CHAPTER FIFTEEN
Beberapa hari belakangan suasana di firma hukum Yonghwa sedikit tegang, bukan
karena mereka sedang menangani kasus besar dan berat tapi karena sikap Yonghwa
yang terlihat sangat uring-uringan. Dia bisa saja tiba-tiba marah tanpa sebab
dan ujung-ujungnya Sunny yang kena getahnya. Kesalahan ketik saja bisa
membuatnya meledak bagaikan kompor.
Seperti siang ini, Yonghwa baru saja balik dari Pengadilan dan mendapati
Sunny sedang menelpon dengan santai dan itu langsung memicu amarahnya.
“ Aigoo bos, ada apa sih denganmu ? tingkahmu seperti perempuan yang sedang
PMS “, kesal Sunny yang sudah mulai tidak bisa mentolerir suasana hati Yonghwa
yang meledak-ledak. “ Mungkin sebaiknya aku mengosongkan jadwalmu sehingga kau
bisa pergi berlibur sejauh-jauhnya dan berhenti mengacaukan pekerjaanku “.
“ Jangan berani-berani mengacaukan jadwalku ! “, tukas Yonghwa
“ Ada apa ini “, tanya Leeteuk yang tiba-tiba muncul dari arah ruangannya
sambil membawa beberapa berkas yang siap di arsipkan. Meletakkan semuanya di meja Sunny dan menepuk
lengan Yonghwa. “ Aku dengar hari ini kau tidak konsen di ruang sidang “.
“ Dia sedang PMS “, celetuk Sunny tak acuh sambil mulai memeriksa berkas
yang di bawa Leeteuk. Yonghwa mendelik sementara Leeteuk hanya tertawa kecil.
“ Tidak biasanya kau tidak konsen di ruang sidang. Ada apa sobat ? “, tanya
Leeteuk setelah tawanya terhenti dan menatap Yonghwa dengan pandangan bertanya.
Setelah 3 tahun bekerjasama dengan Yonghwa dan mendirikan firma hukum Jung
& Partner, tidak pernah di lihatnya Yonghwa sekacau beberapa hari ini. Pria
di depannya ini bukan tidak sedikit menangani masalah perceraian yang sangat
berat tapi dia tetap bisa konsentrasi dan menyelesaikan semuanya.
“ Dia perlu piknik “, kata Sunny sambil mendenguskan hidungnya.
“ Aku tidak apa-apa kok “, jawab Yonghwa singkat.
“ Well, kau tahu dimana kau bisa mencariku bila butuh teman berbagi “, kata
Leeteuk sambil tersenyum. “ Tapi tolong tenangkan dirimu, beberapa hari ini aku
mendapat keluhana dari beberapa anak magang, mereka takut mendekatimu karena
kau terlihat siap meledak kapan saja “.
Yonghwa tersenyum kecut. Kemarin memang dia sempat memerahi beberapa anak
mahasiswa semester akhir yang sedang magang di kantornya, sesuatu yang tidak
pernah di lakukannya. Padahal kemarin mereka hanya meminta beberapa masukan
darinya mengenai kasus yang sedang mereka tangani tapi Yonghwa malah meneriaki
mereka terlalu santai dan malas sehingga mereka tidak bisa melihat setiap sisi
yang perlu mereka pelajari.
Mungkin dia memang sudah keterlaluan.......
“ Terima kasih, tapi aku benar tak apa-apa kok “, kata Yonghwa sambil
menepuk lengan Leeteuk dengan tersenyum. “ Tapi aku akan ingat itu, bersiap
saja menerima curahan hatiku “, canda Yonghwa lalu berbalik ke arah Sunny, “
Tolong bawa berkas untuk besok ke ruanganku “. Lalu berjalan menuju ruang
kantornya.
Yonghwa meletakkan tasnya ke meja kerjanya lalu menjatuhkan tubuhnya ke
kursi dan memejamkan matanya, melepas penat yang tiba-tiba menerpanya. Beberapa
saat Yonghwa dalam posisi seperti itu hingga sebuah ketukan di pintu dan
kemunculan Sunny dari balik pintu dengan membawa beberapa berkas membuatnya
membuka mata. Sunny masuk dan meletakkan berkas-berkas untuk sidang di mejanya.
“ Sunny ! “, panggil Yonghwa saat Sunny beranjak keluar ruangannya. “ Kau
bilang aku butuh piknik kan ? “. Sunny mengangguk. “ Kalau begitu tolong
batalkan semua jadwalku mulai jam 3 sore ini “.
“ Siap bos ! “, ucap Sunny sambil tersenyum. “ Aku senang dan semoga besok
kau sudah kembali seperti sedia kala. Aku sudah bosa beberapa hari ini di
teriaki olehmu “.
“ Miane Sunny ssi “, kata Yonghwa sambil tersenyum dengan perasaan
bersalah.
Sunny menganggukkan kepalanya lalu berjalan keluar dan menutup pintu
ruangan Yonghwa.
Yonghwa menatap berkas yang di bawa Sunny di mejanya. Tiba-tiba setelah
beberapa tahun selalu merasa bergairah dengan setiap kasus perceraian yang di
hadapinya baru kali ini Yonghwa merasa tidak berminat untuk memeriksa
berkas-berkas tersebut dan mempersiapkan dirinya untuk sidang. Dan hal tersebut
membuatnya terkejut.
Nenek sihir itu benar-benar telah membuat hidupnya
jungkir balik tidak karuan.
♥ ♥ ♥
Dan sore ini, Yonghwa menghabiskan waktunya bersama ketiga dongsaengnya.
Setelah tadi dia berhasil memaksa ketiganya untuk berlatih musik di studio
tempat biasa mereka latihan walaupun mereka bilang mereka sedang sibuk.
Yonghwa benar-benar menikmati jam session yang mereka lakukan. Beberapa
lagu dia mainkan sambil memetik gitar tapi sesekali mengganggu Minhyuk dengan
menggantikannya di belakang drum. Yonghwa terlalu bersemangat sehingga ketika
dongsaengnya itu merasa aneh dengan antusias hyung mereka.
Saat mereka sedang beristirahat menikmati minuman ringan, Jungshin tak
dapat menyimpan lagi rasa herannya dan mendekati Yonghwa dan duduk di
sampingnya.
“ Hyung, ada apa ? “, tanya Jungshin. Yonghwa berpaling dari gitar yang di
mainkannya ke arah Jungshin.
“ Mengapa sih hari ini semua orang yang aku temui bertanya ada apa denganku
? Aku baik-baik saja “, jawab Yonghwa.
“ Berarti mereka sama herannya dengan kami “, timpal Jonghyun sambil
menghirup minuman kaleng yang di pegangnya. “ Hari ini hyung terlihat terlalu
serius. Biasanya hyung suka usil tapi hari ini terlalu serius dan itu aneh “,
lanjutnya lagi setelah menelan minuman yang di teguknya.
“ Dan yang lebih aneh lagi, kau memaksa kami berkumpul sore ini padahal kan
biasanya kita ngejam sabtu sore “, tambah Jungshin sementara Minhyuk hanya
mengangguk mengiyakan sambil sesekali menabuh drum di depannya.
“ Aku hanya ingin berlatih, apakah salah ? “, tanya Yonghwa enggan.
“ Salah ! “, ketiganya menjawab secara serentak membuat Yonghwa terheran-heran.
“ Salahnya dimana ? “, tanyannya.
“ Salahnya karena kau tahu hari ini kami semua sibuk dan sudah ada jadwal
tapi hyung bersikeras dan kami harus membatalkan janji dan bergegas ke mari “,
Minhyuk yang sedari tadi hanya
mengetuk-ngetuk stiknya pada drum di depannya bersuara.
“ Hyung , ada masalah yah ? “, tanya Jungshin sambil menatap Yonghwa
dalam-dalam. Mereka sudah seperti saudara, bagi ketiganya Yonghwa adalah hyung
mereka. Sudah biasa berbagi segala hal dengan satu sama lain. Tapi kali ini Yonghwa
terlihat ingin menyimpan masalahnya sendiri.
“ Apakah ada masalah dengan Seohyun ? “, tanya Jonghyun.
“ Jangan sebut-sebut nama nenek sihir itu “, sahut Yonghwa terdengar kesal.
“ Oh jadi ini ada hubungannya dengan hyungsunim kita yang cantik itu “,
nada jahil terdengar jelas dari ucapan Jungshin. Minhyuk bergerak meninggalkan
drumnya dan berjalan mendekat. Dia teringat perjanjiannya dengan hyungnya itu
dan itu membuatnya tertarik.
“ Sudah aku bilang, jangan sebut-sebut si nenek sihir itu “, kesal Yonghwa
sambil berdiri. “ Lebih baik kita latihan lagi “.
“ Jonghyun hyung, sepertinya hyungsunim kita sudah memantrai Yonghwa hyung
“, ucap Jungshin tak mengindahkan ajakan Yonghwa untuk kembali berlatih.
Jonghyun dan Minhyuk sepertinya juga sama dengan Jungshin.
Akan sangat menyenangkan melihat hyung mereka uring-uringan gara-gara
wanita cantik yang selalu di panggilnya nenek sihir itu.
“ Well, aku akan dengan senang hati
menerima semua mantranya bila di tujukan untukku “, ucap Jonghyun. “ Nenek
sihir itu sangat cantik dan ingat bagaimana memikatnya dia waktu kita
membantunya pindah rumah. Dia terlihat sangat seksi “.
“ Tahu tidak, ternyata tanggal lahir kami sama lho “, tukas Minhyuk. “ Kami
ini kembar beda orang tua “, katanya lagi sambil tertawa.
“ Wah daebak ! “, Jonghyun menatap Minhyuk sambil mengacungkan jempolnya.
“ Sayang sekali hyung tidak melihat itu semua, padahal dari semua wanita
yang pernah di kencaninya, si nenek sihir itu adalah yang terbaik dari semuanya
“, Jungshin menambahkan. Lalu ketiganya tertawa seakan tak menganggap Yonghwa
ada di dekat mereka dan mendengar semua yang mereka katakan.
“ Kalian seharusnya tidak memanggil hyungsunim kalian dengan nenek sihir !
“, sahut Yonghwa dan tawa ketiga dongsaengnya itu semakin membahana di dalam studio
latihan mereka. Bahkan Jungshin sampai harus memegang perutnya karena tak bisa
menahan sakit akibat tawanya.
“ Sayangnya si nenek cantik itu menikah dengan Yonghwa hyung “, goda
Jonghyun. “ Bukan salah satu diantara kita bertiga “,
Kembali ketiganya tertawa sementara Yonghwa sudah mulai merasa kesal dan
rasanya ingin memukul ketiganya dengan gitar yang di pegangnya sedari tadi.
“ Kalian bertiga berhentilah berkata-kata seakan aku tidak ada di sini ! “.
Ketus Yonghwa sambil menepuk kepala ketiganya dengan tangannya lalu duduk
diantara mereka. “ Nenek sihir itu sudah membuat hidupku berantakan seperti
terkena tsunami “.
“ Memangnya apa yang telah di lakukan hyungsunim ? “.
“ Dia membawa pulang pria lain ke rumahnya “, jawab Yonghwa terdengar
kecewa.
“ Apakah pria itu kekasihnya ? “, tanya Jungshin sambil mengubah posisi
duduknya mengahdap ke arah Yonghwa. Yonghwa menggeleng.
“ Katanya pria itu hanya rekan dosennya di kampus “.
“ Mungkin memang begitu, siapa tahu saja mereka sedang membahas project
atau apalah “, Minhyuk meluruskan kaki panjangnya.
“ Katanya pria itu lagi ada masalah dengan istrinya dan dia bermaksud
menelpon istrinya memakai telepon rumah Seohyun karena ponselnya mati kehabisan
baterai “.
“ Benarkah begitu ? “, Jonghyun bertanya dan Yonghwa mengangguk mengiyakan.
“ Jadi apa masalahnya ? Hyungsunim kan hanya menolongnya ? “.
“ Masalahnya Seohyun lebih mementingkan makan malam dengan pria tersebut
daripada makan malam denganku “, jawab Yonghwa sambil meraih sekaleng minuman
dingin yang ada di meja.
“ Jadi hyung mengajaknya makan malam ? “, Minhyuk beryanya dengan penuh
antusias. Jangan-jangan hyungnya sudah mulai jatuh cinta pada istrinya itu.
“ Well, aku mendatangi rumahnya, menunggunya selama dua jam dan dia pulang
bersama pria itu “.
“ Memangnya hyung tidak menelponnya terlebih dulu untuk mengajaknya makan
malam ? “, Jungshin bertanya dengan kening berkerut. “ Kau tidak berharap dia
kegeeran dan cepat pulang hanya karena dia merasa hyung akan mengajaknya makan
malam kan ? “.
“ Entahlah, tapi seharusnya jika dia pulang tepat waktu dan bukannya makan
malam dengan pria tersebut tentu dia akan tahu kalau aku akan mengajaknya makan
malam “, jawab Yonghwa keras kepala.
“ Aigoo hyung, memangnya dia bisa membaca pikiranmu ? “, tepuk Jonghyun
ringan di pundak Yonghwa. “ Setidaknya kau harus menelponnya sehingga dia bisa
menolak ajakan orang lain “.
“ Tapi kan dia sudah menikah, tidak seharusnya dia membawa pulang pria
lain, apapun alasannya “, ucap Yonghwa masih tetap dengan sikapnya yang keras
kepala.
“ Setahuku pernikahan itu hanyalah sebuah kesalahan. Bukankah hyung juga
bilang begitu. Kalian memang sudah menikah, tapi kalian berdua menolak
pernikahan itu kan ? “, kata Minhyuk.
“ Tapi, hyungsunim memang sangat cantik, jadi wajar saja bila banyak pria
yang mengajaknya kencan “, tukas Jungshin dan langsung terkena lemparan kaleng
minuman yang di lemparkan Yonghwa kepadanya.
Minhyuk dan Jonghyun tertawa saat melihat kaleng tersebut tepat mendarat di
jidat Jungshin.
“ Yah ! Hyung ah !! “, protes Jungshin sambil mengusap-usap keningnya.
“ Tapi dia itu sudah menikah ! “, ucap Yonghwa.
“ Tapi kan hyung tidak perlu melemparkan kaleng minuman itu kepadaku “,
Jungshin masih protes. “ Untunglah kaleng itu sudah kosong, bayangkan apa
jadinya jidatku ini kalau kaleng itu masih berisi “. Dan Jungshin kemudian
menempelkan kepalan tangannya ke jidatnya. “ Mungkin akan sebenjol ini dan itu
bisa menghancurkan reputasiku sebagai pria tampan “.
Tepat setelah berkata seperti itu Jungshin mendapat lemparan kaleng kosong
lainnya dari Jonghyun dan Minhyuk dan dia bergegas berkelit.
“ Hyung, apakah kau cemburu ? “, Jonghyun bertanya dengan hati-hati. Dia
tidak ingin nasibnya seperti Jungshin.
“ Mana mungkin aku cemburu “, jawab Yonghwa cepat. Terlalu cepat malah.
Jonghyun tersenyum.
“ Tapi tingkahmu seperti seorang suami yang sedang cemburu “, kata Minhyuk.
“ Jangan-jangan kau sudah jatuh cinta padanya ? “, tembak Minhyuk.
Jatuh cinta pada si nenek sihir ?
Dia sudah pernah jatuh cinta dan dia sudah pernah merasakan betapa sakitnya
dia akibat cinta tersebut. Yonghwa sudah belajar untuk tidak terjatuh di lubang
yang sama. Dia tidak siap untuk kembali merasakan rasa sakit yang terus menerus
menderanya dan menjadi mimpi buruknya selama hampir dua tahun.
Dia tidak ingin jatuh cinta lagi. Tidak boleh lebih tepatnya.
“ Aku sudah pernah jatuh cinta dan itu sudah cukup menjadi pelajaran
untukku “, jawab Yonghwa setelah beberapa saat terdiam.
“ Hyung “, Jungshin menyentuh lengan Yonghwa pelan. Mereka bertiga tahu
bagaimana kehidupan Yonghwa seakan hancur lebur saat putus dari Yoo Ra dan
ternyata Yonghwa belum bisa menghilangkan bayang-bayang kelam itu.
“ Aku tidak apa-apa “, Yonghwa menepis tangan Jungshin sambil tersenyum
datar.
“ Hyung, aku bisa merasakan apa yang hyung rasakan. Kami ada di sana
menemanimu. Ingat ? “, Jonghyun mengingatkan. Yonghwa menghela napas panjang
setelah dia menganggukkan kepalanya. “ Tapi dunia belum kiamat. Kau tidak bisa
menolak cinta yang datang padamu. Seseorang sudah di takdirkan menjadi tulang
rusukmu. Bisa jadi itu Seohyun “, kata Jonghyun bijak. Jonghyun memang terkenal
lebih bijak mungkin karena dia sering membaca berbagai buku filsafat di
sela-sela kesibukannya.
“ Entahlah “, ucap Yonghwa sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
“ Kita lihat saja nanti “, ucapnya lagi sambil berdiri. “ Sebaiknya kita
latihan kembali “.
♥ ♥ ♥
Jonghyun mungkin benar bahwa dia tidak bisa menolak cinta yang datang.
Bahwa cinta yang telah pergi adalah sebuah tanda untuk cinta yang lebih baik
untuk datang. Tapi apakah dia jatuh cinta pada Seohyun ?
Yonghwa mengendarai mobilnya dengan pandangan lurus ke depan. Jalanan sore
ini terlihat ramai. Mungkin karena beberapa orang bergegas untuk pulang ke
rumah mereka setelah seharian di sibukkan dengan pekerjaan di kantor. Langit
sudah mulai gelap sementara di ufuk barat masih terlihat semburat cahaya orange
matahari yang terbenang.
Yonghwa menghela napas dan mencoba mengingat kejadian beberapa malam yang
lalu di rumah Seohyun sambil menumpukan satu lengannya ke jendela mobilnya
sementara tangannya yang lain tetap berada di setir.
Malam itu dia terperangkap akan trauma masa lalunya. Yonghwa merasa di bawa
kembali di malam dimana Yoo Ra membawa Jong Yoo kembali ke apartemennya.
Yonghwa seketika itu merasa egonya tersakiti melihat Seohyun pulang bersama
pria lain.
Tapi mungkin dia terlalu emosi. Seohyun sudah menjelaskan mengapa pria
tersebut mengikutinya pulang dan pria tersebut juga mengatakan hal yang sama.
Mungkin memang Seohyun benar, dia tidak seharusnya marah-marah dan
mempermalukannya di hadapan rekan sekerjanya.
Tapi mereka bisa saja berbohong kan ?
Seohyun pasti akan semakin membencinya. Tapi anehnya beberapa hari ini
Ibunya tidak menelponnya berarti Seohyun tak menceritakan kejadian tersebut
pada Ibumu sehingga Ibunya tidak menelponnya dan mengkuliahinya lagi dan
memaksanya untuk meminta maaf kepada Seohyun.
Tapi apakah sebaiknya dia meminta maaf pada Seohyun ?
Malam sudah jatuh. Beberapa bintang sudah mulai tampak di langit berusaha
bersinar bersaing dengan cahaya lampu-lampu yang sudah mulai menerangi seisi
kota. Lama berkutat dengan pemikirannya. Yonghwa tersadar saat dirinya berhenti
secara refleks di depan sebuah rumah. Rumah Seohyun. Untuk sesaat Yonghwa tertegun.
Apakah alam bawah sadarnya sedang mempermainkan
dirinya ?
Yonghwa melihat mobil Seohyun terparkir di depan rumah tersebut. Dan kedua
lantainya terlihat terang. Berarti Seohyun sedang ada di rumah. Apakah dia
sendiri ? Apakah sebaiknya dia masuk ? Tapi untuk apa ? meminta maaf ?.
Yonghwa tersentak saat suara klakson dari belakang terdengar, sebuah mobil
nampak tidak sabar untuk di beri jalan. Yonghwa menepikan mobilnya sedikit
lebih jauh dari rumah Seohyun. Lalu dia keluar dari mobilnya dan menyandarkan
tubuhnya di belakang mobilnya sambil menandang ke arah rumah Seohyun.
Seohyun mungkin masih marah padanya dan tidak akan mengizinkannya masuk.
Apakah seharusnya dia pergi saja. Pulang ke apartemennya dan membawa semua
kegelisahannya ke alam tidur. Yonghwa mungkin akan kembali mendapat mimpi buruk
seperti malam-malam dimana dia terbangun di tengah malam dan tak bisa tertidur
dan hanya menyesali dirinya.
Tapi kau kan bukan seorang pengecut ?
Yonghwa menggulung lengan bajunya hingga ke siku dan melonggarkan dasinya
dan membuka kancing yang membuat lehernya seakan tercekik. Lalu memasukkan
kedua tangannya ke dalam saku celananya sambil masih tetap memandang ke arah
rumah Seohyun. Menimbang-nimbang. Dan akhirnya Yonghwa melangkahkan kakinya ke
arah rumah Seohyun. Actually, rumah itu rumahnya juga kan ? membuka pagart
dengan pelan seakan tak ingin Seohyun mengetahui kedatangannya.
Yonghwa menghentikan langkahnya di teras rumah Seohyun, kembali menimbang-nimbang
apakah tindakannya benar atau sebaiknya dia kembali ke mobilnya dan pulang.
Apakah kau sepengecut itu ?
Dan Yonghwa menekan tombol bel rumah Seohyun. Sekali dan tak terdengar
suara apapun dari dalam. Yonghwa kembali menekan tombol bel tersebut dan suara
langkah kaki mendekati pintu terdengar dari dalam rumah. Mengapa dia merasa
berdebar ?
Pintu terbuka dan wajah polos Seohyun yang tanpa make up muncul dari balik
pintu. Terlihat terkejut dengan kedatangannya. Tapi kemudian keterkejutannya berganti
dengan kemarahan. Seohyun pasti masih kesal dan marah kepadanya.
“ Mau apa kau kemari ? “, tanya Seohyun dengan nada yang terdengar datar.
Tak menjawab pertanyaan Seohyun Yonghwa melangkah masuk sehingga Seohyun
harus bergeser untuk menghindari bersentuhan dengan Yonghwa. Kemudian dia duduk
di sofa, beberapa saat keduanya hanya terdiam.
“ Maukah kau duduk di sampingku ? “, tanya Yonghwa sambil menatap Seohyun.
Seohyun terlihat ragu-ragu. Keningnya berkerut berusaha menerka mksud
kedatangan Yonghwa. Seohyun lalu menutup pintu dan setelah berpikir sebentar.
Seohyun melangkah mendekati Yonghwa dan duduk di samping Yonghwa tanpa suara.
Yonghwa menjatuhkan kepalanya ke pundak Seohyun dan memejamkan matanya. “
Seohyun, tidak bisakah kita bersahabat ? “.
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
7 komentar
Write komentarPlis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon