CHAPTER THIRTEEN
“ Woah ! Jinja ?? “, seru Yoona.
Seohyun menganggukkan kepalanya. Keduanya sedang makan siang di sebuah
restoran kecil dan Seohyun menceritakan kejadian malam itu kepada Yoona.
“ Yonghwa ssi so sweet banget sih “, kata Yoona sambil menghirup jus jeruk
di hadapannya. “ Aku rasa pernikahan kalian seharusnya di teruskan saja. Kalian
serasi dan sepertinya Yonghwa cukup jantan juga, semalam itu buru-buru ke
rumahmu, hujan lebat dan hanya memakai jaket dengan kaos oblong dan piyama bak
seorang ksatria hanya untuk menyelamatkanmu yang ternyata ketakutan hanya gara-gara
5 ekor kecoa. Daebak !! “.
Seohyun memberengutkan bibirnya. “ Kau tahu kan bagaimana phobianya aku
sama mahluk menjijikkan itu “, sedikit bete Seohyun mengaduk-ngaduk minumannya
dengan sedotan.
“ Well setidaknya kau tahu kalau Yonghwa tidak takut dengan kecoa walaupun
ada juga sih pria yang merasa dirinya jantan tapi takut dengan kecoa “, Yoona
terkekeh.
“ Aku sama sekali tidak sadar kalau malam itu aku menelponnya. Aku hanya
panik dan secara random menekan ponselku “, kata Seohyun. “ Dan dia datang dan
bersiap-siap menghancurkan jendela lantai atas dengan batu yang di lemparnya.
Aku pasti akan memintanya mengganti biaya perbaikan seandainya kaca jendela itu
pecah “.
“ Aigoo Seohyunie, seharusnya kau berterima kasih “, kata Yoona sambil
mengacungkan sedotan jusnya ke arah Seohyun. “ Kalau dia tidak datang, kau
mungkin akan memegang sapu dan terduduk di sofa hingga pagi “.
Apa yang di katakan Yoona memang benar, dan sejujurnya Seohyun sangat
bersyukur Yonghwa datang dan menolongnya dan sangat berterima kasih. Tapi untuk
mengakui bahwa dia ternyata tidak semandiri tampilannya membuat Seohyun gengsi. Tapi bagaimanapun kedatangan Yonghwa membuat
Seohyun terkejut dan tak pernah menyangka bahwa pria menyebalkan itu bisa
begitu sangat perhatian. Apakah Yonghwa melakukan hal sama pada setiap wanita
yang di kencaninya ?
Heol !
Seohyun memaki dirinya sendiri. Untuk apa pula dia harus memikirkan hal
tersebut ? Seohyun kembali menghirup minumannya untuk mengusir pikiran aneh
yang tiba-tiba mengganggunya.
Seohyun menggelengkan kepalanya mengusir pikiran aneh tersebut sambil
melirik jam tangannya. Dia ada kelas sekitar setengah jam lagi. Dan sebaiknya
dia bergegas bila tak ingin terhadang kemacetan di jam makan siang begini. “
Aku ada kelas dan sepertinya bila tidak segera ke kampus aku akan terlambat “,
kata Seohyun sambil berdiri dan meraih tasnya.
“ Aku juga masih harus kembali ke klinik, hari ini aku kena jadwal jaga di UGD
“, Yoona berdiri mengikuti Seohyun. Keduanya lalu berjalan keluar restoran
setelah berpelukan keduanya berpisah.
♥ ♥ ♥
Yonghwa meregangkan kedua tangannya melepas penat setelah di sibukkan
dengan beberapa berkas yang harus di periksanya. Sudah pukul tiga sore dan dia
belum sempat makan siang, walaupun tadi Sunny sempat mengingatkannya tapi
Yonghwa terlalu larut dengan pekerjaannya. Dan sekarang Yonghwa merasa
cacing-cacing dalam perutnya sudah berunjuk rasa meminta di beri makan.
Yonghwa membereskan beberapa berkas yang sudah di selesaikannya dan
meletakkan di ujung meja sementara yang belum selesai di biarkannya tetap
berantakan. Yonghwa berdiri dan berjalan keluar ruang kantornya.
“ Sunny, bisakah kau menolongku ? “, tanya pada Sunny yang nampaknya sedang
serius dengan komputer yang ada di depannya.
“ Ada apa Bos ? “.
“ Pesankan aku makanan dan jangan lupa ice americano dinginnya. Aku lapar “.
“ Tadi kan aku sudah ingatkan untuk makan siang bos ? “, Sunny mengingatkan
dan Yonghwa mengangguk sambil memasang mimik penyesalan. “ Mungkin seharusnya
bos meminta istri bos untuk menelpon dan mengingatkan bos untuk makan siang
tepat waktu “, goda Sunny yang langsung mendapat tatapan tak percaya dari
bosnya.
“ Pesankan sajalah apa yang aku minta. Terima kasih “, ucap Yonghwa sambil
berbalik dan masuk kembali ke dalam ruang kerjanya.
Perkataan Sunny mengganggunya. Tentu akan menyenangkan bila ada seseorang
yang selalu mengingatkan dirinya untuk makan siang tepat waktu, apalagi jika
seseorang itu juga menyiapkan bekal makan siang untuknya. Tiba-tiba perasaan
yang selalu di hindarinya mengusiknya.
Apakah Seohyun akan selalu mengingatkannya untuk makan tepat waktu ?
Seohyun kan istrinya walaupun mereka menikah secara tidak sengaja. Masalahnya
adalah baik dirinya maupun Seohyun tidak merasa terikat dengan pernikahan
tersebut walaupun kedua ibu mereka begitu bersemangat dan selalu berusaha untuk
membuat mereka berdua benar-benar terikat.
Tapi Seohyun terlalu menyebalkan. Mandiri dan keras kepala serta selalu
berdebat dengan dirinya. Selalu merasa paling benar. Tapi Seohyun juga ternyata
takut dengan kecoa dan kejadian malam itu kembali bermain-main di kepala
Yonghwa.
Yonghwa tak pernah akan bisa bagaimana rasa Seohyun dalam pelukannya.
Terasa begitu tepat dan sempurna, tubuhnya dan tubuh Seohyun seperti dua keping
puzzle yang saling menyatu dengan tepat.
Seohyun dalam pelukannya terasa begitu menyenangkan. Melindunginya dari sesuatu
yang membuatnya takut membuat Yonghwa merasa bangga.
Seohyun dan kecoa. Yonghwa tertawa kecil. Yonghwa tidak akan pernah
menyangka Seohyun takut dengan kecoa bila tidak melihatnya secara langsung.
Peristiwa malam itu takkan bisa Yonghwa lupakan dan akan selalu membuatnya
tersenyum.
Apakah Seohyun sudah makan siang ?
Sekelebat pemikiran yang membuat Yonghwa tertegun. Sejak kapan dia peduli ?
Tapi Seohyun tidak jelek-jelek amat. Pertemuan pertama merekalah yang
membuat mereka berdua seperti musuh yang siap saling menyerang padahal itu
hanyalah persoalan biasa yang bahkan bisa di bicarakan dengan baik-baik. Tapi
Yonghwa selalu senang melihat pipi Seohyun yang memerah karena marah. Anehnya
Yonghwa merasa ingin selalu bersamanya ?
Tapi si nenek sihir itu memang cantik...........
Mungkin sebaiknya mereka berdua lebih saling mengenal.
Bagaimana kalau malam ini Yonghwa mengajak Seohyun makan malam ? Ide yang
cukup menantang, mengajak seorang nenek sihir makan malam tentulah bukan hal
yang sering-sering terjadi, iyakan ?
Ketukan di pintu membuyarkan lamunan Yonghwa. Sunny masuk dengan membawa
bungkkusan makanan di tangan kirinya dan ice americano di tangan yang satunya
lagi. Yonghwa membereskan berkas-berkas di depannya dan menyiapkan space di
mejanya untuk makan siangnya yang terlambat.
“ Apa jadinya diriku tanpamu, Sunny ssi “, ucap Yonghwa sambil membuka
bungkusan yang di letakkan Sunny di mejanya.
“ Bagaimana kalau double bonus ? “, canda Sunny sambil memeriksa beberapa
berkas yang di letakkan Yonghwa di pinggir mejanya. Kebiasaan Yonghwa yang
sudah di hapalnya di luar kepala, setiap kali ada berkas yang di simpan di
ujung meja maka berkas itu sudah selesai dan siap untuk dia tindak lanjuti.
“ Hmmm “, guman Yonghwa sambil menikmati makanan di depannya dan
mengacungkan sumpitnya ke arah Sunny.
“ Sudahlah bos, habiskan makananmu. Berkas-berkas ini aku bawa keluar “,
kata Sunny sambil membawa berkas-berkas yang telah selesai dan berjalan keluar
dan menutup pintu.
Sambil menikmati makanannya yang terasa begitu nikmat Yonghwa berpikir
untuk memberi Sunny bonus dua kali lipat saat natal nanti atau mungkin liburan
tahun baru. Well, nanti dia akan bicarakan dengan rekannya yang lain. Bagaimana
pun Sunny adalah dewi penolong mereka. Tanpanya jadwal dan pekerjaan mereka
akan kacau balau. Yonghwa melepaskan
sumpitnya dan meraih pena lalu menulis hal tersebut sebelum dia lupa. Bonus
untuk Sunny.
Mengajak Seohyun makan malam.
Yonghwa menambahkan ke dalam jadwalnya, jam 7 malam ini.
♥ ♥ ♥
Seohyun mengetuk-ngetuk cangkir minumannya dengan sedikit gelisah. Sudah
jam 8 malam tapi belum ada tanda-tanda Siwon – rekan sesama dosen di fakultas
yang sama dengannya – selesai juga mencurahkan segala keresahannya. Seohyun
sebenarnya tak ingin terlibat tapi dia tidak bisa menolak setelah Taeyeon
berhasil menghindari dan mengatakan kalau dirinya akan dengan senang hati makan
malam bersama Siwon.
Dan disinilah dirinya setelah 3 jam masih juga tak berhenti-hentinya Siwon
mencurahkan permasalahannya yang bagi Seohyun rasanya tidak tepat di ceritakan
padanya.
“ Aku sama sekali tidak tahu mengapa tiba-tiba Jessica meminta berpisah dan
meninggalkanku kembali ke rumah orang tuanya. Aku berusaha mengingat kesalahan
apa yang telah aku lakukan hingga membuatnya merasa aku tidak lagi mencintainya
“, Siwon kembali meneguk soju yang ada di depannya.
“ Apakah kau sudah bertanya kepadanya ? “, tanya Seohyun sedikit mulai
risih mendapat tatapan aneh dari orang-orang yang ada di sekitar mereka.
Siwon menggelengkan kepalanya.
“ Bukankah sebaiknya kau bertanya padanya “, usul Seohyun. “ Mungkin selama
ini Jessica merasa kau tidak selalu ingin mengetahui apa yang dia inginkan ? “.
“ Apa lagi yang dia inginkan. Aku bekerja banting tulang untuk bisa
membelikannya rumah yang besar dan kehidupan yang mewah. Dia sudah mendapatkan
semua itu, apalagi ? “, kembali Siwon meneguk sogu di depannya.
“ Tapi apakah benar itu yang diinginkannya ? “, tanya Seohyun sambil
menyingkirkan botol-botol soju yang ada di meja sambil memanggil pelayan untuk
membawanya pergi. Siwon tidak boleh mabuk atau dia terpaksa harus mengurusnya.
Seohyun benar-benar tak ingin terlibat dengan masalah pernikahan rekannya
itu. Lagi pula siapa dirinya untuk bisa menasehatinya ? Dia tidak ingin terikat
pernikahan karena hal-hal seperti inilah yang dia hindari. Pernikahan bisa
membuat dia manusia yang saling mencintai menjadi dua manusia yang saling tidak
mengenal. Mengerikan !
Tapi bukankah dia sudah menikah ?
Mengapa sih pikiran itu selalu hadir saat dirinya berusaha menyangkal
apapun seputar pernikahan ? rutuk Seohyun dalam hati.
“ Sebaiklah kau telepon dia “, saran Seohyun. “ Tanyakan padanya apakah ini
yang dia inginkan “. Siwon menatap Seohyun dalam-dalam seakan sedang memikirkan
perkataan Seohyun. “ Apakah semenjak dia pulang ke rumah orang tuanya kau
pernah menelponnya ? “.
Siwon menggeleng.
Seohyun berdiri dan menarik Siwon bersamanya. “ Sebaiknya kau menelponnya
sekarang, tanyakan apa yang dia inginkan. Berbicaralah dengannya “.
Siwon meraih sesuatu dari dalam sakunya. “ Sepertinya ponselku kehabisan
baterai “, rutuk Siwon. “ bahkan ponselku pun membenciku “, erangnya.
“ Mungkin kau mau meminjam ponselku ? “.
Siwon menggeleng, “ Jessica sangat pencemburu dan kalau aku menelponnya
dari ponselmu dia bisa mengamuk dan tak ingin menemuiku “.
Seohyun menarik napas mencoba menyabarkan dirinya.
“ Kau bisa menggunakan telepon di rumahku, kebetulan aku tinggal tidak jauh
dari sini “, ucap Seohyun dan terlambat untuk meralatnya. Diam-diam Seohyun
mengigit lidahnya.
“ Bolehkah ? Terima kasih Seohyun, kau memang teman yang sangat baik “,
kata Siwon kini dengan wajah yang berseri dan senyuman di bibirnya.
“ Well kau bisa mengikutiku pulang ke rumah dan aku akan meminjamkan
telepon untukmu. Bagaimana kalau kita sekarang berangkat “.
♥ ♥ ♥
Yonghwa menyilangkan kedua tangannya di dadanya dan menyandarkan
punggungnya ke sandaran mobilmya. Sudah dua jam dia duduk di mobilnya yang
terparkir di depan rumah Seohyun – rumah mereka. Seohyun belum pulang juga.
Beberapa kali dia berusaha menelponnya tapi sepertinya ponsel Seohyun sedang
tidak aktif.
Sialan, kemana sih nenek sihir itu pergi ?
Mungkin seharusnya tadi dia menelpon untuk memastikan Seohyun tak ada acara
malam ini, tapi dia kembali sibuk dengan pekerjaannya sehingga lupa mengabarkan
kepada Seohyun. Bosan duduk Yonghwa
memutuskan untuk keluar dari mobilnya dan menghirup udara malam yang cukup
cerah sambil merapatkan jaketnya. Bersandar ke mobilnya sambil mengedarkan
pandangannya ke sekeliling.
Rumah Seohyun lingkungannya tidak terlalu ramai, jauh dari jalan utama
sehingga tidak banyak kendaraan yang lalu lalang. Hanya sesekali satu dua mobil
melintas di depannya. Lingkungan yang cocok untuk Seohyun.
Sebuah mobil yang di kenalnya berhenti di depan rumah Seohyun di susul
sebuah mobil berhenti di belakangnya. Yonghwa mengawasi kedua mobil tersebut
dengan dahi yang berkerut.
Seohyun turun demikian juga seorang pria yang ternyata si pengendara mobil
yang mengikuti mobil Seohyun. Sedikit waspada Yonghwa bersiap-siap bila pria
tersebut bermaksud mencelakai Seohyun tapi ternyata keduanya saling mengenal
terlihat dari cara Seohyun mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.
Tiba-tiba Yonghwa merasa cemburu.
Seohyun seharusnya tidak berbuat seperti ini. Dia seharusnya tidak boleh
membawa seorang pria ke rumahnya apalagi malam-malam begini.
Memangnya siapa pria itu ?
Pria itu bertubuh jangkung, sedikit lebih tinggi dari dirinya. Wajahnya pun
bolehlah di sejajarkan dengan pria-pria berwajah tampan. Apakah pria itu
kekasih Seohyun ?
Tapi kan Seohyun adalah istrinya ?
Yonghwa menatap keduanya berjalan masuk ke halama rumah Seohyun. Saat
Seohyun sedang mencari-cari kunci dari dalam tasnya. Yonghwa memutuskan untuk
menegur keduanya.
“ Kelihatannya ada yang sedang menikmati malam ini dengan kekasihnya “, ucap Yonghwa dengan suara yang dalam tepat
di belakang Seohyun membuat Seohyun tersentak kaget dan berbalik.
“ Oh ya Tuhan, kau mengagetkanku “, jerit Seohyun.
Pria yang berada di samping Seohyun berbalik dan menatap Yonghwa dengan tatapan
penuh tanda tanya. Tapi dia lebih memilih diam dan hanya tersenyum. Senyum yang
membuat Yonghwa ingin meninju wajahnya.
“ Kenapa kok kaget begitu ? “, kali ini Yonghwa jelas-jelas menunjukkan
ketidak senangannya.
Seohyun menatap Yonghwa dengan pandangan heran.
“ Jelas saja aku kaget. Apa yang kau lakukan di sini ? “, tanya Seohyun.
“ Lho memangnya kenapa, bukankah rumah ini juga rumahku ? “.
“ Oh jadi sekarang kau juga menginginkan rumah ini ? “, tanya Seohyun mulai
kesal dengan tingkah laku Yonghwa yang datang-datang dan langsung marah-marah.
Sekali menyebalkan tetap menyebalkan.
“ Wow ada apa ini ? “, tanya pria tersebut sambil menatap Yonghwa. “ Apakah
kau mengenalnya Seohyun ? “, tanyanya lagi kali ini sambil menatap Seohyun.
“ Sebaiknya kau tidak usah ikut campur “, kata Yonghwa kasar. Rasa cemburu
benar-benar membuatnya lupa akan semuanya. Setelah dua jam di habiskannya
menunggu dan hanya mendapati Seohyun yang pulang dengan diantar laki-laki lain
benar-benar sangat menghantam egonya.
“ Yonghwa !! “, kali ini nada Seohyun mulai terdengar marah.
“ Wow bung, sebaiknya kau pergi saja dan jangan mengganggunya “, kata pria
tersebut sambil memegang lengan Yonghwa tapi dengan kasar Yonghwa menampiknya.
“ Sepertinya andalah yang harus pergi dan tidak usah ikut campur “.
“ Aku datang bersamanya tentu saja ini juga urusanku “, kata pria tersebut
juga mulai terdengar jengkel dan Yonghwa bisa mencium bau soju dari napasnya.
“ Kalian dari minum-minum ? “, tanya Yonghwa kepada Seohyun.
“ Bukan urusanmu ! “.
“ Tentu saja itu urusanku ! “.
“ Yonghwa ! “, kali ini Seohyun betul-betul tak dapat lagi menahan
kemarahannya. “ Kau ini benar-benar sangat menyebalkan. Lebih baik kau pergi
dari sini ! “.
“ Sayangnya aku tak mau “, Yonghwa bersikeras sambil mengepalkan tinjunya
berusaha menahan dirinya.
“ Kau dengar kan apa katanya, sebaiknya kau pulang saja bung ! “. Pria
tersebut kembali memegang lenganya Yonghwa mencoba menarik Yonghwa menjauh.
Dengan kemarahan yang memuncak Yonghwa melepaskan lengannya dan mendorong
pria tersebut membuat Seohyun menjerit.
“ Yonghwa !! Ada apa sih denganmu ?! “.
“ Kau seharusnya tidak membawa laki-laki lain ke rumah ! “, geram Yonghwa
sambil menatap Seohyun dengan tatapan yang seakan siap membunuh siapapun.
“ Seohyun memang siapa laki-laki ini ? “, pria tersebut bertanya dan
menatap Seohyun.
“ Aku suaminya dan dia istriku !!! “.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Chapter Twelve Chapter Fourteen
4 komentar
Write komentarBagus bgt eon,, yong mulai cemburu,,bakalan lebih seru,,,tp eonni request nanti agak panjang dong critax,,,msh mau baca tp udah bersambung,,, hehehe,,
ReplyWooo..wooo.. aduh gua gregetan nih kak zee.. :3 .. yang semangat ya mama zee .. wkwkwk
Replybiar bikin kamu geregetan hehehe.
Replymakasih semangatnya Rifcha ♥
ReplyPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon