CHAPTER SIXTEEN
Seohyun terpaku ketika di lihatnya Yonghwa berdiri di depan pintu rumahnya.
Terlihat begitu kusut dengan lengan kemeja yang di gulung hingga ke siku dan
dasi yang telah di longgarkan, dan tanpa dia persilahkan langsung masuk ke
dalam rumah dan duduk di sofa. Dan sekarang dia bertanya apakah dirinya mau
duduk di sampingnya ?
Ragu-ragu Seohyun menutup pintu. Dia tidak bersiap untuk bertengkar dengan
Yonghwa malam ini. Pertengkaran mereka beberapa hari yang lalu saja masih
menyisakan kejengkelan dan rasa penasaran di hatinya.
Apakah dia mau duduk disampingnya ?
Tapi Yonghwa terlihat letih. Apakah dia mengalami hari yang berat ? Dan
apakah dia peduli ? Yah, Seohyun peduli. Dia akan melupakan pertengkaran itu
dan lebih mengingat betapa Yonghwa telah menjadi ksatria yang menyelamatkannya
dari serbuan binatang paling menjijikkan. Dan sekarang dia ada di sini terlihat
rapuh.
Seohyun melangkah mendekat sofa di mana Yonghwa duduk kemudian perlahan di
dudukkannya dirinya tepat di samping Yonghwa. Tak ada suara tak ada kata-kata.
Yonghwa menjatuhkan kepalanya bersandar di pundaknya.
“ Seohyun, tidak bisakah kita
bersahabat ? “, lirih Yonghwa bertanya, hampir tak terdengar.
Bersahabat ?
Apakah Yonghwa sedang mengajaknya berdamai ?
“ Aku minta maaf atas kelakuanku malam itu “, kata Yonghwa lagi masih
dengan suara yang pelan. “ Tidak seharusnya aku bersikap menyebalkan seperti
itu. Tapi bukankah menurutmu aku memang menyebalkan ? “.
Seohyun terdiam. Yonghwa memang mahluk menyebalkan, paling menyebalkan
setelah kecoa ! Dan dia meminta maaf. Seohyun tersentuh.
“ Kelihatannya kau mengalami hari yang berat “, ucap Seohyun sambil
berusaha untuk tidak bergerak.
Tiba-tiba Yonghwa mengubah posisinya. Dia menaikkan kedua kakinya ke sofa
dan merebahkan tubuhnya dengan kepalanya yang di tidurkan ke pangkuan Seohyun
dan tidur menyamping. Untuk sesaat Seohyun tak bisa bernapas. Yonghwa bersandar
di pundaknya itu mungkin bisa di tolerirnya tapi tidur di pangkuannya itu satu
hal yang terlalu............ intim. Alarm tanda bahaya bertalu-talu di
kepalanya.
Yonghwa memejamkan matanya. “ Hari ini semua orang bertanya ada apa dengan
diriku ? apakah aku baik-baik saja ? Sunny sekretarisku di kantor bahkan
mengatakan kalau aku sedang PMS karena terus menerus membuatnya jengkel “.
Seohyun diam hanya mendengarkan.
“ Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku, akhir-akhir ini aku seperti
kuda liar yang siap mengamuk kapan saja. Satu kesalahan kecil bisa membuatku
marah, hari ini aku bahkan kehilangan fokus di ruang sidang “.
Seohyun berusaha keras untuk tidak bergerak. Berusaha keras untuk melawan
keinginannya untuk mengusap rambut Yonghwa. Tapi Yonghwa terrlihat begitu
ringkih, seperti seseorang yang tersesat
dan sedang mencari jalan pulang.
Dan dia datang kepadaku, bisik Seohyun dalam hati.
“ Dan hari ini aku memaksa Jonghyun, Minhyuk dan Jungshin berlatih di
studio musik, padahal aku tahu pasti mereka semua punya kesibukan. Aku bahkan
melempar Jungshin dengan kaleng kosong karena mencoba menggodaku “.
“ Aku pasti telah menyusahkan mereka semua. Tapi entahlah. Aku mungkin
letih “, suara Yonghwa terdengar bagai bisikan. Beberapa saat dia tak
berkata-kata. Suara napas teratur keluar dari mulutnya. Dia tertidur.
Seohyun menarik napas pelan takut bahwa dia akan membangunkan Yonghwa. Lalu
perlahan-lahan di raihnya sebuah bantal sofa bermaksud meletakkan kepala
Yonghwa ke bantal sehingga dia bisa berdiri atau setidaknya kepala Yonghwa tak
lagi berada di pangkuannya.
“ Jangan pergi “, bisik Yonghwa pelan sehingga Seohyun menghentikan
gerakannya. “ Tetaplah seperti ini “, pinta Yonghwa lirih lalu kembali
terdengar suara napas yang teratur dari mulutnya.
Rasanya aneh mereka bisa berada dalam posisi seperti ini.
Seohyun mengingat kembali pertemuannya dengan Yonghwa. Dia tahu waktu itu
sebenarnya dialah yang salah tapi justru menyalahkan Yonghwa dan membuat
Yonghwa jengkel karena dia meninggalkan Yonghwa begitu saja dengan bumper
belakang mobilnya yang rusak.
Tapi kan memang Yonghwa parkir melewati garis, suara keangkuhan Seohyun
berucap. Lagi pula Yonghwa menyebutnya nenek sihir. Bukankah itu sangat
keterlaluan ?
Tapi sekarang dia suamimu ? Itulah kenyataan yang tak bisa kau pungkiri.
Seohyun mendesah. Hal terakhir yang diinginkannya adalah terikat dengan seorang
pria seumur hidup. Tapi disinilah dirinya dengan Yonghwa yang tertidur di
pangkuannya.
Yonghwa selalu bisa membuatnya marah. Tapi Yonghwa selalu ada saat dia
butuh, dalam beberapa hal tentu saja. Seohyun kembali mengingat saat dia putus
asa mendorong meja saat kepindahannya ke rumah ini, Yonghwa datang dengan
ketiga sahabatnya membantunya membereskan segala hal. Belum lagi saat dia panik
hanya karena seekor kecoa yang terbang ke sana kemari, Yonghwa juga datang
menolongnya.
Tapi kedatangannya malam itu yang langsung marah-marah dan menuduhnya
seenak hati bahkan membuatnya malu di depan Siwon sampai sekarang masih
membuatnya kesal. Seohyun terpaksa harus berulang kali meminta maaf atas
kelakuan Yonghwa saat bertemu dengan Siwon di kampus. Yonghwa pada intinya
telah membuat hidupnya yang damai menjadi kacau balau. Memutar balik
kehidupannya 180 derajat.
Belum lagi ciumannya yang ternyata bisa membuat Seohyun tak bisa tertidur
dengan lelap karena selalu memimpikan ciuman tersebut. Heol, bahkan ciuman
Yonghwa yang terkesan kasar dan penuh kemarahan pun membuatnya melelah.
Berada di dekat Yonghwa sangatlah berbahaya !
♥ ♥ ♥
Yonghwa tidak tahu berapa lama dirinya tertidur. Tapi saat dia membuka
matanya Yonghwa merasa baru kali ini tidurnya terasa begitu lelap. Yonghwa
membalikkan tubuhnya dan mendapati Seohyun yang bersandar ke sofa dengan mata
yang terpejam.
Demi Tuhan, berapa lama dia tertidur ? Yonghwa mengusap wajahnya dengan
kedua tangannya dan kemudian mengecek jam di tangannya. Pukul 3 : 15 AM.
Yonghwa mengangkat kepalanya perlahan dari pangkuan Seohyun lalu menarik
badannya ke ujung sofa, melipat kakinya dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran
sofa dan melipat kedua tangannya. Pandangannya lurus menatap Seohyun yang
tertidur. Sebuah senyum terukir di wajah Yonghwa.
Seohyun pasti berusaha untuk tidak bergerak dan membangunkannya. Padahal
dia bisa saja perlahan mengganti pahanya dengan bantalan sofa. Yonghwa
tersentuh. Apakah paha Seohyun tidak keram ? Dia mungkin sudah membuat Seohyun
menahan keram di kakinya hingga jatuh tertidur.
Yonghwa memandangi wajah Seohyun yang terlihat damai. Beginikah rasanya
kembali ke rumah setelah seharian bekerja ? Pasti akan sangat menyenangkan bila
setiap hari bisa seperti ini. Tapi mengapa dia merasa terikat dengan Seohyun ?
Karena kalian sudah menikah, pabo !!
Yah, walaupun itu sebuah kekeliruan, mereka memang telah menikah. Seohyun
secara sah adalah istrinya. Walaupun Seohyun sangat menyebalkan, angkuh dan
keras kepala tapi Yonghwa bisa merasakan kelembutannya yang terkadang terlihat
tapi berusaha di tutupinya.
Apa yang menyebabkan Seohyun benci dengan komitmen ?
Apakah seseorang pernah menyakitinya ? Ahh Yonghwa benci memikirkan dalam
hidup Seohyun pernah ada pria lain. Apalagi kalau ternyata pria tersebut melukainya
hingga sedalam itu. Yonghwa menarik napas panjang dan menghembuskannya
perlahan.
Mengapa si nenek sihir ini membuatnya seperti ini ?
Apakah dia benar-benar telah terkena mantranya ?
Seohyun, si mandiri, penganut feminisme sejati tapi takut sama kecoa.
Yonghwa tertawa kecil mengingat bagaimana Seohyun yang lompat dari sofa dan
langsung memeluknya hanya karena seekor kecoa yang tiba-tiba hingga di
dekatnya.
Apakah cuma kecoa yang di takuti Seohyun ? Apakah ada hal lain yang di
takutinya ?
Pandangan mata Yonghwa beralih ke arah bibir Seohyun yang sedikit terbuka.
Sangat mengundang untuk sebuah kecupan. Bibir Seohyun penuh dan terasa pas saat
bibirnya menyentuhnya. Saat ini hasrat untuk mengecup bibir Seohyun menyerang
Yonghwa.
Apakah bila dia mengecup Seohyun, dia akan bangun ?
Apakah dia akan menamparnya dan memakinya atau menganggapnya pangeran yang
membangunkannya setelah tertidur bertahun-tahun. Heol, Yonghwa ini bukan
dongeng pengantar tidur. Yang terjadi adalah Seohyun akan terbangun dan menamparmu
lalu menyihirmu menjadi katak bisulan dan menendangmu keluar.
Yonghwa meringis. Terkadang Yonghwa benar-benar berharap Seohyun adalah
seorang nenek sihir yang buruk rupa. Akan lebih mudah baginya untuk
menghadapinya. Sayangnya si nenek sihir di depannya sangatlah menawan . Ottoke
?
♥ ♥ ♥
Seohyun merasa seseorang sedang mengamatinya. Atau itu hanyalah bagian dari
mimpinya. Seohyun menggerakkan tubuhnya dan merasa ada yang hilang. Pahanya tak
lagi terasa berat yang tersisa hanya perasaan kebas karena keram.
Seohyun membuka matanya. Berapa lama sudah dia tertidur ? Seohyun
memicingkan matanya oleh cahaya lampu ruang tamunya yang ternyata masih
menyala. Melirik ke arah pahanya yang kosong. Lalu perlahan memalingkan
wajahnya dan mendapati Yonghwa sedang menatapnya sambil tersenyum.
Sudah berapa lama dia duduk disana ?
Seohyun mencoba menggerakkan kakinya yang terasa berat. Sedikit menggerutu
Seohyun meluruskan badannya mencoba menahan rasa kikuk yang menghinggapinya
karena Yonghwa yang masih saja terus menatapnya masih sambil tersenyum.
Apakah tadi dalam tidurnya dia mengingau ? .
“ Seohyun “, panggil Yonghwa membuat Seohyun berpaling menatapnya. “ Aku
lapar “.
Seohyun membelalakkan matanya tak
percaya, bibirnya terbuka. Apa-apaan sih laki-laki ini ? Datang ke rumahnya
tanpa di undang, masuk tanpa di persilahkan, membuat Seohyun harus menahan
keram di pahanya gara-gara dia seenaknya saja tidur di pangkuannya dan sekarang
dia bilang dia lapar. Memangnya dia pikir dia siapa ?
“ apakah kau punya sesuatu untuk aku makan ? Sepertinya sejak siang tadi
aku belum makan dan sekarang cacing-cacing sialan di perutku ini sudah protes
“, kata Yonghwa sambil mengusap-usap perutnya seperti anak kecil yang sedang
meminta makan pada ibunya.
Tiba-tiba terdengar suara aneh dari perut Seohyun. Dia ingat tadi sebelum
dia membuka pintu untuk Yonghwa, Seohyun sebenarnya baru saja turun ke lantai
bawah untuk memasak makan malam untuk dirinya tapi kedatangan Yonghwa
membuatnya melupakan niatnya tersebut.
Di lihatnya Yonghwa tersenyum lebar sementara Seohyun bisa merasakan hawa
panas yang merambat ke pipinya. Memalukan, rutuknya pada perutnya sendiri.
“ Sepertinya bukan cuma cacing-cacing dalam perutku yang sedang protes “,
canda Yonghwa sambil menunjuk perut Seohyun. “ Cacing-cacing di perutmu juga
sedang protes “.
“ Itu semua gara-gara kau “, ucap Seohyun.
“ Wei ? Mengapa gara-gara aku ? “, protes Yonghwa.
“ Ya iyalah gara-gara kamu. Tadi itu aku baru saja akan menyiapkan makan
malam untuk diriku sendiri dan kau datang dan seenaknya tidur di pangkuanku.
Wajar saja kalau aku lapar “.
Yonghwa kembali tersenyum dan menurunkan kakinya. “ Apakah kau selalu
seperti ini saat baru bangun tidur ? “.
“ Tergantung “, jawab Seohyun singkat.
“ Tergantung ? “.
“ Tergantung situasinya “.
“ Situasinya ? “.
“ Kalau situasinya berhubungan denganmu maka aku akan menggerutu “, jawab
Seohyun dan Yonghwa hanya menanggapinya dengan oohh yang panjang sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya.
“ Dan apakah kau selalu semenyebalkan ini ? “, tanya Seohyun kesal.
“ Tergantung situasinya “, jawab Yonghwa mengulang kata-kata Seohyun
membuat Seohyun mendelik ke arahnya dengan tatapan jengkel. “ Kalau situasinya
berhubungan denganmu maka aku akan menjadi sangat menjengkelkan “. Dan Yonghwa
tertawa memamerkan deretan giginya yang putih.
Seohyun mengemeretakkan gerahamnya menahan kekesalannya. Di ambilnya bantal
sofa dan memukulkannya ke arah Yonghwa lalu berdiri dan berjalan ke arah dapur
sementara Yonghwa menangkap bantal tersebut dengan kesigapannya. Lalu Yonghwa berdiri dan mengikutinya sambil masih
tetap tertawa.
Eishh !!!
Sangat-sangat menyebalkan !!!
♥ ♥ ♥
Seohyun membuka lemari penyimpanan dan mengeluarkan beberapa bungkus ramen
lalu meletakkannya di konter dapur. Berjalan ke kulkas dan mengeluarkan telur
dan bawang daun lalu meletakkannya di meja konter dekat ramen.
“ Apakah kau selalu menyajikan ramen untuk tamumu ? “, tanya Yonghwa dengan
nada menggoda.
“ Aku membuatnya untuk diriku sendiri “, jawab Seohyun sedikit ketus.
Laki-laki ini benar-benar tidak tahu berterima kasih.
“ Kalau begitu biar aku membantumu, supaya kau bisa berbagi denganku “.
Kata Yonghwa sambil berjalan mendekati Seohyun. “ Biar aku yang menyiapkan
airnya “.
“ Seperti kau tahu saja dimana aku menyimpan panci “, sindir Seohyun tapi
Yonghwa membungkukkan tubuhnya membuka lemari konter dapurnya dan mengeluarkan
panci dari dalamnya. Pandangan Seohyun jadi penuh tanya. Bagaimana Yonghwa bisa
tahu kalau dia menyimpan panci itu di sana ?.
“ Berhentilah mengerutkan keningmu “, kata Yonghwa “ Aku tahu dimana kau
menyimpan pancinya karena panci ini pernah hampir kau lemparkan padaku, ingat ?
“. Lalu Yonghwa berjalan ke arah keran air dan mengisi panci tersebut hingga
separuh lalu menaruhnya ke atas kompor dan menyalakannya.
Seohyun memutar bola matanya dan membalikkan badannya menghadap ke meja
konter dan menarik talenan yang tergantung di dinding dan pisau dari laci.
“ Apakah kau punya nasi ? “. Tanpa suara Seohyun membuka lemari penyimpanan
mengeluarkan kemasan nasi instan dan menyerahkannya kepada Yonghwa.
“ Apakah hanya makanan instan yang kau miliki ? “.
Seohyun memukulkan pisaunya ke talenan dan menimbulkan suara yang keras
lalu berbalik ke arah Yonghwa. “ Jangan sampai aku menjadikan dagingmu sebagai
campuran ramen ini “, sahut Seohyun
sambil mengacungkan pisau yang di pegangnya ke arah Yonghwa.
Yonghwa mundur beberapa langkah sambil mengangkat mangkok nasi instan yang
di pegangnya tapi bibirnya tersenyum
lebar. “ Aku akan diam dan hanya akan memasak nasi. Janji “, katanya sambil
mengacungkan dua jarinya.
Seohyun menarik napas mencoba menenangkan dirinya dan mulai memotong-motong
bawang daun yang sebelumnya di cucinya di wastafel. Di liriknya Yonghwa yang
sedang mengisi air ke dalam mangkok tersebut lalu menutupnya kembali dan
memasukkannya ke dalam microwave menekan angka sesuai waktu yang di butuhkan.
Air dalam panci sudah mulai mendidih. Yonghwa membantu memasukkan mie ramen
satu persatu ke dalam panci tersebut kemudian merobek bumbu dan memasukkan
semuanya ke dalam panci. Seohyun menyerahkan mangkok kecil yang berisi potongan
daun bawang dan telor tanpa suara. Yonghwa memasukkan daun bawang tersebut dan
mengaduk-aduk semuanya.
Seohyun mengambil 2 buah mangkok dan meletakkannya di konter dekat Yonghwa.
Seohyun menyibukkan dirinya dengan mengambil sumpit dan sendok dari laci dan
membawanya ke meja makan kecilnya. Lalu kembali mengambil pitcher kecil yang
diisinya dengan air dan 2 buah gelas, membawanya ke meja. Semua di lakukannya
tanpa bersuara. Sementara Yonghwa menuangkan ramen yang di masaknya ke kedua
mangkon yang di sediakan Seohyun. Tidak lupa memecahkan telor dan menaburkan
bubuk cabe setelah itu dia membawa kedua mangkok tersebut ke meja tepat saat
microwave berbunyi.
Seohyun mengeluarkan nasi tersebut dari microwave lalu berjalan ke laci
penyimpanan kimchi dan mengeluarkan kimchi yang dibuat oleh ibunya dan
membawanya ke meja. Lalu menarik kursi dan duduk tepat di depan Yonghwa yang
sudah lebih dulu duduk di sana.
Ajaib, mereka berdua menyiapkan semuanya tanpa ada
pertumpahan darah di dapur Seohyun.
♥ ♥ ♥
Yonghwa tak pernah menyangka bahwa makan ramen bisa seenak ini. Atau
mungkin karena dia di temani Seohyun ? Mungkin, kata Yonghwa pada dirinya
sendiri. Mereka berdua makan dengan diam.
Seakan tidak ingin memecah kedamaian yang tercipta diantara mereka.
Yonghwa mendorong mangkoknya ke pinggir. Dia sudah selesai makan dan
menuangkan air ke gelasnya dan ke gelas Seohyun. Terdengar gumanan lirih
Seohyun berucap terima kasih.
“ Aku yang berterima kasih “, Yonghwa meraih gelasnya mengangkat sebentar
ke udara lalu meminumnya hingga tandas.
“ Maaf bila aku menyusahkanmu “.
Seohyun meraih gelasnya dan meminumnya. “ Kau sudah menyusahkanku sejak
hari itu, mungkin aku sudah mulai terbiasa “, ucap Seohyun. Yonghwa meringis
mengingat semua keusahan yang telah mereka hadapi sejak hari pernikahan itu.
“ Mungkin kita bisa mencoba lagi dari awal “, saran Yonghwa lalu
mengulurkan tangannya ke arah Seohyun.
Seohyun menatap tangan Yonghwa dengan pandangan yang tak mengerti. Yonghwa
menggerakkan tangannya meminta Seohyun membalas salamannya. Seohyun lalu mengulurkan
tangannya dan membalas jabatan tangan Yonghwa.
“ Jung Yonghwa “, ucap Yonghwa sambil tersenyum dan tetap menjabat tangan
Seohyun tak melepaskannya walau terlihat Seohyun menarik tangannya.
“ Seojuhyun, Seohyun “, ucap Seohyun lalu menarik tangannya.
“ Senang berkenalan denganmu, Seohyun ssi “. Dan Seohyun menganggukkan
kepalanya sambil tersenyum tipis.
Yonghwa melihat Seohyun berdiri dan mulai mengumpulkan mangkok yang mereka
pakai makan lalu berjalan menuju wastafel dan bersiap untuk mencucinya.
“ Aku yang akan mencucinya “, sahut Yonghwa sambil berdiri. “ Kau bersihkan
saja mejanya “.
Yonghwa berjalan mendekati Seohyun yang sedang berada di depan wastafel,
mengambil sarung tangan dan mendorong Seohyun perlahan menjauh dari wastafel.
Seohyun mengangkat kedua bahunya lalu berjalan ke arah meja setelah sebelumnya
meraih lap kecil yang ada di konter.
Yonghwa mulai menjalankan keran air dan mulai mencuci mangkok dan peralatan
masak yang tadi mereka gunakan dengan bersenandung kecil. Entah mengapa Yonghwa
merasa sangat senang. Melakukan hal-hal kecil bersama Seohyun terasa sangat
alami bagaikan hal yang normal.
“ Apakah kau biasa melakukan ini semua ? “, tanya Seohyun yang tiba-tiba
berada di dekatnya membuat Yonghwa menghentikan senandungnya dan menatap
Seohyun.
“ Kadang-kadang “, jawab Yonghwa. “ Kalau pulang ke Busan biasanya Ibu
selalu menyuruh kami mencuci piring atau mangkok yang sudah kami pakai “.
Yonghwa melirik Seohyun yang terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam laci.
Saat melihat barang yang di keluarkan Seohyun Yonghwa lalu menyerahkan mangkok
yang sudah di bilasnya ke Seohyun dan Seohyun menerimanya dan mengelapnya
hingga kering dan meletakkan kembali ke lemari atas konter. Demikian sampai
semua peralatan masak dan peralatan makan telah dia cuci dan Seohyun
mengembalikan semuanya ke tempatnya setelah dia memastikan sudah mengelapnya
hingga kering.
Yonghwa melepaskan sarung tangan yang di pakainya, membilasnya sebentar
kemudian menjemurnya di keran air lalu mulai mencuci tangannya dan mengeringkannya.
“ Kopi ? “, tawar Seohyun tapi Yonghwa menggeleng.
“ Apakah kau selalu menawarkan kopi selarut ini ? “, tanya Yonghwa.
“ Anggap saja sekedar basa-basi “, jawab Seohyun acuh tak acuh sambil
membersihkan jejak-jejak air di wastafel dan beberapa di meja konter.
Yonghwa bersandar ke konter sambil melipat tangannya. Pandangannya tak
lepas memandang Seohyun. “ Sebenarnya aku tidak keberatan meminum segelas kopi,
tapi itu akan membuat mataku melek sampai pagi dan akan terasa berat saat aku
sedang berada di ruang sidang “, kata Yonghwa sedikit bercanda.
Seohyun membalikkan badannya dan ikut menyandarkan tubuhnya ke konter dapur
tapi kedua tangannya di tumpukan ke meja konter.
“ Apakah dari kecil kau sudah bercita-cita menjadi pengacara ? “, tanya Seohyun
tiba-tiba.
Yonghwa mengernyitkan keningnya lalu tersenyum. “ Sebenarnya dulu aku
bercita-cita menjadi musisi “, jawab Yonghwa.
“ Oh ya ? “.
“ Yah “.
“ Dan apa yang membuatmu berubah pikiran ? “.
“ Suatu hari Ayahku mengajakku menonton sebuah film dan saat itu aku merasa
menjadi seorang pengacara adalah sangat keren “.
“ Film ? Apa judulnya ? “, tanya Seohyun penasaran.
Tiba-tiba sebuah gagasan melintas di pikiran Yonghwa. “ Well, bagaimana
kalau aku menyewa filmnya dan kita menontonnya bersama-sama ? “, tanya Yonghwa.
“ Boleh juga “, kata Seohyun setelah berpikir sejenak.
Yes, teriak Yonghwa dalam hatinya. Mungkin inilah kesempatan untuk mereka
saling mengenal. Bukankah pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang ?. Setidaknya mereka bisa menjadi teman
bukan musuh yang selalu siap untuk saling menyakar dan bertengkar.
Yonghwa tersenyum sambil menegakkan tubuhnya. “ Baiklah, bagaimana kalau
sabtu malam ? “, tanyanya sambil menatap
Seohyun.
“ Ok ‘, jawab Seohyun singkat.
“ Aku akan membawa minuman dingin dan mungkin kau mau menyiapkan popcorn
sebaskom ? “.
“ Apakah kau berniat mandi dengan popcorn ? “, tanya Seohyun tak percaya.”
Atau popcorn adalah makanan ringan favoritmu ? “.
“ Anggap saja begitu “, jawab Yonghwa sambil melangkah meninggalkan dapur
dan berjalan ke arah pintu. Seohyun berjalan mengikuti Yonghwa.
Yonghwa berhenti tepat di dekat pintu berbalik dan menataap Seohyun dalam.
“ Maaf sudah mengganggumu hingga semalam ini. Terima kasih sudah mengizinkan
aku tidur di pangkuanmu dan membuat pahamu keram dan terima kasih juga untuk
ramennya “, ucap Yonghwa terdengar enggan. Rasanya dia tidak ingin meninggalkan
Seohyun, dia ingin terus berada di sini.
Yonghwa tertegun sesaat menyadari keanehan yang di rasakannya. Lalu
menggelengkan kepalanya mengusir pikiran tersebut dan mendapati Seohyun sedang
menatapnya heran.
“ Sebaiknya aku pulang sehingga kau bisa tidur “. Kata Yonghwa sambil
membuka pintu. Udara subuh yang basah dan lembab menyambutnya membuatnya
bergidik kedinginan.
“ Tunggu sebentar “, tahan Seohyun lalu dia berlari ke arah tangga dan naik
kelantai atas dan tidak beberapa lama kemudian turun dengan cepat sambil
membawa jaket dan menyerahkan jaket tersebut kepada Yonghwa.
“ Di luar pasti dingin, pakailah jaket ini biar hangat “, ucap Seohyun.
Si nenek sihir ternyata bisa perhatian juga.
Yonghwa menerima jaket pemberian Seohyun dan memakainya. Kehangatan
merasuki setiap sendi dalam tubuhnya dan ada aroma segar tercium dari jaket
tersebut. Untuk sesaat Yonghwa merasa Seohyun yang sedang memeluknya.
Eishhh !!!
“ Tutuplah pintunya tak usah mengantarku. Selamat dini hari Seohyun.
Tidurlah “, kata Yonghwa lembut sambil tersenyum. Seohyun membalas senyum
Yonghwa dan setelah mengucapkan selamat malam dan hati-hati di jalan Seohyun
menutup pintu. Dan beberapa saat kemudian lampu di padamkan.
Yonghwa melangkah keluar dan memandang langit yang bertabur bintang.
Merapatkan jaket yang dipakainya lalu membuka pintu pagar dan menutupnya
kembali. Samar-samar terdengar pintu yang bergeser dan Yonghwa menengadahkan
kepalanya dan mendapati Seohyun berdiri di balkon atas dan Yonghwa membalas
lambaian tangannya lalu kemudian Seohyun menutup pintu dan mematikan lampu.
Yonghwa masih berdiri menunggu Seohyun mematikan lampu kamarnya. Dan
setelah merasa semuanya aman. Yonghwa berjalan menuju mobilnya masih dengan
bibir yang tak berhenti tersenyum.
Dia berharap hari segera cepat berganti.....
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Chapter Fifteen Chapter Seventeen
2 komentar
Write komentarPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon