiarkannya tergerai di bahunya. Diambilnya sisir untuk merapikannya. Sesaat kemudian dia melangkah keluar dan berjalan keluar cafe menemui Hyo yang sedang menunggunya.
" Wow Seohyun you look great as usual ", goda Hyo saat melihat Seohyun menghampirinya dengan dandanan yang lebih cantik serta rambut yang digerai.
" Unnie kapan aku tidak terlihat cantik ? " Keduanya lalu tertawa.
" Aku senang Seohyunku sudah kembali. Yuk sekarang kita makan !!"
Keduanya lalu melangkah ke arah mobil Hyo yang terparkir didepan cafe. Seoul sore itu nampak sangat cerah. Seohyun melangkah ringan mengikuti langkah Hyo yang mendahuluinya. Seringan perasaannya yang sudah mulai tenang.
Saatnya menatap dunia dengan lebih baik, Seohyun. katanya dalam hati. Saat ini yang Seohyun butuhkan adalah melupakan sosok Yonghwa yang telah mencuri hatinya. Saat ini Seohyun hanya akan fokus pada planningnya sejak awal. Yap, planning yang sudah dia rencanakan jauh-jauh hari.
Goodbye Mr. Jung. Be Good in Jakarta. At least I know you far away from me...................
MR. AMBASSADOR AND ME
CHAPTER 5 : THE PLANNING
6 komentar
Write komentarunnie.. next next next
ReplyBagus 😊 ditunggu kelanjutannya ya..
Replymwo?!
Replyige Mwoeyo?!
its The ending?!
Zee Eonnieee,, >_<"
Sudah update chapter 5 tuh heheheh
ReplyThank you ♥
Replyweiyoo ? its not ending yet !!
ReplyUpdate chapter 5 already hahaha
Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon