CHAPTER ONE
“ Ayolah Oppa, ini cuma
makan malam “, ucap Seohyun saat melihat wajah JongHyun kakaknya tidak terlalu
antusias. “ Lagipula kau kan tidak sering berada di Seoul, jadi ayolah jangan
memberengut seperti itu “, ucap Seohyun lagi sambil tersenyum.
“ Bukannya aku menolak
makan malam ini, tapi entah mengapa aku merasa kalian sedang merencanakan
sesuatu “, JongHyun mendesah sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi
sambil mengedarkan pandangannya ke seantero restoran yang terletak di lantai
teratas dari hotel milik Yonghwa dan kedua kakaknya.
Hampir semua meja
sepertinya sudah terisi dan terlihat semuanya sedang menikmati keindahan
pemandangan dari jendela besar yang mengelilingi ruangan tersebut. Malam ini
langit nampak terang benderang, bintang bertaburan padahal sekarang bulan
Desember, biasanya langit tersaput mega yang siap menurunkan salju ke bumi.
“ Kami tidak sedang merencanakan
apa-apa kok, Hyung “, sela YongHwa sambil mengerling ke arah Seohyun.
“ Yah, dan aku sama sekali
tidak percaya “, tukas JongHyun malas. “ Aku sama sekali tidak suka bahwa makan
malam ini ada orang lain yang diundang. Dan aku seratus persen yakin, tamu
kalian yang belum datang adalah seorang wanita “.
“ Itu hanya sebuah
kebetulan kok “, Seohyun mencoba menenangkan kakaknya. “ Dia adalah dokter yang
menanganiku saat hamil dan melahirkan dan aku bahkan belum mengucapkan terima
kasih atas semua yang telah di lakukannya. Ini ucapan terima kasihku padanya,
apa salahnya aku mengundangnya untuk makan malam bersama kita “.
JongHyun menghela napas,
masih terlihat tidak senang. Tapi apa yang di katakan Seohyun cukup bisa di
mengerti. Kehamilan adiknya tersebut sedikit bermasalah di bukan kelima
kehamilannya, beberapa kali harus menjalani perawatan dan bed rest panjang
demikian juga saat melahirkan putri mereka yang sangat di sayanginya sebagai
ponakan pertamanya, dan JongHyun bahkan sudah jatuh cinta padanya saat
melihatnya pertama kali di rumah sakit. Sayangnya selama itu JongHyun bahkan
tidak pernah bertemu dengan sang dokter yang menurut adiknya sangat
membantunya.
Ayolah, tak ada salahnya
bertemu seseorang yang sudah menyelamantkan adikmu !
“ Well, sepertinya sang
dokter tersebut suka terlambat “, kata JongHyun sambil mengecek jam tangannya.
“ Dia sudah bilang kalau
akan terlambat “, ucap Seohyun.
“ Tapi aku tetap merasa
kalian sedang merencanakan sesuatu “, ucap JongHyun sambil menatap keduanya
bergantian dengan tatapan curiga. “ Aku curiga kalian berusaha menjodohkan aku
dengannya “.
“ Apakah kau seputus asa
itu hingga aku harus mencarikan jodoh untukmu, Oppa ? “, tanya Seohyun dengan
senyum tak berdosa yang selalu meluluhkan hati JongHyun.
“ Asal kalian tahu saja,
aku tidak suka di jodoh-jodohkan “.
“ Kami tahu Hyung “.
“ Apakah kami terlihat
sebagai sepasang mak comblang ? “.
“ Tidak, tapi kalian
terlihat seperti sepasang trouble maker yang setiap saat bisa membuatku
terlibat dalam sebuah masalah yang tak dapat ku hindari “.
Mendengar perkataan
JongHyun yang kesal, YongHwa dan Seohyun tertawa. Seohyun sadar bahwa dia
memang terlalu sering melibatkan JongHyun dalam masalah setelah Ibu mereka
meninggal bahkan saat dia melarikan diri ke Seoul dari London.
“ Lagi pula “, ucap
JongHyun lagi. “ Aku tidak suka kencan yang di atur-atur. Aku bahkan sudah
beberapa kali membuktikan hal tersebut. Seorang wanita yang mau begitu saja di
jodoh-jodohkan dengan seorang pria kalau bukan karena dia sedang berburu pria
kaya atau bujangan berdompet tebal, pasti dia juga berwajah jelek, tepatnya dia
wanita yang tidak laku ! “.
♥ ♥ ♥
Dan wanita yang di katakan sedang memburu pria-pria kaya, jelek dan tidak
laku itu kebetulan berdiri tidak jauh dari meja di mana mereka duduk, hanya
tertutup oleh pohon hiasan yang ada di ruangan tersebut.
Yoona sedang mencari tuan rumah makan malam ini ketika tidak sengaja
mendengar perkataan penuh hinaan dari pria tersebut. Yoona sudah menemukan meja
Seohyun dan YongHwa yang ternyata mereka tidak hanya berdua di sana. Yoona
tidak dapat melihat mereka dan mereka pun tak bisa melihatnya karena meja
tersembunyi di balik rerimbunan tetumbuhan di ruangan tersebut.
“ JongHyun Oppa, kata-katamu sangat keterlaluan “, terdengar protes
Seohyun. “ Tidak semua wanita seperti itu. Lagi pula sekarang sudah zaman
modern, wanita berhak menentukan hidup mereka sendiri tanpa pria “.
Jadi namanya JongHyun, Yoona tidak mengenalnya. Seohyun sempat mengatakan
bahwa dia memiliki tiga orang kakak laki-laki, mungkin dia salah satunya.
“ Menurutku wanita – wanita yang terbiasa pergi kemana-mana sendiri setiap
malam bukanlah wanita yang sudah menikah “, terdengar lagi pria tersebut
berucap. Nada suaranya terdengar sangat mengejek.
Yoona merasa kesal mendengarnya.
“ Mereka berhak menentukan pilihan jika itu kemauan mereka. Sekarang kami
para wanita punya karier sendiri sehingga sebagian dari kami merasa pernikahan
bukan lagi sesuatu yang utama seperti
pemikiran para wanita-wanita jaman dahulu “, protes Seohyun pedas.
Terdengar suara Yonghwa tertawa tergelak. “ Kelihatannya kau begitu tidak
senang, sayangku, tersinggung huh ? “.
Pria itu – JongHyun – juga terdengar tertawa. “ Baiklah, aku minta maaf
atas kata-kataku yang kurang pantas, Seohyun sayang “.
Yoona mengernyitkan keningnya. Sebenarnya dia agak tersinggung dengan
perkataan JongHyun tadi. Sekilas di liriknya tampilan dirinya di salah satu
dinding bar. Tubuhnya tinggi, langsing dan memiliki wajah yang cantik. Saat ini
Yoona memakai gaun hitam selutut dengan lengan panjang dan kerah berbentuk V
walaupun tidak terlalu rendah. Rambutnya dia biarkan tergerai. Walaupun
dandanannya terlihat sederhana, karena setelah menyelesaikan operasi sesar
terakhirnya sejam yang lalu, dia juga masih harus berkeliling mengecek beberapa
pasiennya sehingga dia tidak sempat untuk berdandan maksimal agar tidak
terlambat.
Jadi kata-kata jelek dan tidak laku, rasanya tidak cocok
untuknya.
“ Meskipun aku merasa bersalah dengan kata-kataku, aku tetap tidak bisa
menerima undangan makan malam ini, aku masih ada urusan bisnis yang harus aku
selesaikan, temanmu mungkin tidak keberatan menerima undangan makan malam ini
tapi kakakmu ini sangat keberatan “, ucap JongHyun santai.
Dan perkataannya membuat pipi Yoona memerah, kesal dan marah. Pelan di
tinggalkannya trio yang sedang duduk di meja tersebut melangkah ke kamar mandi.
Sambil menetap tampilan dirinya di cermin, Yoona lalu mengeluarkan bedak dan
lipstik dari tas tangannya dan menyapukannya ke wajah dan bibirnya. Di rapikannya
rambutnya lalu kembali menatap bayangan dirinya dan tersenyum puas.
Tidak laku ? Hah, kita lihat saja !
Yoona lalu kembali melangkah memasuki restoran dan bisa melihat beberapa
pandangan pria berpaling dan menatapnya dengan tatapan berminat. Tidak berhenti
di depan bar, Yoona melangkah terus menuju ke arah meja Seohyun. Memasang
senyum lebar saat Seohyun menatapnya dan melambaikan tangan ke arahnya.
“ Dr. Yoona, aku senang kau bisa datang “, ucap Seohyun sambil berdiri dan
menyambut Yoona dengan pelukan hangat. “ Dan kau terlihat sangat cantik malam ini,
berbeda dengan apa yang aku lihat selama ini “.
“ Memang betul, malam ini kau terlihat cantik “, kata YongHwa sambil ikut
berdiri dan memeluk Yoona.
Pasangan di depannya ini memang sangat serasi. Seohyun yang cantik dengan
mata yang berbinar sedangkan YongHwa tampan dan terlihat sangat menyayangi
istrinya. Siapapun akan merasa iri dengan pasangan di depannya.
Yoona berpaling ke arah pria yang di ketahuinya bernama JongHyun dengan
pandangan dingin. Tapi dia tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya saat
menatap wajah JongHyun. Pria tersebut seharusnya di masukkan ke penjara karena
memiliki wajah yang sangat tampan dan terlalu menarik sehingga bisa membuat
wanita menabrakkan mobilnya ke trotoar secara sukarela.
Dewasa. Mungkin mereka berbeda usia sekitar delapan tahun mungkin. Karena
Yoona seumuran dengan Seohyun. Kedewasaannya terlihat dari garis-garis tegas di
wajahnya, tapi semuanya tertutup oleh pandangan sinis di matanya yang balas
menatap Yoona.
JongHyun – pria menjengkelkan itu – berdiri sopan sehingga Yoona bisa melihat tubuhnya yang
tinggi bahkan sedikit lebih tinggi dari YongHwa dan sangat atletis dengan
setelan jas berwarna biru gelap.
“ Yoona, perkenalkan ini kakak tertuaku baru datang dari London “, Seohyun
memperkenalkan mereka berdua “ JongHyun “.
“ Dan aku Yoona “, kata Yoona sambil mengulurkan tangannya yang ramping dan
rapi.
JongHyun meraih tangan yang diulurkannya dan menjabatnya dengan genggaman
yang hangat tapi tegas, jabatannya tidak terlalu keras namun tidak juga terlalu
lembut. Kata Ibunya, kita selalu bisa menilai orang dari cara seseorang
menjabat tangan kita. Dan bila itu memang benar berarti pria di depannya ini
bisa di bilang tidak sombong tapi juga tidak ramah.
“ Hanya Yoona ? “, guman JongHyun sambil menatap Yoona tajam.
“ Hanya Yoona “, ucap Yoona cepat sebelum Seohyun membuka mulutnya untuk
menjawab pertanyaan kakaknya.
JongHyun melirik ke arah Yoona, mulai tertarik dan diam – diam mencuri
pandangan mengamati penampilan Yoona. Baiklah, dia mungkin harus menarik
kata-katanya tadi karena wanita tersebut jauh dari kata jelek dan tidak laku. Penampilannya
sangat menawan, wajahnya cantik, seksi dan kakinya terlihat begitu jenjang.
Wanita di depannya ini lebih pantas menjadi seorang model dari pada seorang
dokter.
Seohyun kemudian menyilakan mereka duduk, dan Yoona duduk di salah satu
kursi kosong tepat berada di tengah-tengah YongHwa dan JongHyun. Pengaturan yang
tidak nyaman kalau Yoona boleh protes tapi rasanya tidak pantas.
Seorang pelayan kemudian datang mendekati mereka dan menyerahkan menu
kepada mereka berempat.
“ Sepertinya tadi kau bilang kalau kau ada urusan bisnis, Hyung ? “,
YongHwa tersenyum sambil menggoda JongHyun. Seohyun tersenyum di sebelahnya
sambil menatap kakaknya yang tampak salah tingkah. Senang melihat JongHyun
termakan kata-katanya sendiri.
“ Aku........ “.
“ Oh, sebaiknya jangan membatalkan acara anda gara-gara saya “. Yoona
tersenyum lebar. “ Rasanya masa-masa untuk seorang wanita harus di temani dan
di kawal sudah lewat beberapa tahun yang lalu. Sekarang wanita tidak lagi perlu
di kawal apalagi bila hanya menghadiri undangan makan malam. Syukurlah “ kata
Yoona sambil mengelus dada dengan penuh perasaan.
Seohyun terbelalak mendengar perkataan Yoona, tatapan penuh tanda tanya di
tujukannya ke arah Yoona, tapi kemudian secercah senyum tahu sama tahu
tersungging di wajahnya. Pasti tadi Yoona sempat mendengar percakapan mereka
bertiga, tebak Seohyun dalam hati. Perlahan di sikutnya peinggang YongHwa yang
nampak pula tak kuasa menahan senyum di wajahnya.
Mata JongHyun membelalak lebar dan menatap Yoona tapi dengan alasan yang
berbeda.
“ Sebetulnya malam ini aku sama sekali tidak ada janji bisnis “, ucap
JongHyun akhirnya setelah lama mencoba membaca arah pemikiran Yoona. “ Aku cuma
tidak mau mengganggu... “.
“ Aku rasa, anda sangat pengertian “, potong Yoona sambil menatap menu yang
ada di tangannya mengisyaratkan dia tidak mau membahas hal tersebut lebih
lanjut.
♥ ♥ ♥
Jadi sang dokter ternyata wanita yang sangat menawan. JongHyun
berkesimpulan dalam hatinya. Tapi agak sedikit sombong dan terlalu percaya
diri. Mungkin karena dia menyadari betapa menggodanya dirinya bagi kau pria,
well sepertinya anggapannya tentang memburu pria-pria kaya masih saja bisa
terjadi.
Siapapun wanita yang menyadari betapa menawan dan menggodanya dirinya tentu
saja akan memilih pria kaya raya yang bisa memenuhi semua kebutuhannya.
JongHyun menatap menu di tangannya sambil sesekali melirik wanita yang
duduk di sampingnya. Seharusnya wanita ini tidak cocok jadi dokter kandungan. Bayangkan
bagaimana reaksi para suami yang sedang mempunyai istri yang hamil saat bertemu
dokter yang menggoda seperti ini ? Semoga saja pandangan mereka tidak terlalu
memuja sehingga membuat istri mereka bisa merasa kontraksi hebat secara
mendadak karena perbuatan suami mereka.
Pemikiran tersebut menghadirkan senyum di wajah JongHyun.
JongHyun memilih menikmati steak malam ini dan melewatkan makanan pencuci
mulut. Saat ini JongHyun lebih suka memilih secangkir kopi atau bahkan wine
untuk menjernihkan pikirannya yang terganggu oleh kehadiran Yoona di
sampingnya.
“ Tidak menyukai sesuatu yang manis-manis ? “, tanya Yoona saat JongHyun
menolak makanan penutup yang di pilih Seohyun untuk mereka. Puding Stroberi
dengan topping Ice Cream dan potongan coklat serut, terlalu menggoda sebenarnya
untuk di lewatkan begitu saja.
“ Tidak untuk saat ini “, jawab JongHyun asal-asalan. “ Bagaimana denganmu
? “, tanya JongHyun balik sambil menatap Yoona.
“ Tentu saja “, jawab Yoona singkat.
“ Biasanya wanita cantik menghindari yang manis-manis “, ucap JongHyun
sambil menyisip kopinya.
“ Terima kasih “.
“ Terima kasih ? untuk apa ? “.
“ Terima kasih karena sudah mengatakan kalau aku wanita yang cantik “, kata
Yoona dengan nada terima kasih yang terlalu di buat-buat.
YongHwa dan Seohyun yang berada diantara mereka saling tukar pandang dan
tersenyum. Terlihat senang menikmati pertunjukan kedua orang di depan mereka
saat ini.
“ Oh “, kata JongHyun pelan sambil mengedipkan bahunya, mencoba terlihat
tidak peduli.
“ Dan sebagai saran, meminum kopi setelah makan tidak bagus untuk kesehatan
anda “. Dan perkataan Yoona tersebut membuat JongHyun tersedak karena sedang
menyisip kopinya sehingga terbatuk-batuk.
JongHyun meraih serbet di pangkuannya lalu mengelap bibirnya dan menutupi
batuk yang menyesakkan dadanya. Sialan wanita ini, umpatnya. Apakah dia sedang
berusaha membunuhku !
JongHyun meraih gelas berisi air putih di depannya lalu meminumnya
perlahan. “ Terima kasih atas sarannya, sangat berguna “, ucapnya sedikit serat
setelah berhasil mengendalikan dirinya.
Yoona tanpa merasa bersalah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya
lalu kembali menyantap makanan penutup yang ada di depannya tanpa mengucapkan
sepatah katapun kepada JongHyun.
Dan sekali lagi JongHyun mengumpat dalam hati. Dan lebih kesal lagi saat melayangkan
tatapannya kearah Yonghwa dan Seohyun yang menatapnya dengan tatapan penuh tawa
yang tidak berusaha di sembunyikan oleh mereka berdua.
Jadi adik perempuannya dan adik iparnya sangat
menikmati situasi ini.
Tiba-tiba suara deringan telepon memecah kesunyian diantara mereka
berempat. Yoona meraih tas tangannya yang di letakkannya di meja mengeluarkan
ponselnya dan meminta permisi untuk menerima panggilan tersebut dan berdiri
berjalan keluar restoran.
“ Kelihatannya kalian sangat menikmati semua ini ya ? “, tanya JongHyun
setelah Yoona menghilang dari pandangan mereka.
“ Tentu saja kami menikmati makan malam ini “, jawab Seohyun cepat dan
memasang wajah tak mengerti maksud perkataan kakaknya.
“ Sudahlah, berhentilah bersandiwara. Aku sudah sangat mengenalmu “,
JongHyun tak dapat menyembunyikan perasaan kesalnya.
“ Ayolah Hyung, tidak seburuk itu kok “, kata YongHwa menenangkan kakak
iparnya. “ Mungkin kapan-kapan kita bisa makan malam berempat lagi kalau kau datang
ke Seoul lain waktu “.
“ Maaf, aku harus segera kembali ke rumah sakit “, Yoona tiba-tiba muncul
dan menampakkan ekspresi tidak enak hati. “ Salah satu pasien yang aku tangani
mengalami pendarahan dan aku harus segera menanganinya “, ucapnya lagi sambil
meraih tas tangannya yang masih tergeletak di meja.
“ Ya Tuhan, semoga tidak terjadi apa-apa dengannya “, ucap Seohyun sambil
berdiri di susul oleh YongHwa dan JongHyun.
“ Tidak apa-apa kok, kami sudah cukup senang kau mau menerima undangan dari
kami walaupun kau sedang sibuk di rumah sakit “, kata YongHwa sambil tersenyum
maklum ke arah Yoona.
“ Baiklah kalau begitu, maaf aku tidak bisa lama-lama “, Yoona tersenyum
sambil memeluk Seohyun dan YonGhwa bergantian lalu mengulurkan tangannya kearah
JongHyun. “ Senang berkenalan dengan anda. Dan terima kasih makan malamnya “,
kata Yoona sambil menatap Seohyun.
“ Butuh tumpangan ke rumah sakit ? “, tawar JongHyun tapi Yoona menggeleng.
“ Aku bawa mobil, tapi terima kasih tawarannya “.
JongHyun hanya mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum datar.
Yoona kemudian melangkah tergesa-gesa meninggalkan mereka bertiga. Dan
JongHyun menatapnya dengan pandangan kagum karena penampakan sempurna Yoona
dari belakang betul-betul begitu menggoda.
Bagaimana rasanya jika wanita itu berada dalam pelukannya ?
JongHyun mengerutkan keningnya mendapati dirinya berpikir hal yang aneh. Dari
mana datangnya pikiran seperti itu di kepalanya. Byuntae, umpatnya sambil
kembali duduk di kursi demikian juga Seohyun dan YongHwa.
Sepuluh menit kemudian mereka berpisah di lobby hotel. Seohyun dan YongHwa
juga harus segera pulang karena sudah terlalu lama meninggalkan bayi mungil
mereka di rumah Ailee yang bersedia menjaganya. Sementara JongHyun yang
kebetulan menginap di hotel tersebut berjanji akan mampir kerumah mereka
sebelum kembali ke London.
Di peluknya Seohyun dengan hangat lalu menepuk pundak YongHwa sambil tidak
lupa menitipkan salam cium kepada ponakan tersayangnya. Keduanya lalu berjalan
meninggalkan JongHyun yang menatap keduanya dari lobby sambil memasukkan kedua
tangannya ke dalam saku celananya.
Seohyun memang tepat memilih YongHwa. Keduanya tercipat untuk satu dengan
yang lain, guman JongHyun.
Dan apakah Yoona juga tercipta untuknya ?
Kembali JongHyun merasa terkejut dengan pemikirannya yang terlalu ngawur.
Apa hubungan dirinya dengan dokter cantik itu. Sialan mereka baru saja bertemu
dan mengapa dia harus berpikir bahwa Yoona tercipta untuk dirinya.
Sepertinya malam ini dia sudah salah memilih menu makan malam.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Chapter Two
Pengantar Kisah
Apakah kalian sudah membaca fanfic aku yang berjudul YOU AND ME AND MY THREE BROTHERS ? Nah kisah ini adalah lanjutan dari kisah tersebut tapi kali ini aku berfokus pada JONGHYUN, kakak tertua dari Seohyun. Ini adalah trilogy, karena akan ada kisah tersendiri untuk MinHyuk dan JungShin setelah kisah ini selesai.
Jadi buat kalian yang suka dengan pasangan ini aku harap kalian bisa maklum kalau ada yang salah karena sesungguhnya aku berusaha untuk menjadi DeerBurning Shipper sementara ini hehehehe.💚
jangan ragu untuk mengkritik ya, dan silakan komen kalau berkenan.
6 komentar
Write komentarPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon