CHAPTER SEVENTEEN
Hari-hari selanjutnya terasa sangat lambat berganti. Sidang-sidang tidak
lagi terlalu membuat Yonghwa bergairah. Walaupun Sunny mengatakan senang
melihatnya sudah kembali normal setelah hari-hari penuh ketegangan yang di
ciptakan di kantornya, tapi Yonghwa tetap merasa waktu terlalu lambat bergulir.
Dan ketika akhrnya Jumat datang, Yonghwa terlihat sangat bergairah untuk
segera menyelesaikan semuanya. Bersiul sambil mengecek berkas-berkas perkara,
tiba-tiba memberi bonus kepada Sunny dan beberapa mahasiswa semester akhir yang
magang di firmanya. Dan pulang ke apartemen dengan perasaan tidak sabaran
menanti hari esok dimana dia bisa bertemu Seohyun dan menghabiskan waktu
bersama.
Malamnya dia tak bisa tertidur dengan nyenyak, hanya menggulingkan badannya
ke kanan dan kiri, menengadah menatap langit-langit kamarnya antara tidak sabar
dan bingung dengan apa yang dia rasakan.
Ada apa dengannya ?
Setelah tidur yang terlambat, Yonghwa bangun terlalu pagi. Menyalakan
coffee maker dan menyempatkan diri untuk berjalan-jalan pagi menghirup udara
bersih dan bau rerumputan yang masih berselimut embun di taman dekat
apartemennya. Kemudian menbunuh waktu menyiapkan bahan sidang untuk hari senin
walaupun dengan perasaan yang tidak terlalu fokus karena di selingin dengan
pemikiran akan apa yang akan dia bicarakan nantinya bersama Seohyun, apakah
Seohyun akan sama tertariknya dengan film yang akan mereka tonton dan banyak
lagi hal seputar Seohyun.
Hampir separuh hari dia merasa dia sudah gila.
Ketika jam sudah menunjukkan jam 5, Yonghwa mandi dan mencukur bulu-bulu halus
yang tumbuh di dagunya yang tadi pagi tidak sempat di cukurnya lalu menepukkan
after shavenya. Menarik sweater putih dengan turtle neck dan celana jeans dari
lemarinya. Yonghwa terakhir menatap penampilannya yang terlihat maskulin di
cermin.
Yonghwa menarik jaketnya, memasukkan ponsel ke saku jaket tersebut lalu
dengan bersiul mematikan semua lampu dan mengunci pintu apartemennya setelah
dia keluar, dan masih bersiul saat berjalan menuju ke lift.
Yonghwa singgah ke toko penyewaan film yang tidak jauh dari apartemennya,
mencari film yang di janjikannya akan di tontonnya bersama Seohyun. Setelah
mendapatkannya Yonghwa masih berkeliling melihat-lihat film lain yang mungkin
menarik untuk di tonton dan pilihannya jatuh pada film romantis Fifty First
Date – Adam Sandler. Membawa kedua film tersebut ke kasir untuk membayar sewa
dan uang jaminannya lalu berjalan keluar.
Ada sebuah mini market tepat di sebelah toko penyewaan tersebut. Yonghwa
masuk dan keluar sambil membawa beebrapa kaleng minuman ringan dan beberapa
kantong snack di tangannya. Dan kembali dengan bersiul Yonghwa membuka pintu
mobilnya meletakkan belanjaan dan film-film yang di sewanya kursi belakang.
Tergelitik untuk membeli sebuket bunga saat melewati sebuah kios mini yang
menjual aneka bunga segar tapi Yonghwa membatalkan niatnya tersebut takut
Seohyun merasa aneh tiba-tiba dia membawakannya sebuket bunga untuknya.
Jam digital mobilnya mennunjukkan angka 06.15 PM. Apakah tidak apa-apa
kalau dia datang lebih cepat ? tanya Yonghwa dalam hati. Pasti akan terlihat
bahwa dia sangat menantikan hari ini. Yonghwa menggelengkan kepalanya.
Tidak, tidak. Sebaiknya dia datang tepat jam 7 malam sesuai janjinya.
Membunuh waktu Yonghwa singgah di toko kue sekitar beberapa kilometer dari
rumah Seohyun. Memutuskan untuk membawa kue yang akan bisa mereka nikmati
bersama. Dan Yonghwa memilih cake berbahan dasar Goguma – ubi jalar – yang
terlihat sangat lezat. Semoga saja Seohyun suka, harap Yonghwa dalam hati.
♥ ♥ ♥
Seohyun akhirnya menyelesaikan memasak popcorn sebaskom kecil sesuai yang
di pinta Yonghwa. Mematikan kompor yang di pakainya untuk mengukus goguma yang
di kirimkan oleh Ibunya. Seohyun sangat menyukai ubi manis tersebut sejak dia
kecil. Dan akan selalu menjadi pilihan utamanya tidak peduli bahwa setelah
memakannya dia akan buang angin beberapa kali. Tapi setidaknya malam ini
Seohyun berharap dia tidak buang angin saat berada di samping Yonghwa.
Seohyun menengok jam di dindingnya, hampir jam 6:30 malam. Seohyun naik ke
lantai atas memastikan semuanya sudah bersih dan tak ada lagi yang harus dia
khawatirkan. Seohyun kemudian mandi dan memakai sweater putih berlengan pendek
dan celanan jeans. Mengepang rambutnya dan membubuhkan make tipis di wajahnya.
Menatapa tampilannya di cermin. Seohyun tertegun. Mengapa dia begitu menantikan malam ini ?
Pasti karena akan sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersama Yonghwa,
jawab Seohyun dalam hati. Bukankah mereka sahabat ? dan menghabiskan waktu
dengan sahabat adalah sesuatu yang berharga untuk di nantikan, iya kan ?
Seohyun mencari-cari alasan untuk dirinya sendiri.
Itukan karena kau mulai menyukainya, iya kan ?
Seohyun tertegun mendengar ejekan kata hatinya. Tapi dia memang menyukai
Yonghwa. Walaupun menyebalkan dia juga sangat baik dan teman yang enak di ajak
ngobrol. Jadi apa masalahnya ? Toh Yonghwa sendiri yang mengulurkan tali
persahabatan.
Ayolah, mana ada persahabatan antara pria dan wanita ?
Kembali suara hatinya mengejeknya yang terlalu sibuk mencari alasan
pembenaran atas sikapnya sendiri. Seohyun medengus kesal. Teganya suara hatinya
sendiri mengejeknya.
Ketika Seohyun sedang berperang dengan suara hatinya, bel pintu bergema
seantero rumahnya. Seperti suara bel hatinya juga ikutan berdentum keras.
Seohyun menyalahkan hati nuraninya karena membuatnya salah tingkah sendiri.
Seohyun kemudian menarik napas dan menghembuskannya kuat-kuat berharap semua
kejujuran suara hatinya terhembus keluar.
Setelah mengecek penampilannya, Seohyun berlari menuruni anak tangga.
Berhenti tepat di belakang pintu dan menghitung satu sampai sepuluh menarik
napas dan membuka pintu dan mendapati Yonghwa yang tersenyum. Tapi kemudian
senyuman Yonghwa tiba-tiba hilang berganti kerutan di wajahnya membuat Seohyun
heran.
“ Apakah tadi kau mengintipku saat turun dari mobil ? “, tanyanya dan
Seohyun menggeleng cepat. “ kau memakai baju yang sama denganku “, katanya lagi
sambil menunjuk Seohyun. “ Pasti tadi kau diam-diam melihatku dari balkom lalu
buru-buru mengganti pakaianmu biar jadi serasi denganku. Ayolah mengaku saja “.
“ Yah ! “, ucap Seohyun tak terima.
Yonghwa menghentakkan kakinya. “ Pabo ! Kau kan punya bola kristal, jadi
kau bisa tahu aku mengenakan apa ke rumahmu malam ini. Eishh dasar kau nenek
sihir nakal “, canda Yonghwa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sambil
menatap Seohyun dengan tatapan yang pura-pura tak percaya lalu melangkah masuk
tanpa di persilahkan.
Seohyun memonyongkan bibirnya kesal lalu menutup pintu. Sekali lagi Yonghwa
masuk seenak hati seakan rumah ini adalah rumahnya sendiri.
Hei, bukankah memang rumah ini juga miliknya ?
Seohyun menggeleng-gelengkan kepalanya mengoyangkan tangannya seakan
mengusir apapun yang sedang hinggap di kepalanya. Pengkhianat, makinya pada
diri sendiri.
Yonghwa meletakkan semua barang yang di bawanya ke meja kecil di dapur,
lalu melepaskan jaketnya dan menyampirkannya di kursi makan.
Seohyun memeriksa tas yang di letakkan Yonghwa di meja dapur. Mengernyit
ketika di lihatnya ada kotak kue ukuran sedang.
“ Kau membeli kue ? “, tanya Seohyun. Yonghwa mengangguk lalu membantu
Seohyun mengeluarkan kue tersebut dari kotaknya dan meminta piring kepada
Seohyun.
“ Aku kebetulan melewati sebuah toko kue saat menuju ke sini, aku pikir
akan enak menikmatinya bersamamu jadi aku beli “, ucap Yonghwa sambil
meletakkan kue tersebut ke piring yang di letakkan Seohyun di depannya. “
Goguma Cake “, gumamnya.
“ Bawalah ke atas, aku akan menyusul “, ucap Seohyun. Yonghwa menganggukkan
kepalanya lalu meraih piring dan tas mungil kecil dengan nama toko tempat dia
menyewa filmnya dan berjalan menuju ke arah tangga.
Seohyun sejenak menyandarkan tubuhnya ke meja konter dapurnya, memejamkan
matanya sejenak dan menarik napas.
Mengenakan baju senada mungkin adalah sebuah kebetulan tapi Goguma Cake dan
Goguma yang di kukusnya apakah juga sebuah kebetulan ?
Apakah semua tentang mereka adalah kebetulan ?
Kebetulan bertemu di parkiran.
Kebetulan berada di event yang sama karena membantu sahabat-sahabat mereka
?
Kebetulan Yonghwa memilihnya.
Kebetulan mereka ternyata menikah secara sah tanpa mereka inginkan
Kebetulan...................
Tapi bukankah kebetulan hanya terjadi sekali ?
Seohyun menaikkan kedua bahunya, mencoba tidak memikirkan semua itu. Dia
lalu sibuk menyusun popcorn dalam baskon kecil dan goguma di baki ukuran sedang
yang di milikinya, mengangkatnya dengan kedua tangannya tapi sebelumnya meraih
minuman kaleng dingin yang masih tersimpan di keranjang lalu setelah menghitung
hingga sepuluh Seohyun melangkah menaiki tangga menuju ke lantai atas.
♥ ♥ ♥
“ the Devil’s Advocate ? “, tanya Seohyun setelah mereka mengatur semuanya
di meja dan Yonghwa mengeluarkan dua buah film yang tadi di sewanya. “ Fifty
First Date ? “.
Yonghwa menganggukkan kepalanya lalu berjalan mendekati dvd player Seohyun
yang terletak di dekat TV. Lalu berjalan ke arah jendela yang mengarah ke
balkom, menarik gordennya hingga tertutup lalu mematikan lampu. Terdengar
jeritan kecil Seohyun sebagai protes.
“ Anggap saja kita sedang nonton di bioskop “, Yonghwa menanggapi dengan
ringan lalu dia duduk di sebelah Seohyun meraih minuman dingin dan meletakkan
popcorn di pangkuannya. Lalu dia menekan tombol play dengan remote yang di
pegangnya.
“ Jadi inilah film yang membuatmu mengubah cita-citamu untuk jadi musisi
menjadi seorang pengacara ? “, tanya Seohyun dengan nada sedikit berbisik.
“ Ya “, jawab Yonghwa singkat sambil memasukkan popcorn ke mulutnya.
“ Dan sudah berapa kali kau menontonnya ? “, tanya Seohyun lagi
“ Entahlah, aku tidak menghitungnya “.
“ Ohh “, komentar Seohyun pendek.
Keduanya pun terhanyut menyaksikan akting piawai Keanue Rieves sebagai
seorang Pengacara handal dan Al Pacino sebagai pemilik biro hukum besar berhati
iblis. Sesekali Seohyun menanyakan
beberapa istilah hukum yang terkadang di sebutkan di film itu dan Yonghwa akan
menerangkan kepadanya.
Dan film berdurasi sekitar dua jam lebih itu banyak membuat Seohyun
menjerit kecil apalagi ketika istri dari keanu Rieves mulai mengalami depresi
dan melukai dirinya sendiri. Seohyun mulai protes dan menyatakan ketidak
senangannya pada tokoh yang di perankan Al Pacino. Yonghwa yang mendengar
protesan Seohyun hanya menanggapi dengan senyum dan sesekali menutup mulut
Seohyun dengan menyuapkan popcorn ke dalam mulutnya.
“ Woah aku tidak percaya kau menonton film ini ! “, sahut Seohyun saat film
tersebut berakhir dan Yonghwa bergerak berdiri dan menyalakan lampunya. “
Memangnya umur berapa kau menonton film ini ? “, tanyanya lagi masih dengan
nada tak percaya.
“ 13 -14 tahun, mungkin, aku juga lupa “, jawab Yongwha sambil mengedipkan
bahunya. Berjalan membuka gorden dan menggeser pintu sedikit terbuka membuat
ruangan terasa sejuk. Seohyun memotong kue yang Yonghwa beli lalu meletakkannya
seiris di piring dan mengangsurkannya ke arah Yonghwa.
“ Aku sedikit terkejut kau membeli goguma cake “, guman Seohyun sambil
menyuapkan sepotong kecil kue tersebut ke mulutnya.
“ Dan aku terkejut ternyata kau menyediakan goguma juga “, kata Yonghwa
sambil menunjuk goguma kukus yang ada di meja. “ Kebetulan ? atau kau bermain
curang dengan melihat apa yang aku bawa dengan bola kristalmu. Ehh seohyun kamu
betul-betul nenek sihir yang suka mengintip “, kata Yonghwa dengan bada
bercanda.
“ Aku sangat menyukai goguma, kalau aku di suruh memilih antara memilih
dirimu atau goguma maka aku akan memilih goguma “, ucap Seohyun tak menanggapi
candaan Yonghwa.
“ Wah kau sangat jahat “, Yonghwa pura-pura merajuk dan meletakkan piring
kuenya ke meja dan meraih satu goguma dan menatapnya dengan pandangan
bermusuhan. “ Mulai hari ini goguma ini adalah sainganku, berhati-hatilah kau
goguma “, sahut Yonghwa sambil mengacungkan goguma tersebut ke udara.
Seohyun tertawa melihat tingkah Yonghwa lalu meraih minuman yang tadi belum
sempat di habiskannya dan meneguknya.
“ Terus mengapa kau memilih menjadi pengacara perceraian ? “.
Yonghwa terdiam beberapa saat. Beranjak duduk ke lantai dan meluruskan
kakinya. Seohyun menunggu.
“ Karena aku tidak harus menahan rasa sakit karena terpaksa harus
memasukkan seseorang ke penjara walaupun dia benar hanya karena klienku adalah
orang yang terpandang “, jawab Yonghwa dengan nada sedikit dingin.
Seohyun beranjak duduk di lantai mengikuti Yonghwa, lalu menopangkan
kepalanya di salah satu tangannya dan memiringkannya menatap Yonghwa dengan
tatapan ingin tahu. “ Apakah kau pernah mengalami hal seperti itu ? “.
“ Di awal - awal aku meniti karier pengacaraku, yah aku pernah beberapa
kali mengalami hal tersebut “, guman Yonghwa sambil menggoyang-goyangkan kedua
kakinya yang saling bertumpu. Terdengar
enggan untuk membahas hal tersebut lebih jauh.
Seohyun terdiam dan bisa merasakan keengganan Yonghwa.
“ Ceritakan padaku bagaimana kau mengenal ketika sahabatmu itu ? “, tanya
Seohyun mengalihkan topik yang membuat suasana menjadi kaku antara dirinya dan
Yonghwa.
Yonghwa senang Seohyun tak menyinggung lebih jauh hal yang tak ingin di
bahasnya, lalu tersenyum karena Seohyun menanyakan bagaimana dia bisa mengenal
Jonghyun, Minhyuk dan Jungshin.
“ Percayakah kalau aku katakan aku pernah mengikuti audisi dan training di
salah satu management artis ? “. Yonghwa menatap Seohyun yang terbelalak tak
percaya dan tertawa. “ Kami bertemu di audisi dan training tersebut, merasa
memiliki hobi yang sama kami saling mendukung satu sama lain. Anehnya kami
berempat sama-sama memutuskan untuk meiti karier di luar bidang entertaiment.
Jonghyun lebih memilih kuliah di bidang management dan sekarang memiliki
perusahaan yang besar. Minhyuk menjadi seorang notaris terkenal dan Jungshin
melanglang buana dengan kameranya menjadi seorang fotografer terkenal dan aku
sendiri menjadi pengacara. Tapi kami berempat masih menyempatkan waktu untuk
bertemu dan bermain musik bersama “.
“ Aku sama sekali tak pernah menyangka akan hal tersebut. Aku pikir waktu
kau bilang mengubah cita-citamu sebagai musisi menjadi pengacara maka kau tak
lagi berhubungan dengan dunia musik “, ucap Seohyun.
“ Aku mengikuti audisi dan training tersebut saat lulus SMA, tapi memang
panggilan hati lebih berat ke pengacara dan menjadikan musik sebagai hobi yang
menyeimbangkan jiwaku “. Yonghwa meraih kaleng minuman setengah terisi di
depannya dan meneguknya hingga tandas, lalu meraih satu kaleng lagi dan
membukanya. “ Dan mengapa kau memilih menjadi seorang dosen di bidang politik ?
“, tanya Yonghwa menatap lurus ke arah Seohyun.
“ Ban Ki Moon “, jawab Seohyun.
“ Ban Ki Moon ? “, Yonghwa tak percaya.
“ Suatu hari aku sedang berada di toko buku dan mendapati buku biography
Ban Ki Moon, aku lalu membelinya dan kemudian aku mengidolakannya “, jawab
Seohyun.
“ Kau mengidolakan Ban Ki Moon ? “, sahut Yonghwa masih dengan nada tak
percaya. “ Aku pikir gadis-gadis sepertimu mengidolakan artis yang berwajah
tampan seperti Super Junior “.
“ Well, I am one of the kind “, ucap Seohyun sambil menaikkan satu bahunya.
“ Sudah pasti itu “, Yonghwa setuju. Seohyun memang unik. “ Jadi mengapa
kau memilih menjadi dosen ? “.
“ Aku akhirnya bercita-cita menjadi seorang diplomat setelah membaca buku
tersebut. Aku lalu di terima di fakultas ilmu Politik Internasional. Di tahun
ketiga , alah satu profesorku memintaku untuk menjadi asistennya dan beberapa kali menggantikannya
mengisi kelasnya di tahun pertama. Sejak itu aku menemukan sesuatu yang baru
yang lebih dari keinginanku menjadi seorang diplomat. Aku mendapati mengajar
ternyata lebih menantang. Setelah lulus, aku mengikuti ujian dosen dan atas
rekomendasi profesorku, aku bisa di terima sebagai salah satu dosen di salah
satu universitas di Seoul dalam bidang ilmu politik “.
Yonghwa kembali menatap Seohyun. Memikirkan betapa wanita yang duduk di
sampingnya adalah wanita dengan kepribadian yang unik. Tentu akan lebih
menyenangkan bila mengetahui lebih banyak tentang Seohyun dan Yonghwa bisa
memastikan dia akan mendapati kejutan demi kejutan setiap kali Seohyun
bercerita tentang dirinya.
“ Apakah kau lapar ? “, tanya Seohyun setelah mereka berdua terdiam
beberapa saat.
“ Ramen ? “, tanya Yonghwa.
“ Aku masih punya banyak di lemari dapur “, jawab Seohyun.
“ Well kalau begitu aku tidak akan menolak “.
♥ ♥ ♥
Setelah makan mereka memutuskan untuk melanjutkan acara nonton mereka.
Fifty First Date. Sebuah film bergenre romantis yang di bntangi oleh Adam
Sandler dan Drew Barrymore.
Menonton film romantis bersama Seohyun dengan duduk bersisian di sofa
mungil Seohyun membuat Yonghwa berpikir, mengapa dia harus memilih film
tersebut untuk di tonton bersama Seohyun ?
Apakah kau berharap lebih dari sekedar nonton, Jung
Yong Hwa ?
Yonghwa mengernyitkan keningnya dengan pertanyaan yang muncul di kepalanya.
Tentu saja tidak, sanggahnya dalam hati.
Tingkah lucu Adam Sandler membuat Seohyun tertawa dan Yonghwa terhanyut
dengan tawa tersebut. Di pandanginya Seohyun dengan diam-diam dan saat Seohyun
menangkapnya dia akan pura-pura tersenyum dan kembali menatap ke layar TV.
Tawa Seohyun ringan dan renyah dan Yonghwa menyukai setiap gerakan tubuhnya
yang berubah-ubah sesuai perasaan hatinya. Terkadang dia mengatupkan kedua
tangannya dengan gaya gemas dengan kelakuan Adam Sandler atau secara refleks
memukul lengan Yonghwa saat dia tak dapat menahan tawanya.
Yonghwa menikmati semua itu.
Tapi atmosfer diantara mereka kemudian berunah saat adegan romantis antara
Adam dan Drew. Baik Seohyun dan dirinya merasa kikuk dengan ciuman panas yang
terpanpang di layar TV. Betapa kedua tokoh tersebut begitu larut dalam
permainan cinta mereka membuat Yonghwa seketika menjadi haus, dia lalu meraih
minuman kaleng dan langsung meneguknya dengan terburu-buru hingga tersedak.
Sialan Jung Yong Hwa kau seharusnya tidak meminjam film ini , rutuknya
dalam hati menutupi rasa kikuk yang tiba-tiba melandanya saat Seohyun berpaling
dan menanyakan apakah dirinya baik-baik saja.
Sialan !!
♥ ♥ ♥
Adegan percintaan di layar TV membuat Seohyun merasa panas dingin dan
tenggorokannya terasa kering. Seohyun tahu Yonghwa tak jauh beda darinya saat
melihat Yonghwa meraih kaleng minumannya dan meminumnya hingga tersedak. Mau
tak mau dia harus berpaling ke arah Yonghwa padahal demi segalanya dia tak
sanggup menatap wajah Yonghwa.
Seohyun meraih minumannya dan meminumnya untuk membasahi kerongkongannya
yang kering. Lehernya terasa kaku karena terus menerus menahannya untuk tetap
melihat ke arah TV dan tidak melirik ke arah Yonghwa. Sementara adegan di depan
matanya kian mengganggu pikirannya.
Karena salah tingkah Seohyun mengulurkan tangannya mengambil popcorn tepat
saat Yonghwa juga melakukan hal yang sama dan kedua tangan mereka bersentuhan.
Seohyun terpaku dan tangannya tak bergerak dan Yonghwa tiba-tiba menggenggam
tangannya dan menariknya ke arahnya sambil berpaling menatap Seohyun.
Tatapan mata mereka bertemu dan Seohyun menahan napasnya. Udara di sekita
mereka tiba-tiba terasa panas dan membuatnya gerah. Tatapan mata Yonghwa
menguncinya membuat Seohyun tak dapat memalingan wajahnya.
Seohyun merasa Yonghwa bergerak lebih merapat ke tubuhnya, sementara itu
ibu jarinya mengelus-elus tangan Seohyun yang masih di genggamnya. Yonghwa kemudian menyunggingkan senyum
menggoda di bibirnya lalu mengedipkan matanya. Membuat Seohyun tertunduk dan
mengalihkan tatapannya ke layar Tvnya. Seohyun yakin wajahnya sudah sangat
memerah saat ini. Aku berharap bisa menghilang saat ini, desahnya dalam hati.
“ Apakah kau juga akan melakukan hal yang sama jika kekasihmu mengidap
penyakit seperti itu ? “, tanya Yonghwa tiba-tiba memecahkan kesunyian yang
terasa bagai neraka yang siap melahap keduanya.
Masih bergulat dengan berbagai perasaan yang bergejolak di dirinya, Seohyun
mencoba mencerna pertanyaan Yonghwa. Sejenak Seohyun berpikir. “ Seperti apa ?
“.
“ Seperti merekam setiap kenangan yang mereka jalani hari ini dan
memutarnya keesokan harinya untuk mengingatkan kekasihnya akan apa yang dia
lupakan ? “.
“ Butuh cinta yang besar untuk itu “, jawab Seohyun terdengar seperti
berasal dari jauh. Yonghwa berpaling sesaat menatapnya..
“ Itu pasti “, Yonghwa menyetujuinya. Lalu mereka berdua kembali terdiam
sambil kembali menonton film yang sedang mereka tonton sedari tadi.
“ Aku tidak percaya ada cinta sebesar itu “, Seohyun terlambat menahan
ucapannya sehingga dia menggigit lidahnya.
Tapi tak ada keterkejutan di wajah Yonghwa.
“ Sejak tiga tahun terakhir, aku banyak melihat pasangan yang saling
mencintai pada awalnya akhirnya bercerai dengan alasan yang sebenarnya tidak
terlalu mendasar. Aku berpikir, apakah cinta mereka yang sangat besar tidak
bisa menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, atau keegoisan mereka sudah
sampai pada level ingin menang sendiri “, kata Yonghwa terdengar miris. “ Aku
juga tidak percaya ada cinta yang sebesar cinta di film-film ataupun di
drama-drama. Aku lebih memilih tidak berkomitmen daripada akhirnya menyesali
komitmen tersebut “.
“ Apakah itu sebabnya kau tidak ingin terikat dalam pernikahan ? “.
Yonghwa menatap ke langit-langit rumah Seohyun. “ Mungkin. Bagaimana dengan
dirimu ? Nona mandiri, feminisme sejati. Apa yang membuatmu tidak ingin terikat
komitmen ? “.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
2 komentar
Write komentarPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon