#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

LOST IN CALIFORNIA




CHAPTER FIVE 

Yonghwa berbaring sambil menatap wajah Seohyun yang tertidur di sampingnya. Wajahnya begitu damai, dan Yonghwa tersenyum memandangnya. Seohyun sudah menjadi miliknya. Yonghwa mencintainya dan kesadaran itu muncul di saat dia merasakan kepasrahan Seohyun menyerahkan dirinya pada Yonghwa.
Dengan rasa enggan, Yonghwa beranjak dari ranjang, dan berjalan ke arah dapur. perutnya terasa lapar. Jam di dinding menunjukkan pukul 3 dini hari. Yonghwa membuka kulkas, melihat apa yang bisa dia pakai untuk mengganjal perutnya yang lapar. Yonghwa memutuskan membuat beberapa potong sandwich, mungkin Seohyun juga lapar. Menyalakan coffee maker sambil mulai meracik semua bahan menjadi satu. 
Kopi dan sandwich sudah siap di meja. Merasa puas dengan apa yang dia lakukan, Yonghwa kembali masuk ke dalam kamar. Di lihatnya Seohyun masih tertidur pulas. Ada segurat senyum di wajahnya yang cantik. Apakah dia memimpikan dirinya ? tanya Yonghwa dalam hati. Perlahan Yonghwa naik ke atas ranjang dan membangunkan Seohyun dengan membisikkan namanya di telinga Seohyun.
" Seohyun, bangun ", bisik Yonghwa. Seohyun mengeliak dan matanya terbuka.
Seohyun menatap wajah Yonghwa dan dia merasa malu. Pipinya merona dia berusaha menarik selimut untuk menutupi wajahnya, tapi Yonghwa malah menarik selimut itu. Apakah Yonghwa kembali ingin mereka melakukannya lagi ? pemikiran tersebut kembali membuat pipi Seohyun merona.
" Bangunlah, aku sudah membuatkan sandwich dan kopi, kau pasti lapar ", bisik Yonghwa sambil tersenyum. Demi Tuhan, Seohyun terlihat sangat mengundang dengan pipinya yang merona malu, dan Yonghwa akan dengan senang hati memenuhi hasratnya tersebut. Tapi tidak sekarang, semalam adalah yang pertama buat Seohyun, mungkin jeda beberapa saat bagus untuknya.
" Jam berapa sekarang ? ", tanya Seohyun pelan.
" Hampir jam 4 pagi ", jawab Yonghwa sambil merapikan rambut Seohyun yang tergerai ke wajahnya. " Ayo bangun ".
" Pergilah duluan, aku akan menyusul ", kata Seohyun dengan malu-malu, menyadari bahwa dirinya telanjang di bawah selimut. Apa jadinya bila dia harus bangun sementara Yonghwa masih berada di kamar. Yonghwa tersenyum penuh pengertian. Di curinya kecupan di bibir Seohyun lalu dia bergerak turun dan berlalu kedapur.
Seohyun menutupi tubuhnya dengan selimut saat turun dari tempat tidur. Memakai pakaian yang semalam dia sudah siapkan untuk dia pakai setelah mandi namun ternyata tak sempat di kenakannya. Setelah sejenak menarik napas dan menghembuskannya, Seohyun mencoba bersikap wajar dan berjalan keluar kamar menuju ke dapur. Bau kopi memenuhi ruangan. begitu harum begitu menggoda.
" Duduklah ", sahut Yonghwa sambil berdiri dan menarik kursi untuk Seohyun. 
" Terima kasih ", kata Seohyun sambil duduk
Mereka berdua lalu menikmati sandwich dalam diam. Yonghwa hanya menatap wajah Seohyun sementara Seohyun tertunduk dan lebih banyak mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Yonghwa tersenyum, menikmati kekikukan Seohyun.
" Oh iya, paspor dan visamu sudah selesai ", kata Yonghwa teringat telepon yang di terimanya siang tadi. Seohyun menatapnya.
" Benarkah ? ", tanya Seohyun dan Yonghwa menganggukkan kepalanya. Seohyun menarik napas lega. Paspor dan visa adalah jalannya untuk kembali ke Seoul. Seminggu di California, Seohyun merindukan aktifitasnya mengajar murid-muridnya di TK. Mereka pasti sudah merindukan dirinya. Sebersit senyum terukir di wajahnya. 
" Apakah kau senang ? ", gantian Seohyun yang mengangguk menjawab pertanyaan Yonghwa. 
" Bila ada paspor, berarti aku bisa kembali ke Seoul. Aku merindukan semua yang ada di Seoul ", kata Seohyun sambil menyicip kopinya.
" Apa yang kau lakukan di Seoul Seohyun ?".
" Aku mengajar di sebuah TK kecil. Murid-muridku hanya berjumlah 10 orang, tapi mereka sangat manis dan menggemaskan. Saat aku bilang akan berangkat ke Amerika mereka menjerit dan menangis tak mau di tinggalkan. Aku merindukan mereka semua ".
Yonghwa melihat wajah Seohyun yang berseri saat mengingat anak-anak didiknya. Kalau Seohyun begitu mencintai anak-anak kecil, dia akan menjadi ibu yang baik kelak. Yonghwa tiba-tiba membayangkan mereka bertiga dengan anak mereka bermain-main di sebuah padang rumput yang teduh. Kening Yonghwa mengkerut, takjub dengan pemikirannya sendiri. Yonghwa menggelengkan kepala mengusir apa yang merasuki pikirannya. 
" Ada apa ? :, tanya Seohyun heran melihat Yonghwa menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Tidak apa-apa, hanya meregangkan otot leherku yang sedikit tegang ", alasan Yonghwa.
" Mau aku pijat ? Kata ayah, aku jago memijat lho ", tawar Seohyun tapi Yonghwa menggelengkan kepalanya. membiarkan Seohyun memijatnya berarti membiarkan tangan Seohyun yang lembut menyentuh tubuhnya dan itu bisa sangat berbahaya, alarm di kepala Yonghwa berdering-dering bagai sirine ambulance yang memecah malam yang sunyi.
" Ceritakan tentang kedua orang tuamu ? ", Yonghwa mencari topik yang aman untuk mereka perbincangkan.
Seohyun tersenyum penuh makna saat membayangkan wajah kedua orang tuanya yang sangat di cintainya. " Ayahku seorang pegawai biasa sedangkan ibu hanyalah ibu rumah tangga yang mendedikasikan dirinya untuk keluarga, mengurus aku dan ayah. Mereka berdua sangat menyayangi diriku, mendidikku dengan penuh kasih sayang. Mereka tidak sekalipun memaksakan kehendak mereka kepadaku. Aku tumbuh di lingkungan keluarga yang demokratis dan modern, dimana kami semua bisa mengeluarkan pendapat dan mengutarakan keinginan kami tanpa merasa takut ".
" Termasuk mengutarakan kepergianmu ke mari ? ", tebak Yonghwa dan Seohyun mengangguk.
" Mike dan aku hidup di lingkungan yang sama, keluarga kami saling mengenal satu dengan yang lainnya. Kami bersekolah di tempat yang sama kecuali setelah masuk perguruan tinggi. Mike memilih menjadi tenaga engineer. Mike laki-laki yang cerdas dia lulus dengan peringkat terbaik dan itulah yang membawanya ke Amerika ". 
" Bagaimana dengan dirimu ? ", tanya Yonghwa mengubah topik, dia tidak Suka Seohyun bercerita tentang MIke. Yonghwa ingin membunuh pemilik nama itu.
" Aku ? ", sejenak Seohyun terdiam, lalu dia melanjutkan, " Aku memilih bidang pendidikan, aku selalu bermimpi menjadi guru yang baik yang di cintai para muridnya. Setelah lulus aku mencoba mengikuti ujian guru tapi aku gagal. Lalu ayah mengenalkanku pada pemilik TK kecil di lingkungan kami, dan sejak itulah aku menjadi salah satu pengajar di sana. Bagaimana dengan dirimu ? Apakah sejak kecil kau mau menjadi jaksa seperti sekarang ? ", giliran Seohyun yang bertanya.
Yonghwa meminum kopinya dan meraih sepotong sandwich lalu memakannya sebelum akhirnya mulai menceritakan tentang dirinya.
" Aku lahir di Busan, saat usia 7 tahun kedua orang tuaku memutuskan untuk merantau ke Amerika dengan modal seadanya. Aku anak bungsu dari dua bersaudara. Ayah dan ibu membuka kedai makanan Korea dan sedikit demi sedikit kedai itu berubah menjadi restoran yang ramai. Ibuku sangat pandai memasak, dan sampai saat ini dia masih menghandle sendiri setiap orderan dari pelanggan. Bagi ibu otentisitas adalah kunci pelanggan tetap mau datang ke restoran mereka.Kakakku seorang bankir, tapi aku lebih memilih menjadi pegawai sipil, menjadi jaksa. Aku kuliah di bidang hukum, setelah lulus beberapa rekan mengajakku bergabung di law firm mereka tapi panggilan hatiku bukanlah membela orang-orang kaya ataupun orang-orang kaya yang mencoba melarikan diri dari hukum. Aku ingin membela keadilan untuk rakyat kecil - terdengar terlalu patriotik - aku kemudian mengikuti tes untuk menjadi jaksa, aku lulus dan mereka menempatkanku di sini ".
" Pernah kembali ke Seoul ? ".
" Belum sempat padahal aku sangat menginginkannya ". 
Kembali keduanya terdiam, terpekur dengan pemikiran masing-masing. Suara sirine samar-samar terdengar dari kejauhan memecah pagi yang masih terlalu dini. 
Yonghwa bangkit berdiri, meraih piring sandwich yang kosong dan juga gelas kopi mereka lalu membawanya ke wastafel dapur. Seohyun menyusulnya.
" Biar aku yang mencucinya ", kata Seohyun lalu mulai menyalakan kran air, mengenakan kaos tangan dan mulai membersihkan piring dan gelas-gelas dan beberapa lainnya yang di gunakan Yonghwa saat membuat Sandwich. Yonghwa menyandarkan dirinya ke counter dan memandang Seohyun sambil melipat kedua tangannya ke dadanya. Seohyun merasa jengah di pandangi seperti itu.
" Apakah kau masih mencintai Mike, Seohyun ?".
Pertanyaan Yonghwa yang tiba-tiba mengejutkan Seohyun hingga hampir saja piring yang di pegangnya terlepas dari tangannya. Pertanyaan Yonghwa tepat mengena ke hatinya. Apakah dia masih mencintai Mike ?. Atau mungkin apakah dia masih pantas mencintai Mike ?. Seohyun diam dan buru-buru menyelesaikan pekerjaan yang di kerjakannya.
" Maaf, tapi rasanya aku masih mengantuk, aku permisi dulu ", kata Seohyun sambil meninggalkan Yonghwa yang masih menyandar di counter meja dapurnya. Yonghwa tahu dia telah mengajukan pertanyaan yang salah. Yonghwa tidak berusaha menghalangi Seohyun. Yonghwa hanya menghela napas panjang, tapi dia butuh tahu bagaimana perasaan Seohyun pada Mike, karena dirinya telah jatuh cinta pada Seohyun. Bukan karena peristiwa semalam. Tapi ada sesuatu pada gadis itu yang membuatnya merasa ingin memiliki, bahkan berpikir membina keluarga bersamanya. Atau mungkin dia sudah gila. 
Seohyun mencoba untuk tidur, tapi pertanyaan Yonghwa terus menerus tergiang di benaknya. Apakah dia masih mencintai Mike ? Seohyun merasa bersalah. jauh, jauh di lubuk hatinya dia merasa tak pantas untuk Mike. Tapi Mikelah alasannya datang ke sini. Seohyun mengambil bantal dan menutupi wajahnya. Dia ingin berteriak sekencang-kencangnya.
Tapi Yonghwa sudah mengenalkannya akan sesuatu yang indah, membuatnya merasa menjadi wanita yang utuh, merasa cantik, merasa seksi. Seohyun terpesona pada Yonghwa, senyumnya sangat menawan dan selalu membuat Seohyun bergetar dan berdebar-debar. Dengan Mike, Seohyun tidak pernah seperti ini, bagi Seohyun Mike adalah sosok satu-satunya lelaki yang dia kenal. ketika Mike mengajaknya pacaran, Seohyun merasa memang sepantasnya dia bersama Mike, karena hanya Mike lah yang selalu melindunginya dan menemaninya. 
Jujur, sebenarnya Mike seperti seorang kakak baginya. 3 tahun mereka pacaran hingga akhirnya Mike harus pergi ke Amerika, Seohyun sama sekali tidak pernah merasa seperti apa yang dia rasakan terhadap Yonghwa, padahal mereka baru seminggu bertemu, Seohyun sudah melepaskan hal yang berharga di dirinya untuk Yonghwa. Apakah dia mencintai Yonghwa ? 
Seohyun terduduk, bila dia mencintai Yonghwa, berarti dia telah menghianati Mike. Ya Tuhan, alangkah bejatnya dirinya, rutuk Seohyun sambil memukul kepalanya. Tapi bukankah setahun ini Mike semakin jauh darinya ? Tapi bukankah maksud Seohyun terbang ke Los Angeles, adalah untuk kembali bersama Mike. Heol !!!

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Previous
Next Post »

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥