#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

ACCIDENTALLY WE MARRIED !!




CHAPTER EIGHTEEN

Seohyun hanya diam, tak menanggapi pertanyaan Yonghwa.
“ Ceritakan padaku, seperti apa seorang Seohyun itu “, pinta Yonghwa.
“ Aku anak tunggal, dan terbiasa mandiri “, jawab Seohyun.
“ Apa yang paling kau sukai, Seohyun ? “.
“ Membaca buku “.
“ Bukan karena namamu berarti buku kan ? “.
“ Mungkin “, Seohyun tersenyum masam.
“ Buku apa yang kau suka baca ? “.
“ Buku tentang pengendalian diri dan pengembangan diri “. Yonghwa tertawa kecil membuat Seohyun mendelik ke arahnya.
“ Selain itu, buku apa lagi yang kau suka ? “.
“ Dongeng “, jawab Seohyun singkat.
“ Happy after story, huh “.
“ Hanya di dongeng pria tidak brengsek “.
“ Mengapa sih kau menganggap kaumku sebagai mahluk paling brengsek. Seriously itu tanggapan yang sangat berlebihan. Kami mungkin sedikit nakal tapi tidak brengsek dan bejat “, protes Yonghwa.
“ Untuk suatu alasan yang tak ingin aku katakan, pria adalah mahluk paling tak berperasaan dan paling brengsek hanya kecoa yang bisa mengalahkan mereka dalam hal menjijikkan “.
Yonghwa menatap Seohyun dengan tatapan tak percaya. Tak percaya bahwa dari mulut Seohyun akan keluar kata-kata seperti itu. Alangkah malangnya pria di mata Seohyun.
 “ Adakah seseorang yang sudah pernah membuatmu patah hati “. Seohyun mencibir. “ Apakah kau pernah jatuh cinta “, tanya Yonghwa lagi. Seohyun menggelengkan kepalanya. “ Serius, kau belum pernah jatuh cinta ? Ayolah aku tak percaya “, sahut Yonghwa sambil mengacungkan telunjuknya di depan wajah Seohyun lalu menggoyang-goyangkannya.
“ Itu adalah hal terakhir yang akan aku lakukan. Jatuh cinta pada seorang pria dan mendedikasikan hidupku untuknya “, jawab Seohyun tegas lalu menatap TV dan ternyata film yang mereka tonton sudah berakhir beberapa menit yang lalu tanpa mereka sadari.
“ Hei, kita ketinggalan endingnya “, sahut Seohyun protes dan menatap Yonghwa dengan tatapan menuduh. “ Kau mengalihkan fokusku “.
Yonghwa bangkit mematikan dvd player dan menyalakan lampu.
 “ Kalau aku bilang aku bukan pria brengsek seperti anggapanmu pada semua laki-laki di dunia ini  , apakah kau akan percaya Seohyun ? “, tanya Yonghwa sambil berjalan kearah pintu balkom dan membukanya. Yonghwa menatap langit malam yang terlihat gelap. Tak ada bintang.
Seohyun tak menjawab pertanyaan Yonghwa hanya duduk sambil menyandarkan punggungnya ke sofa. Tangannya di sedekapkan di depan dadanya sementara pandangannya menatap Yonghwa.
“ Kau butuh seumur hidupmu untuk membuatku percaya “, jawab Seohyun.
“ Yah !! “, protes Yonghwa. Seohyun mencibir lalu tertawa.
Perlahan Seohyun bangkit berdiri dan mulai menyusun semua yang ada di atas meja ke baki yang tadi di bawanya ke atas. Memungut kaleng-kaleng kosong dan membawanya ke tempat sampah yang di tempatkan di dekat kamar mandi. Yonghwa menutup pintu dan membantu Seohyun mengangkat baki tersebut walaupun Seohyun memprotes tindakannya.
Berdua mereka turun ke bawah, Seohyun mencuci piring-piring kotor setelah protes keras saat Yonghwa ingin melakukannya dan meminta Yonghwa memasukkan cake yang tersisa dan goguma ke dalam kulkas demikian juga dengan minuman yang tersisa. Yonghwa melakukan apa yang di katakan Seohyun.
Lima belas menit kemudian, Yonghwa meraih jaket yang di sampirkannya di kursi makan saat dia datang. Sudah tengah malam, waktunya untuk pamit. Rasanya dia terlalu keseringan berlarut-larut di rumah Seohyun.
Seohyun mengantar Yonghwa ke pintu. Tapi Yonghwa menahan tangannya yang akan meraih handle pintu untuk membukakan pintu buat Yonghwa.
Yonghwa menarik kedua tangan Seohyun dan mengenggamnya. Matanya menatap Seohyun dalam-dalam.
“ Terima kasih untuk malam ini “, kata Yonghwa.
Seohyun menganggukkan kepalanya, “ Aku juga berterima kasih. Terima kasih untuk kuenya “.
Yonghwa menatap Seohyun lama dan Seohyun merasa salah tingkah di pandangi seperti itu,  berusaha mengalihkan pandangannya kemanapun kecuali ke arah Yonghwa. “ Sudah malam sebaiknya kau pulang “. Seohyun perlahan menarik tangannya.
“ Baiklah, tapi satu yang harus kau ingat, aku adalah pria yang baik, bukan pria yang brengsek “.
Seohyun mencoba tersenyum. Dia memang selalu menganggap Yonghwa brengsek, tapi akhir-akhir ini entah mengapa sedikit demi sedikit anggapan tersebut mulai berubah. Dan sejujurnya Seohyun takut dengan kenyataan tersebut. Di lain sisi dia ingin menghindari Yonghwa, tapi di sisi lain dia merasa nyaman berada di dekatnya. Perasaan tersebut membuatnya merasa bahwa dirinya akan terseret dalam gelombang yang akan membunuhnya cepat atau lambat.
“ Aku- aku mungkin akan mempertimbangkan hal itu “, kata Seohyun sambil meraih handle pintu  dan membukanya.
Yonghwa melangkah keluar dan udara malam yang mengigit menyapanya. Seohyun melangkah ke teras berdiri tepat di sisi Yonghwa yang sedang memakai jaketnya.
“ Hati-hati di jalan “, kata Seohyun.
Yonghwa menganggukkan kepalanya tapi tak juga beranjak dari sisi Seohyun. Terlihat sedang memikirkan sesuatu, Yonghwa melirik ke arah Seohyun tiba-tiba “ Lihat ada bintang jatuh ! “, sambil menunjuk ke arah sisinya dan Seohyun otomatis memalingkan wajahnya kearah yang Yonghwa tunjuk tapi Yonghwa sudah memasang wajahnya lebih dekat ke arah Seohyun sehingga Seohyun tak sengaja mencium pipi Yonghwa.
Sebuah jeritan kecil keluar dari mulut Seohyun dan refleks menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil menatap Yonghwa dengan pipi yang mulai memerah.
Yonghwa tersenyum nakal menggodanya dengan tatapannya yang yang juga menggoda.
“ Yah ! Jung Yong hwa ! “.
“ Eishh Seojuhyun, kau ternyata wanita yang nakal, menciumku secara tiba-tiba seperti itu “.
Seohyun memukul lengan Yonghwa dengan kesal dengan perasaan malu yang tak bisa di sembunyikannya dan Yonghwa berusaha menghindar sambil tertawa menggodanya. Hingga akhirnya Yonghwa menangkap kedua tangan Seohyun dan menggenggamnya erat dalam genggamannya. Tak ada lagi tatapan menggoda di matanya membuat Seohyun menelan ludahnya.
“ Boleh aku memelukmu ? “, tanya Yonghwa. Seohyun diam dan Yonghwa kemudian memeluknya lembut sambil mengelus rambut Seohyun dan mencium keharuman rambut Seohyun. Setelah itu Yonghwa lalu melepaskan pelukannya dan memegang pundak Seohyun lalu mengecup keningnya.
“ Selamat malam mimpi indah “, bisik Yonghwa lalu melepaskan Seohyun dan melangkah menuju ke pintu pagar dan berbalik dan menyuruh Seohyun masuk. Seohyun menganggukkan kepalanya sambil melambaikan tangannya.
Setelah menutup pintu, Seohyun menyandarkan punggungnya ke pintu yang sudah di tutupnya. Mencoba menenangkan dirinya sendiri. Pelukan Yonghwa masih terasa hangat di tubuhnya. Seohyun memegang dadanya yang terus menerus berdetak seakan berpacu dengan kecepatan tinggi. Seohyun khawatir dia akan pingsan.

♥ ♥ ♥

Yonghwa menyetir mobilnya dengan santai sambil tersenyum dan mengusap pipinya yang tadi di cium Seohyun. Yonghwa tertawa kecil saat mengingat bagaimana wajah Seohyun memerah dan jeritan innggg panjang yang menjadi ciri khas Seohyun yang mulai Yonghwa fahami karena terkejut sambil menutup mulutnya.
Kau seperti anak remaja yang sedang kasmaran Jung Yong Hwa.
Kasmaran ? Pada Seohyun ?
Yonghwa akan lebih senang menyebutnya tersihir.
Bukankah selama ini dia selalu menyebut Seohyun si nenek sihir. Jadi apapun yang terjadi pada dirinya saat berdekatan dengan Seohyun artinya dia sudah terkena jampi-jampi yang sangat berbahaya.
Yonghwa tertawa. Menertawai pikirannya sendiri. Tapi rasanya aneh kalau di usia 28 tahun Seohyun tak satu kalipun pernah jatuh cinta. Seohyun pasti melewati masa-masa indah saat hati sedang kasmaran,berbunga-bunga, berdebar-debar. Dan apapun alasan di balik itu. Yonghwa sangat ingin mengetahuinya. Tapi, apa untungnya dia mengetahui alasan tersebut ?
Itu karena kau mulai peduli dengannya !
Mungkin. Tapi sejujurnya Seohyun selalu bisa membuatnya tersenyum dan merasa nyaman di dekatnya. Dan bersamanya Yonghwa bisa melupakan segalanya seperti terseret dalam ruang waktu yang hanya ada dirinya dan Seohyun. Dunia Seohyun.
Seohyun, Seohyun, Seohyun.
Sebuah kilatan kecil menyilaukan mata Yonghwa. Yonghwa menatap tangannyanya yang sedang memegang kemudi. Cincin itu masih juga di sana, tak bisa dia gerakkan tak bisa dia lepaskan. Cincin yang sepertinya mengikat dirinya dan Seohyun.
Apa benar cinta sejati yang akan bisa melepaskan cincin tersebut ?
Yonghwa tergoda untuk mencobanya. Tapi jatuh cinta pada Seohyun ? Rasanya mustahil. Jatuh cinta  berarti mengkhianati prinsipnya yang tak mau lagi terlibat dengan urusan cinta, sakit hati dan kehancuran. Cinta selalu berakhir dengan komitmen berbagi dengan orang lain. Cinta menjadi alasan untuk seseorang menjadi begitu over protective terhadap dirinya sehingga kau harus setiap detik melaporkan apa yang kau lakukan, dengan siapa dan dimana. Bukankah hal seperti itu seperti kutukan ?
Seperti cincin, seperti pernikahannya dengan Seohyun. Semuanya kutukan !
Mungkin bila dia bisa membuat Seohyun jatuh cinta pada orang lain, maka semua kutukan tersebut akan hilang ?
Tapi Seohyun tak pernah jatuh cinta. Walaupun mungkin dia tahu apa itu cinta, tapi dia tidak tahu bagaimana perwujudannya. Tiba – tiba Yonghwa mendapat ide. Bagaimana jika dia mengajarkan Seohyun bagaimana rasanya jatuh cinta.
Yonghwa menepuk kedua tangannya. Merasa ide itu sangat hebat. Dia akan membuat Seohyun mengenal cinta dan akhirnya bisa jatuh cinta pada orang lain. Dan dia akan bisa kembali dengan kehidupannya seperti sedia kala. Bujangan yang memuja statusnya.
Yonghwa kemudian mulai memikirkan siapa rekannya yang masih bujangan dan sedang tidak terikat dengan wanita manapun, yang sopan dan tidak brengsek dan mempunyai karier yang bagus. Ketiga dongsaengnya sudah pasti bukan kandidat yang tepat.
Leeteuk ?
Ahh dia sudah bertunangan.
Kwang Hee ?
Tidak, dia terlalu... tidak cocok untuk Seohyun.
Bagaimana dengan Jin Woo ? Yonghwa menggelengkan kepalanya. Tidak, Jin Woo terlalu suka menyombongkan semua prestasi yang di dapatkannya. Minho ? Yonghwa menggeleng. Taeyang ? Tidak ! Junki ? Tidak !
Sialan, mengapa dari sekian banyak yang Yonghwa pikirkan, dirinya selalu merasa mereka tidak akan cocok dengan Seohyun. Sebenarnya kau ini berniat sungguh-sungguh atau bagaimana sih? tanyanya pada dirinya sendiri.
Mengapa tak seorangpun yang cocok untuk Seohyun selain dirinya ?
Yonghwa menepuk kepalanya. Seohyun bukan untuknya. Tidak boleh selama dia masih menginginkan status bujangannya tetap tak tergoyahkan. Jadi sebaiknya kau mulai berpikir Jung Yong Hwa. Untuk hidupmu !

♥ ♥ ♥

Apa yang sedang terjadi dengan dirinya ?
Seohyun menatap langit-langit kamarnya mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Mengapa dia merasa dadanya sesak setiap kali Yonghwa tersenyum padanya. Mengapa dia merasa tak bisa bergerak saat Yonghwa menyentuhnya dan dari mana datangnya debaran yang tak henti setiap kali dia mengingat Yonghwa ?
Ini pasti bukan cinta, Seohyun menganggukkan kepalanya. Tidak ini bukan cinta. Cinta adalah malapetaka. Cinta adalah sebuah kesia-siaan. Dan Seohyun sudah bertekad sebagaus apapun dan seindah apapun itu cinta, dia tidak akan mau tersandung di lobang yang bernama cinta.
Jadi apa yang terjadi dengan dirinya ?
Ketertarikan ? Napsu ?
Seohyun meraih bantal guling dan memeluknya erat seakan kehidupannya bergantung pada guling tersebut. Tapi mengapa dia bisa merasa nyaman berada di dekat Yonghwa ? Biasanya Seohyun selalu merasa tidak nyaman berdekatan dengan pria manapun. Dia selalu menjaga jarak dan terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya setiap kali seseorang berniat mendekatinya sehingga mereka akhirnya mundur. Tapi mengapa Yonghwa berbeda ?
Tiba-tiba Seohyun terbayang kenangan pahit yang tak ingin di ingatnya lagi. Dan bayangan Eun Hye, sahabatnya saat SD hingga SMA. Sahabatnya yang sangat di cintainya bahkan menganggapnya sebagai saudara sendiri. Mereka selalu bersama, dimana ada Seohyun di situ ada Eun Hye.
Mereka berdua melewati masa-masa penuh dengan tawa dan canda, hobi mereka yang sama-sama suka membaca membuat mereka berdua di juluki kutu buku. Kalau Seohyun terlahir dengan semua kelebihan yang membuatnya sempurna, Eun Hye terlahir sebagai putri dan kalangan menengah dengan kehidupan yang sederhana, dengan wajah yang biasa-biasa saja dan tubuh yang gendut.
Teman-teman mereka kadang mengejek mereka dengan sebutan Si Nomor 10. Beberapa diantara mereka bahkan tidak segan-segan mengejeknya sebagai si gendut Eun Hye. Seohyun sangat marah setiap kali mendengar seseorang mengolok-olok Eun Hye, tapi Eun Hye selalu bilang, biarkan saja mereka sebenarnya iri dengan persahabat kita.
Hari itu, Eun Hye datang ke rumah Seohyun, lalu Eun Hye bercerita bahwa dia bertemu dengan seorang laki-laki yang sangat baik. Wajahnya saat itu begitu berseri dan malu-malu menceritakan bagaimana pertemuannya dengan laki-laki yang katanya sangat baik itu. Eun Hye tak mau menyebutkan namanya walaupun Seohyun memaksanya. Belum pernah Seohyun melihat Eun Hye begitu bahagia dan sebagai sahabatnya yang walaupun merasa sedikit cemburu Seohyun tetap senang dengan kebahagiaan sahabatnya tersebut.
Eun Hye bilang dia sedang jatuh cinta.
Seohyun sering mendengar kata tersebut. Di buku-buku dongeng, dimana pangeran tampan jatuh cinta pada Putri dan mereka menikah dan hidup bahagia. Dan sekarang sahabatnya sedang jatuh cinta. Tak ada kekhawatiran sedikitpun, karena bagi Seohyun jatuh cinta akan selalu berakhir dengan hidup bahagia bersama orang yang kau cintai.
Sejak itu Eun Hye semakin jarang menghabiskan waktu bersama Seohyun. Mereka hanya bertemu di sekolah dan Eun Hye akan selalu bercerita betapa bahagianya dirinya karena ternyata laki-laki tersebut juga suka padanya dan mereka akhirnya berkencan. Jujur Seohyun merasa kehilangan sahabatnya, temannya berbagi. Tapi Seohyun tahu bahwa dia tidak boleh egois. Eun Hye berbahagia dan itu yang paling penting.
Hingga hari yang takakan di lupakannya itu tiba. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 15. Eun Hye bilang kalau dia ada janji dan tak bisa menghadiri ulang tahun Seohyun. Tapi dia menyalami dan mencium pipi Seohyun dan memeluknya erat dan menyerahkan sebuah kado mungil sebagai hadiah untuknya.
Hari itu Eun Hye sangat bahagia, wajahnya bersinar cerah dan matanya berbinar. Seohyun tidak akan pernah lupa bagaimana penampilan Eun Hye hari itu. Sahabatnya terlihat tak pernah secantik hari itu. Mereka berpisah di gerbang sekolah. Sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di depan mereka dan Eun Hye kembali memeluknya lalu dia naik ke mobil tersebut. Seohyun tak bisa mellihat siapa orang yang menjemputnya tapi Eun Hye menurunkan kaca mobil dan terus melambaikan tangannya kepada Seohyun dengan senyum penuh kebahagiannya.
Dan itu adalah hari terakhir dia melihat senyum di wajah sahabatnya. Beberapa jam kemudian Polisi menemukannya sudah tidak bernyawa dengan luka jeratan di lehernya dalam keadaan tanpa busana. Eun Hye menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan. Adakah lagi yang lebih menyakitkan melebihi saat mengetahui sahabat yang di cintainya pergi dengan cara sesadis itu ? Seohyun menangis sejadi-jadinya saat kedua orang tuanya memberitahukan hal tersebut kepadanya.  Seohyun marah. Pada dirinya, pada laki-laki biadab yang membunuh sahabatnya, pada Tuhan yang sangat tidak adil pada sahabatnya. Mengapa Tuhan harus membuatnya jatuh cinta bila ternyata hal tersebut justru membuatnya menderita.
Sahabatnya tercinya meninggal di hari ulang tahunnya.
Seohyun tak bisa membayangkan apa yang di rasakannya saat itu. Membayangkan Eun Hye yang tak berdaya melawan laki-laki tersebut, merasakan kesakitannya, merasakan penderitaannya saat meregang nyawa. Seohyun tak kuasa menahan tangisnya saat melihat jasad kaku sahabatnya tersebut di dalam keranda. Berhari-hari setelah itu Seohyun lebih banyak melamun dan merenung serta mengunci diri dalam kamar.
Kedua orang tuanya bahkan sempat membawanya ke seorang psikiater karena takut jiwa Seohyun tak kuat membendung segala perasaan berdukanya. Seohyun meluahkan semua beban yang menyesakkan dadanya, menangis dan menangis.
Dan sejak itu Seohyun tak mengizinkan dirinya untuk jatuh cinta !
Seohyun merasa pipinya basah.
Sebuah kerinduan menyelimutinya. Seohyun berharap Eun Hye bahagia diatas sana. Berharap Tuhan memberikan pasangan yang baik untuknya di kehidupannya sekarang di pelukan Tuhan.
Seohyun bangkit berdiri dan berjalan mendekati jendela, menyibak gordennya dan menatap ke langit malam yang kelam.
Dia tidak mengizinkan dirinya untuk jatuh cinta pada siapapun, tidak juga pada Yonghwa. Tidak peduli seberapa nyamannya dia berada di dekat Yonghwa, tidak peduli bagaimana Yonghwa membuatnya berdebar tak karuan, sesak napas dan tak bisa mengontrol dirinya. Seohyun tak boleh jatuh cinta pada Yonghwa.
Sekarang dan sampai kapanpun.


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Chapter Seventeen Chapter Nineteen
Previous
Next Post »

3 komentar

Write komentar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥