#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

ACCIDENTALLY WE MARRIED !!



CHAPTER SEVENTEEN

Hari-hari selanjutnya terasa sangat lambat berganti. Sidang-sidang tidak lagi terlalu membuat Yonghwa bergairah. Walaupun Sunny mengatakan senang melihatnya sudah kembali normal setelah hari-hari penuh ketegangan yang di ciptakan di kantornya, tapi Yonghwa tetap merasa waktu terlalu lambat bergulir.
Dan ketika akhrnya Jumat datang, Yonghwa terlihat sangat bergairah untuk segera menyelesaikan semuanya. Bersiul sambil mengecek berkas-berkas perkara, tiba-tiba memberi bonus kepada Sunny dan beberapa mahasiswa semester akhir yang magang di firmanya. Dan pulang ke apartemen dengan perasaan tidak sabaran menanti hari esok dimana dia bisa bertemu Seohyun dan menghabiskan waktu bersama.
Malamnya dia tak bisa tertidur dengan nyenyak, hanya menggulingkan badannya ke kanan dan kiri, menengadah menatap langit-langit kamarnya antara tidak sabar dan bingung dengan apa yang dia rasakan.
Ada apa dengannya ?
Setelah tidur yang terlambat, Yonghwa bangun terlalu pagi. Menyalakan coffee maker dan menyempatkan diri untuk berjalan-jalan pagi menghirup udara bersih dan bau rerumputan yang masih berselimut embun di taman dekat apartemennya. Kemudian menbunuh waktu menyiapkan bahan sidang untuk hari senin walaupun dengan perasaan yang tidak terlalu fokus karena di selingin dengan pemikiran akan apa yang akan dia bicarakan nantinya bersama Seohyun, apakah Seohyun akan sama tertariknya dengan film yang akan mereka tonton dan banyak lagi hal seputar Seohyun.
Hampir separuh hari dia merasa dia sudah gila.
Ketika jam sudah menunjukkan jam 5, Yonghwa mandi dan mencukur bulu-bulu halus yang tumbuh di dagunya yang tadi pagi tidak sempat di cukurnya lalu menepukkan after shavenya. Menarik sweater putih dengan turtle neck dan celana jeans dari lemarinya. Yonghwa terakhir menatap penampilannya yang terlihat maskulin di cermin.
Yonghwa menarik jaketnya, memasukkan ponsel ke saku jaket tersebut lalu dengan bersiul mematikan semua lampu dan mengunci pintu apartemennya setelah dia keluar, dan masih bersiul saat berjalan menuju ke lift.
Yonghwa singgah ke toko penyewaan film yang tidak jauh dari apartemennya, mencari film yang di janjikannya akan di tontonnya bersama Seohyun. Setelah mendapatkannya Yonghwa masih berkeliling melihat-lihat film lain yang mungkin menarik untuk di tonton dan pilihannya jatuh pada film romantis Fifty First Date – Adam Sandler. Membawa kedua film tersebut ke kasir untuk membayar sewa dan uang jaminannya lalu berjalan keluar.
Ada sebuah mini market tepat di sebelah toko penyewaan tersebut. Yonghwa masuk dan keluar sambil membawa beebrapa kaleng minuman ringan dan beberapa kantong snack di tangannya. Dan kembali dengan bersiul Yonghwa membuka pintu mobilnya meletakkan belanjaan dan film-film yang di sewanya kursi belakang.
Tergelitik untuk membeli sebuket bunga saat melewati sebuah kios mini yang menjual aneka bunga segar tapi Yonghwa membatalkan niatnya tersebut takut Seohyun merasa aneh tiba-tiba dia membawakannya sebuket bunga untuknya.
Jam digital mobilnya mennunjukkan angka 06.15 PM. Apakah tidak apa-apa kalau dia datang lebih cepat ? tanya Yonghwa dalam hati. Pasti akan terlihat bahwa dia sangat menantikan hari ini. Yonghwa menggelengkan kepalanya.
Tidak, tidak. Sebaiknya dia datang tepat jam 7 malam sesuai janjinya.
Membunuh waktu Yonghwa singgah di toko kue sekitar beberapa kilometer dari rumah Seohyun. Memutuskan untuk membawa kue yang akan bisa mereka nikmati bersama. Dan Yonghwa memilih cake berbahan dasar Goguma – ubi jalar – yang terlihat sangat lezat. Semoga saja Seohyun suka, harap Yonghwa dalam hati.

♥ ♥ ♥

Seohyun akhirnya menyelesaikan memasak popcorn sebaskom kecil sesuai yang di pinta Yonghwa. Mematikan kompor yang di pakainya untuk mengukus goguma yang di kirimkan oleh Ibunya. Seohyun sangat menyukai ubi manis tersebut sejak dia kecil. Dan akan selalu menjadi pilihan utamanya tidak peduli bahwa setelah memakannya dia akan buang angin beberapa kali. Tapi setidaknya malam ini Seohyun berharap dia tidak buang angin saat berada di samping Yonghwa.
Seohyun menengok jam di dindingnya, hampir jam 6:30 malam. Seohyun naik ke lantai atas memastikan semuanya sudah bersih dan tak ada lagi yang harus dia khawatirkan. Seohyun kemudian mandi dan memakai sweater putih berlengan pendek dan celanan jeans. Mengepang rambutnya dan membubuhkan make tipis di wajahnya.
Menatapa tampilannya di cermin. Seohyun tertegun. Mengapa dia begitu menantikan malam ini ?
Pasti karena akan sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersama Yonghwa, jawab Seohyun dalam hati. Bukankah mereka sahabat ? dan menghabiskan waktu dengan sahabat adalah sesuatu yang berharga untuk di nantikan, iya kan ? Seohyun mencari-cari alasan untuk dirinya sendiri.
Itukan karena kau mulai menyukainya, iya kan ? 
Seohyun tertegun mendengar ejekan kata hatinya. Tapi dia memang menyukai Yonghwa. Walaupun menyebalkan dia juga sangat baik dan teman yang enak di ajak ngobrol. Jadi apa masalahnya ? Toh Yonghwa sendiri yang mengulurkan tali persahabatan.
Ayolah, mana ada persahabatan antara  pria dan wanita ?
Kembali suara hatinya mengejeknya yang terlalu sibuk mencari alasan pembenaran atas sikapnya sendiri. Seohyun medengus kesal. Teganya suara hatinya sendiri mengejeknya.
Ketika Seohyun sedang berperang dengan suara hatinya, bel pintu bergema seantero rumahnya. Seperti suara bel hatinya juga ikutan berdentum keras. Seohyun menyalahkan hati nuraninya karena membuatnya salah tingkah sendiri. Seohyun kemudian menarik napas dan menghembuskannya kuat-kuat berharap semua kejujuran suara hatinya terhembus keluar.
Setelah mengecek penampilannya, Seohyun berlari menuruni anak tangga. Berhenti tepat di belakang pintu dan menghitung satu sampai sepuluh menarik napas dan membuka pintu dan mendapati Yonghwa yang tersenyum. Tapi kemudian senyuman Yonghwa tiba-tiba hilang berganti kerutan di wajahnya membuat Seohyun heran. 
“ Apakah tadi kau mengintipku saat turun dari mobil ? “, tanyanya dan Seohyun menggeleng cepat. “ kau memakai baju yang sama denganku “, katanya lagi sambil menunjuk Seohyun. “ Pasti tadi kau diam-diam melihatku dari balkom lalu buru-buru mengganti pakaianmu biar jadi serasi denganku. Ayolah mengaku saja “.
“ Yah ! “, ucap Seohyun tak terima.
Yonghwa menghentakkan kakinya. “ Pabo ! Kau kan punya bola kristal, jadi kau bisa tahu aku mengenakan apa ke rumahmu malam ini. Eishh dasar kau nenek sihir nakal “, canda Yonghwa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap Seohyun dengan tatapan yang pura-pura tak percaya lalu melangkah masuk tanpa di persilahkan.
Seohyun memonyongkan bibirnya kesal lalu menutup pintu. Sekali lagi Yonghwa masuk seenak hati seakan rumah ini adalah rumahnya sendiri.
Hei, bukankah memang rumah ini juga miliknya ?
Seohyun menggeleng-gelengkan kepalanya mengoyangkan tangannya seakan mengusir apapun yang sedang hinggap di kepalanya. Pengkhianat, makinya pada diri sendiri.
Yonghwa meletakkan semua barang yang di bawanya ke meja kecil di dapur, lalu melepaskan jaketnya dan menyampirkannya di kursi makan.
Seohyun memeriksa tas yang di letakkan Yonghwa di meja dapur. Mengernyit ketika di lihatnya ada kotak kue ukuran sedang.
“ Kau membeli kue ? “, tanya Seohyun. Yonghwa mengangguk lalu membantu Seohyun mengeluarkan kue tersebut dari kotaknya dan meminta piring kepada Seohyun.
“ Aku kebetulan melewati sebuah toko kue saat menuju ke sini, aku pikir akan enak menikmatinya bersamamu jadi aku beli “, ucap Yonghwa sambil meletakkan kue tersebut ke piring yang di letakkan Seohyun di depannya. “ Goguma Cake “, gumamnya.
“ Bawalah ke atas, aku akan menyusul “, ucap Seohyun. Yonghwa menganggukkan kepalanya lalu meraih piring dan tas mungil kecil dengan nama toko tempat dia menyewa filmnya dan berjalan menuju ke arah tangga.
Seohyun sejenak menyandarkan tubuhnya ke meja konter dapurnya, memejamkan matanya sejenak dan menarik napas.
Mengenakan baju senada mungkin adalah sebuah kebetulan tapi Goguma Cake dan Goguma yang di kukusnya apakah juga sebuah kebetulan ?
Apakah semua tentang mereka adalah kebetulan ?
Kebetulan bertemu di parkiran.
Kebetulan berada di event yang sama karena membantu sahabat-sahabat mereka ?
Kebetulan Yonghwa memilihnya.
Kebetulan mereka ternyata menikah secara sah tanpa mereka inginkan
Kebetulan...................
Tapi bukankah kebetulan hanya terjadi sekali ?
Seohyun menaikkan kedua bahunya, mencoba tidak memikirkan semua itu. Dia lalu sibuk menyusun popcorn dalam baskon kecil dan goguma di baki ukuran sedang yang di milikinya, mengangkatnya dengan kedua tangannya tapi sebelumnya meraih minuman kaleng dingin yang masih tersimpan di keranjang lalu setelah menghitung hingga sepuluh Seohyun melangkah menaiki tangga menuju ke lantai atas.

♥ ♥ ♥

“ the Devil’s Advocate ? “, tanya Seohyun setelah mereka mengatur semuanya di meja dan Yonghwa mengeluarkan dua buah film yang tadi di sewanya. “ Fifty First Date ? “.
Yonghwa menganggukkan kepalanya lalu berjalan mendekati dvd player Seohyun yang terletak di dekat TV. Lalu berjalan ke arah jendela yang mengarah ke balkom, menarik gordennya hingga tertutup lalu mematikan lampu. Terdengar jeritan kecil Seohyun sebagai protes.
“ Anggap saja kita sedang nonton di bioskop “, Yonghwa menanggapi dengan ringan lalu dia duduk di sebelah Seohyun meraih minuman dingin dan meletakkan popcorn di pangkuannya. Lalu dia menekan tombol play dengan remote yang di pegangnya.
“ Jadi inilah film yang membuatmu mengubah cita-citamu untuk jadi musisi menjadi seorang pengacara ? “, tanya Seohyun dengan nada sedikit berbisik.
“ Ya “, jawab Yonghwa singkat sambil memasukkan popcorn ke mulutnya.
“ Dan sudah berapa kali kau menontonnya ? “, tanya Seohyun lagi
“ Entahlah, aku tidak menghitungnya “.
“ Ohh “, komentar Seohyun pendek.
Keduanya pun terhanyut menyaksikan akting piawai Keanue Rieves sebagai seorang Pengacara handal dan Al Pacino sebagai pemilik biro hukum besar berhati iblis.  Sesekali Seohyun menanyakan beberapa istilah hukum yang terkadang di sebutkan di film itu dan Yonghwa akan menerangkan kepadanya.
Dan film berdurasi sekitar dua jam lebih itu banyak membuat Seohyun menjerit kecil apalagi ketika istri dari keanu Rieves mulai mengalami depresi dan melukai dirinya sendiri. Seohyun mulai protes dan menyatakan ketidak senangannya pada tokoh yang di perankan Al Pacino. Yonghwa yang mendengar protesan Seohyun hanya menanggapi dengan senyum dan sesekali menutup mulut Seohyun dengan menyuapkan popcorn ke dalam mulutnya.
“ Woah aku tidak percaya kau menonton film ini ! “, sahut Seohyun saat film tersebut berakhir dan Yonghwa bergerak berdiri dan menyalakan lampunya. “ Memangnya umur berapa kau menonton film ini ? “, tanyanya lagi masih dengan nada tak percaya.
“ 13 -14 tahun, mungkin, aku juga lupa “, jawab Yongwha sambil mengedipkan bahunya. Berjalan membuka gorden dan menggeser pintu sedikit terbuka membuat ruangan terasa sejuk. Seohyun memotong kue yang Yonghwa beli lalu meletakkannya seiris di piring dan mengangsurkannya ke arah Yonghwa.
“ Aku sedikit terkejut kau membeli goguma cake “, guman Seohyun sambil menyuapkan sepotong kecil kue tersebut ke mulutnya.
“ Dan aku terkejut ternyata kau menyediakan goguma juga “, kata Yonghwa sambil menunjuk goguma kukus yang ada di meja. “ Kebetulan ? atau kau bermain curang dengan melihat apa yang aku bawa dengan bola kristalmu. Ehh seohyun kamu betul-betul nenek sihir yang suka mengintip “, kata Yonghwa dengan bada bercanda.
“ Aku sangat menyukai goguma, kalau aku di suruh memilih antara memilih dirimu atau goguma maka aku akan memilih goguma “, ucap Seohyun tak menanggapi candaan Yonghwa.
“ Wah kau sangat jahat “, Yonghwa pura-pura merajuk dan meletakkan piring kuenya ke meja dan meraih satu goguma dan menatapnya dengan pandangan bermusuhan. “ Mulai hari ini goguma ini adalah sainganku, berhati-hatilah kau goguma “, sahut Yonghwa sambil mengacungkan goguma tersebut ke udara.
Seohyun tertawa melihat tingkah Yonghwa lalu meraih minuman yang tadi belum sempat di habiskannya dan meneguknya.
“ Terus mengapa kau memilih menjadi pengacara perceraian ? “.
Yonghwa terdiam beberapa saat. Beranjak duduk ke lantai dan meluruskan kakinya. Seohyun menunggu.
“ Karena aku tidak harus menahan rasa sakit karena terpaksa harus memasukkan seseorang ke penjara walaupun dia benar hanya karena klienku adalah orang yang terpandang “, jawab Yonghwa dengan nada sedikit dingin.
Seohyun beranjak duduk di lantai mengikuti Yonghwa, lalu menopangkan kepalanya di salah satu tangannya dan memiringkannya menatap Yonghwa dengan tatapan ingin tahu. “ Apakah kau pernah mengalami hal seperti itu ? “.
“ Di awal - awal aku meniti karier pengacaraku, yah aku pernah beberapa kali mengalami hal tersebut “, guman Yonghwa sambil menggoyang-goyangkan kedua kakinya yang saling bertumpu.  Terdengar enggan untuk membahas hal tersebut lebih jauh.
Seohyun terdiam dan bisa merasakan keengganan Yonghwa.
“ Ceritakan padaku bagaimana kau mengenal ketika sahabatmu itu ? “, tanya Seohyun mengalihkan topik yang membuat suasana menjadi kaku antara dirinya dan Yonghwa.
Yonghwa senang Seohyun tak menyinggung lebih jauh hal yang tak ingin di bahasnya, lalu tersenyum karena Seohyun menanyakan bagaimana dia bisa mengenal Jonghyun, Minhyuk dan Jungshin.
“ Percayakah kalau aku katakan aku pernah mengikuti audisi dan training di salah satu management artis ? “. Yonghwa menatap Seohyun yang terbelalak tak percaya dan tertawa. “ Kami bertemu di audisi dan training tersebut, merasa memiliki hobi yang sama kami saling mendukung satu sama lain. Anehnya kami berempat sama-sama memutuskan untuk meiti karier di luar bidang entertaiment. Jonghyun lebih memilih kuliah di bidang management dan sekarang memiliki perusahaan yang besar. Minhyuk menjadi seorang notaris terkenal dan Jungshin melanglang buana dengan kameranya menjadi seorang fotografer terkenal dan aku sendiri menjadi pengacara. Tapi kami berempat masih menyempatkan waktu untuk bertemu dan bermain musik bersama “.
“ Aku sama sekali tak pernah menyangka akan hal tersebut. Aku pikir waktu kau bilang mengubah cita-citamu sebagai musisi menjadi pengacara maka kau tak lagi berhubungan dengan dunia musik “, ucap Seohyun.
“ Aku mengikuti audisi dan training tersebut saat lulus SMA, tapi memang panggilan hati lebih berat ke pengacara dan menjadikan musik sebagai hobi yang menyeimbangkan jiwaku “. Yonghwa meraih kaleng minuman setengah terisi di depannya dan meneguknya hingga tandas, lalu meraih satu kaleng lagi dan membukanya. “ Dan mengapa kau memilih menjadi seorang dosen di bidang politik ? “, tanya Yonghwa menatap lurus ke arah Seohyun.
“ Ban Ki Moon “, jawab Seohyun.
“ Ban Ki Moon ? “, Yonghwa tak percaya.
“ Suatu hari aku sedang berada di toko buku dan mendapati buku biography Ban Ki Moon, aku lalu membelinya dan kemudian aku mengidolakannya “, jawab Seohyun.
“ Kau mengidolakan Ban Ki Moon ? “, sahut Yonghwa masih dengan nada tak percaya. “ Aku pikir gadis-gadis sepertimu mengidolakan artis yang berwajah tampan seperti Super Junior “.
“ Well, I am one of the kind “, ucap Seohyun sambil menaikkan satu bahunya.
“ Sudah pasti itu “, Yonghwa setuju. Seohyun memang unik. “ Jadi mengapa kau memilih menjadi dosen ? “.
“ Aku akhirnya bercita-cita menjadi seorang diplomat setelah membaca buku tersebut. Aku lalu di terima di fakultas ilmu Politik Internasional. Di tahun ketiga , alah satu profesorku memintaku untuk menjadi  asistennya dan beberapa kali menggantikannya mengisi kelasnya di tahun pertama. Sejak itu aku menemukan sesuatu yang baru yang lebih dari keinginanku menjadi seorang diplomat. Aku mendapati mengajar ternyata lebih menantang. Setelah lulus, aku mengikuti ujian dosen dan atas rekomendasi profesorku, aku bisa di terima sebagai salah satu dosen di salah satu universitas di Seoul dalam bidang ilmu politik “.
Yonghwa kembali menatap Seohyun. Memikirkan betapa wanita yang duduk di sampingnya adalah wanita dengan kepribadian yang unik. Tentu akan lebih menyenangkan bila mengetahui lebih banyak tentang Seohyun dan Yonghwa bisa memastikan dia akan mendapati kejutan demi kejutan setiap kali Seohyun bercerita tentang dirinya.
“ Apakah kau lapar ? “, tanya Seohyun setelah mereka berdua terdiam beberapa saat.
“ Ramen ? “, tanya Yonghwa.
“ Aku masih punya banyak di lemari dapur “, jawab Seohyun.
“ Well kalau begitu aku tidak akan menolak “.

♥ ♥ ♥

Setelah makan mereka memutuskan untuk melanjutkan acara nonton mereka. Fifty First Date. Sebuah film bergenre romantis yang di bntangi oleh Adam Sandler dan Drew Barrymore.
Menonton film romantis bersama Seohyun dengan duduk bersisian di sofa mungil Seohyun membuat Yonghwa berpikir, mengapa dia harus memilih film tersebut untuk di tonton bersama Seohyun ?
Apakah kau berharap lebih dari sekedar nonton, Jung Yong Hwa ?
Yonghwa mengernyitkan keningnya dengan pertanyaan yang muncul di kepalanya. Tentu saja tidak, sanggahnya dalam hati.
Tingkah lucu Adam Sandler membuat Seohyun tertawa dan Yonghwa terhanyut dengan tawa tersebut. Di pandanginya Seohyun dengan diam-diam dan saat Seohyun menangkapnya dia akan pura-pura tersenyum dan kembali menatap ke layar TV.
Tawa Seohyun ringan dan renyah dan Yonghwa menyukai setiap gerakan tubuhnya yang berubah-ubah sesuai perasaan hatinya. Terkadang dia mengatupkan kedua tangannya dengan gaya gemas dengan kelakuan Adam Sandler atau secara refleks memukul lengan Yonghwa saat dia tak dapat menahan tawanya.
Yonghwa menikmati semua itu.
Tapi atmosfer diantara mereka kemudian berunah saat adegan romantis antara Adam dan Drew. Baik Seohyun dan dirinya merasa kikuk dengan ciuman panas yang terpanpang di layar TV. Betapa kedua tokoh tersebut begitu larut dalam permainan cinta mereka membuat Yonghwa seketika menjadi haus, dia lalu meraih minuman kaleng dan langsung meneguknya dengan terburu-buru hingga tersedak.
Sialan Jung Yong Hwa kau seharusnya tidak meminjam film ini , rutuknya dalam hati menutupi rasa kikuk yang tiba-tiba melandanya saat Seohyun berpaling dan menanyakan apakah dirinya baik-baik saja.
Sialan !!

♥ ♥ ♥

Adegan percintaan di layar TV membuat Seohyun merasa panas dingin dan tenggorokannya terasa kering. Seohyun tahu Yonghwa tak jauh beda darinya saat melihat Yonghwa meraih kaleng minumannya dan meminumnya hingga tersedak. Mau tak mau dia harus berpaling ke arah Yonghwa padahal demi segalanya dia tak sanggup menatap wajah Yonghwa.
Seohyun meraih minumannya dan meminumnya untuk membasahi kerongkongannya yang kering. Lehernya terasa kaku karena terus menerus menahannya untuk tetap melihat ke arah TV dan tidak melirik ke arah Yonghwa. Sementara adegan di depan matanya kian mengganggu pikirannya.
Karena salah tingkah Seohyun mengulurkan tangannya mengambil popcorn tepat saat Yonghwa juga melakukan hal yang sama dan kedua tangan mereka bersentuhan. Seohyun terpaku dan tangannya tak bergerak dan Yonghwa tiba-tiba menggenggam tangannya dan menariknya ke arahnya sambil berpaling menatap Seohyun.
Tatapan mata mereka bertemu dan Seohyun menahan napasnya. Udara di sekita mereka tiba-tiba terasa panas dan membuatnya gerah. Tatapan mata Yonghwa menguncinya membuat Seohyun tak dapat memalingan wajahnya.
Seohyun merasa Yonghwa bergerak lebih merapat ke tubuhnya, sementara itu ibu jarinya mengelus-elus tangan Seohyun yang masih di genggamnya.  Yonghwa kemudian menyunggingkan senyum menggoda di bibirnya lalu mengedipkan matanya. Membuat Seohyun tertunduk dan mengalihkan tatapannya ke layar Tvnya. Seohyun yakin wajahnya sudah sangat memerah saat ini. Aku berharap bisa menghilang saat ini, desahnya dalam hati.
“ Apakah kau juga akan melakukan hal yang sama jika kekasihmu mengidap penyakit seperti itu ? “, tanya Yonghwa tiba-tiba memecahkan kesunyian yang terasa bagai neraka yang siap melahap keduanya.
Masih bergulat dengan berbagai perasaan yang bergejolak di dirinya, Seohyun mencoba mencerna pertanyaan Yonghwa. Sejenak Seohyun berpikir. “ Seperti apa ? “.
“ Seperti merekam setiap kenangan yang mereka jalani hari ini dan memutarnya keesokan harinya untuk mengingatkan kekasihnya akan apa yang dia lupakan ? “.
“ Butuh cinta yang besar untuk itu “, jawab Seohyun terdengar seperti berasal dari jauh. Yonghwa berpaling sesaat menatapnya..
“ Itu pasti “, Yonghwa menyetujuinya. Lalu mereka berdua kembali terdiam sambil kembali menonton film yang sedang mereka tonton sedari tadi.
“ Aku tidak percaya ada cinta sebesar itu “, Seohyun terlambat menahan ucapannya sehingga dia menggigit lidahnya.  Tapi tak ada keterkejutan di wajah Yonghwa.
“ Sejak tiga tahun terakhir, aku banyak melihat pasangan yang saling mencintai pada awalnya akhirnya bercerai dengan alasan yang sebenarnya tidak terlalu mendasar. Aku berpikir, apakah cinta mereka yang sangat besar tidak bisa menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, atau keegoisan mereka sudah sampai pada level ingin menang sendiri “, kata Yonghwa terdengar miris. “ Aku juga tidak percaya ada cinta yang sebesar cinta di film-film ataupun di drama-drama. Aku lebih memilih tidak berkomitmen daripada akhirnya menyesali komitmen tersebut “.
“ Apakah itu sebabnya kau tidak ingin terikat dalam pernikahan ? “.
Yonghwa menatap ke langit-langit rumah Seohyun. “ Mungkin. Bagaimana dengan dirimu ? Nona mandiri, feminisme sejati. Apa yang membuatmu tidak ingin terikat komitmen ? “.



♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥