CHAPTER
EIGHT
YongHwa memacu mobilnya dengan kecepatan yang tinggi membelah jalanan yang
ramai. Menatap tidak sabaran saat harus berhenti karena tertahan traffic light.
Membunyikan klaksonnya bagaikan orang keserupan sehingga sesekali di dengarnya
teriakan pengendara lain memakinya.
YongHwa menekan tombol panggilan cepat. Dia butuh menghubungi DongHue
sekarang juga. Beberapa saat kemudian suara dongHue terdengar dari seberang.
“ Hyung, aku butuh jadwalpenerbangan ke London sekarang juga. Bisakah kau
membantuku secepatnya. Tidak, tidak jangan sekarang. Aku akan menjelaskannya
nanti. Aku sedang dalam perjalanan ke bandara saat ini. Aku tunggu ya hyung,
secepatnya ! “, dan YongHwa langsung mematikan panggilannya dan kembali
berfokus pada jalan di depannya.
Dengan tidak sabaran Yonghwa memukul stir mobilnya ketika kembali harus
berhenti karena traffic light. Di liriknya jam tangan di pergelangan tangannya,
berdoa, teramat sangat berdoa semoga dia tidak terlambat. Semoga dia masih bisa
mencegah keberangkatan Seohyun ke London.
Kata JungShin, Seohyun akan pulang bersama JongHyun dan MinHyuk dan dia
akan segera menyusul setelah membereskan semua barang-barang Seohyun. JungShin
juga mengatakan rasa kecewanya karena YongHwa telah menyakiti adiknya dengan
teramat sangat dan YongHwa harus meyakinkan JungShin bahwa itu hanyalah
kesalahpahaman dan yang sebenarnya dia sangat mencintai Seohyun. Sayangnya
YongHwa tak dapat membujuk JungShin untuk menelpon kakaknya untuk membatalkan
penerbangan mereka ke Inggris.
Yonghwa berbelok dan masuk ke area bandara Incheon. Setelah memarkir
mobilnya dengan berlari YongHwa memasuki bandara Incheon yang seperti biasanya
sangat ramai. Melihat ke papan besar dengan nomor-nomor penerbangan yang akan
dan telah mendarat serta yang sebentar lagi akan take off.
Ada dua penerbangan ke London dan sialnya berangkat dengan waktu yang
hampir bersamaan tapi berbeda gate. Bagaimana mungkin YongHwa harus memilih
yang mana yang harus di datanginya lebih dahulu. Apalagi jika waktu take off
tinggal sepuluh menit lagi.
YongHwa rasanya mau meledak.
Ponselnya berdering dan secepatnya di angkatnya. DongHue berkata dia sudah
mengecek dan tak ada nama Seohyun di manifest data penerbangan ke London malam
ini. Yonghwa lalu menyuruhnya mencari atas nama JongHyun atau MinHyuk. Sialan,
siapa sih nama orang tua Seohyun ? maki YongHwa dalam hati, satu lagi kesalahan
fatal yang di buatnya. Seharusnya sejak awal dia harus menanyakan siapa nama
Seohyun sebenarnya.
YongHwa berlari ke gate tempat pemberangkatan pesawat British Airlines, tak
sabaran menunggu antrian di bagian informasi airline tersebut sambil terus
menatap jam tangannya.
“ Maaf aku butuh mengetahu apakah ada penumpang bernama Tuan JongHyun yang
akan berangkat dengan penerbangan malam ini ? “, tanya YongHwa kepada petugas.
Dan setelah beberapa menit mengecek tak di temukan nama JongHyun, bahkan
MinHyuk dan Seojuhyun pun tak ada. Setelah mengucapkan terima kasih YongHwa
berlari-lari menuju gate selanjutnya tepat saat boarding penerbangan
menunjukkan bahwa pesawat menuju ke London sudah bersiap untuk take off.
YongHwa semakin mempercepat langkah kakinya.
Dia terlambat !
Seohyun telah pergi !
YongHwa hanya bisa terpaku di depan pintu gate. Tertunduk lesu dengan napas
tersengal-sengal karena berlarian kesana kemari. Dengan berat di langkahkannya kakinya ke
ruang tunggu dan menjatuhkan tubuhnya ke salah satu kursi yang kosong.
Tidak, dia tidak boleh menyerah. Dia harus menyusul Seohyun, bahkan ke
ujung dunia sekalipun. Semangat YongHwa kembali membara. Betul dia akan
menyusul Seohyun dan melihat sejauh apa wanita tersebut bisa menghindarinya.
Setelah merasa santai. YongHwa berjalan keluar menuju ke tempat parkir.
Yang dia perlukan hanyalah meminta alamat rumah Seohyun kepada JungShin.
Tidak peduli apakah JungShin akan memberikannya dia tetap akan memohon jika
perlu bersujud di hadapan JungShin , menyembahnya. Tidak peduli harga dirinya
akan hancur. YongHwa sudah bertekad.
Calon kakak iparnya itu harus memberikannya alamat rumah mereka di London.
Yonghwa akan menyusul Seohyun, menemuinya dan mengungkapkan bagaimana dia
menyesal dan menyatakan perasaannya, betapa dia mencintai Seohyun dan
memintanya menikah dengannya.
Dengan tekad penuh Yonghwa melajukan mobilnya kembali ke apartemen.
♥ ♥ ♥
JungShin membuka pintu saat YongHwa mengetuk pintu dan membunyikan bel
pintu apartemen Seohyun. Bersyukur bahwa JungShin masih berada di apartemen
tersebut.
“ Apa yang terjadi denganmu, kau terlihat sangat kacau, Bung ! “, ucap JungShin
saat melihat YongHwa.
YongHwa melangkah masuk dan melihat beberapa koper yang di letakkan di
dekat pintu. Dan dada Yonghwa terasa sesak.
“ Aku terlambat menghentikan mereka “, desah YongHwa sambil mendudukkan
dirinya ke sofa di ruang tamu. JungShin mengikutinya dan duduk di sampingnya
menatapnya dengan sorot mata penuh rasa prihatin.
“ Jadi apa yang akan kau lakukan ? “, tanya JungShin.
“ Aku akan menyusulnya ke London “, jawab YongHwa.
“ Umm, apa kau yakin ? “, tanya JungShin lagi.
“ Tentu saja, bahkan jika Seohyun ke ujung dunia sekalipun aku akan
menyusulnya “, jawab yongHwa tegas. “ Dan aku datang untuk memintamu menolongku
“.
“ Menolongmu ? “. JungShin tidak mengerti pertolongan semacam apa yang di
butuhkan Yonghwa darinya.
“ Maukah kau memberikan alamat rumah kalian di London ? “, pinta Yonghwa.
JungShin terdiam sesaat.
“ Entahlah, aku harus meminta izin pada JongHyung, kakak tertua kami. Tapi
kau tahu kan aku tentu saja tak bisa menelponnya sekarang. Dia sedang berada di
awan saat ini “, ucap JungShin sedikit bercanda. Tapi tidak lucu sama sekali
bagi YongHwa.
“ Tolonglah JungShin sekali ini saja “, pinta YongHwa lagi sedikit memelas.
“ Maaf tapi aku tak bisa kau harus menunggu minimal dua belas jam lagi “.
Dua belas jam itu rasanya bagai dua belas abad bagi YongHwa.
“ Ayolah JungShin, aku akan melakukan apapun asal kau mau memberikannya “.
Bujuk YongHwa.
JungShin menatap YongHwa dengan tidak percaya.
“ Apakah kau yakin kau adalah seorang pebisnis di bidang perhotelan ?
Seharusnya kau bisa mencari sendiri alamat rumah kami di London. Sedikit
petunjuk bagimu. Kakakku JongHyun adalah salah satu pemilik hotel besar di
London “.
Yonghwa memaki kebodohannya. Kalau memang JongHyun juga adalah pengusaha
perhotelan, mustahil DongHue tidak mengenalnya. Bukankah mereka juga punya
hotel di London ? Yonghwa menepuk jidatnya dan memaki dirinya sendiri sekali
lagi hingga membuat JungShin tersenyum melihatnya.
“ Seohyun benar-benar membuatmu jatuh cinta huh ? “, ucap JungShin sambil
menyandarkan dirnya dengan santai ke sandaran sofa. “ Adik kecilku itu
benar-benar membuatmu sebingung ini “.
“ Mengapa kau tak bilang kalau kau kakak Seohyun ? “. Yonghwa menatap JungShin
menuntut jawaban.
Jungshin hanya mengangkat bahunya. “ Mengapa kau tidak bertanya ? “.
Benar, seharusnya dia bertanya pada Seohyun. Semua ini tidak akan menjadi
kesalahan fahaman yang fatal seandainya dia bisa mencoba lebih mengenal Seohyun
dan bukannya malah menyakitinya dengan kata-katanya yang kasar.
“ Bodohnya diriku “, sahut YongHwa.
“ Bodohnya adikku karena ternyata dia mencintai orang yang bodoh “, umpat
JungShin tapi kemudian tertawa. “ Kalian pasangan yang serasi, sama-sama bodoh
“.
Seohyun mencintainya ? benarkah ?
“ Katamu Seohyun mencintaiku ? “.
“ Apakah aku mengatakan hal tersebut ? “.
“ Baru semenit yang lalu “, Yonghwa mengingatkan. JungShin menepuk
kepalanya.
“ Seharusnya aku belajar untuk menggigit lidahku dan menahan diriku untuk
berkata-kata “.
“ Maaf tapi kau sudah mengatakannya “.
“ Well, let it be lah, kan sudah terlambat. Seohyun sudah pergi “.
“ Tentu saja tidak. Aku akan mengejarnya. Ingat ? “.
“ Kalau begitu semoga beruntung ! “.
“ Apakah aku tadi baru saja melihat bibirmu berkedut. Apakah kau sedang
menyembunyikan sesuatu padaku ? “, ucap YongHwa saat di tangkapnya ekspresi
JungShin yang berusaha menahan senyum di bibirnya. Tatapan mata YongHwa
mengandung kecurigaan.
“ Itu karena aku sedang menertawai
kebodohanmu “, elak JungShin. Tapi Yonghwa tetap menatap JungShin dengan
pandangan curiga.
Merasa jengah oleh tatapan yonghwa, JungShin bangkit dan berjalan ke arah
dapur dan membuka kulkas mengeluarkan kotak jus orange dan menuangkannya di
gelas. Menawarkan kepada Yonghwa tapi Yonghwa menolak.
“ Tawarkan aku bir maka aku akan menerimanya “, ucap YongHwa.
“ Sayangnya adik kecil tercintaku tidak mengizinkan kami menyimpan bir di
apartemennya apalagi di kulkasnya. Bir menurutnya adalah sesuatu yang tidak
sehat, sebaiknya mereka meminum jus atau air putih “.
“ Kalian benar-benar menyayanginya kan ? “.
“ Tentu saja. Sebelum ibu kami meninggal, beliau menitipkan Seohyun pada
kami untuk menjaganya. Kami walaupun tanpa di minta pasti akan menyayangi dan
menjaga sekuat kami. Dia adalah adik kecil kami dan selamanya akan menjadi adik
kecil kami “.
“ Mengapa dia memutuskan ke Seoul dan meninggalkan kalian ? “.
“ Bung, sebaiknya kau simpan pertanyaanmu itu dan tanyakan langsung padanya
saat kau berhasil menemukannya. Aku tak akan menjawabnya “, ucap Jungshin
sambil meneguk jus orange yang di pegangnya.
“ Baiklah kalau begitu, sebaiknya aku pulang saja dan bersiap-siap. Dan aku
harus menghubungi seseorang untuk mendapatkan setidaknya nama hotel milik
kalian “, kata Yonghwa sambil berdiri .
“ Oh iya, kapan kau kembali ke London ? “.
“ Tergantung “, jawab JungShin acuh.
“ Tergantung ? “.
“ Yup, seperti pakaian yang tergantung “.
Yonghwa menatap JungShin bingung tapi kemudian tak menghiraukannya. Lalu
Yonghwa berjalan kepintu dan setelah mengucapkan terima kasih pada JungShin,
YongHwa menutup pintu apartemen Seohyun.
♥ ♥ ♥
Saat Yonghwa melangkah masuk ke apartemennya, Yonghwa merasakan ada yang
aneh. Tak ada perasaan kosong sama sekali. YongHwa mengerutkan keningnya. Dan
rasanya dia bisa mencium bau parfum Seohyun.
YongHwa mengerang, baiklah dia mungkin sudah benar-benar gila karena
Seohyun. Dan berlari kesana kemari membuatnya berhalusinasi to the max. Yonghwa mengacak-acak rambutnya dan
meregangkan tubuhnya.
Tapi sekali lagi YongHwa merasa ada yang aneh. Sialnya dia tidak bisa
mengetahui di mana letak keanehan yang di rasakannya. YongHwa melangkah ke
dapur dan mendapati lantai dapurnya sudah bersih, kaleng-kaleng bir bahkan
sudah berada di tempat sampah dan lukisan abstrak bir di dinding dapur juga
sudah hilang.
Siapa yang telah membersihkannya ?
Tiba-tiba sebuah harapan membuncah di dalam hati YongHwa. Perlahan Yonghwa
berjalan pelan-pelan menyalakan semua lampu di ruangan tersebut hingga tampak
terang benderang. Berjalan ke koridor dan membuka kamar tamu tapi tak ada orang
di sana. Berjalan ke ujung menuju ke kamar mandi membukanya perlahan dan tak
ada siapa-siapa. Satu-satunya tempat yang belum di periksanya adalah kamar
tidurnya.
Yonghwa berdoa semoga apa yang di pikirkannya benar-benar nyata. Belum
pernah YongHwa berdoa dengan begitu kerasnya.
Perlahan YongHwa membuka pintu kamarnya. Gelap hanya lampu tidur yang
menyala dan di sana di atas tempat tidur YongHwa seseorang sedang terlelap
begitu damai. Pelan-pelan YongHwa menutup pintu dan berjalan mengendap-endap
mendekati ranjangnya.
Seohyun ada di ranjangnya tertidur dan ada garis air mata yang mengering
dipipinya.
Untuk sesaat YongHwa tidak tahu harus berbuat apa. Membayangkan betapa
gilanya dirinya mengejar Seohyun ke bandara, berlari-lari seperti orang gila
dan merasa terpukul karena tidak bisa menahannya bahkan bertekad bulat
mengejarnya ke London. Sementara Seohyun sedang menunggunya di apartemennya
hingga tertidur.
Ya Tuhan, gadis ini benar-benar telah membuatnya gila.
YongHwa berjongkok di samping tempat tidurnya dan menatap wajah Seohyun
yang sedang tertidur dengan lelapnya. Begitu ingin YongHwa menciumnya tapi dia
tak ingin membangunkannya. YongHwa memilih berlama-lama menatap wajah Seohyun
dan menatapnya dengan pandangan penuh cinta.
YongHwa jadi teringat senyuman tertahan di bibir JungShin. Jadi JungShin
pasti tahu kalau Seohyun ada di apartemen YongHwa. JungShin mungkin malah sudah
membohonginya. Bukan, bukan hanya JungShin, tapi juga JongHyun dan MinHyuk.
YongHwa merasa telah di bodohi mentah-mentah. Tapi YongHwa malah tersenyum.
Ketiga kakak Seohyun benar-benar mencintai adik kecil mereka. YongHwa harus
mengakui hal tersebut. bahkan mungkin melebihi besarnya cinta YongHwa kepada
Seohyun. Cinta tanpa tuntutan apapun, cinta yang hanya memberi tanpa meminta. YongHwa jelas harus banyak
belajar dari mereka bagaimana mencintai Seohyun setulus mereka bertiga.
Seohyun bergerak membuat YongHwa menahan napas dan akhirnya bernapas lega
saat dilihatnya Seohyun masih terlelap. YongHwa berdiri lalu mengitari
ranjangnya dan perlahan naik ke atas ranjang. Membaringkan tubuhnya di belakang
Seohyun dan melingkarkan tangannya memeluk Seohyun lalu mencium aroma harum
rambutnya dan memejamkan matanya. Menikmati moment terindahnya saat ini. Hanya
berdua dengan Seohyun.
♥ ♥ ♥
Seohyun bisa merasakan seseorang sedang memeluknya dan napas hangat yang
menghembus rambutnya. Di bukanya matanya dan mendapati sebuah tangan melingkar
di pinggangnya. Seohyun menahan napasnya untuk sesaat.
Dia pasti terlalu lama menungu YongHwa hingga ketiduran. Sudah berapa lama
dia tertidur ? Di gerakkannya tangannya dan menyentuh tangan yang melingkar di
pinggangnya dan setelah itu Seohyun merasakan pelukan tersebut semakin mengerat
dan menariknya lebih dalam ke dalam pelukan laki-laki yang sedang terbaring di
belakangnya.
“ Apakah aku membangunkanmu ? “, guman YongHwa tepat di telinganya. Seohyun
menggelengkan kepalanya pelan. “ Aku minta maaf atas kekasaranku “, bisik
YongHwa dengan nada penyesalan yang dalam.
“ JongHyun bilang itu karena kau cemburu “, ucap Seohyun pelan.
“ Dia benar, aku memang cemburu dan mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya
tak ingin aku keluarkan. Apakah aku menyakiti hatimu ? “.
Kali ini Seohyun menganggukkan kepalanya dan YongHwa bisa mengerti akan hal
itu.
“ Maukah kau memaafkanku ? “.
Hening. Seohyun tak menjawab hanya diam sambil menatap dinding kamar
YongHwa yang baru saja tadi pagi selesai di kerjakannya. Seohyun kemudian
melepaskan pelukan YongHwa dan bangun dan duduk di pinggir ranjang.
“ Aku tadi menunggumu. Dan sambil menunggu aku menyelesaikan hal-hal kecil
yang belum aku bereskan di kamarmu. Maaf bila aku jatuh tertidur “.
YongHwa menatap punggung Seohyun yang tadi rapat di dadanya. YongHwa
bergerak duduk dan menarik Seohyun memeluknya dari belakang. Dagunya di
sandarkannya ke bahu Seohyun.
“ Kau bisa tidur di manapun kau mau di apartemen ini Seohyun. Tapi aku akan sangat senang bila kau tidur di
sini di pelukanku “, ucap YongHwa dengan suara yang sedikit bergetar.
“ Terima kasih “, ucap Seohyun pelan. YongHwa tak mengerti mengapa harus
Seohyun yang berterima kasih.
“ Untuk apa, “, tanyanya.
“ Karena mengizinkan aku menata apartemenmu “.
“ Bukankah seharusnya aku yang berterima kasih “.
Seohyun terdiam.
“ Maukah kau berjanji padaku ?”, ucap Seohyun.
“ Berjanji apa ? “.
“ Berjanjilah bahwa walaupun kau sedang marah, kau takkan pernah mengotori
dindingnya dengan tumpahan bir dari kaleng yang kau lemparkan ke dinding “.
Mungkin seperti inilah perasaan seorang penata ruangan saat melihat
pekerjaannya tak di hargai. YongHwa tersenyum merasa bersalah.
“ Maafkan aku Seohyun, saat itu sedang sangat marah. Tapi aku berjanji
tidak ada lagi lukisan abstrak di dinding manapun bahkan pada saat aku sangat
amat marah “.
“ Terima kasih “.
“ Berhentilah berterima kasih, kau membuatku merasa sangat bersalah “.
“ Maaf “.
“ Dan juga berhentilah mengucapkan kata maaf ! “.
Seohyun kembali diam.
“ Kau tahu Seohyun “, ucap YongHwa. “ Aku sangat senang mendapatimu
tertidur di apartemenku “.
“ Memang kenapa ? “.
“ Karena kau tidak tahu betapa putus asanya diriku menyadari kepergianmu “.
“ Tapi aku tidak kemana-mana “.
“ Tapi aku ke apartemenmu dan JungShin bilang kau sudah pergi “.
“ Aku hanya mengantar JongHyun dan MinHyuk sebentar ke bawah “.
Jadi dia telah di permainkan dengan teramat telak.
Seohyun mengatupkan kedua tangannya ke wajahnya dan berusaha menahan
tawanya tapi bahunya bergerak naik turun menandakan dia sedang tertawa.
“ Kau pasti merasa senang kan mereka mempermainkanku ? “, rajuk YongHwa.
“ Aku tidak tahu siapa yang mempunya ide sekonyol itu. Maafkan ketiga
kakakku itu “.
Sejujurnya YongHwa tidak marah. Bahkan bersyukur bahwa mereka akhirnya bisa
melihat kesungguhan dirinya yang benar-benar mencintai Seohyun, adik tercinta
mereka.
“ Sesungguhnya aku senang dengan ide konyol mereka. Menunjukkan betapa
mereka mencintaimu. Mengapa kau tidak mengatakan kepadaku bahwa mereka adalah
kakakmu ? “.
“ Kau tak pernah bertanya “.
Yonghwa mengerang dan mengingatkan dirinya bahwa apapun itu dia harus
selalu menanyakan apapun kepada Seohyun, karena ternyata Seohyun bukan tipe
orang yang akan dengan senang hati menceritakan apapun tanpa di minta.
“ Kalau begitu maafkan aku karena tidak pernah bertanya “.
“ Ngomong-ngomong kau dari mana ? “, tanya Seohyun.
“ JungShin, kakakmu itu bilang kau sudah pergi, sementara JongHyun kakak
tertuamu bilang kau sedang berkemas dan akan ikut mereka kembali ke London. Aku
panik bahwa aku akan kehilangan dirimu lalu aku buru-buru mengejarmu ke bandara
dan hanya mendapati bahwa kau telah pergi dan aku terlambat menghentikanmu “.
“ Kau ke bandara ? mengejarku ? “, Seohyun bertanya dengan perasaan tak
percaya. “ Tapi tak ada satupun dari ketiga kakakku yang ke bandara. JongHyun
dan MinHyuk ke hotel tempat mereka akan menginap dan JungShin bilang dia masih
mau tinggal bersamaku makanya kau hanya menemukan JungShin di apartemenku “.
“ Oh ya Tuhan, mereka benar-benar .... “.
“ Huss, tidak apa-apa kok. Justru aku merasa senang mereka mengerjaiku.
Sebenarnya mereka sedang menguji kesungguhanku pada dirimu “, potong Yonghwa
sambil mengeratkan pelukannya ke pinggang Seohyun. Demi segalanya dia ingin
bisa seperti ini selamanya, seumur hidupnya. Memeluk Seohyun.
“ Kesungguhan ? “, Seohyun tak mengerti.
“ Kesungguhan cintaku padamu “.
“ Kau mencintaiku ? “. Seohyun memalingkan wajahnya menatap YongHwa.
“ Kau pikir buat apa aku seperti orang gila mengejarmu ke bandara kalau aku
tidak mencintaimu dan takut kehilanganmu ? “, kata YongHwa sambil bergerak
turun dan berdiri di hadapan Seohyun kemudian perlahan berlutut di hadapan
Seohyun.
“ Aku mencintaimu, Seohyun. Mungkin tidak sebesar ketiga kakakmu tapi aku
bisa belajar dari mereka. Aku akan mencintaimu sepenuh jiwa dan ragaku, seumur
hidupku bahkan bila memang ada kehidupan setelah mati aku hanya akan
mencintaimu. Tidak ada satu bagianpun dari dirimu yang tak pantas untuk tidak
aku cintai. Maukah kau menikah denganku ? “.
Seohyun tidak tahu harus menjawab apa atau berkata apa. Matanya
berkaca-kaca. Hanya menatap YongHwa dengan pandangan penuh cinta. Lalu Seohyun
hanya bisa menganggukkan kepalanya sementara air mata kebahagian membasahi
pipinya.
Yonghwa lalu mencium Seohyun dengan penuh perasaan cinta dan bersyukur.
Sesaat yang lalu dia merasa putus asa akan kehilangan Seohyun dan sekarang dia
kembali merasa putus asa karena harus menahan hasratnya untuk membaringkan
Seohyun dan bercinta dengannya sekarang juga. Tapi YongHwa tahu, Seohyun harus
menjadi istrinya dulu sebelum mereka memutuskan untuk bercinta. Sesuatu yang
indah sebagai hadian pernikahan mereka.
Di lepaskannya kecupannya dan menatap Seohyun, dadanya membuncah oleh
perasaan cintanya untuk wanita tersebut. kemudian di peluknya Seohyun dan
seakan tak ingin melepaskannya walaupun sesaat.
Dan tiba-tiba YongHwa bisa mendengar suara biola yang sedang mengalunkan
nada-nada kebesaran cinta di suatu tempat dan denting-denting piano yang
memainkan lagu wedding march.
Welcome to the club, dan Yonghwa bisa mendengarkan suara DongHue
menggodanya. Yonghwa tertawa sambil mengeratkan pelukannya.
Mereka boleh mengejeknya. Tapi YongHwa mengikuti jejak mereka jadi
merekalah yang seharusnya menanggung kesalahan indah yang di lakukannya.
♥ ♥ ♥
Dan Wedding March benar-benar mengalun mengiringi langkah Seohyun yang di
dampingi oleh JongHyun berjalan menyusuri lorong panjang menuju altar di mana
YongHwa berdiri menunggunya dengan tatapan penuh cinta di matanya.
Jungshin dan MinHyuk di beri kehormatan sebagai pendamping mempelai pria,
terlihat begitu bahagia berdiri di samping YongHwa. Kedua malah sempah mengusap
air mata yang menggantung di ujung mata mereka. Tentu saja itu adalah airmata
bahagia.
Seohyun menatap jendela yang berbetuk lingkaran yang terleyak di atas altar
pernikahan, cahaya matahari di bulan Juni seakan menggambarkan senyum kedua
orang tuanya seakan mengisyaratkan bahwa mereka juga ada di sini bersamanya,
menyaksikan hari paling membahagiakan dalam hidupnya.
Seohyun berpaling menatap JongHyun yang berjalan dengan bangga di
sampingnya. Seohyun tidak pernah menyangka kepergiannya ke Seoul
mempertemukannya dengan pendamping hidupnya hingga akhir hayatnya. Sebuah kisah
yang akan di ceritakannya kepada anak-anaknya kelak.
Saat akhirnya Seohyun tiba di depan YongHwa dan JongHyun menyerahkannya kepadanya.
Yonghwa tersenyum penuh cinta dan membisikkan betapa cantiknya dirinya hari
ini.
Pernikahan berjalan hikmad, penuh suka cinta, dan saat akhirnya mereka sah
menjadi suami dan istri, YongHwa mencium Seohyun dengan perasaan bahagia yang
membludak dan Seohyun membalas ciuman tersebut dengan perasaan yang sama,
sehingga untuk sesaat mereka melupakan bahwa mereka sedang di pandangi oleh puluhan mata yang
sedang menghadiri pernikahan mereka.
Pesta resepsi berjalan meriah dan saat Seohyun melemparkan buket bunganya
tepat ke dalam pelukan JongHyun napas tertahan para wanita muda yang menghadiri
resepsi pernikahan mereka berharap JongHyun memberikan buket bunga itu kepada
salah satu dari mereka. Tapi JongHyun hanya tertawa sambil melambaikan buket
tersebut ke arah Seohyun.
Setulus hati Seohyun berharap kebahagian yang sama juga akan menghampiri
ketiga kakak-kakaknya. Mungkin sekarang waktunya Seohyun yang mengurus mereka,
mencarikan jodoh untuk ketiganya.
Dan entah mengapa Seohyun menemukan tatapan yang sama di mata YongHwa.
Mereka memang sudah berjodoh......
♥ ♥ ♥ E N D ♥ ♥ ♥
1 komentar:
Write komentarKak zee cpt bgt selesaix,,beneran deh ff kak zee ini bagus bgt dan sesuatu yg baru,,, soalx kebanyakan,, jonghyun,hyuk dan shin kan disisix yong dan skrng sebalikx,, msh pengen baca kebersamaan mereka,, tp ya sudahlah ini happy anding walau kecepatan,,,tp aku sangan menikmatix kak zee,, ditunggu karya selanjutnya,,,😘
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon